Analisis Tingkat Persaingan Pasar Kredit Perbankan Terhadap Pinjaman Di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basis Sistem Perekonomian Indonesia
Pada umumnya kebijakan dan sistem perekonomian dibanyak negara
terutama di Indonesia didasarkan pada pendekatan konvensional ala Milton
Friedman yang sama sekali tidak memperhitungkan perlunya pembedaan
mekanisme kebijakan moneter berdasarkan sistem moneter atau perekonomian
yang berlaku dalam suatu negara, padahal sudah ada pendapat yang menyangsikan
pendapat tersebut, yang menyatakan bahwa perlu adanya pembedaan mekanisme
kebijakan moneter berdasarkan kondisi atau sistem moneter dan perekonomian
suatu negara, misalnya hasil pemikiran dari J. Hicks (1974), Basil J. Moore
(1988), J Stiglitz and A.Weiss (1981 dan 1990), Bernanke and Blinder (1998 dan
1993), serta B. Friedman and Kuttner (1993), dsb.
Para ahli menerangkan bahwa dalam kenyataannya ada negara yang
perekonomiannya didominasi oleh besarnya peranan kredit yang bersumber dari
sektor perbankan. Dihipotesiskan oleh mereka bahwa suatu perekonomian yang
berbasis pada kredit perbankan, negara tersebut dikatagorikan sebagai negara
dengan sistem perekonomian utang (overdraft/credit economy) sedangkan negara
yang perekonomiannya berbasis pada uang dan pasar modal, maka negara tersebut
dikategorikan sebagai negara dengan sistem


perekonomian pasar uang dan

Indonesia merupakan negara dengan sistem hutang (Marsuki 2005 : 8). Secara
umum beberapa indikator yang menunjukan Indonesia adalah

negara yang

dikategorikan sebagai negara dengan sistem utang atau kredit, seperti :

9

Pertama, sistem perekonomian yang berbasis utang dipandang sebagai
suatu sistem keuangan yang bagi para pelaku ekonomi sumber pembiayaannya
lebih didominasi pada pinjaman perbankan (kredit). Hal ini di buktikan dari
indikator tingkat intermediasi keuangan, berupa besarnya rasio kredit perbankan
terhadap seluruh sumber pembiayaan dimasyarakat dan berbagai sektor ekonomi
yang mencapai 90-95% di Indonesia, hal ini juga diperparah dengan perilaku
pelaku ekonomi yang kurang baik dalam membiayai kebutuhannya, karena
peranan pasar modal masih sangat minim maka pembiayaan usaha dari kredit
perbankan lebih besar dibandingakan dari sumber pembiayaan sendiri.

Kedua, akibat dari indikator pertama, akan berdampak pada mekanisme
penciptaan uang yang bersifat exogen (Exogenous approach) atau credit money
approach yang seharusnya pada sistem penciptaan uang bersifat Endogenous
Approach, artinya mekanisme penciptaan uang dinegara berbasis utang dimulai
dari permintaan kredit oleh masyarakat ke bank umum {(Monetary demand)
Md=Ms (Monetary Suplay)} untuk memenuhi kebutuhan asset keuangan yang
terbatas. Tetapi, terkadang perbankan masih mengalami kesulitan likuiditas
sehingga bank umum mencari sumber pembiayaan dengan meminjam dana pada
lembaga keuangan lainnya, pasar uang, dan termasuk pada bank sentral, sehingga
akan membuat meningkatnya Monetary Base atau uang inti yang dikuasai bank
sentral secara eksogen. Dalam mekanisme penciptaan uang perilaku masyarakat,
perbankan dan Bank Sentral itu sendiri sangat berpengaruh. Dalam hal ini, Bank
Sentral hanya sebagai pencetak uang, sehingga dari sudut teori moneter
konvensional Bank Sentral yang mengontrol Monetary Base (Mb) dan perbankan

