Profil Lemak Dalam Serum Dan Indeks Massa Tubuh Pada Pasien Skin Tag

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skin Tag
Skin tag adalah suatu tumor jinak pada jaringan konektif epidermis yang
merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Tumor ini mempunyai
berbagai bentuk , mempunyai warna yang sama dengan warna kulit, lunak,
filiform

sering

tumbuh

bertangkai

dan

sering

dijumpai


pada

daerah

intertriginosa.2,3,4,5,
Skin tag sering dihubungan dengan keadaan obesitas.8,9,18,19

Skin tag ini

juga sering dihubungan dengan gangguan sindrom metabolik yang terlihat dengan
adanya gejala kutaneus terhadap gangguan karbohidrat atau metabolisme lipid,
abnormalitas enzim hati dan hipertensi.20 Sehingga ini dapat membantu untuk
menyeleksi penderita skin tag dengan melakukan skreening kesehatan dan skin
tag juga dapat sebagai indikator resiko tinggi dari penyakit kardiovaskular.21
2.1.1 Epidemiologi
Skin tag mempunyai beberapa nama yang sama yaitu fibroepitelial polip
acrochordon, cutaneus papiloma, cutaneus tag, soft endothelia l8
Merupakan tumor paling sering dijumpai, 46% dari populasi umum
menderita skin tag.3


Pada wanita yang telah menopause skin tag ini sering

dijumpai bersama sama dengan neurofibromatosis, keratosis seboroik, dan
melanocytic nevus.3 Lesi skin tag ini sering dijumpai pada populasi dewasa
dengan umur diatas 40 tahun dan peningkatan insiden dijumpai pada umur yang
lebih tua.5,7,14 Perbandingan penyakit skin tag antara wanita dan pria adalah
sama.14,15

Universitas Sumatera Utara

7

Pada suatu penelitian mengatakan setidaknya setiap 2 penderita skin tag
merupakan karier penderita skin tag.7
Skin tag merupakan tumor jinak dari jaringan konektif, biasanya bersifat
asimptomatik. Tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali bila terjadi peradangan dan
iritasi. Pasien dapat mengeluhkan rasa gatal atau ketidaknyamanan ketika skin tag
ini tergesek perhiasan ataupun pakaian. Dapat mengenai tempat yang tidak biasa
dijumpai seperti pada daerah penis.17

2.1.2 Etiologi
Etiologi dari skin tag belum diketahui secara pasti. Lebih sering terjadi pada
daerah garukan dan sering berhubungan dengan beberapa kondisi, termasuk
chron disease, acromegali transplantasi organ, polip kolon, aging, kehamilan,
infeksi

human papilloma virus (HPV), peningkatan jumlah sel mast, juga

peningkatan reseptor androgen dan estrogen serta peningkatan kadar leptin.19
Skin tag juga diduga mempunyai hubungan dengan penyakit diabetes
melitus, obesitas,

gangguan toleransi glukosa, dislipidemia dan resistensi

insulin.2,4,8,9,13,14,16,19
Skin tag juga diduga dapat terjadi akibat adanya faktor genetik. Pada
sindrom birt-hogg- dube adalah suatu genodermatosis yang merupakan penyakit
autosomal dominan, ditandai dengan munculnya tumor-tumor kulit yang meliputi
multipel fibrofolikuloma, trichosdiscomas dan achrocordon, diduga karena
adanya mutasi terhadap suatu gen supresor yang menjadi penyebab terjadinya

kelainan genetik ini.15
Adanya suatu iritasi kulit yang sering dan lama diduga merupakan faktor
pencetus, terutama pada pasien obesitas. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat

Universitas Sumatera Utara

8

memudahkan untuk terjadinya skin tag, misalnya tingginya kadar estrogen dan
progesterone pada saat kehamilan, atau terganggunya kadar growth hormone pada
penderita akromegali. Para ahli juga

mendapatkan bahwa epidermal growth

factor (EGF) dalam transforming growth factor (TGF) mempunyai peranan dalam
hal pertumbuhan skin tag.1,15,17
2.1.3 Patogenesis
Pada penelitian Omar S menyatakan bahwa etiopatogenesis skin tag
juga disebabkan adanya inisiasi perlakuan yang sama dan terus menerus yang
merupakan bentuk lain dari trauma kulit dimana garukan pada kulit dapat

