Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial PE

0

:: Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial ::

KEPEDULIAN INDONESIA
TERHADAP GAGASAN STANDAR
INTERNASIONAL IFRS

Disusun oleh

:

Alvianita Gunawan Putri

13/360643/EE/06667

Ayu Puspita Dewi

13/360715/EE/06735

Deska Putri Ananda


13/360699/EE/06720

Dini Ayu Zakiyati

13/360762/EE/06774

Febtasari Liza Herdifianti

13/360651/EE/06675

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

1

Bab I
Pendahuluan

A.

Latar Belakang Masalah
Kepedulian indonesia terhadap gagasan standar internasional (IFRS)

berawal dari bergabungnya IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) untuk menjadi
anggota IFAC (International Federation of Accountants) pada tahun 1987 yang
mana IFAC menetapkan ketentuan bahwa setiap anggota IFAC secara otomatis
akan menjadi anggota IASC (International Accounting Standards Commitee).
Namun seiring perubahan, ketentuan tersebut tidak diberlakukan disebabkan
perubahan IASC menjadi IASC Foundation dan sekarang berdasar konstitusi
terbaru 2010 IASC Foundation berganti nama menjadi IFRS Foundation
(International Financial Reporting Standards Foundation). Tujuan didirikannya
IFRS Foundation yaitu untuk mengembangkannya standar tunggal pelaporan
keuangan di berbagai jenis entitas yang dapat diterima secara global, memiliki
kekuatan dalam penerapan standar akuntansi yang dapat dipahami, berkualitas
tinggi serta untuk mempromosikan & memfasilitasi proses konvergensi antara
standar akuntansi nasional dan IFRS. IASB (International Accounting Standar
Board) yang merupakan organ utama IASC kemudian bersama FASB pada
september 2002, bersepakat melakukan konvergensi antara IFRS dan GAAP.

Seiring perkembangan joint project antara keduanya melalui proses yang panjang,
IFRS kemudian dapat diimplementasikan oleh beberapa Negara yang menjadi
organisasi IFAC.
Indonesia memiliki keterkaitan yang sangat kuat dalam Implementasi IFRS
seiring dengan keterlibatan Indonesia dalam G20 (Group of 20 Leaders) salah
satunya adalah Konvergensi IFRS yang merupakan salah satu kesepakatan
pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum (Warsono, 2011). Pada
Desember 2008, IAI telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi
lokalnya yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang merupakan produk dari

2

IASB. Rencana pengkonvergensian ini direncanakanakan terealisasi pada tahun
2012. Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh
(full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial
Reporting Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini
mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting
Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya
harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum

menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Pengadopsian standar akuntansi
internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan
laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan
item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan
semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam
menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi
yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat
diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang,
ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).
Beberapa

hal

yang

dilakukan

Indonesia

sebagai


langkah

untuk

mengimplementasikan IFRS di Indonesia salah satunya melakukan harmonisasi
dengan standar akuntansi internasional, yang mana Dewan Standar Indonesia
telah melakukan beberapa kali revisi baik berupa penyempurnaan maupun
penambahan standar baru yaitu selama periode 1994 sampai dengan 2009 dan
pada akhir tahun 2008 ketua DSAK menjelaskan bahwa IAI melucurkan program
IFRS Convergence 2012 yang bertujuan mengeliminasi kesenjangan signifikan
antara PSAK Indonesia dan IFRS pada tahun 2012, sehingga menjadikan laporan
keuangan yang disusun berdasarkan PSAK untuk tahun mulai 1 Januari 2012 akan
mirip secara substansial dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
IFRS. Wujud dari realisasi pengimplementasian IFRS di Indonesia terdapat pada
terbitnya PSAK revisi 2011.

3

B.


Permasalahan
Permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan paper ini mengenai

bagaimana fenomena dalam penerbitan PSAK 2011 dan gagasan akuntansi
berbasis matematika dalam kaitannya kepedulian Indonesia terhadap gagasan
standar internasional (IFRS)?
C.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini dimaksudkan untuk mengetahui fenomena apa

saja yang terjadi dalam penerbitan PSAK 2011 dan gagasan akuntansi berbasis
matematika dalam kaitannya dengan kepedulian Indonesia gagasan standar
internasional (IFRS).

