Per Pen Sejarah dan Aliran Perencanaan P

PERKEMBANGAN DAN ALIRAN-ALIRAN
PERENCANAAN PENDIDIKAN
Makalah
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. WAWAN AHMAD RIDWAN, M.Ag
Dr. MASDUKI DURYAT, M.Pd.I

Disusun oleh :
LUKMANUL HAKIM (17086010010)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2018 M/1439 H

0

BAB I

PENDAHULUAN
Perencanaan

pendidikan

merupakan

kegiatan

awal

dalam

rangka

penyusunan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di masa yang akan datang
terkait dengan bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan perencanaan
merupakan salah satu yang menjadi faktor kunci kesuksesan dan keberlangsungan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh sebuah
lembaga pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Tahapan-tahapan dalam merencakan suatu kebijakan dalam bidang
pendidikan tentunya dipengaruhi atau dilatarbelakangi oleh sejarah perencanaan
pendidikan dan aliran-aliran perencanaan pendidikan itu sendiri. Munculnya
kesadaran akan pentingnya perencanaan pendidikan dipelopori oleh bangsa Rusia
yang kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa lainnya. Pentingnya perencanaan
pendidikan juga di sadari oleh dunia sehingga UNESCO menciptakan peraturan
tentang perencanaan pendidikan. Di Indonesia sendiri perencanaan pendidikan
dirintis awal sekitar tahun 1969 dengan dilaksanakannya suatu proyek penilaian
nasional pendidikan.
Dalam makalah ini akan disajikan sejarah perkembangan dan aliran-aliran
dalam perencanaan pendidikan. Dengan tujuan kita mengetahui secara jelas
sejarah perkembangan perencanaan pendidikan dan aliran-aliran perencanaan
pendidikan.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A.


Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan
Perenacaan merupakan hal yang paling mendasar yang harus dilakukan

terlebih dahulu sebelum memutuskan sebuah kebijakan dalam bertindak, terlebih
lagi perencanaan memegang peranan penting dalam berbagai bidang dan ruang
lingkup. Perencanaan terletak sebagai pondasi penentu dan sekaligus pemberi arah
terhadap tujuan yang akan dicapai.
Awal dari penciptaan manusia sebagai titik awal sejarah perkembangan
perencanaan, kita tentu mengingat tatkala diskusi antara Allah dan para malaikat
tentang penciptaan manusia dapat dikatakan sebuah perencanaan. Jadi bisa
dikatakan secara teoritis, perencaan dimulai sejak jaman azali.
Afifuddin1 menerangkan bahwa pemikiran tentang perencanaan pendidikan
sebenarnya sudah lama dimulai, seperti yang telah dikatakan oleh Xenopon dalam
“Lacedaemonian Conclusion”. Sejak 2500 tahun yang lalu, yang menceritakan
bahwa negara Sparta telah membuat perencanaan pendidikan bagi warganya untuk
memenuhi keperluan kepemimpinan dalam maksud politik bagi Athena. Sejalan
dengan Afifuddin, sejarah perkembangan perencanaan Sparta juga dikemukakan
oleh Udin Syaefudin Saud2 bahwa sejak zaman kuno para ahli filsafat dan
pendidikan sudah memiliki gagasan perencanaan pendidikan yang bersifat murni
spekulatif. Xenephon pernah mengemukakan dalam konstitusi Lacerdaemoniannya yang menunjukkan kepada orang-orang Athena, bagaimana orang-orang

Sparta pada 2500 tahun yang lalu merencanakan pendidikannya yang disesuaikan
dengan

tujuan

militer,

sosial,

dan

ekonomi

mereka.

Plato

dalam

bukunya, Republik, membuat suatu rencana pendidikan yang dapat memenuhi

kebutuhan pemimpin dan kebutuhan politik athena. Tujuan pendidikan menurut
Plato adalah untuk kebahagiaan individu dan kesejateraan negara.
1 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: Insan Mandiri, 2005). Hal. 6.
2 Udin Syaefudin Saud dan Abin Syamsudin, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007). Hal. 30.

