Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Alokasi Kerja Wanita Tani di Kabupaten Aceh Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh buruh wanita tani tentunya akan
berhubungan dengan pendapatan keluarga. Dalam hal ini pendapatan keluarga
adalah pendapatan yang diperoleh dari total keseluruhan pendapatan petani yang
diperoleh dari buruh wanita tani dan suami tani. Dimana pendapatan suami
diperoleh dari usaha lain seperti ojek, dagang, dan lain-lain.

2.1.1 Peran / status sosial wanita
Pada tahun 1990 partisipasi kaum wanita dalam angkatan kerja di negaranegara Asia telah meningkat sampai 4,3%. Tetapi kebanyakan kaum wanita
tersebut hanya bekerja di tempat-tempat yang tidak banyak menghasilkan
pendapatan, Mereka terpusat di sektor pertanian sebesar 80% atau sektor-sektor
informal perkotaan sebesar 25 % hingga 40%. Kaum wanita hampir selalu
mengalami diskriminasi dalam hal perolehan imbalan dan peningkatan dalam
pekerjaan (Todaro, 2000).
Peran dan kedudukan merupakan dua aspek penting dalam hubungan sosial
bermasyarakat. Peran merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial, yang akhirnya akan memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan peranan
tersebut. Peran (role) merupakan aspek dinamis dari status, bilamana seseorang
telah melakukan kewajiban sesuai dengan statusnya, maka ia telah berperan.

Status sering diakronimkan menjadi kedudukan, yang mengindikasikan posisi
seseorang secara sosial di masyarakat. Dengan kata lain, kedudukan memberikan
seseorang sebuah peran sebagai pola interaksi dalam bersosialisasi
(bermasyarakat). (Roosganda, 2008).
Berbagai pendekatan dapat digunakan untuk mengkaji peran dan
kedudukan/status sosial wanita tani, namun pada dasarnya bermula dari
penelaahan the family structure (struktur keluarga) sebagai unit terkecil dalam
sistem masyarakat (society) dan kekerabatan (kinship). Lima substruktur yang
perlu dicermati dalam mengkaji peran wanita adalah sebagai berikut:
(1) diferensiasi peranan, (2) alokasi ekonomi, (3) alokasi solidaritas, (4) alokasi
kewibawaan/ kekuasaan, dan (5) alokasi integrasi dan ekspresi. Seluruh
substruktur tersebut berfungsi sebagai pendukung kelangsungan hidup sistem
kekerabatan dalam rumah tangga maupun dalam bersosialisasi dan bemasyarakat
(Levy, 1971).

Universitas Sumatera Utara

Peranan wanita yang semakin meningkat dalam keluarga dan masyarakat akan
membawa pengaruh terhadap masyarakat dan wanita itu sendiri dan kehidupan
keluarga. Pada masyarakat semakin banyak wanita yang bekerja atau berperan

aktif dibidang ekonomi, berarti partisipasi orang dibidang ekonomi juga
meningkat. Dengan demikian diharapkan hasil yang akan diperoleh semakin
meningkat. Namun demikian konsekuensinya kompetisi antara laki-laki dan
wanita dalam mencari lapangan kerja ada kemungkinan semakin besar pula
(Rizal, 1993).
Perbedaan status/posisi setiap anggota rumah tangga merupakan pengkajian
diferensiasi peranan, berdasarkan perbedaan umur, jenis kelamin, posisi ekonomi,
generasi, atau kekuasaan. Perbedaan tersebut merupakan analisis struktural, yang
sebagian besar disebabkan oleh alasan biologis dan sosial budaya di lingkungan
suatu rumah tangga. Pada dasarnya wanita memiliki peranan ganda dalam rumah
tangga, yang terimplikasi pada (1) peran kerja sebagai ibu rumah tangga (feminine
role), yang meski tidak langsung menghasilkan pendapatan namun secara
produktif bekerja mendukung kaum pria (kepala keluarga) untuk mencari
penghasilan (uang); dan (2) peran sebagai pencari nafkah (tambahan atau utama).
Dalam mengkaji alokasi ekonomi (sumber pendapatan) dan solidaritas rumah
tangga sudah seharusnya pendapatan dari pola nafkah ganda menjadi fokus
pembahasan. Sumbangan wanita tani memiliki andil dalam penghasilan keluarga,
yang tercermin pada penghasilan yang mereka peroleh dari bekerja di lahan
usahatani sendiri atau sebagai buruh tani, maupun sebagai tenaga kerja di luar
sektor pertanian. Di samping bekerja di luar pertanian yang langsung memberi