4

Bab II
Pembahasan

A.

Pengertian IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh

International

Accounting

Standard

Board

(IASB).

Standar

Akuntansi

Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar

Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional
(IFAC). Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) merupakan lembaga
independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan
mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang
berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999).
IFRS bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan keuangan
tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1.

Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode
yang disajikan.

2.

Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS.

3.


Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh adanya suatu perubahan sistem

IFRS sebagai standar global yaitu :
1.

Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh
dunia tanpa hambatan berarti. Standart pelaporan keuangan berkualitas
tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki
efisiensi alokasi lokal.

2.

Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik

5

3.


Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengenai merger dan akuisisi.

4.

Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat
disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas
tertinggi.
Dengan adanya manfaat yang dapat diperoleh ini, menjadi tantangan dalam

menghadapi globalisasi dimana akses interaksi dari satu Negara ke Negara lain
dapat dilakukan secara cepat dan mudah. Maka dari itu diperlukan adanya suatu
standarisasi atau aturan umum yang dapat digunakan/dipraktekkan di seluruh
dunia.
B.

Konvergensi IFRS dan GAAP
Standar Pelaporan Keuangan di dunia didasari pada 2 dewan penyusun,


yaitu IASB yang bertanggungjawab pada penerbitan IFRS, dan FASB (Financial
Accounting Standards Board) yang merupakan organisasi di Amerika Serikat yang
bertanggungjawab atas penerbitan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles). Dari kedua standar pelaporan keuangan ini memiliki kesamaan dan
juga perbedaan. Contoh dari perbedaan tersebut diantaranya:
1.

IFRS diklaim mendasarkan diri pada rules-based, sedangkan GAAP
mendasarkan diri pada principles-based.

2.

IFRS menggunakan pengukuran terutama berbasis fair value, sedangkan
GAAP mengguunakan pengukuran historical cost.
Namun pada dasarnya, IASB dan FASB menyadari kebutuhan mengenai

perlunya standar tunggal pelaporan keuangan global yang berkualitas tinggi.
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa
konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi
dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan
kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman.
Pada September 2002, tercapai kesepakatan antara IASB dan FASB untuk
melakukan konvergensi antara IFRS dan GAAP. Pada awalnya, Securities and
Exchangen Commission (SEC) mensyaratkan perusahaan asing yang terdaftar di

6

Amerika Serikat untuk melakukan rekonsiliasi laporan keuangan sesuai dengan
GAAP. Namun, sebagai respon terhadap IFRS, maka tahun 2007 SEC
menghapuskan persyaratan tersebut. Kerjasama IASB dan FASB yang
membentuk joint project terus berlanjut dan menghasilkan produk diantaranya
adalah terbitnya Conceptual Framework for Financial Reporting. IASB dan
FASB menggunakan 2 pijakan utama dalam konvergensi kerangka dasar, yaitu:
1.

Pengembangan berfokus pada perbaikan kerangka dan bukan revisi
fundamental.

2.

Pengembangan kerangka dasar terdiri dari beberapa tahap yang jika lengkap
akan merupakan satu kesatuan dokumen.
Pada September 2010, joint project menghasilkan kerangka dasar final yang

disebut Conceptual Framework for Financial Reporting.
C.

Penerapan IFRS di Indonesia
Di Indonesia, organisasi yang berwenang dalam membuat standar akuntansi

yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sejak tahun 1994 IAI telah melakukan
langkah-langkah harmonisasi dan adaptasi standar akuntansi internasional dalam
rangka pengembangan standard akuntansinya (SAK [2009]). Pada Desember
2008, IAI telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi lokalnya,
yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International
Financial Reporting Standards (IFRSs) yang merupakan produk dari IASB.
Sebelum menggunakan IFRS, standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting
Standard).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk
berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain
ditujukan untuk mengatur perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan
akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna. Selain itu, standar-standar
tersebut meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan,
sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen akuntansi. Standar-

7

standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pelaporan atas keuangan perusahaan.
Menurut Ahmadi Hadibroto (2009), terjadi perubahan dari harmonisasi ke
adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS). Menurut Warsono (2011;67)
definisi harmonisasi, adaptasi, konvergensi dan adopsi adalah sebagai berikut :
1.