10

yang memberikan kebutuhan kredit pada masyarakat Monetary Suplay (Ms).
Maka, dalam sistem perekonomian utang termasuk di Indonesia hubungan
kausalitas terjadi dari Ms ke Mb, hal ini diperkuat dari nilai nilai multiplier of

money (m) yang selalu lebih besar dari 2, sedangkan multiplier of credit (1/m)
akan selalu lebih kecil dari 1. Di Indonesia nilai m selalu lebih besar dari 2
(Marsuki 2005 : 9).
Ketiga, peranan bank sentral bersifat hirarki yang secara langsung atau
tidak langsung akan menjadi adminstratur atau penentu tingkat bunga yang
berlaku dalam mempengaruhi pasar uang antar bank pada kebijakan diskonto.
Dalam sistem perekonomian utang, bank umum secara kuasi otomatis melakukan
refinancing ke bank sentral dalam peranannya sebagai tempat peminjaman
terakhir bagi perbankan. Penawaran uang dari bank sentral akan disesuaikan
dengan permintaan uang dari para perbankan akibat permintaan kredit
masyarakat, dalam hal ini bank sentral dapat mengintervensinya melalui tingkat
bunga. Pada penawaran kredit melalui sistem refinancing (rediscount policy)
menunjukan bahwa penawaran kredit perbankan pada dasarnya tidak terbatas,
sehingga yang membatasi jumlah penawaran kredit perbankan sebenarnya adalah
permintaan kredit itu sendiri.
Tetapi tergantung juga pada nilai elastisitas tingkat bunga terhadap kredit,
permintaan yang kurang elastis dikarenakan meningkatnya tingkat bunga
intervensi bank sentral, namun hal ini akan mengurangi sedikit saja pada
permintaan akan kredit. Dikarena fungsi bank sentral atau Bank Indonesia salah
satunya adalah : Bank Indonesia memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas moneter


11

antara lain melalui instrumen suku bunga, kebijakan moneter melalui penerapan
suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan
ekonomi. Begitu pula sebaliknya, Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang, sehingga bank sentral
dapat mengintervensi suku bunga pada perbankan. Perbedaan fungsi dan tujuan
yang mendasar pada bank sentral dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebenarnya berbagi
kewenangan dimana saat masa pengalihan pengawasan Bank dari Bank Indonesia
ke Otoritas Jasa Keuangan memerlukan kordinasi yang baik agar tidak saling
mengambil alih tugas, perbedaaan BI dengan OJK adalah BI berperan sebagai
pengawas aspek makroprudensial dan OJK berperan sebagai pengawas
mikroprudensial.
Awal tahun 2014 oleh Agus Martowardojo, Gubernur BI dikantor
Presiden, Jakarta menyebutkan pada saat OJK menerima pengalihan pengawasan
perbankan dari BI, OJK akan lebih mengawasi aspek mikroprudensialnya,
sedangkan umum tetap ada di BI dari segi makroprudensial, namun tidak bisa
betul-betul dipisahkan karenanya perlu ada sinergi dimana implementasi

pengawasan mikroprudensial dan makroprudensial itu perlu dilakukan dengan
baik. Dari sini bisa kita tangkap tugas BI berfokus menjaga stabilitas keuangan
contohnya aturan tentang batas suku bunga kredit perbankan, serta aturan giro
wajib minimum (GWM), sedangkan tugas OJK lebih kepada pengaturan dan
pengawasan individual perbankan atau lembaga keuangan. Contoh yang ditangani

12

oleh OJK yakni kasus tindak pidana perbankan, baik dari sisi nominal,
kepengurusan bank, dan kualitas sumber daya manusianya.
2.2. Perbankan
Bank merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang mempunyai peranan
penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, hampir setiap orang pasti mengetahui
peranan bank. Banyak pendapat dari para akademisi dan ekonom yang
mendefinisikan perbankan, seperti :
1. Bank adalah suatu badan atau lembaga keuangan yang peranannya sangat
penting dalam arus kelancaran pembayaran keuangan dan pembangunan
ekonomi karena dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat sesuai
fungsinya sebagai intermediasi dan sebagai penghubung kebijakan moneter.
2. Bank adalah lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang di berikan
perbankan bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan
yang ada sesuai ketentuan jenis perbankannya (Peraturan Bank Indonesia
No.9/7/PBI/2007).
3. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan
memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberikan kredit itu dilakukan
baik dengan modal sendiri atau dana-dana yang dipercayakan oleh pihak
ketiga ataupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru
berupa uang giral (UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang Perbankan).