menstimulasi peningkatan sel mast pada epidermis, adanya sel mast pada skin tag
ini berperan penting pada proliferasi fibroblas dan deposisi kolagen yang
merupakan gambaran patologik yang telah diobservasi pada penderita skin tag.8
Ada beberapa pendapat mengenai patogenesis dari skin tag.
Terdapatnya beberapa teori yang menyebutkan skin tag terjadi sebagai akibat
adanya tekanan yang persisten ataupun dari gesekan yang terus menerus pada
daerah permukaan kulit, terutama pada penderita obesitas,20 yang menyebabkan
gangguan jaringan elastik kulit.4
Saat ini leptin juga berperan penting pada patogenesis dari skin tag.7 Frank
et al menemukan adanya efek leptin pada proliferasi keratinosit kutaneus pada
tikus. Terdapatnya pengaruh yang kuat bahwa leptin sebagai faktor mitogenik
pada perbaikan kulit telah diteliti secara intensif.15 reseptor leptin diekspresikan
secara primer pada hipotalamus, tetapi leptin juga diekspresikan oleh sel sel darah
mononuklear perifer, sel endotel vaskuler, sel otot lunak, osteoblast dan fibroblast,

Universitas Sumatera Utara

9

leptin juga dapat sebagai mediator proliferasi dan anti apoptotik dari beberapa sel,

termasuk sel T, makrofag dan eosinofil.18
Pada tahun 2000, Crook merupakan peneliti utama yang melaporkan
mengenai serial kasus yang mendapati adanya koinsidensi skin tag dengan
ditemukannya abnormalitas tampilan profil lemak. Pada studi lanjut dikatakan
adanya peningkatan indeks massa tubuh, kadar kadar kolesterol , hormon insulin,
dan sekresi insulin yang dibandingkan dengan orang tidak menderita skin tag.
Pada penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sari, dan Garpelioglu juga
menyimpulkan bahwa pada penderita skin tag didapati adanya peningkatan kadar
kolesterol total ,HDL , LDL, Trigliserida, hormon insulin dan asam lemak
bebas.8,9,16
Mekanisme dasar yang dapat menjelaskan sekelompok kelainan metabolik
pada pasien skin tag adalah keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin
didefinisikan sebagai suatu keadaan respon terganggu terhadap dampak fisiologis
insulin, yang mencakup metabolisme lemak, glukosa dan protein serta terhadap
faal endotel pembuluh darah.5,18 Adanya suatu korelasi positif antara insulin dan
jumlah skin tag dimana insulin merupakan hormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan jaringan dan juga menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan,
dan apabila terjadi resistensi insulin, akan mengakibatkan sel ini kurang responsif
terhadap hormon sehingga pankreas melakukan kompensasi dengan memulai
pembentukan insulin dalam jumlah yang lebih banyak. Adanya suatu keadaan

hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan peningkatan pembentukan dari insulin
growth factor 1 (IGF 1) dan penurunan insulin-like growth factor- binding
Protein3 ( IGFBP 3) yang bertanggung jawab terhadap gen transkripsi anti

Universitas Sumatera Utara

10

proliferatif. Adanya hiperinsulinemia dan peningkatan IGF 1 secara langsung
akan menginduksi epitel dan pertumbuhan fibroblas dengan

melalui aktivasi

reseptor selanjutnya dapat mengakibatkan hiperplasia epidermal, adanya
perubahan endokrin yang dapat mengakibatkan proliferasi dan pertumbuhan sel
inilah mungkin dapat mendasari pembentukan skin tag.13,16
Pada pendapat lain ditemukan insulin dapat memediasi penurunan dari
IGFBP-3 yang merupakan ikatan untuk retinoid X reseptor alpha, ini dapat
mengurangi transkripsi gen proliferasi yang secara normal yang dapat
mengaktivasi retinoid endogen. Adanya perubahan endokrin ini dapat

menyebabkan terjadinya proliferasi selular dan pertumbuhan yang dapat
bermanifestasi sebagai papiloma kutaneus ( skin tag) sebagai konsekuensi skin
tag dapat dikatakan secara khusus berhubungan dengan sindroma X ( hipertensi,
diabetes melitus tipe 2, dislipidemia, penyakit arteri koroner, obesitas dan
toleransi glukosa abnormal ). 13
Resistensi insulin pada otot skeletal akan mengakibatkan gangguan
ambilan glukosa serta gangguan pembentukan glikogen. Resistensi insulin di hati
mengakibatkan kegagalan insulin untuk menekan produksi glukosa di hati,
sedangkan di jaringan lemak resistensi insulin menyebabkan meningkatnya
lipolisis , Ambilan glukosa di jaringan lemak menurun sebaliknya terjadi
peningkatan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas. Hal ini ada kaitannya
dengan timbunan lemak abdomen pada obesitas. Timbunan lemak abdomen
memasuki aliran darah vena porta dalam jumlah besar membuat hati terpapar
asam lemak bebas dalam jumlah yang besar dan mengakibatkan pada hati terjadi
peningkatan proses glukoneogenesis serta meningkatnya produksi VLDL.