Harmonisasi; standar nasional dan IFRS merupakan dua standar yang
berbeda tetapi terdapat kesepakatan untuk menjaga keserasian diantara
keduanya.

2.

Adaptasi; standar nasional diusahakan menyesuaikan diri dengan IFRS.

3.

Konvergensi; standar nasional dan IFRS yang berasal dari titik awal yang
berbeda menuju kepada satu standar yang memiliki karakteristik umum
yang dimiliki oleh kedua standar tersebut.

4.

Adopsi; standar nasional menuju penerapan IFRS sepenunya (full adopted).
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa konvergensi diartikan sebagai

proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS. Namun
proses ini bukan hal yang mudah. Proses ini memiliki hambatan seperti
permasalahan nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem
pemerintahan pada tiaptiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan
multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses
antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Di IFRS Regional Policy Forum & IAI Seminar 23 - 26 Mei 2011 Rosita
Uli Sinaga selaku ketua DSAK menjelaskan bahwa IAI meluncurkan program
IFRS Convergence 2012 pada akhir tahun 2008 (Sinaga, 2011) juga menyajikan
perkembangan konvergensi PSAK Indonesia dengan IFRS dari tahun ke tahun
sampai dengan Mei 2011.

8

PROSES KONVERGENSI IFRS SAMPAI MAY 2011

D.

Gagasan Akuntansi Berbasis Matematika
1.

Akuntansi, Realita dan Matematika
Akuntansi merekam fakta dan menyajikan informasi keuangan

berlandas fakta kepada para pengguna. Premis yang berlaku adalah bahwa
fakta menggambarkan realita yang bermanfaat meskipun mungkin fakta
tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi.
Yang kita tahu bahwa matematika mencerminkan realita, operasi
matematika merupakan perspektif realita bukan sebatas kesepakatan. Antara
akuntansi dan matematika tentu terdapat keterkaitan karena :
a.

Adanya keberadaan symbol “+” dan “=” dan adanya tuntutan untuk
menguasai operasi matematika dasar berupa penambahan dan
perkalian dalam pembelajaran akuntansi.

b.

Terdokumentasi adanya akuntansi di buku matematika yang
diterbitkan pada tahun 1494 berjudul Summa yang ditulis oleh

9

Profesor

matematika

bernama

Luca

Pacioli.

Terdapat

dua

kemungkinan kenapa akuntansi di bahas di buku ini karena Pacioli
ingin mengkodifikasi pengetahuan tentang praktik-praktik bisnis yang
dikembangkan oleh pedagang italia dan karena sistem pencatatan
berpasangan merupakan aplikasi aljabar.
2.

Terungkapnya Misteri Debet Kredit
Penguasaan mekanisme debet kredit merupakan pengetahuan dasar

yang harus dikuasai pembelajar akuntansi. Debet kredit juga terbukti
menjadi alasan menyebut akuntansi sebagai disiplin akademik. Sebagai
contoh, di seperempat awal abad 20 (Hatfield, 1924) menggunakan sistem
pencatatan berpasangan untuk mempertahankan akuntansi sebagai bidang
akademik.
Berlandas persamaan akuntansi “Aset = Liabilitas + Ekuitas”,
ketentuan debet kredit untuk aset adalah sebagai berikut: jika aset bertambah
didebet sedangkan jika aset berkurang dikredit. Ketentuan debet kredit yang
berlaku untuk elemen Liabilitas dan Ekuitas adalah sebagai berikut: jika
bertambah dikredit sedangkan jika berkurang didebet.
Peters dan Emery (1978) menyatakan bahwa persamaan akuntansi
“Aset = Liabilitas + Ekuitas”, bukannya “Aset – Liabilitas = Ekuitas”,
karena pada masa tersebut matematika belum menerima konsep angka
negatif sehingga akuntansi menggunakan mekanisme debet kredit (Scorgie,
1985) menanggapi Peters menyatakan bahwa konsep angka negatif sudah
dikenal dan digunakan pada masa tersebut. Namun demikian, sejauh ini
belum ditemukan rasionalitas sederhana untuk menjelaskan mekanisme
debet kredit.
Alasan mengapa di persamaan akuntansi tidak boleh menggunakan
angka negatif yaitu akuntansi menyediakan informasi keuangan dimana
tidak ada nilai moneter (uang) yang bernilai negatif.
3.