13

Lembaga keuangan yang terbesar adalah perbankan. Kelebihan perbankan
yang utama dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya adalah diijinkannya
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito. Sehingga
memungkinkan perbankan mendapat dana yang lebih besar untuk kembali
berinvestasi termasuk menyalurkan kredit kepada masyarakat yang menjadi
sumber pendapatan bagi perbankan. Kredit yang ditawarkan perbankan pada
masyarakat dan sektor ekonomi dipengaruhi oleh keberadaan informasi yang

beredar dari masing – masing pelaku ekonomi dan perbankan, dan tingkat bunga
yang berlaku.
2.2.1 Kinerja Industri Perbankan Indonesia
Perbankan sebagai pelaku pasar kredit di Indonesia mengalami
peningkatan dan kemunduran, (Kusumastuti 2007 : 5) menyatakan setelah tahun
1988 jumlah bank umum mencapai 208 dengan 7661 jumlah kantor, maka pada
2006, bank umum turun menjadi 130 bank dengan 9110 jumlah kantor Komposisi
bank terdiri dari 5 bank persero, 26 bank pembangunan daerah, 35 bank umum
swasta nasional devisa, 36 bank umum swasta nondevisa, 17 bank campuran, dan
11 bank asing. Penurunan jumlah bank disebabkan adanya pencabutan ijin usaha
dan merger bank.

14

Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah dan Kantor Bank umum, Perbankan
Syariah dan Bank Asing 2010-2012.
Kelompok Bank
Bank Persero
Jumlah Bank
Jumlah Kantor

Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)-Devisa
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)- Non Devisa
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
BPD
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Bank Campuran
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Bank Asing
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Jumlah Bank Umum Konvensional
Jumlah Bank Umum Syariah
Total
Jumlah Bank
Jumlah Kantor


2010

2011

2012

4
4189

4
4362

4
5363

36
6608

36

7209

36
7647

31
1131

30
1288

30
1447

26
1413

26
1472


26
1712

15
263

14
260

14
263

10
233
111
11

10
206
109
11

10
193
120
11

244
13.837

240
14.797

251
16.625

Sumber : Bank Indonesia (2012), diolah kembali oleh penulis

Pada Tabel 2.1 di atas, menerangkan bahwa kineja perbankan dalam segi
jumlah dan perkembangannya mengalami kemajuan tiap tahunnya, banyaknya
perbankan dan kantornya yang terbentuk pada setiap kelompok bank menunjukan
gairah ekonomi dan komitmen perbankan terhadap efektivitas kelancaran arus
pembayaran menjadi kebutuhan ditengah-tengah masyarakat. Dari tiga tahun
pengamatan, jumlah perbankan relatif stabil walaupun ada penurunan dan
peningkatan dalam jumlah perbankan tidak berarti industri perbankan mengalami
masalah. Hal ini berkaitan tentang kebijakan dan marger antar perbankan. Tahun
2010 tercatat ada 244 perbankan dengan jumlah kantornya 13.837 hingga tahun
2012 ada 251 perbankan dan 16.625 kantornya. Hal yang paling menonjol dan
dapat dilihat dari setiap tahunnya pada Tabel 2.1 tersebut adalah pertumbuhan
kantor perbankan. Hal ini terjadi karena kantor cabang perbankan merupakan
15

jembatan penghubung efektivitas produk perbankan kepada nasabah untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi nasabahnya.
2.3 Teori Kredit
2.3.1 Defenisi Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Latin Credere yang berarti percaya atau to
believe atau to trust. Karenanya dasar pemikiran pemberian kredit atau pinjaman
oleh suatu perbankan kepada seseorang / lembaga adalah berdasarkan
kepercayaan, sehingga pengertian kredit secara universal adalah penyerahan
sesuatu yang memiliki nilai ekonomis pada saat waktu penyerahan atas dasar
kepercayaan sebagai sesuatu pengganti yang memiliki nilai ekonomis yang
sepadan yang diharapkan kemudian hari. Terkandung 5 unsur terpenting dalam
kredit, sebagai berikut :
1. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan
pemberian kredit dan pelunasannya.
2. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada
debitur,

bahwa

setelah

jangka

waktu

tertentu

debitur

akan

mengembalikannnya sesuai kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua
belah pihak.
3. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai
ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.
4. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul selama
jangka waktu antara pemberian dan pelunasannya.
5. Persetujuan atau perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kredit dan
debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

