Aspek Hukum Pengenaan Pajak Terhadap Usaha Waralaba Di Indonesia

BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam
masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu
berkumpul untuk tujuan tertentu. Masyarakat terdiri atas individu, individu
mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri yang dapat dibedakan dari
hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Namun individu tidak mungkin
hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang mempunyai
tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup
masyarakat dan kepentingan masyarakat.
Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya, biaya hidup
individu menjadi beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari
penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat
negara, administrasi negara, lembaga negara, dan seterusnya, dan harus dibiayai
dari penghasilan negara. Iuran kepada negara (yang dapat di paksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat di tinjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. 1


1

PJA. Adriani dalam Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak(Bandung: PT.
Eresco, 1991), hlm.2

Universitas Sumatera Utara

Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak atau
berasal dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources).
Duasumber itu merupakan sumber yang terpenting dan memberikan penghasilan
kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang
akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi. Pajak menyumbang persentase
besar dibandingkan dengan sektor pendapatan lainnya untuk keuangan negara.
Dalam hal ini keberhasilan negara untuk memungut pajak dari warga negaranya
menjadi salah satu indikator baik atau tidaknya keuangan yang dimiliki oleh
negara untuk melakukan kegiatan dan pembangunan. 2
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar, itu
sebabnya setiap negara memiliki aturan sendiri terkait perpajakan. 3 Pajak
mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk

memasukkan dana sebesar-besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal ini fungsi
pajak lebih diarahkan sebagai instrumen penarik dana dari masyarakat untuk
dimasukkan ke dalam kas negara. Dana dari pajak itulah yang kemudian
digunakan sebagai penopang bagi penyelengaraan dan aktivitas pemerintahan.
Fungsi semacam ini kiranya sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebut
sejak zaman purbakala. 4
Di Indonesia terdapat pengaturan tentang pajak yang diatur dalam
Undang-Undang Perpajakan, pengaturan hukum perpajakan ini didasari karena
hukum pajak ini adalah sebagian dari hukum publik, dan ini adalah bagian dari

2

Angger Sigit Pramukti, Pokok-Pokok Hukum Perpajakan (Jakarta: Pustaka Yustisia,
2015), hlm 4
3
Raissa
Anita,
Pengenaan
Pajak
Terhadap

Restaurant
Franchise
http://www.kompasiana.com/
raissaanita/pengenaan-pajak-terhadap-restoran-franchise,(diakses
pada tanggal 11 Juli 2017, pukul 02.49 WIB)
4
Chaidir Ali, Hukum Pajak Elementer (Bandung: PT.Eresco, 1993), hlm. 134

Universitas Sumatera Utara

tata tertib hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan warganya,
pendek kata yang memuat cara-cara untuk mengatur pemerintahan. 5 Hukum pajak
adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak (wajib
pajak). 6
Menurut Santoso Brotodihardjo yang termasuk ke dalam hukum publik ini
antara lain: hukum tata negara, hukum pidana dan hukum administratif,
sedangkan hukum pajak merupakan anak bagian dari hukum administratif ini,
sekalipun ada yang menghendaki supaya pada hukum pajak diberikan tempat
tersendiri di samping hukum administratif (otonomi hukum pajak) karena hukum

pajak juga mempunyai tugas yang bersifat lain daripada hukum administratif pada
umumnya, yaitu hukum pajak dipergunakan sebagai alat untuk menentukan
politik perekonomian, selain itu hukum pajak umumnya mempunyai tata tertib
dan istilah-istilah tersendiri untuk lapngan pekerjaannya. Dalam hukum pajak
diatur mengenai: 7
1. Siapa-siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajak
2. Objek-objek apa saja yang menjadi objek pajak
3. Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah
4.