Teori Akuntansi Berlandas Tiga Pilar
Ada sebagian yang berpendapat bahwa akuntansi merupakan

seperangkat teori dan ada juga yang berpendapat bahwa akuntansi

10

merupakan ilmu sosial murni. Dengan alasan akuntansi dikatakan sebagai
seperangkat teori karena dalam buku Teori Akuntansi: Perekayasaan
Pelaporan Keuangan (Suwardjono, 2005) telah diatur mengenai rerangka
konseptual, konsep dasar, dan topik-topik yang dibahas di standar akuntansi
keuangan. Namun dalam pengembangan akuntansi terdapat beberapa
perubahan standar yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial dan
politik, maka dari itu akuntansi dapat dikatakan sebagai ilmu social murni.
Peubahan-perubahan yang terjadi misalnya dalam pengembangan
IFRS yang mempertegas bahwa standar akuntansi bukan merupakan teori.
Aturan akuntansi yang dikembangkan selama ini lebih berusaha membentuk
fakta, bukannya berusaha mencerminkan fakta yang merupakan salah satu
karakteristik teori.
Pengembangan akuntansi seharusnya berlandas 3 pilar utama yang
disebut Segitiga Pengembangan Akuntansi (Triangle development of
Accountancy) sebagai berikut :
a.

Pilar pertama berupa ilmu mapan yang menggambarkan realita, yaitu
matematika. Merupakan pengetahuan yang ditemukan manusia bukan

b.

yang dibuat manusia.
Pilar kedua berupa prinsip dasar yang dikembangkan berdasar
kesepakatan. Kerangka Dasar Konseptual (KDK) dan IFRS termasuk
dalam pilar ini. Prinsip-prinsip dasar dimungkinkan mengalami
perubahan yang dinamis. Pengembangan pilar kedua harus selalu
berlandas pilar pertama sehingga perubahan di prinsip dasar lebih

c.

bersifat pengembangan, bukan penggantian.
Pilar ketiga berupa rancang-bangun (seni) yang dikembangkan sesuai
kebutuhan

masing-masing

pengguna

akuntansi.

Pilar

ini

memungkinkan akuntansi memberi kontribusi optimal untuk setiap
pengguna.
4.

Teknologi Debet Kredit
Dalam perkembangannya muncul teknologi sosial dan teknologi

mekanik. Teknologi sosial yang dimaksudkan agar interaksi antar anggota

11

masyarakat dapat berfungsi optimal, sedangkan teknologi mekanik
menggunakan cara kerja yang berlandas sistem sehingga mekanisme
kerjanya bersifat mekanik.
Penetapan KDK dan IFRS merupakan contoh perlakuan akuntansi
sebagai teknologi sosial. Peraturan dan kesepakatan sebagai bentuk
teknologi sosial sebenarnya belum bisa dikatakan sebagai teknologi yang
sesungguhnya. Peraturan semata tidak akan menjadikan akuntansi
diterapkan secara optimal. Peraturan yang tidak disertai dengan teknologi
mekanik memungkinkan penerapannya bervariasi antar individu maupun
antar entitas. Berikut ini 3 contoh sinyal ketidak-taatan entitas terhadap
penerapan standar akuntansi yang telah diterbitkan :
a.

Neraca yang tidak imbang

b.

