Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama

dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi
berkembang seiring dengan peradaban manusia, dan turut mendorong perkembangan dunia
sampai saat ini. Salah satu bentuk komunikasi yang sangat berpengaruh dalam proses
perkembangan dunia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan bentuk
komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dengan
komunikan secara massal yang berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar)
dan sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).
Penyampaian informasi yang berupa peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu
pengetahuan, dan lain sebagainya kepada khalayak yang bersifat massal memerlukan sebuah
media. Media yang dapat mengakomodir semua itu adalah media massa. Media massa adalah
sarana untuk menyalurkan pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada sejumlah
orang banyak yang terpencar-pencar dan heterogen. Media massa dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori, yakni: media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (televisi,

radio), dan media Online (internet) (Mondry, 2008:12).
Televisi

sebagai

salah satu

media

elektronik,

memiliki

kelebihan dalam

menyampaikan pesan dibanding dengan media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual
sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik, menyenangkan dan
komunikan lebih mudah dalam menerima suatu pesan. Televisi menyajikan pesan yang
beraneka ragam dan mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pengawasan situasi
masyarakat dan dunia, menghubungkan satu dengan yang lain, menyalurkan kebudayaan,

hiburan atau entertainment, pengerahan masyarakat untuk bertindak secara darurat
(Hofmann, 1999:54).
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap
aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahkan televisi menimbulkan pengaruh terhadap
kehidupan pada umumnya bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Akan tetapi,
sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui
banyak. Di Indonesia, meskipun tidak sebanyak di negara-negara yang sudah maju -

Universitas Sumatera Utara

penelitian telah dilakukan, baik oleh Departemen Penerangan sebagai lembaga yang paling
berkompeten maupun oleh pergruan-perguruan tinggi.
Menuru Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi
sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton. Jadi, jika hal-hal yang
mengakibatkan penonton terpengaruh psikologis dari televisi ialah sekan-akan menghipnotis
penonton sehingga penonton dihanyutkan dalam suasana pertunjukkan televisi.
Dr. Jack Lyle, Direktur Institut Komunikasi East West dari West Centre, Honolulu,
Hawaii, ketika memberikan ceramahnya di LIPI Jakarta antara lain mengatakan bahwa
televisi bertindak sebagai agent of displacement, dimana televisi telah memancing

masyarakat untuk menjadikannya sebagai pengganti utama dari segala kegiatan atau
kebutuhan yang lain (Onong, 1993:193).
Salah satu program informasi yang banyak disajikan media khususnya televisi adalah
program reality show. Program reality show adalah suatu acara yang menampilkan realiti
kehidupan seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV,
sehingga bisa dilihat masyarakat. Reality show tak sekedar mengekspose kehidupan orang,
tetapi juga

ajang

kompetisi,

bahkan

menjahili

orang

(Widyaningrum


dan

Christiastuti,Agustus, 2004). Reality show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real),
tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan
masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat.
Dalam penyajiannya acara reality show terbagi menjadi 3 jenis, yaitu Docusoap
(documenter dan soap opera) yaitu gabungan rekaman asli dan plot. Disini penonton dan
kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani
kegiatan sehari-hari mereka, baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini produser
menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam proses editing
menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga akhirnya
terbentuk cerita berdurasi 30 menit tiap episode. Contohnya: MTV’s Real World The
Temptation Island, dll. Hidden Camera yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam orang-

orang dalam situasi yang sudah di-set. Contohnya: spontan, ngacir, dll. Reality game show
yaitu sejumlah kontestan yang direkam secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna
bersaing memperebutkan hadiah. Fokus dari acara ini para kontestan menjalani kontes
dengan tipu muslihat sampai reaksi yang menang dan kalah. Contohnya: Survivor, Penghuni
Terakhir, American Idol, dll (Harmandini,September, 2005).


Universitas Sumatera Utara

Salah satu stasiun Tv yang menayangkan program acara reality show Docusoap
(documenter dan soap opera) yaitu NET.Tv, dimana stasiun Tv ini memiliki acara reality
show yang bernama Net 86 yang show yang diproduksi secara kerjasama antara NET. dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai keseharian beberapa anggota polisi.
NET. Televisi Masa Kini merupakan salah satu alternatif tontonan hiburan layar kaca.
NET. hadir dengan format dan konten program yang berbeda dengan stasiun TV lain. Sesuai
perkembangan teknologi informasi, NET. didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan
dan informasi di masa mendatang akan semakin terhubung, lebih memasyarakat, lebih
mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses. Karena itulah, sejak awal, NET. muncul
dengan konsep multiplatform, sehingga pemirsanya bisa mengakses tayangan NET. secara
tidak terbatas, kapan pun, dan di mana pun.
NET. adalah bagian dari kelompok usaha INDIKA GROUP. Meskipun bergerak di
bidang

usaha

Energi


&

Sumberdaya

di

bawah

bendera

Indika

Energy

Tbk.