Timbul dan hapusnya utang pajak

5. Cara penagihan pajak
6. Cara mengajukan keberatan dan banding

Sebagian besar Undang-Undang pajak nasional adalah berasal dari
undang-undang produk pemerintah Hindia Belanda. Undang-Undang ini banyak
5

R.Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak (Bandung: Refika Aditama,

2003), hlm. 10
6
Bohari,Pengantar Hukum Pajak (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),hlm. 25
7
R.Santoso Brotodihardjo, Op.Cit, hlm.15

Universitas Sumatera Utara

mengalami perubahan yang disusun dalam bahasa Indonesia, mengingat UndangUndang Dasar 1945 menyebutkan bahwa: “segala badan negara dan peraturan
yang masih ada masih berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut
undang-undang ini”. 8Setiap proses bisnis memakan biaya administrasi saat
melakukan kegiatan penciptaan penghasilan, pajak pun mengalami hal serupa.
Jumlah penerimaan pajak selalu lebih besar daripada jumlah neto yang kemudian
dapat digunakan. Selisih antara jumlah pajak yang didapat dengan yang neto dapat
digunakan disebut biaya kepatuhan(compliance cost). 9 Biaya ini termasuk biaya
tenaga yang dikeluarkan dan biaya lain yang muncul saat proses administrasi
pajak yang mematungi hukum dan perundangan di bidang perpajakan.
Pemungutan pajak yang penggunaannya telah ditetapkan untuk tujuan tertentu.
Di Indonesia pengenakan pajak dilakukan terhadap berbagai macam
sektor, salah satunya pada usaha waralaba. Usaha waralaba adalah usaha yang

memiliki hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha
terhadap sistem dengan ciri khas dalam usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. 10 Pada dasarnya suatu waralaba
sebagaimana halnya lisensi adalah suatu bentuk perjanjian yang isinya
memberikan hak dan kewenangan khusus kepada pihak penerima waralaba, yang
dapat berwujud dalam bentuk:

8

Bohari,Pengantar Hukum Pajak(Jakarta: Raja Grafindo,2004), hlm. 4
Anonymous, Pajak (https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak), diakses pada tanggal 11 Juli
2017, pukul 03.15 WIB
10
PP RI No.42 Tahun 2007 tentang Waralaba ( Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba).
9

Universitas Sumatera Utara


1. Hak untuk melakukan penjualan atas produk berupa barang dan jasa
dengan mempergunakan nama dagang atau merek dagang tertentu
2. Hak untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan atau berdasarkan pada
sutau format bisnis yang telah ditentukan oleh pemberi waralaba. 11
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2008 Tentang
Waralaba, menyebutkan bahwa Waralaba harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Memiliki ciri khas usaha
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
yang dibuat secara tertulis
4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan
6. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang telah terdaftar.
Selain itu, orang perseorangan atau badan usaha dilarang menggunakan
istilah dan/atau nama waralaba untuk nama dan/atau kegiatan usahanya, apabila
tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud di atas.
Usaha waralaba atau lebih sering di dengar dengan sebutan franchise yang
akhir-akhir ini mulai mengisi dunia perekonomian Indonesia turut memarakkan

pertambahan pajak negara.Bisnis waralaba lokal merupakan usaha yang prospektif
di kembangkan di Indonesia, usaha ini cepat berkembang karena kepraktisannya
melayani konsumen yang berada di kota-kota besar di Indonesia. Fenomena ini
menunjukkan adanya peluang bagi waralaba lokal untuk meningkatkan

11

Gunawan Widjaja,Waralaba(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2001), hlm.75

Universitas Sumatera Utara

peranannya dalam bisnis waralaba, Oleh karena itu. pemerintah perlu mengambil
langkah-langkah kebijakan bagi tumbuh kembangnya bisnis waralaba lokal, Hal
ini dapat dilakukan antara lain melalui penumbuhan pengusaha-pengusaha baru
serta memberdayakan UKM dan koperasi dalam bisnis waralaba baik sebagai
penerima waralaba (franchisee) maupun sebagai pemberi waralaba (franchisor).
Waralaba merupakan prospek bisnis bagi UKM karena sudah terbukti
dapat meningkatkan akses pasar UKM, mensinergikan perkembangan usaha besar
dengan UKM melalui kemitraan, serta mempercepat mengatasi persoalan
kesenjangan kesempatan berusaha antara golongan ekonomi kuat yang sudah