Saldo akun bernilai negatif

c.

Usaha banyak tetapi hasil belum terasa
Berikut ini argumen yang dapat diajukan untuk mendorong pemerhati

akuntansi optimis terhadap pengembangan teknologi debet kredit. Sebagai
catatan bahwa mekanisme debet kredit merupakan aplikasi matematika yang
mencerminkan realita sehingga mekanisme ini terbukti dapat bertahan
dalam kurun waktu yang tidak pendek.
Pertama, sistem “(+) (-)” di teknologi listrik, sistem semakin “tinggi
rendah” di teknologi telekomunikasi sinyal analog, dan sistem biner “(0)
(1)” di teknologi komputer yang semuanya merupakan aplikasi matematika
telah terbukti sukses memberi manfaat bagi kehidupan. Dengan demikian
pengembangan teknologi debet kredit juga berpeluang besar menghasilakn
teknologi canggih. Kedua, kecanggihan teknologi akuntansi berbasis debet
kredit akan semakin bertambah seiring dengan banyaknya inisiatif untuk
mengadopsi aplikasi-aplikasi matematika yang sudah diberlakukan di
teknologi yang sudah ada. Ketiga, mekanisme debet kredit merupakan
teknologi yang menggambarkan fakta sesuai dengan realita yang ada.
Pencatatan nilai moneter menggunakan angka positif, bukannya negatif, di
akuntansi merupakan contoh kongkrit keberhasilan akuntansi melakukan

12

pencatatan sesuai dengan realita. Sayangnya, pengembangan software
aplikasi dewasa ini cenderung menyajikan fakta dengan menggunakan
operasi matematika yang tidak sesuai realitanya.
Sejauh

ini

mekanisme

debet

kredit

telah

berfungsi

untuk

mengidentifikasi terjadinya kesalahan; jika total saldo akun-akun bersaldo
debet tidak samadengan total saldo akun-akun bersaldo kredit menjadikan
analisis data dapat dilakukan per akun (dengan membandingkan sisi debet
dan sisi kredit suatu akun), analisis data antar akun (misal, membandingkan
antara saldo debet Kas dan saldo debet Utang usaha), analisis data antar
elemen (misal, total debet elemen Liabilitas dan total kredit elemen
Penghasilan), analisis antar akun pembantu, dsb.
5.

Mungkinkah Informasi Akuntansi untuk Stakeholders?
Sekarang berkembang Teori pemangku kepentingan (stakeholders

theory). Dasar teori ini adalah bahwa perusahaan perlu melaksanakan
akuntabilitasnya terhadap lebih banyak pihak, tidak hanya pemegang
sahamnya saja. Pemangku kepentingan mencakup antara lain pemegang
saham, kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, masyarakat umum bahkan
lingkungan alam. Semakin banyak pihak dapat dipenuhi kebutuhannya
semakin baik suatu pengetahuan maka akuntansi seharusnya menyajikan
informasi yang berguna bagi stakeholders.
Dewan standar tidak menyediakan informasi akuntansi kepada pihakpihak lain yang bukan merupakan pengguna primer (investor, pemberi
pinjaman, dan kreditor) karena dipertimbangkan hal tersebut mahal,
kurangnya pengetahuan akuntansi para pengguna non-primer, perlunya
KDK yang jelas, dan menghindari konflik tujuan pelaporan keuangan.
Dewasa ini banyak perusahaan yang terdaftar dipasar modal dikelola
oleh para manajer sebagi agen dari pemilik sehingga adalah perlu untuk
membentuk elemen yang mencerminkan akumulasi kinerja manajer dari
periode ke periode. Demikian pula, dewasa ini perusahaan menerima
berbagai bantuan yang berasal dari pemerintah baik berupa hibah,

13

pengurangan/penundaan pajak, fasilitas, dsb. Kondisi ini seharusnya
menuntut perusahaan untuk memberikan informasi keuangan kepada
pemerintah. Masih banyak pihak yang terlibat dengan perusahaan sehingga
adalah penting bagi akuntansi untuk dapat menyediakan informasi keuangan
kepada para pemangku kepentingan sebagai bentuk akuntabilitas entitas.
Bagaimana akuntansi dapat menghasilkan informasi keuangan yang
memenuhi beragam pemangku kepentingan? Terdapat dua cara yang sangat
mudah yaitu:
a.