Universitas Sumatera Utara

11


Peningkatan asam lemak bebas juga mengganggu insulin di hati yang akan
lebih memperhebat terjadinya hiperinsulinemia dan berpengaruh terhadap
mekanisme pensinyalan di otot skeletal serta akan menurunkan ambilan glukosa
dan peningkatan asam lemak bebas di peredaran darah portal (menuju hati) akan
meningkatkan produksi apoprotein B 100, trigliserida dan VLDL dari hati.22,23
Lipid yang telah disintesis di hati dan usus harus ditransportasikan ke berbagai
jaringan untuk menyelesaikan fungsi metabolik, oleh karena sifatnya yang tidak
mudah larut, lipid akan diangkut di dalam plasma dalam bentuk makromolekul
kompleks yang disebut lipoprotein. lipoprotein dikategorikan sebagai kilomikron,
intermediate density lipoproteins (IDL), low density lipoproteins (LDL), high
density lipoproteins (HDL) very low density lipoproteins (VLDL), dan lipoprotein
A .24,19
Adanya peningkatan asam lemak juga berperan penting dalam patogenesis
skin tag menyatakan bahwa peningkatan asam lemak yang tidak diesterifikasi
yang disebabkan oleh karena adanya hiperinsulinemia akan menghasilkan
ekspresi epidermal growth factor (EGF) dan berkontribusi terjadinya skin tag,
selain itu adanya peningkatan produksi EGF dan tumor necrosis factor (TNF) beta
sebagai akibat keadaan hiperinsulinemia akan mengakibatkan keadaan sinergis
yaitu meningkatkan insulin growth factor (IGF) 1 bebas dan penurunan IGFBP 3
sebagai efek mitogenik pada keratinosit.13

Pada tahun 1998 Diazany et al telah dapat mendeteksi human papilloma
virus ( HPV) DNA pada skin tag yang dianggap sebagai faktor penyebab yang
berperan pada patogenesis skin tag.25,26 ditemukannya DNA tipe 6 dan 11 dengan

Universitas Sumatera Utara

12

adanya persentasi yang cukup besar pada sampel biopsi pada penderita kulit
putih.27
Peran faktor infeksi pada skin tag masih kontroversial. Pada banyak
penyakit kulit ditemukan peningkatan sel mast termasuk pada tumor jinak atau
ganas, telah diketahui sebelumnya sel mast manusia dapat menstimulasi
proliferasi setelah sel sel tersebut kontak secara invitro melalui IL4 (interleukin
4). IL4 berperan sebagai signal kedua untuk fibroblast yang dapat memperkuat
dosis rendah

fibroblast growth factor (FGF) ataupun derivat derivat growth

factor (GF) lainnya. Beberapa kemokin dan juga growth factor lain juga dapat

merubah proliferasi fibroblast dibawah pengaruh dari sel mast.21
2.1.4 Gejala Klinis
Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak menimbulkan rasa nyeri
jika tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan gatal
atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini terkena kalung perhiasan atau
pakaian.
Skin tag dapat terjadi dengan lesi tunggal atau multipel dan terutama
terjadi pada daerah intertriginosa ( aksila, leher, kelopak mata) juga sering
ditemukan pada tubuh, perut, punggung dan paha 14,26
Skin tag merupakan tumor jinak pada jaringan konektif epidermis yang
terlihat sebagai tumor lunak, pedunkulasi, berwarna seperti warna kulit ataupun
hipopigmentasi yang terjadi pada daerah pergesekan dan terutama dijumpai pada
penderita obesitas.20