16

Dari sudut pandang ekonomi, kredit atau pinjaman merupakan penundaan
pembayaran, yang maksudnya adalah pengembalian atas penerimaan uang atau
suatu barang yang tidak dilakukakan bersamaan pada saat menerimanya, akan
tetapi pengembaliannya dilakukan pada masa tertentu yang akan datang sesuai
dengan kesepakatan yang telah disetujui. Kredit merupakan pembiayaan yang
paling efektif dan aman untuk mendapatkan modal atau barang dalam
perekonomian.
Berdasarkan pandangan hukum perbankan yang diatur dalam pasal 1 ayat
11 UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Berdasarkan pengertian UU Perbankan diatas maka kredit merupakan
perjanjian pinjam – meminjam uang antara perbankan dan nasabah dalam jangka
waktu tertentu dan pengembalian hutang disertai dengan ibalan berupa bunga
pinjaman. Bunga pinjaman merupakan sebuah keharusan dalam pengembalian
hutang karena merupakan imbalan jasa bagi para perbankan dan menjadi sebuah
keuntungan pendapatan bagi perbankan.
2.3.2 Jenis – jenis Kredit
Jenis – jenis kredit atau pinjaman yang diberikan oleh perbankan beragam
karena harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pemohon pinjaman, jenis – jenis
kredit tersebut antara lain :

17

1. Kredit menurut tujuan penggunaanya :
a. Kredit konsumtif
Merupakan kredit atau pinjaman yang diberikan kepada nasabah (debitur)
untuk keperluan konsumsi, untuk memenuhi tuntutan perkembangan atau
kebutuhan hidup.
b. Kredit produktif/ investasi
Merupakan kredit atau pinjaman yang digunakan untuk keperluan produksi
guna memperlancar jalannya produksi. Dengan melalui kredit produktif ini,
daya guna uang dan barang akan bertambah karena pinjaman yang diterima
digunakan sebagai modal untuk meningkatkan usaha produksi atau
investasi.
c. Kredit perdagangan
Merupakan kredit atau pinjaman yang diberikan kepada supplier dan
digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk
membeli barang dagang yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagang tersebut
d. Kredit Usaha Tanpa Bunga dan Tanpa Agunan
Kredit ini disediakan khusus untuk usaha kecil dan menengah. Kredit
semacam ini sangat meringankan bagi pengusaha namun tahapan seleksi
pencairannya sangat ketat, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR).

18

2. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun,
biasanya untuk investasi jangka panjang.
3. Dilihat dari macam sistem kredit yang diberikan perbankan kepada nasabahnya:
a. Pemberian kredit dengan sistem Flat
Pemberian kredit yang ditawarkan perbankan dengan sistem flat (datar)
adalah dimana bunga pinjaman yang telah disepakati kedua belah pihak
berlaku hingga pelunasan kredit tsb kepada bank.
b. Pemberian kredit dengan sistem Slidiing
Penawaran kredit dengan sistem ini dilakukan dengan cara menurun,
maksudnya adalah pembayaran angsuran kredit yang akan dibayarkan
kreditur menurun jumlahnya, karena nilai pembayaran pokok dan bunga
yang di tetapkan pada sistem ini selalu menurun setiap pembayarannya.
c. Pemberian kredit dengan sistem Floating (mengambang)
Penawaran kredit dengan sistem ini jarang terjadi, cara kerja sistem
penawaran kredit ini adalah dengan meningkatkan bunga pinjaman setiap

19

pembayarannya dan otomatis juga akan meningkatkan angsuran pokok
sehingga kreditur akan membayar lebih besar pada setiap pembayarannya.
2.4 Persaingan Pasar Kredit
Di Indonesia saat ini pasar kredit yang pelaku didalamnya adalah para
perbankan

menjadikan

peran

perbankan

menjadi

sangat

penting

bagi

perekonomian Indonesia mengingat Indonesia yang masih berstatus sebagai
negara sedang berkembang yang memerlukan modal untuk berinvestasi dan
sebagai suatu sistem kelancaran pembayaran. Banyak perbankan di Indonesia
yang keberadaannya dapat dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi
dan iklim investasi, terakhir tercatat pada data bank Indonesia, terdapat 239 unit
bank umum dan syariah begitu juga jumlah BPR pada akhir tahun 2012 tercatat
1.653 unit dan pada bulan bulan desember 2013 hanya tersisa 1.634 unit yang
tersebar diseluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dalam persaingan pasar kredit di
Indonesia, bank dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian : Bank umum
konvensional, bank umum syariah, bank asing, bank campuran, bank pemerintah
daerah, bank umum swasta devisa dan non devisa, bank persero dan bank
perkreditan rakyat.
Pasar kredit tidak berwujud dan bukan suatu lembaga yang langsung
berinteraksi dengan masyarakat secara nyata, pasar kredit merupakan istilah dari
pertemuan banyaknya penawaran akan kredit yang diikuti dengan permintaan
akan kredit. Pasar kredit merupakan pasar yang sangat dinamis, interaksi kedua
kekuatan tersebut tentunya memerlukan proses waktu yang tidak cepat, karena
sangat terkait dengan keberadaan informasi yang berada diantara kedua belah