(www.indikaenergy.com), berdirinya INDIKA dimulai dari sebuah visi untuk membangun
usaha di bidang Media Hiburan dan Teknologi Informasi. Nama INDIKA sendiri merupakan
singkatan dari Industri Multimedia dan Informatika. Saat ini, melalui PT. Indika Multimedia,
INDIKA GROUP bergerak di bidang usaha Promotor, Broadcast Equipment, Production

House dan Radio.
Secara konten, tayangan NET. berbeda dengan tayangan televisi yang sudah ada.
Sesuai semangatnya, tayangan berita NET. wajib menghibur, dan sebaliknya, tayangan
hiburan NET. harus mengandung fakta, bukan rumor atau gosip. Secara tampilan, NET.
muncul dengan gambar yang lebih tajam dan warna yang lebih cerah. NET. telah
menggunakan sistem full high definition (Full-HD) dari hulu hingga ke hilir.
Kini, NET dapat disaksikan melalui siaran terrestrial tidak berbayar, atau free to air.
NET. juga dapat disaksikan dengan berlangganan televisi berbayar, di antaranya: First Media
(channel 371), BIG TV (channel 232), dan Orange TV.
Salah satu program televisi yang ada di Net.Tv ini yang mengangkat tugas dan citra
polisi adalah program reality show Net 86. Nama program Net 86 ini sendiri berasal dari
kode sandi POLRI yang berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris. 86
merupakan tontonan yang segar dan dapat memacu adrenaline yang ditayangkan di NET. TV
setiap hari pukul 21:00 WIB. Dalam program ini, pemirsa akan diajak bersama melihat
keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin, mulai dari menertibkan
pelanggar lalu lintas, penggerebekan, hingga pengungkapan sindikat narkoba. Namun selain

Universitas Sumatera Utara

soal tugas mereka, akan dibahas juga sisi humanis dari seorang polisi yang tentunya

merupakan seorang manusia biasa juga, terutama pengaturan prioritas tugas yang menuntut
kesiagaan setiap saat dengan keluarga yang menunggu di rumah.
Diharapkan dari program ini, masyarakat dapat menghargai kerja polisi dalam
menertibkan lingkungan dengan menaati hukum yang berlaku tanpa ditegur dahulu. Melalui
program 86 masyarakat Indonesia diharapakan dapat menyadari pentingnya memahami
aturan-aturan yang berlaku, menghargai dan membantu pihak kepolisian. Tidak hanya itu
masyarakat juga dapat melihat sisi lain dari kehidupan pribadi seorang polisi sebagai manusia
biasa dan hubungan dengan keluarganya.
Sekilas ‘86’ bisa jadi dipersepsikan sebagai bentuk pencitraan yang dilakukan Polri
dengan menunjukkan kinerjanya secara langsung di depan televisi. Namun di samping itu,
nilai edukatif dari tayangan ini tentu saja sangat banyak. Selain mengajarkan untuk lebih
disiplin dalam mematuhi peraturan negara, reality show 86 ini juga menjadi semacam
gambaran bahwa sewaktu-waktu kita bisa saja menjadi sorotan mereka Lebih dari itu, acara
ini menjadi semacam sosialisasi yang sangat efektif mengenai aturan-aturan berlalu lintas
hingga sanksi yang mungkin didapatkan bila melakukan pelanggaran. Jadi tidak ada alasan
warga negara mengatakan tidak tahu akan suatu aturan.
Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara berdasarkan hukum, atau yang
sering disebut sebagai negara hukum. Ditengah-tengah itu, polisi merupakan salah satu pilar
yang penting, karna badan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mewujudkan janji-janji hukum menjadi kenyataan. Kita dapat melihat pada era Reformasi

telah melahirkan paradigma baru dalam segenap tatanan kehidupan bermasyrakat, berbangsa
dan bernegara yang ada dasarnya memuat koreksi terhadap tatanan lama dan penyempurnaan
kearah tatanan indonesia baru yang lebih baik. Paradigma baru tersebut antara lain supermasi
hukum, hak azasi manusia, demokrasi, transparansi dan akuntabilitas yang diterapkan dalam
praktek penyelenggara pemerintahan negara termasuk didalamnya penyelenggaraan fungsi
Kepolisian.
Polri adalah mitra dan pengayom masyarakat. Tingkat komitmen yang tinggi akan
menghasilkan loyalitas yang lebih tinggi, menumbuhkan kerjasama dan meningkatkan harga
diri dan rasa memiliki yang lebih besar, kewibawaan, keterlibatan psikologik, dan merasakan
suatu kesatuan yang bersifat integral dengan organisasi (Stone, 1998). Bahkan aktivitas
apapun dalam suatu organisasi mensyaratkan komitmen yang tinggi dari anggotanya mulai
dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Komitmen saja tanpa didukung oleh kompetensi akan