mempunyai jejaring dengan golongan ekonomi lemah, Sistem ini juga
mempercepat pemanfaatan produk dan jasa untuk didistribusikan ke daerahdaerah, karena sistem ini memungkinkan partisipasi dari sumberdaya daerah
terlibat hingga ketingkat kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan.
Dari pemanfaatan bisnis waralaba tentu ada sejumlah imbalan berupa uang
yang harus dibayar kepada pihak asing maupun pihak dalam negeri. Imbalan yang
terkait dalam usaha waralaba ini bisa bermacam-macam jenisnya, antara lain
royalti, imbalan jasa teknik, dan penghasilan dari usaha keseluruhannya
merupakan objek pengenaan Pajak Penghasilan.
Namun demikian, tidak mudah untuk menentukan royalti, jasa teknik dan
penghasilan dari usaha sebagai objek PPh, bahkan sering terjadi sengketa antara
wajib pajak dengan fiskus dalam menentukan royalti, jasa teknik, penghasilan dari
usaha sebagai objek pajak (PPh). Tidak terbatas pada Pajak Penghasilan saja,
ternyata ada pajak lain yang terkait dalam usaha waralaba ini, keseluruhan dari
pengenaan pajak ini diharapkan dapat mendongkrak tax ratio negara Indonesia

Universitas Sumatera Utara

yang masih tertinggal jauh dari tax ratio negara tetangga. Tidak dapat dipungkiri
pajak itu sendiri masih dianggap hal yang menakutkan dan rumit untuk
dilaksanakan, tentunya hal ini sangatlah bertentangan dengan tujuan pemerintah

mengapa harus memungut pajak. Pandangan seperti ini kerap sekali menghambat
pertumbuhan pembangunan perekonomian negara. Jika masyarakat memiliki
pemahaman positif tentang manfaat dari pajak itu sendiri tentunya akan banyak
masyarakat yang taat membayar pajak yang berarti positif juga untuk perbaikan
perekonomian negara yang setidaknya dapat menutupi hutang luar negeri yang
tiap tahunnya membengkak dan membebani pemerintah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menggangkat
topik tersebut dengan membuat judul “Aspek Hukum Pengenaan Pajak
Terhadap Usaha Waralaba Di Indonesia”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,
penulis memilih beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skrips
ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:
1. Bagaimana sistem pengenaan pajak atas usaha waralaba di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaturan tentang usaha waralaba di Indonesia ?
3. Bagaimana sanksi hukum atas pengenaan pajak terhadap usaha
waralaba di Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

1.

Untuk mengetahui sistem pengenaan pajak atas usaha waralaba di
Indonesia.

2.

Untuk mengetahui pengaturan tentang usaha waralaba di Indonesia.

3.

Untuk mengetahui sanksi hukum atas pengenaan pajak terhadap usaha
waralaba di Indonesia

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1.

Secara Teoritis
Hasil dari penulisan ini diharapkan memberikan sumbangsih pemikiran
yang dapat bermanfaat dalam perkembangan Hukum Ekonomi, khususnya
mengenai hukum pajak yang dikenakan pada usaha waralaba di Indonesia.

2.

Manfaat Praktis
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
masukan bagi para pembaca, khususnya para pelaku usaha yang ingin
membuka usaha waralaba dengan mengingat pengaturan waralaba serta pajak
apa saja yang nantinya dikenakan pada usaha tersebut.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarakan infomasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan
khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi yang
berjudul “Aspek Hukum Pengenaan Pajak Terhadap Usaha Waralaba di
Indonesia” belum pernah ditulis sebelumnya. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa skripsi ini merupakan benar-benar hasil karya sendiri dan bukan
merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Penulisan skipsi ini dilakukan
berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi, buku-buku, makalah, jurnal dan

Universitas Sumatera Utara

media elektronik yang telah disesuaikan dengan asas keilmuan yang rasional,
jujur, objektif dan terbuka.
Penulisan skripsi ini juga bersumber dari beberapa karya tulis penulis lain
baik yang dipublikasikan maupun tidak, sehingga telah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama penulis secara lengkap dan benar baik pada catatan kaki
maupun

daftar

pustaka.