20

pihak. Ketika informasi yang tersedia bagi para pelaku pasar adalah sempurna
maka proses penyesuaian akan berjalan cepat menuju keseimbangan, akan tetapi
jika informasi yang terjadi tidak sempurna (asimetris) maka proses penyesuaian
akan sangat lambat dan dapat terjadi ketidakseimbangan, ataupun keseimbangan
yang terjadi diikuti dengan penjatahan kuantitas kredit (credit rationing
equilibrium).
Pasar kredit merupakan suatu kegiatan ekonomi yang bertemunya
penawaran dan permintaan akan kredit. Permintaan akan kredit diwakili oleh para
peminjam (borrowers), sedangkan penawaran akan kredit diwakili oleh pemberi
pinjaman (lenders). Peminjam yang direpresentasikan oleh kurva permintaan
termasuk peminjam dari sektor rumah tangga yang identik dengan kredit
konsumsi, seperti : kartu kredit, kredit mobil, perumahan, bisnis (perusahaan,
perdagangan, dan lainnya), dan pemerintah. Dari sisi permintaan akan kredit,
umumnya terdiri dari dua komponen: 1. permintaan akan kredit langsung melalui
pengisian aplikasi, dan 2. dengan menjual interest-bearing aset keuangan untuk
raising money. Sisi pemberi pinjaman direpresentasikan oleh kurva penawaran
akan kredit termasuk pemberi pinjaman langsung (bank, perusahaan kartu kredit,
dan lainnya) dan penjual aset keuangan seperti obligasi. Penawaran akan kredit
terdiri atas tiga komponen, yaitu 1. kredit langsung dari bank, 2. pembeli aset
keuangan dari konsumen, dan 3. kredit baru yang diciptakan oleh bank sentral
melalui mekanisme pasar terbuka.
Pada saat komponen-komponen pada sisi permintaan dan penawaran akan
kredit dijelaskan lebih terperinci, maka terdapat beberapa faktor yang

21

mempengaruhinya. Pada sisi permintaan dan penawaran akan kredit dipengaruhi
oleh tingkat bunga, defisit anggaran pemerintah, kepercayaan konsumen, tingkat
keuntungan perusahaan, variabel demografi, kekayaan dan tingkat pertumbuhan
pendapatan, nilai tukar, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat pula beberapa
faktor yang juga berpengaruh pada sisi penawaran akan kredit seperti kredit yang
diciptakan oleh perbakan lewat operasi pasar terbuka, tersedianya Capital
Adequacy Ratio (CAR) dari dana pihak ketiga yang berasal dari penabung baik
sektor rumah tangga maupun bisnis, dan tingkat kehati-hatian perbankan dalam
pemberian kredit.
Pasar kredit tidak hanya memberikan jenis kredit konsumtif tetapi juga
memberikan kredit koperasi, modal kerja, investasi dan lainnya. Pasar kredit yang
pelaku di dalamnya merupakan perbankan berlomba-lomba menciptakan inovasi
dan kreativitas produk yang dapat menguasai pangsa pasar dan tidak terlepas
kaitannya dengan inovasi pada produk kredit. Supaya bank tetap berkembang,
kredit harus tetap mengalir lancar, dengan menyalurkan kredit bank bisa meraih
pendapatan bunga (interest income).
Macam-macam kredit yang umum dipasarkan untuk kredit konsumtif
dari bank-bank yang beroperasi di Indonesia antara lain : kredit tanpa agunan
(KTA), kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kepemilikan mobil (KPM), kredit
multiguna, dan kartu kredit. Persaingan pasar kredit semakin ketat dan menarik
dikarenakan banyaknya bank-bank yang berdiri, baik bank yang berbentuk
persero, swasta, campuran, daerah dan syariah. Persaingan tidak hanya sampai

22

diantara sesama bank untuk mendapatkan pinjaman karena lembaga non
perbankan pun ikut berpartisipasi dalam persaingan pasar kredit.
35

Pertumbuhan (%)