Universitas Sumatera Utara

berakibat fatal, organisasi hanya akan dipenuhi orrang-orang yang setia, loyal, dan taat, tetapi
tidak memiliki kemampuan yang memadai, sehingga kreativitas dan inovasi di dalam
organisasi menjadi suatu yang langka. Sementara itu organisasi dengan banyak pegawainya
yang berbakat dan memiliki kompetensi yang tinggi, namun tanpa komitmen yang kuat,
hanyalah sekumpulan orang hebat yang kemungkinan besar tidak melakukan apapun, karena

tidak memiliki komitmen.
Dimanapun dunia ini, kepolisian akan selalu ditarik kedua arah yang berbeda, yaitu
arah formal prosedural dan arah sosiologis substansial .Keadaan dasar seperti itu mendorong
kita untuk memahami pekerjaan kepolisian sebagai sesuatu yang “ berakar peraturan” dan
sekaligus juga “ berakar prilaku”. Kalau mempelajari kepolisian juga berarti berusaha
memberikan penjelasan mengenai objeknya, seperti lazimnya aturan main dalam ilmu
pengetahuan, maka kita tidak akan bias memahami pekerjaan kepolisian dengan sebaikbaiknya, tanpa masuk kedalam hakikatnya sebagai suatu pekerjaan yang berakar prilaku
itu.Penegakan hukum, penjagaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pelayanan dan
pengayoman masyarakat adalah tugas pokok polisi sebagai profesi mulia, yang aplikasinya
harus berakibat pada asas legalitas, undang-undang yang berlaku dan hak azasi manusia. Atau
dengan kata lain harus bertindak secara professional dan memegang kode etik secara ketat
dan keras, sehingga tidak terjerumus kedalam prilaku yang dibenci masyarakat .
Berbicara mengenai kinerja anggota Polri, tentunya tidak terlepas dari bagaimana
anggota Polri berperilaku di tempat tugas maupun di luar tugas masing-masing. Pada
dasarnya perilaku merja itu diawali dari adanya motivasi disertai dengan sikap kerja yang
positif, persepsi, nilai-nilai yang dianut, serta kemampuan atau kompetensi yang dimiliki para
anggota Polri. Tanpa aspek tersebut (tentunya yang termasuk kategori baik), mustahil akan
dihasilkan kinerja yang baik yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pekerjaan/tugas (Suryana
S, 2003). Akan tetapi karena berbagai keadaan dan tuntutan serta pengaruh dari lingkungan,
serta kondisi kepribadian yang cenderung kuat, akan berakibat kurang baik dalam kehidupan

sehari-hari di lingkungan tugas maupun di luar tugas.
Kenyataan masih menunjukan , bahwa polisi lebih di kenal oleh masyarakat sebagai
badan yang pekerjaannya memburu dan menenangani kejahatan. Mendengar kata polisi,
segera saja pikiran masarakat tertuju pada pencurian, perampokan, pembunuhan , dan
sebagainya. Atau, yang lebih ringan, kemacetan lalu lintas. Masyarakat dan polisinya
merupakan dua kegiatan yang tidak bisa di pisahkan. Tanpa masyarakat, tidak akan ada polisi

Universitas Sumatera Utara

dan tanpa polisi, proses-proses dalam masyarakat tidak akan berjalan dengan lancar dan
produktif.
Perubahan perilaku ke arah perilaku yang diharapkan oleh Polri sesuai dengan visi
dan misi Polri harus memenuhi proses seperti berikut (Suryana S. 2002):
1. Pencairan (unfreezing) yaitu penerimaan secara jelas terhadap kebutuhan akan
perubahan sehingga individu, kelompok, atau organisasi siap melihat dan
menerima bahwa perubahan harus terjadi
2. Pengubahan (changing) yaitu suatu proses menemukan dan 'mengadopsi' sikap,
nilai, dan tingkah laku baru dengan bantuan agen perubahan terlatih, yang
memimpin individu, kelompok, atau seluruh organisasi melalui proses tersebut.
Anggota organisasi akan menyesuaikan diri dengan nilai, sikap, dan tingkah laku
dari orang yang memimpin atau membimbing proses perubahan dalam
situasiorganisasi, menyerapnya, setelah mereka menyadari keefektifan dalam
pelaksanaan kerja
3. Pemantapan (refreezing) berarti meneguhkan pola tingkah laku baru pada
tempatnya dengan cara mendukung atau memperkuat, sehingga menjadi norma
yang baru.
Untuk itu memerlukan komitmen bersama dari seluruh jajaran Polri dari tingkat
pimpinan tertinggi sampai dengan tingkat yang paling bawah, serta dukungan dari pemerintah
dan masyarakat.
Banyaknya kejadian yang menunjukkan lemahnya pondasi kepemimpinan institusi
Polisi ini dapat di lihat dari beberapa kejadian sebelumnya, seperti adanya bentrok TNI-Polri
di Batam beberapa waktu yang lalu. Dimana konflik ini sudah berulang kali terjadi dan
meruipakan kelanjutan dari bentrok yang terjadi pada September 2013 lalu. Belum lagi
adanya kasus yang menyangkut seorang Budi Gunawan pada saat beliau dipilih menjadi
kandidat tunggal Kapolri menggantikan Sutarman oleh Presiden Jokowi. Budi Gunawan
memiliki keterkaitan kasus rekening gendut pejabat Polri dimana akhirnya KPK
mengumumkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi saat ia menjabat Kepala Biro
Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006 dan jabatan
lainnya di kepolisian. Walaupun pada akhirnya Budi Gunawan oleh Majelis Hakim PN
memutuskan mengabulkan gugatan Budi Gunawan dan menyatakan penetapannya sebagai
tersangka tidak sah dan tidak bersifat mengikat secara hukum.