Cara pertama adalah membentuk elemen tersendiri untuk masingmasing pemangku kepentingan.

b.

Cara kedua adalah membentuk akun-akun tersendiri untuk masingmasing pemangku kepentingan dibawah elemen ekuitas.

6.

Informasi yang Relevan Sekaligus Disajikan Jujur
Informasi yang dikatakan relevan tetapi disajikan secara tidak jujur

membawa risiko kepada pengambilan keputusan yang salah yang pada
gilirannya menjadikan informasi tersebut dapat dikatakan tidak relevan
(relevant). Demikian pula, informasi yang disajikan secara jujur tetapi
relevan maka tidak banyak bermanfaat dalam pengambilan keputusan
karena informasi tersebut dapat dikatakan out of date. Oleh karena itu,
informasi akuntansi seharusnya relevan sekaligus penyajiannya jujur.
Instrumen riset yang digunakan dalam pengumpulan data dituntut
untuk memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, bukan mengutamakan
terpenuhinya salah satu kriteria dengan mengorbankan pemenuhan kriteria
lainnya. Demikian pula, fungsi-fungsi yang dijalankan oleh manajer
seharusnya berfokus pada pencapaian tujuan entitas dengan tetap patuh
terhadap aturan-aturan baik yang berlaku. Oleh karena itu, penyajian
informasi akuntansi yang relevan sekaligus disajikan secara jujur
merupakan tujuan yang harus diperjuangkan.
Dalam aplikasinya (IFRS, 2010), penyajian yang jujur merupakan
prasyarat utama dalam menetapkan perlu tidaknya suatu informasi keuangan

14

yang relevan disajikan. Jika suatu informasi keuangan yang relevan tetapi
tidak tersedia dan tidak mungkin disajikan secara jujur maka informasi
tersebut tidak disajikan dilaporan keuangan. Dalam kondisi yang cukup
ekstrem, dengan demikian , adalah mungkin informasi keuangan yang
relevansinya yang rendah tercantum dilaporan keuangan karena datanya
tersedia dan dapat disajikan secara jujur. Namun demikian, penerapan
pengukuran berbasis nilai wajar ( fair value ) sebagiamana tertuang di IFRS
13 ( IASB, 2011 ) memunculkan resiko terdapatnya penyajian yang tidak
atau kurang jujur karena 2 alasan berikut :
a.
b.

Nilai wajar mengandung unsur subyektifitas , dan
Nilai wajar berpeluang memunculkan perbedaan pendapat karena
perbedaan cara pandang.

Matriks Kualitas Informasi Akuntansi

Penyajian jujur (faithful
representation)

Rendah
Kuadran 3
Tinggi
Relevansi
(relevance)

Kualitas

Tinggi
Kuadran 4

Contoh : Akun
Gedung (metode
nilai wajar)

Contoh : Akun
Kas

Kuadran 1

Kuadran 2

informasi
laporan Contoh
keuangan
lazim
Contoh : Akun
: Akun
Rendahdimasing-masing

Akumulasi
( metode
dikategorikan dalam salah satu kuadran
diatas. StandarTanah
sebelum
IFRS di
Penyusutan

Kos)

Kuadran 2, sedangkan IFRS berusahan menuju ke Kuadran 4 tetapi dalam
aplikasinya cenderung berada di Kuadran 3 karena keberadaan pengukran
berbasis nilai wajar. Alasan mengapa akuntansi tidak mudah menghasilkan
informasi keuangan yang berada di Kuadran 4 yaitu disebabkan karena
Dewan standar cenderung “mengganti” dari satu metode pengukuran ke
metode yang lain, misalnya kos historis diganti dengan nilai wajar. Langkah
ini diambil karena Dewan standar menganggap bahwa pemilihan metode
pengukuran merupakan sebuah aturan yang harus ditetapkan. Namun

15

demikian, langkah ini menjadikan akuntansi menghasilkan laporan
keuangan hanya dari satu pespektif, yaitu informasi yang relevan dengan,
disadari atau tidak, mengorbankan penyajian jujur.