Dengan

demikian,

penulisan

skripsi

dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pajak
Pajak berasal dari bahasa Latintaxo"rate" yakni

iuran rakyat kepada

negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak
mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma
hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum. Menurut Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban
finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau
badan usaha) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara yang
digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik. 12
Terdapat perbedaan pada definisi pajak secara hukum dan secara ekonomi
dari pajak. Ahli ekonomi meyakini bahwa tidak semua transfer finansial ke sektor
publik dapat dikategorikan sebagai pajak. Dari sudut pandang ahli ekonomi, pajak
adalah transfer sumber daya non denda dari sektor swasta ke sektor publik yang

12

Charles E. McLure,Jr."Taxation", https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak(diakses pada
tanggal 3 Maret 2015pukul 23.40 WIB)

Universitas Sumatera Utara

dipungut dengan dasar yang ditetapkan sebelumnya dan tanpa menyatakan
manfaat yang akan diberikan.
Dalam sistem perpajakan modern, pemerintah memungut pajak dalam
bentuk uang, tetapi pembayaran secara natura maupun kerja atas pajak adalah
karakteristik dari pajak tradisional atau pre-kapitalis dan fungsinya setara. Sistem
perpajakan dan pengeluaran pemerintah atas pemasukan pajak menjadi topik yang
sering diperdebatkandalam konteks politik maupun ekonomi. Pemungutan pajak
dilakukan oleh institusi publik misalnya Direktorat Jenderal Pajak di Indonesia,
Canada Revenue Agency di Kanada, the Internal Revenue Service (IRS) di
Amerika Serikat, atau Her Majesty's Revenue and Customs (HMRC) di Inggris.
Saat pajak tidak dibayarkan, pemerintah dapat menetapkan sanksi hukum seperti
denda, penyitaan aset, dan bahkan penahanan kepada pihak yang terbukti
melakukannya.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat. Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum
menurut Soemitro merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undangundang

yang

menyebabkan

timbulnya

kewajiban

warga

negara

untuk

menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai
kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan
bahwa pajak yang dipungut harus berdsarkan undang-undang sehingga menjamin
adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun
wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan menyebutkan bahwa:
"kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Adapun pengertian pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment. 13
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan
digunakan oleh negara dan institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk
mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk

13

Soemitro, Rochmat, Pengantar Singkat Hukum Pajak, (Bandung: Eresco. 1988), hlm.8

Universitas Sumatera Utara

pembiayaan perang, penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur
ekonomi, pekerjaan publik, subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak
juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut.
Pemerintah

juga

menggunakan

dana

pajak

untuk

membiayai

jaminan

kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan,
kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan, dan
transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.
2. Waralaba
Dalam konfrensi pers mengenai konsep perdagangan

baru: waralaba,

sistem vertikal franchising, yang dilaksanakan di Jakarta oleh IPPM pada tanggal
25 Juni 1991, dikemukakan beberapa defenisi franchise antara lain sebagai
berikut:
a. Franchise adalah sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa,
dimana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada
individu atau perusahaan lain (franchisee) yang berkala kecil dan
menengah, hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha tertentu,
dengan cara tertentu, waktu tertentu dan di suatu tempat tertentu.
b. Franchise adalah sebuah metode pendistribusian barang dan jasa
kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain yang
berminat. Pemilik dari metode yang dijual ini disebut “franchisor”
sedangkan pembeli hak untuk menggunakan metode itu disebut
“franchisee”.
c. Franchising adalah suatuhubungan berdasarkan kontrak antara
“franchisor” dengan “franchisee”.Franchisor menawarkan dan
berkewajiban menyediakan perhatian terus menerus pada bisnis dari
franchisee melalui penyediaan pengetahuan dan pelayanan. Franchisee
beroperasi dengan menggunakan nama dagang, format atau prosedur
yang dipunyai serta dikendalikan oleh franchisor.