Universitas Sumatera Utara

Sikap represif yang mulai mengendur, berpengaruh terhadap beberapa keberhasilan
yang dicapai kepolisian, dan relatif lebih amannya kondisi keamanan bias jadi membuat citra
polisi saat ini yang seharusnya dipandang lebih baik. Namun dalam beberapa bagian
lain,terutama berkaitan dengan tuntutan profesionalitas polisi dalam menangani kasus besar,
polisi dipandang masih belum mampu menjalankan tugasnya secara lebih profesional,
khususnya dalam mengungkap kasus hukum berat seperti pelanggaran hak asasi manusia.,
akibatnya masyarakat merasa tetap tidak puas dengan kinerja polisi. Kondisi di atas,
tercermin dari ungkapan public mencermati upaya polisi dalam menangani kasus korupsi
besar maupun kasus yang melibatkan orang penting atau memiliki pengaruh dalam
pemerintahan atau ekonomi, polisi masih dipandang sebelah mata.
Dari sebagian kejadian yang dapat peneliti sajikan diatas dapat dilihat banyaknya
kasus yang menyangkut Kepolisisan yang sering kali kejadian yang ada menimbulkan
pencemaran terhadap Kepolisian itu sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti pengaruh tayangan 86 di Net Tv terhadap citra polisi di kalangan
mahasiswa FISIP USU.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, peneliti

merumuskan bahwa rumusan masalah yang akan diteliti adalah: “Pengaruh tayangan 86 di
Net Tv terhadap citra polisi di kalangan mahasiswa FISIP USU.”
1.3

Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian

lebih fokus terhadap permasalahan yang sedang diteliti, maka perlu dibuat pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jl. Dr .A Sofyan
Nomor 1 Kampus USU, Medan 20155.
2. Unit Analisis ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 20132014 yang menonton tayangan 86 di Net Tv.
3. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Maret 2015 dengan lama
penelitian yang akan disesuaikan dengan kebutuhan. Aapabila data yang diperoleh
sudah cukup maka penelitin akan dihentikan.
1.4

Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tayangan 86 di Net Tv

terhadap citra Polisi di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU
angkatan 2013- 2014.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui citra Kepolisian di kalangan mahasiswa
Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2013-2014.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

USU angkatan 2013- 2014. dalam mendeskripsikan citra polisi saat ini.
4. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengalaman teoritis penulis selama
mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera
Utara.

1.5

Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis, untuk menerapkan ilmu yang peneliti peroleh selama menjadi
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta memperkaya pengetahuan dan
wawasan penelitian.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya bahan referensi
penelitian di bidang Ilmu Komunikasi dan memberikan sumbangan pemikiran
bagi pembacanya.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan
bagi Kepolisian agar dapat memperbaiki kelengahan yang terdapat di Institusi
KAPOLRI saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tayangan Debat Capres Dan Citra Capres (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Capres di TV terhadap Peningkatan Citra Capres RI pada Masa Pemilihan Umum Presiden 2009 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

1 53 153

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

8 82 97

Konstruksi Realitas Sosial Citra Polisi Pada Reality Show Net 86 Di Net. TV

11 40 77

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

1 8 93

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 14

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 0 1

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 4 19

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 3 3

Tayangan 86 di Net Tv dan Citra Polisi (Studi Korelasional Pengaruh Hubungan Tayangan 86 di Net Tv Terhadap Citra Polisi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 9

OPINI ANGGOTA POLISI DI MAPOLRESTABES SURABAYA MENGENAI TAYANGAN 86 DI NET TV SKRIPSI

1 1 22