30
25
20
15
10
5
0
2010

2011

2012

2013

2014

2015

Pertumbuhan DPK

18,54

19,07

15,81

13,6

12,29

16,04

Pertumbuhan Kredit

22,81

25,52

23,89

21,8

11,65

11,38

Pertumbuhan Laba

26,75

31

23,65

14,95

5,16

4,25

Sumber : OJK, diolah kembali oleh penulis

Gambar 2.1 Pertumbuhan DPK, Kredit dan Laba Bank Umun
Per Desember 2010 - Maret 2015

Pada grafik 2.1 diatas memperlihatkan kinerja pasar kredit pada bank
umum mengalami penurunan pada triwilan 2015 hal ini terjadi karena kondisi
ekonomi di Indonesia tidak stabil, nilai tukar rupiah anjlok dan pertumbuhan
ekonomi mengalami penurunan sehingga gairah ekonomi dalam negeri menjadi
lesu, maka akan berdampak pada daya beli masyarakat dan kehati-hatian
perbankan dalam penyaluran kredit. Penyaluran kredit pada kondisi ekonomi yang
tidak stabil akan membuat nilai NPL (Non Performing Loan) suatu bank menjadi
tinggi karena penyaluran kredit ditengah kondisi ekonomi yang seperti itu akan
meningkatkan resiko kredit macet. Hal ini terbukti tahun 2014 pertumbuhan kredit
11,65% meningkatkan resiko kredit macet sebesar 0,39% menjadi 2,16%. Per
Maret 2015 pertumbuhan kredit yang hanya sebesar 11,28% menaikan NPL
23

sebesar 0,41% menjadi 2,40% dan jika pertumbuhan kredit tahun ini konstantan di
11% saja atau sama dengan pertumbuhan kredit tahun lalu, maka resiko kredit
macetnya bisa naik menjadi diatas 2,61%.
Perbankan sebenarnya sudah menetapkan target pangsa pasar yang akan
dimasuki terkhusus pada produk kredit, kegunaan perencanaan penetapan target
pangsa pasar (segmentasi) adalah untuk memperkecil resiko kegagalan pasar dan
memfokuskan pada satu tujuan pencapaian pada suatu pasar yang telah di
tetapkan. Dengan kata lain tujuannya adalah untuk memperkecil persaingan,
karena persaingan kredit diantara perbankan sangat ketat ketika banyak perbankan
yang bekerja di satu pasar yang sama. Kekuatan setiap perbankan juga berbedabeda, baik pada financial, management, maupun sifat atau karakter awal
pembentukkn bank tsb. Sehingga tujuan lain dari segmentasi pasar adalah untuk
menghidarkan perbankan dari persaingan pasar kredit yang tidak setara pada satu
pasar yang sama, karena itu segemtasi dapat menjadi faktor kunci untuk
memenangkan persaingan dari sudut pandang yang berbeda dari pesaing
(Kartajaya 2004 : 103).
2.4.1 Persaingan Pasar Kredit dan Penerapan API
API adalah Arsitektur Perbankan Indonesia yang diperkenalkan pada awal
tahun 2004 kepada publik dan terkhusus kepada sektor perbankan bahwa akan di
laksanankan kebijakan pengembangan perbankan Indonesia secara professional,
kebijakan ini terkait pada pembangunan industri perbankan yang mempunyai
struktur yang kuat untuk menjaga stabilitas sektor keuangan dengan cara
konsolidasi, dimana dengan cara ini diharapkan dapat memperkuat permodalan

24

antar bank dan marjer yang terus terjadi dimasa mendatang seiring dengan
diterapkannya program API ini.
Dalam kajiannya tentang persaingan pasar kredit, kebijakan API ini akan
membuat pasar kredit semakin terkonsentrasi dengan baik sehingga persaingan
perbankan terlebih persaingan pasar kredit lebih terarah dan membuat perbankan
menjadi sehat secara financial. Sistem konsolidasi ini mengacu kepada kebijakan
kepemilikan tunggal (single presence policy) dengan tujuan panataan kembali
struktur kepemilikan perbankan karena kepemilikan tunggal pada perbankan
Indonesia dianggap faktor penting dalam mendukung kebijakan API dan
efektivitas pengawasan bank (PBI No.8/16/PBI/2006).
Kebijakan

kepemilikan

tunggal

sebenarnya

merupakan

instrumen

kebijakan yang semi memaksa dalam rangka mendorong percepatan konsolidasi
perbankan sesuai cetak biru (API) menuju 2-3 bank internasional, 3-5 bank
nasional, dan 30-50 bank fokus. Semangat kebijakan ini sebenarnya sangat baik.
Bukan hanya dimaksudkan untuk mengakselerasi konsolidasi perbankan, namun
lebih dari itu, mendorong penegakan prinsip tata kelola persaingan pasar kredit
yang baik di industri perbankan (Kusumastuti 2007 : 19).