2

Pada masa dinasti Han di daratan Cina dan pada masa peradaban Inca di
Peru telah dilakukan penyusunan suatu rencana pendidikan, perencanaannya
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Pada zaman ini terbukti
bahwa betapa pentingnya fungsi perencanaan pendidikan dalam kaitannya dengan
sistem pendidikan dan tujuan masyarakat, sehingga dapat dilihat bahwa
pendidikan adalah suatu alat untuk mencapai perubahan dan untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik.3
Pada zaman Renaissance, John Knot menyusun suatu sistem pendidikan
nasional yang dapat dijadikan pedoman orang Scots untuk dapat menikmati
kehidupan material dan spiritual. Ketika itu Comenius telah menyusun suatu
kerangka dasar organisasi sekolah yang bersifat terpusat. 4 Apa yang dilakukan

Knot terjadi pada abad ke-16. Knot mengusulkan rencana untuk sistem
persekolahan dan kursus-kursus nasional, sehingga rencana khusus bangsa Scott
(Scotlandia) memiliki suatu bentuk untuk perpaduan antara kepuasan spiritual dan
kesejahteraan material.5
Pada abad ke-18 ditemukan tulisan yang berkenaan dengan perencanaan
pendidikan yang berjudul Perencanaan Universitas di Rusia karya Diderot. 6
Tulisan pada abad ke-18 ini merupakan salah satu rencana pendidikan yang
dikenal dalam era kebangkitan Eropa yaitu “Plan D’une L’niversite Pour Le
Government de Russie” yang disiapkan oleh Diderot atas pesanan Tsar Katherina
II dari Rusia. Perealisasinya untuk membentuk masyarakat baru adalah rencana
lima tahun pertama negara Uni Soviet muda pada tahun 1923.7
Pada permulaan abad ke-19 di Eropa telah banyak diciptakan sistem dan
slogan pendidikan seperti: “An Education Plan” dan “The Reform Teaching”
yang dimaksudkan untuk pembaharuan dan peningkatan sosial.8
3 Ibid. Hal. 30
4 Kahar Utsman dan Nadhirin, Perencanaan Pendidikan (Kudus: STAIN Kudus, 2008).
Hal. 1.
5 Saud dan Syamsudin, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Hal.
30.
6 Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011). Hal. 66.
7 Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2011). Hal. 36.

3

Selanjutnya Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun I merupakan negara pertama yang menerapkan konsep
perencanaan pendidikan, kemudian diikuti Prancis pada tahun 1929, Amerika
Serikat pada tahun 1933, Swiss pada tahun 1941, dan Puerto Rico pada tahun
1942. Setelah Perang Dunia II, muncul pergolakan sosial dan ledakan penduduk.
Sementara itu sumber daya semakin mahal dan langka. Akibatnya, beberapa
negara di Eropa memandang bahwa perencanaan pendidikan itu penting
mengingat keterbatasan sumber daya tadi. Sejak itu Inggris pada tahun 1944
melakukan wajib belajar di 146 daerah dan para pejabat daerahnya diminta untuk
menyiapkan perencanaan pendidikan.9
Tujuh tahun kemudian yaitu pada tahun 1951 Prancis membentuk komisi
perencanaan untuk pembangunan sekolah, universitas, ilmu pengetahuan dan seni
(A Commision du Plan d’equipement Scolaire, Universtaire, Scientifique et
Artistique). Selanjutnya pada tahun 1953 pendidikan merupakan bagian integral