Universitas Sumatera Utara

13

Ada 3 tipe dari skin tag yang dijumpai 14 :
1. Lesi tunggal atau filiform yang multipel , pertumbuhan yang lunak yang
terdapat di berbagai tempat, sampai dengan 5 mm
2. Multiple, 1-2 mm merupakan papul yang berkerut dan terutama pada
daerah leher dan ketiak
3. Soliter,

pedunkulasi

atau

pertumbuhan

seperti

“baglike”biasanya

berdiameter sekitar 10 mm tetapi bisa lebih besar, lebih sering pada tubuh
bagian bawah.
2.1.5 Gambaran Histopatologi
Pada gambaran histopatologi menunjukkan adanya gambaran papul yang
berkerut yang memperlihatkan gambaran papilomatosis, hiperkeratosis dan
akantosis yang reguler. Pada epidermis menunjukkan bentuk filiform, gambaran
pertumbuhan yang lunak menunjukkan adanya akantosis yang ringan sampai
sedang dan kadang kadang dijumpai papilomatosis. Tangkai jaringan konektif
terdiri dari jaringan kolagen longgar dan sering mengandung kapiler yang
berdilatasi yang berisi eritrosit. Bentuk pendukulasi yang lebih besar
menunjukkan epidermis yang rata yang mendasari serabut kolagen longgar dan
adanya sel yang matur pada bagian tengah. Pada beberapa keadaan dijumpai
adanya sel lemak, mengindikasikan pembentukan lipofibroma.30 Diagnosis skin
tag dapat ditegakkan terutama secara klinis, pemeriksaan hisopatologi hanya
digunakan sebagai konfirmasi.30

Universitas Sumatera Utara

14

*

Gambar 1 : a. Skin tag yang berbatasan dengan kulit normal, b. Adanya hiperplasia epidermis dan inflamasi
kronis pada dermis atas c. Skin tag dengan adanya hiperplasia epidermis.d. Skin tag dengan sejumlah sel
mast.

2.1.6 Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding skin tag adalah neurofibromatosis, tumor
premalignan fibroepitelial, keratosis seboroika dan veruka. 14
2.1.7 Pengobatan
Pengobatan untuk skin tag ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tumor dengan ukuran lebih kecil dengan memakai curved blade scissors
dan dengan ukuran yang lebih besar biasanya dilakukan eksisi dengan
tindakan bedah kulit yang sederhana. Untuk skin tag ukuran yang lebih
kecil dapat mengaplikasikan ammonium chlorida sehingga dapat
mengurangi perdarahan.14
Pengobatan seperti eksisi sederhana, elektrodesikasi dan krioterapi
merupakan pilihan pengobatan yang menunjukkan kesuksesan.30

Universitas Sumatera Utara

15

* diambil dari kepustakaan no 29

2.2 Lipida Darah
Lipida darah secara prinsip meliputi kadar kolesterol, ester kolesterol,
trigliserida dan fosfolipida. Marinetti (1990) menyatakan kolesterol dan lipida
merupakan komponen penting dalam membran sel, yang merupakan prekursor
hormon steroid dalam kelenjar adrenal dan prekursor asam asam empedu dalam
hati . Durrington (1989) menyatakan trigliserida merupakan bentuk esterifikasi
dari gliserol dengan asam asam lemak juga merupakan sumber dan cadangan
energi utama dalam tubuh dan disimpan dalam jaringan adiposa. Sifat lipid tidak
larut dalam air sehingga untuk beredar dalam tubuh diperlukan suatu sistem
transpor yang memungkinkan lipid tersebut larut dalam plasma. Lipid membantu
suatu kompleks makromolekul bersama dengan protein khusus yang disebut
apolipoprotein. Kompleks yang terbentuk disebut lipoprotein. Terdapat lima kelas
utama lipoprotein yaitu kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL.32
2.2.1

Kolesterol
Kolesterol adalah prazat dari hormon hormon steroid dan asam asam
empedu yang merupakan unsur penting membran sel. Sebagian besar
kolesterol disintesis di hati 32
Larsen (2003) menyatakan bahwa kolesterol memainkan peranan
yang kritis sebagai komponen utama dari membran sel dan sebagai
prekursor hormon steroid. Selain itu juga sebagai prekursor asam empedu
yang akan dibentuk di hati, disimpan di kandung empedu dan disekresi di
usus yang nantinya akan ikut berpartisipasi dalam penyerapan lemak.33

Universitas Sumatera Utara

16

Sebagian besar absorbsi kolesterol terjadi di usus kecil dan ketika
absorbsi lemak dan kolesterol terjadi di usus kecil, terjadi pemecahan
misel yang akan mengurangi absorbsi kolesterol