7.

Identifikasi Keterbatasan Standar Akuntansi
Pendefinisian termenologi seharusnya jelas dan tidak kabur ataupun

bermakna ganda sehingga semua pihak dapat berkomunikasi dengan baik
dan terhindar dari salah interprtasi. Selain jelas pendefinisian terminologi
juga harus lengkap, kelengkapan definisi semakin penting jika terminologi
tersebut digunakan dalam produk-produk hokum termasuk standar.
Ketidaklengkapan definisi akan membuka ruang bagi pihak-pihak tertentu
untuk menyajikan informasi keuangan yang tidak menggambarkan kondisi
dan kinerja sesungguhnya suatu entitas. Oleh karena itu ketidaklengkapan
definisi di standar akuntansi dipertimbangkan merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya fenomena manajemen laba.
Salah satu terminologi yang penting untuk didefinisikan secara
lengkap adalah terkait dengan elemen-elemen laporan keuangan yaitu asset,
liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban. Salah satu pendefinisian yang
krusial dan harus dicermati adalah tentang elemen penghasilan dan elemen
beban. Karena kedua elemen tersebut mencerminkan kinerja entitas
(laporanlaba rugi komprehensif) dan banyak pengguna

mendasarkan

informasi tersebut untuk pengambilan keputusan ekonomi, selain itu karena
pendefinisian elemen-elemen laporan keuangan yang ada berdasar balance
sheet

orientation

(Dichev,

2008)

sehingga

pendefinisian

elemen

penghasialan dan beban berisiko tidak mampu mencakup semua transaksi
penghasilan dan beban yang mungkin terjadi di praktik.

8.

Untuk Kita Renungkan
Intisari teori Anchoring and Adjusting adalah sebagai berikut :

seseorang lazimnya mengambil keputusan tentang sesuatu yang tidak

16

diketahuinya berdasar sepotong informasi awal sebagai “jangkar”, dan
selanjutnya melakukan penyesuaian seperlunya dengan tetap berlandas
informasi yang merupakan jangkar tersebut.
Intisari herding behavior adalah sebagai berikut : individu sebagai
anggota kelompok/masyarakat cenderung mengambil tindakan dengan cara
“mengikuti”, “meniru” atau “mengimitasi” keputusan pihak lain. Hal ini
terjadi terutama pada peristiwa yang relatif baru dan mengejutkan. Herding
behavior dapat terjadi dibanyak situasi sehingga muncul fenomena antara
lain stock market bubbles, football hooliganism, judgment and opinion
forming, dan “tsunami” Yogya. Perilaku kawanan tidak selalu membawa
dampak negatif. Namun demikian, perilaku kawanan ini mencerminkan
tindakan tidak sepenuhnya berlandas pertimbangan matang.
Kutipan dan intisari teori sindroma tes klinis sebagaimana terdapat di
buku Teori Akuntansi (Suwardjono, 2005), “sindroma ini menggambarkan
seseorang yang merasa (bahkan yakin) bahwa terdapat ketidakberesan
dalam tubuhnya dan dia tahu benar apa yang terjadi karena pengetahuannya
tentang penyakit. Akan tetapi, dia tidak berani untuk memeriksakan diri dan
menjalani tes klinis karena takut bahwa dugaan tentang penyakitnya tersebut
benar. Akhirnya orang ini tidak memeriksakan diri ke dokter dan
mengatakan pada orang lain bahwa dirinya sehat. Jadi orang ini takut
mengetahui kebenaran gagasan sehingga menghindarinya secara semu.”
Sindroma ini dapat terjadi di berbagai situasi termasuk didunia akademik.
Jika sindroma ini menjangkiti para pemerhati pengetahuan maka “dapat
dipastikan” perkembangan pengetahuan akan terhambat pada gilirannya
merugikan dunia pendidikan dan kehidupan pada gilirannya.