penghasilan, seperti industri rumah tangga, kerajinan, berdagang, dan buruh
musiman di kota, wanita tani juga disibukkan oleh pekerjaan utama yang
terpenting meski tidak memberi penghasilan langsung, yaitu mengurus rumah
tangga dan sosialisasi berkeluarga (Roosganda, 2008).
Peran wanita tani dapat didukung oleh pendekatan curahan waktu/tenaga
yang imbalannya akan memiliki nilai ekonomi (menghasilkan pendapatan)
maupun nilai sosial (mengurus/mengatur rumah tangga dan solidaritas mencari
nafkah dalam menghasilkan pendapatan rumah tangga). Dengan demikian, peran
ganda wanita merupakan pekerjaan produktif karena meliputi mencari nafkah
(income earning work) dan mengurus rumah tangga (domestic/household work)
sebagai kepuasan dan berfungsi menjaga kelangsungan dalam rumah tangga
(Sajogyo 1994).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi kerja wanita
Menurut Lemme (1995) perempuan termotivasi untuk bekerja karena tiga alasan
yaitu :
1. Kebutuhan ekonomi, seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar
dan mendesak, membuat para ibu harus bekerja untuk bisa mencukupi

kebutuhan sehari- hari.
2. Adanya aspek – aspek tertentu dan peran dalam keluarga yang memotivasi
mereka untuk mencari alternatif kegiatan selain berada di rumah (seperti
kebosanan).
3. Memenuhi kebutuhan psikologis seperti kontak sosial, merealisasikan potensi
dan keinginan untuk bermanfaat bagi lingkungan.

Simanjuntak (1998) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi
wanita untuk bekerja adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin besar probabilitas
perempuan yang bekerja. Semakin tinggi pendidikan maka akan menjadikan
waktu yang dimiliki menjadi mahal, dan keinginan untuk bekerja semakin tinggi,
terutama bagi perempuan yang memiliki pendidikan tinggi, mereka akan memilih
untuk bekerja daripada hanya tinggal dirumah untuk mengurus anak dan rumah
tangga.
2. Tingkat Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan keluarga memiliki peranan yang cukup penting dalam
mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja. Keluarga

mengatur siapa yang bekerja, bersekolah atau tetap mengurus rumah tangga
berdasarkan pada tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan. Artinya, ketika
tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan belum mampu mencukupi
kebutuhan keluarga, maka akan semakin banyak anggota keluarga yang akan
dimasukkan dalam pasar tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

3. Umur
Umur akan mempengaruhi penyediaan tenaga kerja. Penambahan penyediaan
tenaga kerja akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur,
kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun atau umur tua. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi tingkat umur maka akan semakin kecil proporsi
penduduk yang bersekolah, sehingga penyediaan tenaga kerja mengalami
peningkatan. Ketika semakin tua umur seseorang, tanggung jawab pada keluarga
akan semakin besar, terutama pada penduduk usia muda yang sudah menikah.
Bagi seseorang yang telah menikah adanya tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga. Selanjutnya, ketika tingkat umur semakin tua maka
akan masuk pada masa pensiun atau yang secara fisik sudah tidak mampu untuk
bekerja.


4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bersekolah, bekerja, dan
mengurus rumah tangga bergantung pada jumlah tanggungan keluarga yang
bersangkutan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin
tinggi pula probabilitas perempuan yang telah menikah untuk bekerja.

2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Tumanggor dan Effendi (2009) dengan judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di Kota Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan bekerja di Kota Medan.
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Perempuan di Kota Medan. Sedangkan variabel independennya adalah
umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, keberadaan anak/tanggungan jumlah
tanggungan, pendapatan keluarga serta pendapatan responden. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah variabel independen umur, pendidikan,
jumlah tanggungan secara signifikan mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan
kerja perempuan di kota Medan, Sedangkan variabel independen seperti
pendapatan sendiri, pendapatan lainnya memiliki hasil yang tidak signifikan.
Hasil penelitian Simbolon (2010) yang berjudul faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi pekerja wanita di Kota Medan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap partisipasi pekerja wanita di Kota Medan dan secara partial variabel