25

2.5

Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang menganalisis mengenai persaingan pasar kredit

perbankan, antara lain :
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
N
Peneliti
O
1 Nicola
. Cetorelli,
(2013).

Judul
Surviving
credit
market
competition

Variabel
Credit
Reform,
Reform x
Founding
time,
Employment,
Industry
Share

26

Metode
Penelitian
Hazard
Functions

Hasil Penelitian
1. Ada mekanisme
hubungan antara
pertumbuhan industri
dengan keuangan
karena fluktuasi
pendapatan, ekspansi
dan pertumbuhan
ekonomi
pempengaruhi
aktivitas produksi
perusahaan.
2. Kebijakan
konsolidasi dan
mergerterhadap
perbankan dalam
penelitian ini akan
membuat perubahan
modal keuangan
yang tersedia untuk
sektor real dan dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi yang
sesungguhnya.
karena kondisi
keuangan di
beberapa populasi
perusahaan non
keuangan
memerlukan biaya

Sri Yani
2 Kusum. astuti,
(2007).

3 Tri
. Mulyanig
-sih,
Anne
Daly,
(2011)

Derajat
Persaingan
Industri
Perbankan
Indonesia
Setelah
Krisis
Ekonomi di
Indonesia,

1. Variable
terikat :Beban
bunga dan
pendapatan
bunga.
2. Variable
bebas:
Tingkat bunga
simpanan dan
upah,
pendapatan
asset-aset,
pengeluaran
personal/
jumlah
pekerja, total
kewajiban.
3. Variabel
control : Net
Performing
Loans
4. Variabel
dummy :
Individual
bank

Competitive
Conditions
in Banking
Industry:
An
Empirical
Analysis Of
The
Consolidati
on,Competi
tion and

Pendapatan
Panzar
Bunga,
&Rose
Pengeluaran
bunga dari
deposito,
tingkat upah,
tingkat modal,
pendapatan
non bunga,

27

Bresnahan
’s
conjectural
variation
model

yang lebih untuk
menciptakan inovasi
yang produktif.
1.Mendorong
persaingan akan
menciptakan efisiensi
biaya di industri
perbankan.
2. Tejadi penurunan

tingkat persaingan
perbankan pada saat
krisis dan setelahnya
(1997-2000) yang di
tunjukan oleh
meningkatnya indeks
lerner, akan tetapi
tidak bisa juga
diartikan sebagai
penurunan pada
priode setelah krisis,
sebab industri
perbankan sedang
dalam masa
konsolidasi dan
berada dalam
pengawasan ketat
Pemerintah dan
Bank Indonesia dan
juga masih tingginya
angka kredit yang
bermasalah.
1.Bank
besar bekerja di
pasar paling kurang
kompetitif
sedangkan bank
kecil dan menengah
bekerja di pasar yang
paling kompetitif.
2. Bank yang

4 Desi
. Arisani,
(2009).

Concentrati
on in The
Indonesia
Banking
Industry
Between
2001 and
2009.

resiko modal,
resiko
pinjaman,
rasio deposito
interbank
terhadap total
deposito, rasio
demand
deposito
terhadap total
deposito dan
pembiayaan
jangka pendek

Analisis
Faktor
Penawaran
Kredit Pada
Bank
Umum di
Indonesia.

DPK (Dana
Pihak Ketiga),
CAR (Capital
Adequecy
Ratio), NPL
(Non
Performing
Loan),ROA
(Return
On
Asset).

28

Metode
Regresi
Linear
Berganda.

terkonsentrasi
memberikan
kontribusi
pada lingkungan
kerja yang kurang
kompetitif. Ini
mungkin merupakan
alasan mengapa
bank-bank
besar di Indonesia
bekerja di pasar yang
kurang kompetitif
dibandingkan bankbank kecil.
Bank-bank besar
memiliki kekuatan
monopoli yang
memungkinkan
mereka untuk
berperilaku
monopolis atau
oligopolis.
1. Variable DPK
merupakan variabel
yang paling dominan
mempengaruhi
tingkat kredit.
2. Dari uji F selama
masa observasi
varibel DPK, CAR,
NPL dan ROA
berpengaruh nyata
dan signifikan
terhadap penawaran
kredit yang
disalurkan bank
umum.