17

Bab III
Kesimpulan dan Saran
A.

Kesimpulan
Untuk menjawab permasalahan yang diangkat disini, dapat ditarik

kesimpulan bahwa:
1.

Indonesia peduli terhadap pengembangan standar berbasis internasional
melalui konvergensi IFRS yang dilakukan oleh IAI, walaupun standar ini
belum di adopsi sepenuhnya. IFRS bertujuan untuk menyamakan presepsi

18

akuntansi disetiap Negara. Indonesia dalam melakukan kepeduliannya
terhadap perkembangan standar berbasis internasional melewati proses yang
panjang dari mulai tahap harmonisasi sampai dengan konvergensi saat ini.
2.

Fenomena yang terjadi dalam penerbitan PSAK 2011 tidak lepas dari
keterlibatan Indonesia yang menjadi anggota IFAC dan G20 yang
menyepakati untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS. Masih banyak
tahapan dan langkah yang diperlukan agar Indonesia benar-benar dapat
dikatakan mengadopsi IFRS sepenuhnya.

3.

IFRS pada dasarnya menekankan arti penting pengukuran yang diwujudkan
dalam penggunaan fair value dan .mendasarkan diri pada rules-based. Hal
ini membuat pembelajaran akuntansi harus semakin memberi perhatian
terhadap matematika dalam rangka mempelajari akuntansi. Pengungkapan
debet kredit melalui prespektif matematika diharapkan menyadarkan
pemerhati akuntansi atas peran matematika dalam pengembangan akuntansi.

4.

Terdapat keterkaitan erat antara akuntansi dan matematika. Pembuktian
sistem berpasangan sebagai aplikasi matematika, khususnya mekanisme
debet kredit, benar digunakan dalam pengembangan akuntansi termasuk
dalam pengembangan IFRS.

B.

Saran
Dari pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan:
1.

Seiring dengan pengembangan akuntansi, tantangan harus dihadapi karena
akuntansi termasuk dalam pengetahuan sosial. Meskipun telah mengklaim
diri sebagai bidang pengetahuan yang dikembangkan berbasis fakta
(empiris) tetapi pengembangan akuntansi masih harus terus berusaha
menemukan fakta yang benar-benar merupakan realita, bukan sekedar
fenomena.

19

2.

Diharapkan

pemerhati

akuntansi

lebih

tertarik

untuk

melakukan

pengembangan akuntansi berbasis matematika dengan harapan dapat
menjadikan akuntansi memberi kontribusi yang luar biasa di masa yang
akan datang.
3.

Teknologi akuntansi dibutuhkan agar dapat menghasilkan informasi
keuangan yang berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan
keputusan.

4.

Diharapkan informasi keuangan tidak hanya ditujukan pada pemegang
saham (Shareholders), tetapi juga pada para pemangku kepentingan lainnya
(Stakeholders).

Daftar Pustaka

https://agusnuramin.wordpress.com/ (diakses pada tanggal 31 Oktober 2014)
http://lestachi.blogspot.com/2014/05/harmonisasi-standar-akuntansi.html (diakses
pada tanggal 31 Oktober 2014)
http://sandiprianggoro.blogspot.com/2014/04/2-penerapan-ifrs-di-indonesia-tugaske-2.html (diakses pada tanggal 31 Oktober 2014)

20

http://rhiahanafi.blogspot.com/2014/04/indonesia-dalam-akuntansiinternasional.html (diakses pada tanggal 31 Oktober 2014)
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan: Edisi
ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Warsono-bin-Hardono, Sony. 2010. Reformasi Akuntansi Membongkar Bounded
Rationality Pengembangan Akuntansi. Yogyakarta: Asgard Chapter.
Warsono-bin-Hardono, Sony. 2011. Adopsi Standar Akuntansi IFRS: Fakta,
Dilema, dan Matematika. Yogyakarta: ABPublishER.

Lampiran