Universitas Sumatera Utara

Abdurrachman 14 dalam Ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan
memberikan pengertian franchise sebagai berikut:
Franchise adalah suatu persetujuan/perjanjian antara leveransir dan
pedagang eceran atau pedagang besar yang menyatakan bahwa yang
tersebut pertama itu memberi kepada yang tersebut terakhir suatu hak
untuk memperdagangkan produknya, dengan syarat-syarat yang disetujui
kedua belah pihak.
Henry Campbell Black 15 memberikan beberapa pengertian mengenai
franchise yaitu:
a. Franchise is a special privilege to do certain things conferred by
government on individual or corporation, and which does not belong to
citizens generally of common right.
b. Franchise is privilige or sold, such as to use a name or to sell product
or service. The right given by a manufacturer or supplier to retailer to
use his products and name on terms and conditions mutually agreed
upon.
c. Franchise is a license from owner of a trade or trade name permitting
another to sell a producct or service under that name or mark.

Dari beberapa pengertian di atas, Black melihat franchise sebagai suatu
preferen atau suatu keistimewaan yang diberikan oleh pemerintah terhadap
individu atau perusahaan untuk melakukan sesuatu yang belum merupakan hak
dari

setiap warga negara. Di samping itu,

franchisee juga merupakan

keistimewaan atas suatu penjualan barang dan jasa, dimana hak tersebut di
berikan oleh pabrikan atau supplier kepada pengecer unutk menggunakan
namanya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Juga merupakan suatu
lisensi dari pemilik merek dagang atau nama dagang yang diperbolehkan kepada

14

Abdurrachman A., Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Cet.2 (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1970), hlm. 424
15
Black, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, (T.tp:Minn West Publishing Co. 1990),
hlm. 658

Universitas Sumatera Utara

pihak lain untuk menjual suatu produk atau pelayanan berdasarkan merek atau
nama dagang tersebut.
David J.Kaufmann mendefenisikan franchisee sebagai berikut 16
Franchising is a system or marketing and distribution whereby a samall
independent businessman (the franchise) is granted in return for a fee the right to
market the goods and services of another (the franchisor) in accordance with the
established standards and practice of the franchisor and with its assistance.
Dengan demikian, Kaufmann melihat franchise sebagai suatu bentuk atau
sistem pemasaran dan pendistribusian dimana suatu bisnis berskala kecil dan
independen yang disebut sebagai “Franchisee” dijamin untuk mempuyai hak
memasarkan barang dan jasa dari pihak lain yang disebut sebagai “Franchisor”
seusai yang ditentukan, serta pihak franchisee akan membayar “fee” dan pihak
franchisor akan memerikan bantuannya.
Lebih lanjut Kaufmann 17 mengemukakan perkembangan ini sebagai
berikut:
Franchising is the evolutionary business response to the massive amounts
of capital required to esblish and operate a company owned network of product of
service vendors.

16

Kaufmann dalam Juajir Sumardi, Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan
Transnasional (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hlm.14
17
Ibid, hlm 17-18

Universitas Sumatera Utara

Jadi di samping sebagai suatu sistem pemasaran dan pendistribusian
barang dan jasa, franchise merupakan wujud dari suatu evolusi dalam dunia
bisnis.
Douglas J. Queen memberikan pengertian franchise sebagai berikut: 18
“Memfranchise adalah suatu proses perluasan pemasaran dan bisnis. Suatu
bisnis memperluas pasar dan distribusi produk serta pelayanannya dengan
membagi bersama standar pemasaran dan operasional. Pemegang franchise yang
membeli suatu yang menarik manfaat dari kesadaran pelanggan akan nama
dagang, sistem teruji dan pelayanan lain yang disediakan pemilik franchise.”

F. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan rangkaian ilmiah dalam rangka
pemecahan dalam suatu permasalahan. Untuk menghasilkan karya ilmiah yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka harus didukung
dengan fakta-fakta yang akurat yang diperoleh dari suatu penelitian. Penelitian
pada dasarnya merupakan “suatu upaya pencarian” dan bukanlah sekedar
mengamati dengan teliti terhadap suatu objek yang mudah terpegang oleh
tangan. 19 Pada dasarnya sesuatu yang dicari itu tidak lain adalah “pengetahuan”
atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang benar
ini nantinya dapat dipakai unutk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan
tertentu. 20 Dalam hal ini penggunaan beberapa perangkat penelitian yang sesuai
dengan metode penelitian ini sangat penting guna memperoleh hasil yang
maksimal, antara lain:

18

J.Queen, Pedoman Membeli dan Menajalankan Franchise, diterjemahkan oleh PT.
Elex Media Komputindo, (Jakarta, 1993), hlm4-5
19
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Garfindo Persada.
1996), hlm.27
20
Ibid, hlm 28

Universitas Sumatera Utara

1. Spesifikasi Penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah hukum normatif dengan
mempertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis peraturan perundangundangan perpajakan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data skunder belaka. 21
Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum
dalam penelitian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum
dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa
dikaitkan dengan masyarakat. 22
Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu
penelitian terhadap data sekunder, 23penelitian ini nantinya akan difokuskan unutk
mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif
mengenai aspek hukum perpajakan yang dikenakan pada usaha waralaba. Oleh
karena tipe penelitian yang digunakan adalah hukum normatif maka pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan undang-undang. Pendekatan tersebut
melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
perpajakan yang dikenakan dalam usaha waralaba.
2. Bahan Penelitian
Pengumpulan bahan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,
menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi
dokumen (document study). Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap
21

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif:Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.13-14
22
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara, 2009), hlm. 54
23
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
hlm 24

Universitas Sumatera Utara

data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Menurut Soerjono
Soekanto, data sekunder dalam penelitian hukum terdiri atas tiga bahan hukum,
yaitu: 24
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, dan berbagai peraturan hukum nasional
yang mengikat, antara lain:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
2) UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
3) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai
4) Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali
dengan UU No. 42 Tahun 2009
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007
Tentang Waralaba
6) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57/MDAG/PER/9/2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri
Perdagangan
Nomor
53/M-DAG/PER/8/2012
Tentang
Penyelenggaraan Waralaba
7) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
ataupun berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk
menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Contoh bahan
hukum sekunder adalah rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil
karya dari kalangan hukum, berbagai karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.

24

Soerjono Soekanto dan Sri Marmudji, Op.cit.,hlm.13

Universitas Sumatera Utara

c. Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder, contohnya ensiklopedia, majalah, dan kamus bahasa untuk pembenahan
tata Bahasa Indonesia dan juga alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.
3. Teknik Pengumpulan Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan study
kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan, mempelajari dan
menganalisis data yang tedapat dalam dalam buku-buku literatur, peraturan
perundang-undangan, majalah, hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait
dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh
tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa
data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut
kebenarannya kemudian digabungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalah yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari V Bab yang masing-masing bab
memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

BAB I

Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan secara umum mengenai keadaan-keadaan
yang berhubungan dengan objek penelitian seperti latar belakang
pemilihan judul, rumusan masalah, kegunaan penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.

BAB II

Sistem Pengenaan Pajak Atas Usaha Waralaba di Indonesia
Dalam bab ini menguraikan tentang defenisi dan jenis pajak di
Indonesia, fungsi pajak terhadap perekonomian di Indoneisa,
metode atau sistem pengenaan pajak badan hukum di Indonesia,
jenis pajak yang dapat dikenakan pada usaha waralaba, serta
pengenaan pajak terhadap usaha waralaba.

BAB III

Pengaturan Tentang Usaha Waralaba di Indonesia
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang sejarah pengaturan hukum
waralaba di Indonesia, tata cara pendaftaran waralaba di Indonesia,
dan pelaksanaan perjanjian waralaba di Indonesia.

BAB IV

Sanksi Hukum Atas Pengenaan Pajak Terhadap Usaha Waralaba
Dalam bab ini akan diuraikan secara ringkas mengenai sanksi
pelanggaran pengenaan pajak terhadap usaha waralaba seta contoh
kasus usaha waralaba yang terkena sanksi hukum atas pelanggaraan
pajak.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

Kesimpulan dan Saran
Bab terakhir ini berisi kesimpulan yang diambil oleh penulis
terhadap bab-bab sebelumnya yang telah penulis uraikan dan yang
ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang penulis
anggap perlu dari kesimpulan yang telah diuraikan.

Universitas Sumatera Utara