32

. Kritchevsky (2006)

menyatakan bahwa kolesterol mewakili sekitar 0,2% dari total berat tubuh.
Lebih separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis ( sekitar 700
mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari hari. Almatsier (2001)
menyatakan bahwa konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg
sehari.32
Kadar kolesterol dalam plasma diturunkan oleh hormon tiroid dan
hormon estrogen. Kadar

kolesterol akan meningkat bila aliran pada

empedu mengalami penyumbatan, pada hiperkolesterolnemia heriditer,
dan diabetes melitus yang tidak diobati. 33

Universitas Sumatera Utara

17

Tabel 1.2 Klasifikasi kolesterol *
Klasifikasi kolesterol berdasarkan Adult treatment panel III

Total kolesterol

klasifikasi

< 200

normal

200 – 239

Batas tinggi

> 240

tinggi

2.2.2 Trigliserida
Trigliserida mengandung tiga molekul asam lemak sehingga effisien
untuk penyimpanan bentukan dari energi metabolik .Terdiri dari tiga
molekul asam lemak yang diesterifikasi menjadi molekul gliserol.
Berperan untuk menyimpan asam lemak dan membentuk droplet lemak
yang besar di jaringan adiposa. 35
Larsen menyatakan bahwa trigliserida yang disimpan di jaringan
adiposa merupakan simpanan energi utama tubuh. Untuk menjadi tersedia
sebagai sebuah substrat energi, ketika trigliserida disimpan di jaringan
adipose maka akan dihidrolisa oleh hormon yang sensitif lipase menjadi
asam lemak. Pencernaan lemak dimulai dari lambung dimana lemak akan

Universitas Sumatera Utara

18

dikatalisa oleh lingual lipase yang dikeluarkan dari kelenjar yang berada
di belakang lidah.

* dikutip dari kepustakaan no 11
Molekul trialcyl glycerol (TAG) merupakan target utama dari enzim ini,
TAG juga akan didegradasi oleh gastric lipase yang disekresikan oleh
mukosa lambung. Pencernaan ini berlanjut ke usus kecil, dimana akan
terjadi emulsifikasi lemak di duodenum. 34
Akibat molekul TAG yang terlalu besar maka molekul ini akan
diesterasi

oleh

pancreatic

lipase

dan

akan

menghasilkan2-

monoasilgliserol, kolesterol dan asam lemak bebas. 32
Kadar trigliserida harus diukur dalam keadaan puasa kurang lebih
12 jam. Rata rata serum trigliserida 65 mg/100 ml pada seseorang dibawah
20 tahun meningkat secara bertahap hingga 95 mg/100 ml pada dekade ke
enam.33
Tabel 2.2 Klasifikasi trigliserida *
Klasifikasi trigliserida berdasarkan adult treatment panel III

Total trigliserida ( mg/dl)

Kategori

< 150

Normal

150-199

Batas tinggi

Universitas Sumatera Utara

19

200-499

Tinggi

> 500

Sangat tinggi

Lipid yang disintesis di hati dan usus harus ditransportasikan ke
berbagai jaringan untuk menyelesaikan fungsi metabolik, oleh karena
sifatnya yang tidak mudah larut, lipid diangkut di dalam plasma dalam
bentuk makromolekul kompleks yang disebut Lipoprotein.
* dikutip dari kepustakaan no 11
Lipoprotein dikategorikan sebagai kilomikron, very low density
lipoproteins (VLDL), intermediate density lipoproteins (IDL), low density
lipoproteins (LDL), high density lipoproteins (HDL) dan lipoprotein A.33
2.2.3

Low Density Lipoprotein
LDL merupakan 50% dari masa total lipoprotein di plasma. Partikelpartikelnya lebih kecil dari trigliserida yang kaya akan lipoprotein, dan
bahkan konsentrasi LDL yang meningkat dengan hebat tidak mengubah
kejernihan dari plasma. Jenis LDL yang lebih kecil mengandung jumlah
kolesterol ester yang lebih sedikit. Meningkatnya jumlah dari partikel yang
lebih kecil ditemukan pada pasien dengan beberapa bentuk umum dari
dislipoproteinemia yang sering dihubungkan dengan penyakit arteri
koroner .32

2.2.4

High Density Lipoprotein
Larsen menyatakan bahwa HDL merupakan partikel kecil yang
mengandung 50% protein, 20% kolesterol, 30% fosfolipid, dan trigliserida.