1. Surviving credit market competition (Cetorelli, 2013).
Penelitian ini mengkaji tentang peranan kondisi kredit di pasar kredit untuk
keberlangsungan hidup dari perusahaan nonkeuangan. Dari pendekatan yang
dilakukan dengan moetode Hazard Functions didapat bahwa kebijakan
konsolidasi dan merger terhadap perbankan dalam penelitian ini akan membuat
perubahan modal keuangan yang tersedia untuk sektor real

dan dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya. karena kondisi
keuangan di beberapa populasi perusahaan non keuangan memerlukan biaya
yang lebih untuk menciptakan inovasi yang produktif.
2. Derajat Persaingan Industri Perbankan Indonesia Setelah Krisis Ekonomi di
Indonesia (Kusumastuti, 2007).
Penelitian ini menganalisis tentang tingkat persaingan yang terjadi pada
industri perbankan setelah krisis ekonomi terjadi di Indonesia untuk
mengetahui seberapa besar dampak krisis ekonomi mempengaruhi struktur
industri perbankan 1997 – 1998, dengan menggunakan metode Bresnahan’s
conjectural variation model, ditemukan bahwa mendorong persaingan akan
menciptakan efisiensi di industri perbankan. Tetapi diperoleh indeks lerner yang

mengukur mark-up harga di atas biaya marjinal, yang artinya naiknya presepsi
resiko kredit tercermin dalam perubahan komposisi kredit akan meningkatkan
Indeks Lerner yang berarti menurunnya tingkat persaingan. Dalam kondisi
terjadi perubahan dilingkungan persaingan industri perbankan dan berbagai
peraturan kehatian-hatian, Indeks Lerner menunjukkan kenaikan hanya di
masa-masa awal setelah krisis, tetapi setelahnya relatif tidak berubah.

29

3. Competitive Conditions in Banking Industry: An Empirical Analysis Of The
Consolidation, Competition and Concentration in The Indonesia Banking
Industry Between 2001 and 2009 (Mulyaningsih, Daly, 2011).
Penelitian ini menganalisis tentang kondisi persaingan dan konsentrasi industri
perbankan Indonesia

terhadap kebijakan konsolidasi perbankan, dengan

menggunakan metode Panzar-Rose. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa,
struktur pasar perbankan Indonesia cukup rentan dan pasar perbankan menjadi
kurang terkonsentrasi selama pelaksanaan kebijakan konsolidasi.
Temuan berikutnya dalam penelitian ini adalah selama pelaksanaan kebijakan
konsolidasi industri perbankan bekerja pada bentuk pasar persaingan
monopolistis. Akhir studi ini menunjukkan bahwa bank dengan pasar yang
terkonsentrasi memberikan kontribusi pada lingkungan kerja perbankan yang
kurang kompetitif. Ini mungkin merupakan alasan mengapa bank-bank besar di
Indonesia bekerja di pasar yang kurang kompetitif dibandingkan bank-bank
kecil. Bank-bank besar memiliki kekuatan monopoli yang memungkinkan
mereka untuk berperilaku monopolis atau oligopolis.
4. Analisis Faktor Penawaran Kredit Pada Bank Umum di Indonesia
(Arisandi, 2009).
Penilitian ini mengkaji tentang faktor – faktor penawaran kredit pada umum
tahun 2005 sampai 2007 dengan jumlah bank umum 10 bank dan penelitian ini
menggunakan metode regresi liniear berganda. Hasilnya menunjukan bahwa
selama masa observasi varibel DPK, CAR, NPL dan ROA berpengaruh nyata
dan signifikan terhadap penawaran kredit yang disalurkan bank umum

30

danvariable DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi
tingkat kredit.
2.6

Kerangka Konseptual
Fokus pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana

persaingan pasar kredit berdampak pada pinjaman di Indonesia.

Gambar 2.2.
Kerangka Konseptual Penelitian

Persaingan Pasar
Kredit

Jumlah Bank

Suku Bunga
Pinjaman
Pinjaman/
Jumlah Kredit
NPL (Non
Performing Loan )

Di Indonesia

Pertumbuhan
Ekonomi

31

2.7

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual

yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
Tingkat persaingan pasar kredit (jumlah perbankan, suku bunga pinjaman, NPL,
dan pertumbuhan ekonomi) berpengaruh positif terhadap pinjaman di Indonesia

32