Analisis Tingkat Persaingan Pasar Kredit Perbankan Terhadap Pinjaman Di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam
perjalanannya pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan
merupakan masalah klasik pada penerapan ilmu ekonomi. Indonesia adalah
negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu di dunia yang mempunyai
potensi menjadi negara maju, tetapi banyak masalah untuk mencapai kemajuan
tersebut salah satu faktornya adalah kondisi keuangan dan permodalan yang
sampai saat ini menjadi masalah yang sulit diselesaikan. Kondisi keuangan dan
permodalan yang dimaksud adalah kondisi dimana dana yang minim dan sumber
dana yang sulit diperoleh sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas produksi
atau melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa.
Pinjaman atau sering disebut dengan permintaan kredit adalah sumber
utama pada permodalan, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan industri, dan
investasi. Perannya sangat penting bagi negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia sebagai negara agraris menuju industri yang identik dengan kekurangan
modal. Kredit ketahanan pangan contohnya, dalam sebuah studi dari
(Gusrani 2014 : 75) menyatakan, bahwa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

(KKP-E) tahun 2009-2012 pada setiap provinsi

memiliki pengaruh positif

terhadap produksi pertanian di Indonesia. Pinjaman sangat erat kaitannya dengan

1

perbankan, karena perbankan adalah salah satu badan yang dapat memberikan
pinjaman atau kredit dengan modal pinjaman dari dana masyrakat. Bank sebagai
sebuah lembaga yang di berikan izin oleh otoritas perbankan yang merupakan
perantara keuangan dari dua pihak, yang kelebihan dan pihak yang kekurangan.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 (Undang-Undang Perbankan)
mendefinisikan pinjaman atau kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pengertian diatas dapat diartikan perbankan adalah lembaga keuangan berupa
penawaran akan kredit dan pihak yang membutuhkan dana (debitur) merupakan
permintaan akan kredit, proses transaksi yang terjadi antara penawaran dan

permintaan kredit disebut dengan pasar kredit. Dimana dalam ilmu ekonomi,
pasar adalah proses transaksi dimana bertemunya penjual dan pembeli, yang
artinya penjual sebagai penawaran dan pembeli sebagai permintaan.
Setiap perbankan yang merupakan pelaku dalam persaingan pasar kredit
menerapkan pola perencanaan pemasaran yang biasa disebut dengan segmentasi
pasar. Segmentasi pasar merupakan kegiatan membagi suatu pasar menjadi
kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk
atau ramuan pemasaran tersendiri (Kasali, 2001).
Segmentasi pasar menurut (Kotler 2002 : 59) merupakan suatu usaha
untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Dasar segmentasi pasar
konsumen adalah segmentasi geografis, demografis, psikografis dan prilaku.

2

Segmentasi dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan persaingan dengan
melihat pasar dari sudut yang unik dengan cara yang berbeda dari pesaing,
sehingga memaksa perbankan untuk menciptakan produk yang menarik bagi
nasabah dengan tidak mengurangi tingkat efisiensi dan efektivitas keuangan
perbankan itu sendiri.
Pasar kredit adalah sebuah istilah yang terjadi karena adanya penawaran

dan permintaan akan kredit, hal ini dilatarbelakangi karena kredit atau pinjaman
merupakan kebutuhan dari aktivitas dan kegiatan ekonomi. Melihat kredit adalah
sebuah kebutuhan, maka banyaknya penawaran kredit dan diikuti permintaan
kredit menjadikan aktivitas ini sebagai sebuah pasar. Saat ini pasar kredit
merupakan topik yang sangat menarik untuk dikaji dan menjadi alasan dalam
pemilihan judul penelitian ini, karena merupakan jembatan penghubung bagi
efektivitas kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi, begitu juga dengan
kerentanannya terhadap faktor pendukungnya, apalagi seiring dengan penurunan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2014 yang mencapai 5.1% yang
memaksa perbankan untuk meningkatkan kembali gairah ekonomi sesuai dengan
fungsi perbankan sebagai intermediasi agar terciptanya peningkatan investasi
yang semakin mendorong meningkatnya transaksi kredit sehingga dengan
sendirinya menciptakan persaingan kredit.
Banyak fenomena yang terjadi dalam persaingan pasar kredit dan faktor
penyebabnya terbilang sangat kompleks, selain kondisi faktor ekonomi secara
makro; seperti pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, pemahaman
masyarakat tentang kredit, dan keberadaan informasi kredit atau pinjaman itu

3


sendiri secara tidak langsung juga menjadi faktor penting. Hal secara khusus juga
bisa menjadi peran penting bagi perkembangan pasar kredit, seperti : penerapan
sistem dan pengawasan terhadap perbankan sebagai penyalur kredit yang
diberikan kepada masyarakat dan juga regulasi atau peraturan yang dikeluarkan
otoritas terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
Dalam fenomena perkembangannya, persaingan pasar kredit mengalami banyak
tantangan dan kemajuan dimulai dari perbaikan regulasi dan kinerja perbankan
pada masa orde baru tahun 80-an hingga terjadi krisis ekonomi yang dimulai pada
tahun 1996 sampai 1999 akibat tatakelola kredit perbankan yang buruk.
Tahun 2000, kondisi ekonomi mulai membaik sejalan dengan kondisi
perbankan, regulasi dan pengawasan pada perbankan terhadap kredit yang
dikeluarkan masing-masing perbankan. Pada tahun 2005, kondisi ekonomi mulai
menunjukan peningkatan dan berhasil keluar dari krisis yang ditandai dengan
membaiknya perekonomian riil, kembalinya kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan, dan naiknya investasi dalam negeri begitu juga kondisi kredit
perbankan yang meningkat 50% atau mencapai 750 triliun rupiah (SPI 2006).
Membaiknya ekonomi pada tahun 2005 merupakan titik balik bagi
Indonesia karena mampu membuat para investor yang terletak dikawasan regional
maupun internasional melihat besarnya potensi pasar kredit terutama pada jenis
kredit konsumtif di Indonesia yang dikarenakan besarnya jumlah penduduk di

Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya bank asing yang masuk ke pasar
Indonesia dengan membuka kantor cabang ataupun yang mengakuisisi bank-bank
lokal untuk menambah jaringan bisnisnya tetapi kebanyakan bank asing yang

4

membuka kantor di Indonesia umumnya menyasar pada jenis kredit konsumtif
yaitu kredit tanpa agunan dan kartu kredit.
Tetapi pertengahan tahun 2015 dari data Badan Pusat Statistik dan
Statistik Perbankan Indonesia (BPS dan SPI 2015) persaingan pasar kredit mulai
tidak bergairah dan perbankan dihadapkan pada kredit macet, fenomena yang
terjadi pada persaingan pasar kredit ini di indikasikan oleh faktor pertumbuhan
ekonomi yang melambat sebesar 5 - 5,3 persen, melemahnya nilai tukar rupiah
diatas Rp.13.000/dolar, penurunan aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat,
dan ancaman tentang kredit macet yang semakin nyata karena nilai Non
Performing Loan (NPL) rata-rata perbankan sejak akhir tahun 2013 sebesar 1,77%
menjadi 2,16% diakhir tahun 2014 dan terus meningkat di tahun 2015. Hal ini
sangat berpengaruh pada kinerja perbankan dan persaingan dipasar kredit. Dari
data pada maret 2015 ada empat bank dari tujuh kelompok bank yang nilai Non
Performing Loannya diatas 5% dan membuat pertumbuhan kredit (penawaran

kredit) di pasar kredit turun dari 11,64% menjadi 10,28%. Sama halnya dengan
pinjamannya (permintaan kredit) di Indonesia, selain karena perbankan menjaga
kualitas kreditnya sehingga kredit sulit didapat, faktor tingkat bunga, struktur
ekonomi yang rentan dengan gejolak, lesunya perekonomian dan kurangnya daya
beli masyarakat membuat masyarakat enggan untuk melakukan transaksi kredit
dan ini selalu menjadi fenomena pada pinjaman (kredit) di Indonesia. Hal ini juga
membuat investor dan wirausahawan berhati-hati menginvestasikan dananya di
Indonesia dan membuat pasar kredit semakin tidak bergairah. Walaupun demikian
perbankan dan otoritas moneter terkait diharapkan mampu menjawab tantangan

5

ekonomi yang dihadapkan saat ini melalui kebijakan yang tepat dan kerja sama
dengan pemerintah.
Dalam laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI), perbankan terdiri dari
bank persero, bank pemerintah daerah, bank swasta nasional, bank asing, bank
campuran, dan bank perkreditan rakyat. Masing-masing pelaku pasar kredit sudah
pasti memiliki sasaran pemasaran tersendiri, selain kredit konsumsi target
penyaluran kredit dapat diberikan kepada 9 sektor ekonomi, karena dalam
kegiatan ekonomi real diperlukan modal awal untuk berinvestasi dan kesempatan

keluar masuknya dana lebih cepat, sehingga sangat memungkinkan adanya
peminjaman dana. Yang termasuk kedalam 9 sektor ekonomi adalah 1. pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan; 2. pertambangan dan penggalian; 3. Industri
pengolahan; 4. Listrik, gas dan air bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, hotel
dan restoran; 7. Pengangkutan dan komunikasi; 8. Keuangan real estate dan jasa
perusahaan; 9. Jasa-jasa.
Sebuah studi internasional yang dilakukan oleh (Cetorelli, 2013),
mengatakan persaingan pasar kredit merupakan keberlangsungan hidup bagi
perusahan-perusahaan nonkeuangan (sektor riil). Hasil studi ini menunjukan
bahwa perubahan pada penawaran kredit di pasar kredit mempunyai efek penting
pada sisi permintaan, dimana ketika modal keuangan sulit diperoleh maka
perusahaan sektor riil sangat sulit bertahan dipersaingan berusaha yang
kompetitif, tetapi ketika modal keuangan mudah didapat maka perusahaan sektor
real sebagai permintaan pinjaman untuk kebutuhan kegiatan usaha berubah
dengan

baik

termasuk


permintaan

modal

6

pada

lingkungan

persaingan

berwirausaha yang tidak terlalu kompetitif. Perubahan pada permintaan ini
mempengaruhi profil ekspektasi kehidupan perusahaan secara nyata dan efek ini
bermacam-macam pada perusahaan yang berbeda. Perubahan pada keseluruhan
dinamika populasi perusahaan sektor riil membentuk karakteristik mekanisme
eksplisit dimana keuangan dari populasi perusahaan tersebut dapat mempengaruhi
aktivitas ekonomi sesungguhnya secara meluas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tingkat persaingan
pasar kredit (jumlah bank, suku bunga pinjaman, Non Performing Loan dan
pertumbuhan ekonomi) terhadap pinjaman di Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari persaingan pasar kredit
terhadap pinjaman di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.

Bagi Peneliti, penelitian ini menjadikan peneliti lebih mengetahui banyak hal
tentang dunia perbankan dan kredit yang tidak peneliti dapat pada saat
perkuliahan dan menjadi modal pengetahuan bagi peneliti untuk dapat di
aplikasikan.

7

2. Bagi Bank Indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia, dengan penelitian

ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan informasi mengenai kondisi
persaingan pasar kredit di Indonesia dan pengaruhnya terhadap pinjaman di
Indonesia.
3. Bagi Kalangan Perbankan sebagai salah satu badan yang mengeluarkan
instrumen kredit, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
mengenai persangaingan pasar kredit.
4.

Bagi Kalangan Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber
referensi atau sebagai alat pembanding dalam penelitian selanjutnya.

8