Uji Toksisitas Pelembut Pakaian Terhadap Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Apabila air telah
tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar.
Hampir semua makhluk hidup di muka bumi ini memerlukan air, dari
mikroorganisme sampai dengan mamalia. Tanpa air tiada kehidupan di muka
bumi. Jumlah air di muka bumi ini cukup banyak. Sekitar 71% dari luas
permukaan bumi ini terdiri atas air (Wardhana, 2004).
Pencemaran air dapat merupakan masalah regional, maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia akan terbawa air ke
daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang
bersangkutan (Darmono, 2001).
Surfaktan atau surface active agents atau wetting agents merupakan bahan
organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen, sabun, dan shampoo.
Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan
partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan
mengapung atau terlarut dalam air. Surfaktan dikelompokkan menjadi empat,
yaitu surfaktan kationik, surfaktan anionik, surfaktan nonion dan surfaktan

amphoteric (zwitterionic). Keberadaan surfaktan dapat menimbulkan rasa pada air
dan dapat menurunkan absorbsi oksigen di perairan (Effendi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Pelembut pakaian merupakan salah satu produk rumah tangga yang
berfungsi mencegah kain kehilangan bentuk dan dapat mengembalikan bentuk
kain. Larutan pelembut pakaian terdapat surfaktan kationik jenis senyawa
kuaterner amonium klorida yang membahayakan kehidupan lingkungan perairan.
Surfaktan kationik merupakan senyawa aktif permukaan dengan sedikit rantai
alkil hidrofobik dan gugus hidrofilik yang membawa muatan positif. Bahan
bakunya diambil dari minyak alam dengan campuran homolog dari surfaktan
(Septi, 2004).
Ikan mas hidup di air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting,
sehingga ikan ini banyak dibudidayakan. Lingkungan perairan yang tercemar
limbah deterjen kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut (Halang, 2004).
Kerusakan organ ikan yang cukup nyata disebabkan oleh surfaktan yaitu
kerusakan epitel pernapasan ikan. Deterjen merusak indera perasa ikan, sehingga

menyulitkan ikan dalam mencari makan, surfaktan dalam bentuk phenol
merupakan senyawa bahan kimia yang bersifat toksik ketika terurai dan
membahayakan ikan. Semakin besar kadar surfaktan maka semakin besar pula
kerusakan epitel ikan (Ujang, 2000).
Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan
perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota dalam bentuk letal
concentration (LC50 ). Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya
konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik
pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas

Universitas Sumatera Utara

adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi, memenuhi syarat
umur, berat, dan panjang serta sesuai dengan ikan yang hidup di perairan
tercemar. Ikan mas adalah salah satu jenis ikan yang memenuhi persyaratan
tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara, penyebarannya merata,
mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas (Yuli dkk, 2012).
Limbah deterjen yang dibuang ke badan air akan menimbulkan masalah
pendangkalan perairan, terhambatnya difusi oksigen, sehingga proses penguraian
secara aerobik terganggu akibatnya terjadi kematian organisme akuatik serta

menurunnya estetika lingkungan yang disebabkan timbulnya bau dan busa.
Antisipasi dari semua pihak perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak
lingkungan, karena surfaktan dari golongan kuaterner amonium klorida dapat
membentuk senyawa nitrosamin dan gugus aromatik dari surfaktan bersifat
karsinogenik. Di bidang lingkungan,

masalah yang timbul adalah terjadinya

eutrofikasi di perairan karena penggunaan deterjen (Nida, 2004).
Masalah yang ditimbulkan dari deterjen ini adalah terhambatnya proses
difusi oksigen dari udara yang akan menyebabkan biota dalam perairan
mengalami gangguan. Gangguan yang terjadi yaitu kekurangan oksigen yang bisa
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan insang. Kondisi yang seperti ini
apabila terjadi terus menerus akan menyebabkan ikan mengalami stres dan nafsu
makan menurun, akhirnya ikan mengalami kematian. Selain itu, bahan aktif
(surfaktan) yang banyak terdapat dalam deterjen akan mudah larut dan terserap
oleh makanan sehingga merubah bau dan rasa pelet yang akan menyebabkan
nafsu makan berkurang, dengan menurunnya nafsu makan ikan, diduga
menyebabkan pula turunnya sistem kekebalan tubuh ikan (Rosina, 2002).


Universitas Sumatera Utara

Diketahui bahwa terdapat ragam diantara spesies dalam hal sensitivitas
terhadap bahan kimia, maka kisaran dan tingkatan efek yang berbeda sudah
selayaknya terjadi apabila dilakukan pemaparan suatu kisaran konsentrasi bahan
kimia yang sama terhadap spesies organisme yang berbeda. Oleh karena itu,
penting untuk melakukan uji toksisitas terhadap beberapa spesies organisme yang
berbeda untuk mendapatkan indikasi keragaman di alam (Tahir, 2012).

Perumusan Masalah
Pelembut pakaian dalam jumlah banyak dapat mematikan ikan atau biota
air lainnya, sehingga menghambat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
atau biota, sehingga diperlukan sebuah penelitian berapa konsentrasi yang bisa
terdegradasi dalam lingkungannya agar ikan bisa terus bertahan hidup, maka
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa nilai konsentrasi yang aman terhadap kelangsungan dan pertumbuhan
benih ikan mas ?
2. Bagaimana pengaruh toksisitas pelembut pakaian terhadap kelangsungan hidup,
efisiensi pakan dan laju pertumbuhan benih ikan mas ?


Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan tingkat daya serang pelembut pakaian terhadap benih ikan
mas.
2. Mengetahui pengaruh toksisitas pelembut pakaian dalam berbagai konsentrasi
terhadap benih ikan mas.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis
Pelembut pakaian bersifat toksik terhadap pertumbuhan dan hidup benih
ikan Mas.

Manfaat Penelitian
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat, khususnya bagi pembudidaya
ikan mas tentang pengaruh pelembut pakaian terhadap pencemaran perairan. Serta
pihak-pihak yang terkait, berkompeten dan peduli di bidang lingkungan.

Kerangka Pemikiran Penelitian
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup untuk dapat menjalankan
segala aktivitasnya, apabila air tercemar akan mengganggu kehidupan makhluk

hidup, sehingga dibutuhkan benih ikan mas untuk mendeteksi keadaan
pencemaran atau menentukan potensi suatu zat racun di suatu perairan dan
pelembut pakaian salah satu bahan kimia yang sering digunakan masyarakat
sehingga bisa menimbulkan dampak letal dan subletal pada ikan, dimana efek
letal menyebabkan mortalitas dan perubahan tingkah laku ikan serta efek subletal
dilihat pada perubahan laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup
yang menyebabkan produksi ikan menurun. Secara singkat kerangka pemikiran
dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Air

Benih Ikan Mas

Letal

Mortalitas

Pelembut Pakaian


Subletal

Tingkah laku
benih ikan mas

Laju
Pertumbuhan

Efisiensi
Pakan

Kelangsungan
hidup

Produksi
Menurun

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran uji toksisitas pelembut pakaian
terhadap benih ikan mas


Universitas Sumatera Utara