Universitas Sumatera Utara

20

HDL memperoleh kolesterol dari sel dan mengirimnya ke hati untuk ekskresi
atau ke sel lain yang membutuhkan kolesterol .32
2.3

Indeks Massa Tubuh (IMT)

2.3.1 Defenisi
Indeks massa tubuh merupakan salah satu indikator yang dapat
dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaupun IMT tidak dapat
mengukur jumlah lemak secara langsung, tetapi IMT merupakan metode
yang paling banyak digunakan dalam menentukan apakah orang tersebut
menderita obesitas atau tidak. Indeks massa tubuh dihitung dengan cara
membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan tinggi badan dalam
meter kuadrat (m2) 36
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National
Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical
Guidelines

for

Overweight

in

Adolescent

Preventive

Services

telah

merekomendasikan IMT sebagai baku pengukuran obesitas. IMT adalah cara
termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa
lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai resiko dapat terkena komplikasi medis. Indeks massa tubuh yang
digunakan untuk menetapkan obesitas, pada orang dewasa ditetapkan adalah > 25
kg/m2 sebagai batas overweight dan >30 kg/m2 sebagai obesitas. Kriteria
obesitas dan overweight untuk bangsa Asia berbeda,ukuran IMT>25 kg/m2
merupakan kriteria untuk obesitas. Hal ini disebabkan persen lemak tubuh bangsa
Asia (terutama abdominal obesity) 7%-10% lebih tinggi dibandingkan

bangsa Kaukasian yang mengakibatkan risiko komorbiditas obesitas yaitu
PJK dan diabetes pada bangsa Asia juga lebih tinggi.28 berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

21

penelitian Guricci dan teman teman menyatakan bahwa bangsa Indonesia
yang mempunyai umur, jenis kelamin dan presentasi lemak tubuh yang
sama, mempunyai indeks massa tubuh yang lebih rendah 3 kg/m2
dibanding bangsa kulit putih bangsa Nederland. Secara umum juga
ditemukan wanita asia mempunyai indeks massa tubuh yang lebih rendah
dibandingkan bangsa kulit putih.29

IMT mempunyai keunggulan utama yaitu menggambarkan lemak
tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian
populasi berskala besar. Keterbatasannya adalah membutuhkan penilaian
lain bila dipergunakan secara individual. Salah satu keterbatasan IMT
adalah tidak bisa membedakan berat yang berasal dari lemak dan berat dari
otot atau tulang. IMT juga tidak dapat mengidentifikasi distribusi dari
lemak tubuh. Sehingga beberapa penelitian menyatakan bahwa standar
untuk

mendefenisikan obesitas

berdasarkan

IMT mungkin

tidak

menggambarkan resiko yang sama untuk konsekuensi kesehatan pada
25

semua ras atau kelompok etnis.

2.3.2 Pengukuran Indeks Massa Tubuh
Menurut Himes dan Dietz indeks massa tubuh digunakan untuk
menetapkan tingkatan obesitas dan direkomendasikan sebagai indeks
untuk mengidentifikasi dan menangani obesitas.
Indeks Massa Tubuh (IMT) =

Berat Badan (kg)
[Tinggi Badan (m)]2

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 3.2 Kategori Indeks Massa Tubuh menurut WHO *
IMT

KATEGORI

< 18,5

Berat badan kurang

18,5 – 24,9

Berat badan normal

>25,0 – 29,9

Overwight

30,0 – 34,9

Obesitas kelas 1

35,0 – 39,9

Obesitas kelas II

>40,0

Obesitas kelas III

* dikutip dari kepustakaan no 27

Universitas Sumatera Utara

23

2.4 . Kerangka Teori

Gangguan Hormonal

Iritasi dan tekanan dermis

Diabetes Melitus

Infeksi HPV

Skin Tag
Obesitas

Resistensi
insulin

Dislipidemia ( peningkatan
kolesterol trigliserida dan
LDL dan penurunan HDL)

Peningkatan jumlah Sel mast

Peningkatan proliferasi
fibroblas dan deposisi
kolagen

Peningkatan IGF 1 dan
penurunan IGFBP 3 ( gen
transkripsi anti proliferatif)
Peningkatan produksi
EGF dan TGF beta 1

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Teori Penelitian

Universitas Sumatera Utara

24

2. 4. Kerangka Konsep




Skin tag

Dislipidemia (
kolesterol, HDL dan
LDL dan trigliserida)
Indeks masa tubuh (
obesitas)

Gambar 3.2 Diagram Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara