388 901 1 SP

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

ISSN 0216-468X

KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS
TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP
KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT
Arief Rizki Fadhillah1, Sofyan Arief Setiyabudi2, Anindito Purnowidodo2
1
Universitas Brawijaya Malang, Jalan MT. Haryono, 167 – Malang
2
Univesitas Brawijaya Malang, Jalan MT. Haryono, 167 – Malang
Telp. 0341-551611 / fax. 0341-565420
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
The fiber composite of hibiscus's bark is the material that comprises synthetic resin as a matrix
and hibiscus's bast fiber as reinforcement. The hibiscus's bast fiber have the excellent potency
regarding the strength that is employed as reinforcement. This research is using four types of
synthetic resin, which are polyester BTQN 157, bisphenol A LP-1Q-EX, ripoxy R-802, and
epoxy. The ratio of mass fractions between fiber and resin are 60: 40. The initial treatment of
the bast fiber hibiscus utilises using 6 % of NaOH and 120 minute of time. The vaccum bagging

process was used to manufacturing the composite. Tensile test and fracture analysis was done
in the research. The fiber composites of hibiscus tree bark with bisphenol A LP-1Q-EX resin has
the best tensile strength and epoxy resin have a small fracture area
Keywords: composite, bast fibers hibiscus, synthetic resin, tensile strength, vacuum bagging
PENDAHULUAN
Pohon waru memiliki nama ilmiah
Hibiscus tiliaceus termasuk tumbuhan pada
suku kapas-kapasan atau Malvaceae). Pohon
tersebut juga dikenal sebagai Waru laut, atau
Dadap laut (Pontianak) [1]. Dari beberapa
bagian pohon waru salah satunya adalah kulit
batang waru. Kulit batang waru dihasilkan dari
proses pengelupasan dari kayu secara
manual, setelah kulit terlepas dari kayu maka
langkah selanjutnya yaitu merendam kulit waru
dalam air dengan kurun waktu ± 10 – 30 hari
[1].
Penggunaan serat kulit pohon waru
(Hibiscus tiliaceus) sebagai reinforcement
dalam komposit telah dibuktikan dapat

menambah kekuatan bending, tarik, impak,
dan lentur [2] [3] [4] [5]. Hal ini menjadikan
serat kulit pohon waru (Hibiscus tiliaceus)
memiliki potensi yang sangat baik sebagai
reinforced pada komposit serat alam, karena di
Kota Tulungagung serat kulit pohon waru
(Hibiscus tiliaceus) banyak digunakan sebagai
tali tampar untuk hewan ternak dan kerajinan
tangan. Kegunaan serat kulit pohon waru
(Hibiscus tiliaceus) ini membuktikan bahwa
serat kulit pohon waru (Hibiscus tiliaceus)
memiliki kekuatan dan ketangguhan.

Komposit serat alam atau natural fiber
composites (NFC) merupakan salah satu jenis
komposit yang termasuk kedalam komposit
berbasis matrik dengan jenis polimer dan
dikombinasikan dengan serat alam. Komposit
serat alam pada dasarnya sama dengan
komposit pada umumnya, yaitu kombinasi dari

dua atau lebih material dengan sifat mekanik
yang berbeda dan dengan mengkombinasikan
sifat-sifat mekanik tersebut akan menghasilkan
sifat mekanik yang lebih baik secara
keseluruhan dari material komposit [6].
Dalam natural fiber composites (NFC)
selain serat alam yang memiliki fungsi sebagai
reinforcement, maka terdapat matrik yang
berfungsi sebagai pelindung serat dan media
transfer beban ke serat. Resin yang digunakan
dalam penelitian ini ada 4 jenis matrik, antara
lain : poliester BTQN 157, bisphenol A LP-1QEX, ripoxy R-802, epoksi A dan B.
Resin poliester BTQN 157 termasuk salah
satu polimer termoset. Curing / pengerasan
yang terjadi pada resin poliester dilakukan
dengan menambahkan suatu peroksida atau
katalis. Reaksi dari penggabungan resin
poliester dan katalis akan menghasilkan reaksi
ikat silang secara radikal bebas dari poliester


1

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

W f +W m=1

dengan manomer reaktif yang ditambahkan
dalam resin poliester tersebut [7].
Resin Epoksi terdiri dari 2 bagian
penyusun, diantaranya : Epoksi A resin dan
Epoksi B hardener. Resin epoksi ini memiliki
bentuk berupa cairan yang sangat kental serta
padat. Penggunaan dari resin ini dengan cara
menggabungkan atau mencampurkan antara
resin dan hardener yang akan menghasilkan
reaksi antara resin dan hardener yang
bertujuan untuk membentuk polimer crosslink,
sehingga akan terjadi pengerasan resin
epoksi. Curring time yang terjadi pada resin ini
tergantung dari penggunaan hardener [8].

Resin ripoxy (R-802 EX) adalah jenis
resin vinil ester. Sifat utama dari resin ini
adalah tahan terhadap korosi dan reaksi asam
kimia. Resin ripoxy memiliki kemampuan yang
tidak baik dalam ikatan terhadap beberapa
jenis
serat.
Ripoxy
dalam
proses
penggunaannya ditambahkan 2 jenis cairan
kimia, antara lain : (MEKPO atau cumene
hyroperoxide)
dan
promotor
(cobalt
naphthenate atau promoter D). Resin Ripoxy
R-802 memiliki sifat inflammable, hal ini
dikarenakan struktur kimianya telah memiliki
kandungan manomer styrene yang termasuk

dalam
kategori
class
3-3
oleh
Intergovernmental
Maritime
Consultative
Organization [9].
Bisphenol A adalah resin yang terdapat
dalam suatu bagian utama dari epoxy pada
umumnya, seperti Bisphenol A Diglycidyl
Ether. BADGE adalah bagian dari jenis epoksi
berbasis BPA yang sering digunakan untuk
tempat makanan dan minuman di dunia. Pada
saat ini BPA memiliki efek negatif untuk
kesehatan, hal ini dikarenakan BPA memiliki
struktural yang sama dengan hormon estrogen
milik manusia [10].
Penelitian ini menggunakan fraksi massa,

maka komposit dapat dijelaskan secara
persamaan dibawah ini [11]:

W f=

(3)

Dari persamaan 1 dan 2, maka didapatkan

w f +w m=w c

(4)
Massa setiap material dapat dilihat pada
persamaan berikut ini :

w c=ρ c . v c

(5)

w f =ρ f . v f

w m=ρm . v m

(6)

(7)
Dari persamaan diatas, maka fraksi
massa dan volume memiliki keterkaitan yang
dijelaskan pada persamaan berikut:

ρf
V
ρc f
ρm
W m= V m
ρc
W f=

(8)

(9)

Pada serat dan matrik memiliki
keterkaitan pada fraksi massa dan fraksi
volume dengan persamaan dibawah ini :

ρf

W f=

ρm
ρf
ρm

Vf

V f +V m

W m=

1
ρf

(1−V m )+V m
ρm

(10)

Vm

(11)
Dimana:
wc : massa komposit (kg)
wf : massa fiber/serat (kg)
wm : massa matrik (kg)
Wf : Fraksi massa fiber/serat (%)
Wm : Fraksi massa matrik (%)
ρf : massa jenis fiber/serat (kg/m3)
ρm : massa jenis matrik (kg/m3)
ρc : massa jenis komposit (kg/m3)

wf


wc
w
W m= m
wc

ISSN 0216-468X

(1)

METODOLOGI PENELITIAN
Komposit serat kulit pohon waru (hibiscus
tiliaceus) dibuat dengan variasi jenis resin
sintetis, antara lain : resin poliester BTQN 157,
resin bisphenol LP-1Q-EX, resin ripoxy R-802,
dan resin epoksi A dan B. Orientasi serat yang
digunakan adalah unidirectional. Fraksi yang

(2)

Jumlah Fraksi berat adalah

2

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

digunakan adalah fraksi massa dengan
perbandingan serat dan matrik sebesar 60 :
40. serat kulit pohon waru (hibiscus tiliaceus)
diberi perlakuan perendaman alkali NaOH
sebesar 6% selama 120 menit. Spesimen uji
tarik komposit menggunakan standar ASTM
D638-03 Type I sesuai dengan gambar 1 [12].

ISSN 0216-468X

Pengujian
yang
dilakukan
dalam
penelitian ini adalah uji tarik komposit
menggunakan electro-hydraulic servo-control
static & dynamic Universal testing machine,
Foto Makro Patahan menggunakan kamera
Canon EOS 700D Kit (EF S18-55 IS STM)
dengan lensa Canon EF Macro 100mm F2.8L
IS USM.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa
analisa, antara lain : analisa kekuatan tarik
matrik, analisa kekuatan tarik komposit,
analisa fase patahan berdasarkan diagram
tegangan regangan dan analisa patahan
komposit.

Gambar 1. Spesimen uji tarik komposit

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Kekuatan Tarik Komposit dan Jenis
Matrik
Berdasarkan hasil uji tarik komposit serat
kulit pohon waru (Hibiscus tiliaceus) dengan
variasi jenis resin , maka didapatkan grafik
tegangan - regangan :

Proses pembuatan komposit mengunakan
metode Vacuum Bagging dengan tekanan
mencapai -27 Atm. Adapun proses pembuatan
komposit dengan menggunakan metode
Vacuum Bagging, sebagai berikut: resin yang
terdapat pada wadah resin disalurkan melalui
flow tube menuju katup in pada cetakan yang
telah ditutup dengan plastik bagging.Tahap
selanjutnya resin akan melalui katup out yang
telah disambungkan oleh flow tube menuju
resin trap. Resin trap akan tersambung pada
vaccum pump dengan flow tube.

Keterangan :
A : wadah resin
B : flow tube ke katup in cetakan
C : cetakan
D : flow tube dari katup out cetakan ke
vaccum trap
E : vaccum trap
F : vaccum pump
Gambar 2. Proses Vacuum Bagging

Keterangan :

:Tegangan Komposit Resin Bisphenol A LP1Q-EX
: Tegangan Komposit Resin Poliester
BTQN 157
: Tegangan Komposit Resin Ripoxy R-802
: Tegangan Komposit Resin Epoksi A dan B
Gambar
3. Tegangan-Regangan Komposit
Resin sintetis yang digunakan memiliki
Serat
Waru
(Hibiscus tiliaceus) Variasi Jenis
komposisi yang berbeda. Resin poliester
Resin
BTQN 157 memiliki komposisi resin dan
mekpo. Resin bisphenol LP-1Q-EX dan resin
Tegangan-regangan yang dihasilkan dari
ripoxy R-802 memiliki komposisi resin, uji tarik komposit serat waru (Hibiscus
promoter , mekpo.
Resin epoksi A dan B tiliaceus) variasi jenis resin dapat dilihat pada
memiliki komposisi resin dan hardener.
gambar 3 Berdasarkan grafik tersebut dapat

3

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

diketahui bahwa nilai tegangan tertinggi
terdapat pada komposit dengan resin
bisphenol LP-1Q-EX, sedangkan komposit
dengan
resin
Poliester
BTQN
157
menghasilkan nilai tegangan terendah. Nilai
regangan yang dihasilkan oleh komposit
dengan 4 jenis resin juga memiliki nilai
regangan yang sama dengan nilai tegangan.
Berdasarkan grafik tegangan – regangan
pada komposit serat kulit pohon waru
(Hibiscus tiliaceus) dengan variasi jenis resin
sintetis, maka dapat diketahui ultimate
strength atau kekuatan tarik dari komposit
pada masing-masing jenis resin yang terdapat
pada gambar 4.

ISSN 0216-468X

sedangkan kekuatan tarik yang terendah
adalah komposit dengan resin poliester BTQN
157.
Regangan maksimum yang dihasilkan
dari uji tarik komposit serat kulit pohon waru
(hibiscus tiliaceus) variasi jenis resin dijelaskan
pada gambar 5 bahwa resin Polyester BTQN
157 memiliki nilai regangan maksimum
sebesar 0.0238 mm/mm. Resin Bispheol A LP1Q-EX memiliki nilai regangan maksimum
sebesar 0.0324 mm/mm. Resin Ripoxy R-802
memiliki nilai regangan maksimum sebesar
0.0245 mm/mm. Resin Epoksi A dan B
menghasilkan regangan maksimum sebesar
0.0275 mm/mm. Komposit dengan regangan
maksimum tertinggi terdapat pada komposit
dengan
resin
Bispheol A LP-1Q-EX,
sedangkan regangan maksimum terendah
terdapat pada komposit dengan resin
Polyester BTQN 157.

Keterangan :
A : Kekuatan Tarik Komposit Resin Polyester BTQN
157
B : Kekuatan Tarik Komposit Resin Bisphenol - A
LP -1Q-EX
C : Kekuatan Tarik Komposit Resin Ripoxy R-802
Keterangan :
D : Kekuatan Tarik Komposit Resin Epoksi A Dan B
A : Regangan
Maksimum
Komposit
Gambar 4. Kekuatan Tarik Komposit Serat
Polyester BTQN 157
Kulit Waru (Hibiscus tiliaceus) Variasi Jenis B : Regangan Maksimum Komposit
Bisphenol - A LP -1Q-EX
Resin
C : Regangan Maksimum Komposit Resin
Kekuatan Tarik yang dihasilkan dari uji
R-802
tarik komposit serat kulit pohon waru (Hibiscus D : Regangan Maksimum Komposit Resin
tiliaceus) variasi jenis resin dapat dilihat pada
A Dan B

gambar 4. Komposit dengan resin poliester
BTQN 157 memiliki nilai kekuatan tarik
sebesar 249.71 MPa. Komposit dengan resin
bisphenol LP-1Q-EX memiliki kekuatan tarik
sebesar 329.09 MPa. Komposit dengan resin
Ripoxy R-802 memiliki kekuatan tarik sebesar
294.93 MPa. Komposit dengan resin epoksi A
dan B memiliki kekuatan tarik sebesar 308.82
MPa. Komposit dengan resin bisphenol LP1Q-EX menghasilkan kekuatan tarik tertinggi,

Resin
Resin
Ripoxy
Epoksi

Gambar 6 Regangan Maksimum Komposit
Serat Kulit Waru (Hibiscus tiliaceus) Variasi
Jenis Resin
Berdasarkan hasil kekuatan tarik dan
regangan maksimum diatas, maka dapat
diketahui bahwa komposit serat kulit pohon
waru (hibiscus tiliaceus) dengan resin
bisphenol LP-1Q-EX memiliki kekuatan tarik
dan regangan maksimum tertinggi, sedangkan

4

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

yang terendah adalah komposit dengan resin
poliester BTQN 157. Hal ini dikarenakan, resin
bisphenol memiliki sifat lentur dan mulur yang
menjadikan regangan dan kuat tarik akan lebih
tinggi serta ikatan yang dihasilkan antara
matrik bisphenol LP-1Q-EX dan serat waru
lebih baik daripada resin lainnya.
Tegangan-regangan jenis resin tanpa
serat mempengaruhi kekuatan tarik dan
regangan maksimum pada komposit serat kulit
pohon waru (hibiscus tiliaceus) dengan variasi
jenis resin. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7
yang menjelaskan tentang tegangan-regangan
resin tanpa serat.

ISSN 0216-468X

EX akan mampu menerima beban tarik lebih
baik, karena regangan akan menjadi lebih
besar.
Analisa Patahan Komposit

(a)

(b)

(c)
Keterangan :

:Tegangan Resin Epoksi A dan B
: Tegangan Resin Bisphenol A LP-1Q-EX
: Tegangan Resin Ripoxy R-802
(d)
: Tegangan Resin Poliester BTQN 157
Gambar 7 Tegangan-Regangan Jenis Resin Gambar 8 Patahan Uji Tarik Komposit Serat
Tanpa Serat
Kulit Pohon Waru Variasi Jenis Resin, (a)
Pada grafik tersebut menjelaskan Resin Poliester BTQN 157, (b) Resin
bahwa resin Poliester BTQN 157 memiliki Bisphenol LP-1Q-EX (c) Resin Ripoksi Rtegangan tertinggi akan tetapi menghasilkan 802, (d) Resin Epoksi A dan B
regangan terendah. Resin epoksi A dan B
Berdasarkan hasil uji tarik komposit
menghasilkan tegangan terendah akan tetapi
serat kulit pohon waru (Hibiscus tiliaceus) yang
menghasilkan regangan tertinggi.
Kekuatan tarik dan regangan tertinggi telah dilakukan, maka patahan uji tarik pada
pada komposit dengan jenis resin bisphenol A variasi jenis resin dapat dilihat pada gambar 8
LP-1Q-EX, hal ini dikarenakan resin bisphenol Patahan yang terjadi pada seluruh variasi jenis
A LP-1Q-EX memiliki tegangan terendah akan resin tidak terjadi patahan yang terpusat pada
tetapi
memiliki
regangan
lebih
baik satu titik atau tidak dapat diprediksi posisi
dibandingkan dengan resin poliester BTQN patahan kecuali patahan dengan resin Epoksi
157 yang memiliki tegangan tertinggi akan A dan B yang memiliki fracture area lebih kecil.
tetapi menghasilkan regangan terendah. Hal Hal ini dikarenakan pada resin epoksi ada
tersebut menjadikan resin bisphenol A LP-1Q- dugaan dimana resin dapat mendistribusikan

5

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

ISSN 0216-468X

beban yang diberikan pada serat secara
merata dan nilai toleransi terhadap kekuatan
serat lebih tinggi. Resin epoksi memiliki
viskositas yang tinggi, sehingga pada proses
aliran resin di vaccum bagging menghasilkan
waktu yang lebih besar dibandingkan resin
lainnya. Sehingga dapat direkomendasikan
untuk serat kulit pohon waru (Hibiscus
tiliaceus) menggunakan resin Epoksi A dan B.

Analisa Fase Patahan Komposit

Perambatan Patahan

(a)

6

(b)

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

ISSN 0216-468X

(d)
Gambar
9
Fase
patahan
spesimen
berdasarkan grafik tegangan regangan pada
uji tarik komposit serat kulit pohon waru variasi
jenis resin, (a) Resin Poliester BTQN 157, (b)
Resin Bisphenol LP-1Q-EX (c) Resin Ripoksi
R-802, (d) Resin Epoksi A dan B
Fase patahan komposit berdasarkan
diagram tegangan-regangan dapat dilihat pada
gambar 9 a-d. Komposit resin poliester BTQN
157 dan komposit resin ripoksi R-802 terjadi
fase patahan yang dimulai dari awal patahan
dilanjutkan dengan rambatan pada komposit
yang diakhiri oleh patah secara keseluruhan
dengan fracture area yang tidak terpusat.
Komposit resin bisphenol LP-1Q-EX awal
rambatan ditandai dengan deleminasi dan
dilanjutkan dengan patahan awal pada area
deleminasi. Komposit resin epoksi A dan B
tidak terjadi tanda-tanda awal patahan seperti
komposit dengan jenis resin lainnya akan
tetapi terjadi patahan secara langsung pada
saat ultimate strength.
Berdasarkan hasil diatas, maka jenis
resin yang digunakan pada komposit serat kulit
pohon waru (Hibiscus tiliaceus) mempengaruhi
patahan yang terjadi pada komposit, hal ini
dikarenakan ikatan antar serat kulit pohon
waru (Hibiscus tiliaceus) dan matrik yang
terjadi pada komposit berbeda antar jenis
matrik.

(c)

KESIMPULAN
Berdasarkan dari data dan pembahasan
yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
mengenai penelitian Karakteristik Komposit
Serat Kulit Pohon Waru (Hibiscus Tiliaceus)
Berdasarkan Jenis Resin Sintetis Terhadap
Kekuatan Tarik Dan Patahan Komposit yaitu:
Jenis resin sintetis yang digunakan sebagai
matrik pada komposit serat kulit pohon waru
(Hibiscus tiliaceus) mempengaruhi kekuatan
tarik dan patahan komposit, antara lain :
a. Dari segi kekuatan tarik komposit maka
dapat direkomendasikan menggunakan
resin bisphenol LP-1Q-EX, karena memiliki
kekuatan tarik yang baik serta memiliki
kemuluran yang sangat baik.
b. Dari segi fracture area atau area patahan
yang terjadi, maka dapat direkomendasikan
menggunakan resin Epoksi A dan B, hal ini
dikarenakan pada komposit dengan resin
poliester BTQN 157, Resin Bisphenol LP-

7

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.7, No.1 Tahun 2016: 1-2

ISSN 0216-468X

1Q-EX dan Resin Ripoksi R-802 memiliki
area patahan yang tidak dapat diprediksi,
sedangkan resin epoksi A dan B memiliki
area patahan yang lebih kecil.

Tebu Dan Perlakuan Alkali Pada Ampas Tebu
Terhadap Kekuatan Bentur Komposit Partikel
Epoksi Berpengisi Serat Ampas Tebu. Jurnal
Teknik Kimia USU, 28-31.

DAFTAR PUSTAKA
[1] suwandi, & Hendrati, R. L. (2014).
Perbanyakan Vegetatif Dan Penanaman Waru
(Hibiscus tiliaceus) Untuk Kerajinan Dan Obat.
Jakarta: IPB Press.

[9] Karno, I. P., Estriyanto, Y., & Wijayanto, D.
S. (2014). Pengaruh Jumlah Lapisan Terhadap
Ketahanan Bakar Komposit Serat Kaca
Bermatriks Ripoxy R-802 EX. Jurnal FKIP
UNS.

[2] Nurudin, A., Sonief, A. A., & Atmodjo, W. Y.
(2011). Karakterisasi Kekuatan Mekanik
Komposit Berpenguat Serat Kulit Waru
(Hibiscus Tiliaceus) Kontinyu Laminat Dengan
Perlakuan Alkali Bermatriks Polyester. Jurnal
Rekayasa Mesin Vol.II, No. 3 , 209-217.

[10] Romano, R. J., & Schmidt, D. F. (2013).
High Performance Bisphenol A (BPA)-Free
Epoxy Resins. Lowell: Toxics Use Reduction
Institute - University of Massachusetts Lowell.

[11] Kaw, A. K. (2006). Mechanics Of
Composite Materials. New York: Taylor &
[3] Warkum. (2013). Tesis : Pembuatan Dan Francis Group.
Karakterisasi Papan Partikel Dari Serbuk
Kalsium Karbonat (CaCO3) Serat Kulit Waru [12] Book standard ASTM D638-03 Type I
(Hibiscus Tiliaceus) Dengan Resin Polyester.
Medan: Program Pasca Sarjana Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
[4] Rianto, A., Soeparman, S., & Sugiarto.
(2011). Karakterisasi Kekuatan Bending dan
Hidrofobisitas Komposit Serat Kulit Waru
(Hibiscus tiliaceus) Kontinyu Bermatrik Pati Ubi
Kayu. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 2 ISSN 0216-468X, 130-136.
[5] Prasetyo, A., Purwanto, H., Respati, S. M.
B. (2016). Pengaruh Waktu Perendaman Serat
Kulit Pohon Waru (Hibiscus tiliaceus) Pada Air
Laut Terhadap Struktur Mikro dan Kekuatan
Tarik. Jurnal Momentum Vol. 12, No. 2,
Oktober 2016 - ISSN 0216-7395, 42-47.
[6] Tambyrajah, D. (2015). Indulge & Explore
Natural Fiber Composites "An invitation to
product
designers".
The
Netherlands:
NFCDesign Platform.
[7] Hatmi, P. W., Sukartini, & AW, D. (1998).
Pengaruh Komposisi Katalis Pada Glass
Reinforced
Polyester
Terhadap
sifat
mekaniknya. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Sains Materi III (pp. 290-293). Serpong:
digilib.batan.go.id.
[8] Shabiri, A. N., Ritonga, R. S., & Ginting, M.
H. (2014). Pengaruh Rasio Epoksi/Ampas

8