Ekstraksi Kalium dari Kulit Buah Kapuk (Ceiba Petandra)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra), adalah tanaman yang tumbuh di daerah
tropis.Kapuk dibudidayakan untuk mengambil serat. Kapuk ditemukan dalam kapsul buah
matang. Pohon kapuk umumnya membutuhkan curah hujan yang melimpah selama musim
berbunga dan berbuah. Buah kapuk berukuran rata-rata panjang 10 – 20 cm dengan diameter
5 cm [1].
Kapuk randu berasal dari Afrika tengah, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.Kapuk
Randu banyak dijumpai di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Di Jawa barat, perkebunan
kapuk randu terbesar terdapat di daerah Lebak Wangi dan Bandung provinsi Jawa barat, di
Jawa Tengah ada di daerah Pati, Kudus, dan Jepara. Sedangkan di Jawa Timur di daerah
Tulung Agung, Blitar, Pasuruan, dan Banyuwangi. Menurut data dinas perkebunan, daerah
Pati merupakan daerah paling luas areal tanaman kapuknya, yaitu berkisar 15.020 hektar
sementara Kudus mencapai 4.000 hektar. Dari data yang telah ditemukan, area Sentra
wilayah pengembangan kapuk randu di Jawa Tengah seluas 95.107,17 hektar. Setiap hektar
menghasilkan serat kapuk 340 kg, biji 220 kg,kulit dan inti 540 kg [2].
Selain bernilai ekonomis,tanaman kapuk juga berfungsi sebagai penahan tanah dari erosi,
mencegah banjir dan sebagai tanaman penghijauan yang dapat diandalkan untuk usaha
melestarikan sumber daya alam. Indonesia pernah menjadi penghasil kapuk terbesar di dunia
sebelum perang dunia I,dimana produksi kapuk randu terbesar saat itu berasal dari Pulau

Jawa.Tanaman kapuk di Indonesia dimiliki

oleh masyarakat, perkebunan swasta dan

perkebunan pemerintah (BUMN). Areal tanaman kapuk seluruhnya mencapai 250.500 hektar
dengan produksi serat mencapai 84.700 kg per hektar [3].
Kulit buah kapuk mengandung kalium sebesar 20% - 25%[4]. Senyawa alkali yang
terkandung dalam kulit buah randu, diharapkan dapat diubah menjadi suatu produk yang
dapat dimanfaatkan, seperti bahan baku pembuatan sabun dan sampo. Soda Q merupakan
ekstrak hasil pembakaran kulit kapuk. Terdapat beberapa tahapan proses pembuatan Soda
Quntuk menghasilkan produk yang maksimal.Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah
ekstraksi, evaporasi, dan kristalisasi.Soda Q mengandung 50,78% K2CO3, 26,27%
Na2CO3,dan 4,37% NaOH [4].

1
Universitas Sumatera Utara

2
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk pemanfaatan abu dari berbagai kulit buah.
Penelitian Ogundian,dkk fokus pada pemanfaatan abu kulit kacang mete sebagai sumber

alkali. Sampel yang digunakan dikeringkan dalam oven pada suhu yang digunakan 105 oC
dengan waktu 3 jam, kemudian dibakar menjadi abu dalam muffle furnace pada suhu 500 oC
dengan waktu 4jam menggunakan cawan lebur porselen. Hasil analisa yang dilakukan
menunjukkan bahwa

kandungan abu yang dihasilkan sebanyak 3,0 ± 0,46% dengan

kandungan alkali yang dihasilkan sebanyak 33,4 ± 0,22% [5].
Penelitian Onyegbado dkk, fokus pada pemanfaatan abu dari kulit pisang mentah.
Sampel yang digunakan dikeringkan dalam oven sampai suhu 100 °C selama dua hari
sampai berat konstan. Pembakaran dilakukan selama 3 jam. Analisis spektrofotometri dari
ekstrak

untuk

ion

logam

dilakukan


dengan

menggunakan

atomic

absorptionspectrophotometer (AAS). Komposisi persentase ion logam dalam ekstrak
diperoleh kalium sebesar 81,98 % dan natrium sebesar 15,86 % [6].
Penelitian Ogunsuyi dkk, fokus pada pemanfaatan abu inti sawit sebagai sumber alkali.
Limbah kulit inti sawit dikeringkan pada oven pada suhu 105 oC selama dua hari untuk
menghilangkan kandungan air dari sampel. Kemudian di furmace pada suhu 550 oC selama 8
jam. Dilakukan analisis titrimetri. Analisis menunjukkan abu mengandung 0,15 mol/dm3
alkali [7].
Penelitian Babayemi dkk,

yaitu kulit pisang dimanfaatkan sebagai sumber alkali.

Sebanyak 0,5 gram sampel kering dan sampel tanah ditimbang dalam cawan lebur porselen
dan dibakar dalam muffle furnace pada suhu 600oC selama 2 jam. Analisis yang dilakukan

yaitu analisis spektofotometri dengan menggunakan atomic absorptionspectrophotometer
(AAS). Hasil analisis yang didapat berupa berkisar 6,3-12,0% untuk kadar abu, 69,0-81,9%
untuk kadar alkali pada abu, dan 4,7-9,6% untuk kadar alkali pada kulit kering [8].
Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan
memanfaatkan kulit buah kapuk dapat dijadikan sebagai sumber alkali.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Pemanfaatan kalium kulit buah kapuk melalui proses dekarboksilasi dan dilanjutkan
proses ekstraksi untuk menghasilkan kalium
2. Melihat potensi kalium yang terkandung dalam kapuk

Universitas Sumatera Utara

3
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh kalium dari kulit buah kapuk melalui proses dekarbonisasi dan ekstraksi
dari abu kulit buah kapuk
2. Menentukan kondisi suhu dan waktu pembakaran terbaik pada kapuk untuk
menghasilkan K2O terbanyak.


1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi bahwa kapuk randu mengandung kalium yang dapat dijadikan
sumber alkali
2. Memberikan informasi kondisi pembakaran terbaik untuk memperoleh kalium
terbanyak

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini direncanakan memiliki
ruang lingkup dan batasan sebagai berikut :
1. Sampel yang digunakan adalah Kulit Buah Kapuk (Ceibapentandra)
2. Proses utama yang digunakan adalah pembuatan abu kulit buah kapuk
3. Variabel Penelitian
a. Variabel tetap
Bahan baku kulit buah kapuk (Ceiba petandra)
b. Variabel bebas
- waktu furmace


: 3 Jam ; 4 jam ; 5 jam ; 6 jam

- suhu furmace

: 500 oC ; 550 oC ; 600 oC ; 650oC

4. Parameter Uji antara lain :
a. Analisis normalitas basa
b. pH ekstrak abu
c. Kandungan kalium dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectometer)
d. Rendemen Abu

Universitas Sumatera Utara