Universitas Sumatera Utara

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan wanita, pendapatan lainnya
berpengaruh signifikan, sementara variabel umur tidak signifikan.
Hasil penelitian Hugeng (2011) yang berjudul Alokasi Waktu Kerja Dan
Kontribusi Perempuan Terhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman
Transmigrasi Sei Rambutan Sp 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan
terhadap pendapatan keluarga. Analisis dilakukan secara kuantitatif menggunakan
Regresi Linear Berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Sedangkan kontribusi
perempuan terhadap pendapatan keluarga dianalisis secara kualitatif. Hasil
analisis memperlihatkan bahwa variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, jumlah jam kerja Kepala Keluarga (KK) di luar Kimtrans,
dan pendapatan keluarga secara signifikan tidak berpengaruh nyata terhadap

alokasi waktu kerja perempuan.
Hasil penelitian Sinaga (2008) yang berjudul Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Partisipasi Ibu Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga di
Kecamatan Medan Polonia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor –
faktor yang mempengaruhi penghasilan dari beberapa keluarga yang tinggal di
daerah polonia, Medan . Dapat disimpulkan bahwa pendapatan suami (X1)
memberikan efek negatif, jumlah biaya hidup (X2) memberikan efek positif
jumlah tanggungan (X3) memberikan pengaruh positif terhadap partisipasi ibu
dalam meningkatkan pendapatan keluarga ( Y ) .

2.3. Kerangka Penelitian
Partisipasi wanita di pedesaan dan Indonesia pada umumnya dapat
dikelompokkan kedalam peran tradisi dan peran transisi. Peran tradisi wanita
mencakup peran wanita sebagai istri, ibu, dan pengelola rumah tangga. Di pihak
lain peran transisi wanita meliputi peran wanita sebagai tenaga kerja, wanita turut
aktif dalam kegiatan ekonomi (mencari nafkah) di berbagai jenis kegiatan sesuai
dengan ketrampilan dan pendidikan serta lapangan kerja yang tersedia.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan keputusan wanita untuk bekerja. Faktor – faktor itu meliputi pendidikan
wanita, pendapatan suami, umur wanita, jumlah tanggungan keluarga, dan

pendapatan wanita.
Pendidikan berhubungan dengan alokasi kerja wanita. Jika dilihat dari
teori yang dikemukakan oleh Simanjuntak (1998) tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi wanita untuk bekerja, maka semakin tinggi tingkat pendidikan
yang dimiliki wanita semakin tinggi pula keinginannya untuk bekerja. Dalam hal

Universitas Sumatera Utara

ini maka dapat dinyatakan pendidikan dengan alokasi kerja wanita berhubungan
positif.
Pendapatan suami memiliki hubungan dengan alokasi kerja wanita.
Semakin tinggi tingkat pendapatan suami maka semakin rendah pula keinginan
wanita untuk bekerja karena penghasilan suami dianggap mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari – hari. Dalam hal ini dapat dinyatakan pendapatan suami
dengan alokasi kerja wanita berhubungan negatif.
Umur wanita memiliki hubungan dengan alokasi kerja wanita. Semakin
tinggi umur wanita semakin tinggi pula alokasi kerjanya namun semakin wanita
melewati masa produktifnya atau mendekati pensiun maka semakin rendah pula
alokasi kerja wanita. Oleh karena itu umur wanita dengan alokasi wanita dalam
hal ini memiliki hubungan negatif.

Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan alokasi kerja wanita.
Semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin banyak pula beban dan
pengeluaran dalam rumah tangga. Hal ini menjadi pemicu wanita untuk ikut
berpartisipasi dalam mencari nafkah. Maka semakin banyak jumlah tanggungan
semakin tinggi pula alokasi kerja wanita. Jumlah tanggungan dengan alokasi kerja
memiliki hubungan positif.
Pendapatan wanita berhubungan dengan alokasi kerja wanita. Khususnya
untuk wanita yang bekerja dalam kegiatan budidaya pertanian. Besarnya upah
atau gaji ditentukan dari produktivitas kerjanya. Produktivitas disini maksudnya
adalah berapa banyak jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan, lama waktu
bekerjanya, dan seberapa banyak yang mampu dia kerjakan. Maka semakin tinggi
alokasi kerja wanita maka semakin banyak pula pendapatan yang wanita peroleh.
Pendapatan wanita dengan alokasi kerja wanita dalam hal ini memiliki hubungan
positif. Agar penelitian ini terarah dan lebih dimengerti maksud dan tujuannya
maka berikut kerangka pemikiran dari penelitian yang diusulkan.

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan Wanita Tani


Pendapatan Suami

Umur wanita Tani

Alokasi Kerja
Wanita Tani

Jumlah Tanggungan
Keluarga

Pendapatan Wanita Tani
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penelitian

2.4. Hipotesis penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :
1.

Pendidikan wanita tani, pendapatan suami, umur wanita tani, jumlah
tanggungan keluarga, dan pendapatan wanita tani berhubungan dengan
alokasi kerja wanita tani.

Universitas Sumatera Utara