dari rencana pembangunan nasional.10
Qowiy11 melanjutkan bahwa sejak tahun 1950 dan seterusnya beberapa
negara yang baru memperoleh kemerdekaan mulai menerapkan perencanaan
pendidikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pembangunan pendidikannya.
Rencana pembangunan India (1951-1955) telah menempatkan pendidikan dalam
kerangka pembangunan ekonomi dan sosial, kemudian Ghana melaksanakan
pembangunan 8 tahun di mana pendidikan menempati salah satu prioritas yang
cukup tinggi, dan pada tahun 1952 Birma mengesahkan rencana pembangunan
pendidikan selama empat tahun.
Selain itu selama 25 tahun setelah Perang Dunia ke-2, yaitu antara tahun
1945-1970, sistem pendidikan dan lingkungan mengalami perkembangan yang
dahsyat di seluruh dunia. Perkembangan ilmu dan teknologi, penduduk, dan
politik, ekonomi, serta perubahan kebudayaan. Perkembangan tersebut berakibat
8 Saud dan Syamsudin, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Hal.
30.
9 Usman, Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Hal. 66
10 Qowsiy, “Pengertian dan Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan,” diakses
Maret 20, 2018, https://munafiahqowsiy.wordpress.com/author/qowsiy/.
11 Ibid.


4

terhadap pendidikan sehingga pada sektor pendidikan memiliki tugas-tugas baru,
tekanan, dan masalah-masalah yang jauh lebih berat baik dari segi kualitas
maupun kuantitas untuk menjawab tantangan perkembangan tersebut.12 Sehingga
cara-cara perencanaan yang sudah berkembang pada saat itu tidak dapat
menyelesaikan atau tidak dapat sejalan dengan perkembangan jaman yang terjadi.
Muncullah gagasan yang dikemukakan oleh Dr. Phillip Combs yang
berjudul “The World Educational Crisis a System Analysis” pada tahun 1968.
Dalam buku tersebut, Combs dengan brilian mengemukakan bahwa dunia
pendidikan tengah mengalami krisis besar karena kebutuhan dan perkembangan
pendidikan tidak akan dapat dipenuhi dengan sumber-sumber yang tersedia. Oleh
karena itu, Combs menghimbau agar pendidikan direncanakan dengan seksama
dengan melihat keterbatasan-keterbatasan yang ada dan diarahkan pada
penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan
ekonomi dan sosial masyarakat yang bersangkutan.13
Dikutip dari Husaini Usman14 pada tahun 1956-1965 telah dilaksanakan
berbagai seminar, lokakarya, dan konferensi pendidikan, baik di tingkat lokal,
regional, nasional, maupun internasional. Salah satu kegiatannya adalah
Konferensi Santiago di Chili (1962). Konferensi itu menghasilkan Deklarasi

Santiago. Salah satu rekomendasi Santiago tersebut adalah anggaran untuk biaya
pendidikan sebesar minimal 4 persen dari pendapatan nasional. Jika pada
Konferensi Santiago lebih menitikberatkan pada pendekatan kuantitatif maka pada
Konferensi Buenes Aires (1965) lebih menitikberatkan pada pendekatan kualitatif
yang berkenaan dengan isi, metode, dan evaluasi pendidikan.
Lanjut Husaini Usman15 pada tahun 1960 dilaksanakan Konferensi Karachi
yang menghasilkan rencana kerja pembangunan pendidikan di wilayah Asia yang
selanjutnya

melahirkan

Karachi

Plan.

Karachi

Plan

tersebut


berisikan

rekomendasi (1) perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi usia

12 Sarbini dan Lina, Perencanaan Pendidikan. Hal. 37.
13 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Hal. 7.
14 Usman, Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Hal. 66-69.
15 Ibid.

5

sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar, dan (2) pembentukan unit
pelayanan perencanaan pendidikan di tingkat nasional.
Kemudain Husaini Usman16 memaparkan bahwa beberapa konferensi
tentang pembangunan pendidikan melalui instrumen perencanaan pendidikan juga
diadakan di negara-negara Afrika. Pada tahun 1961 diadakan Konferensi Addis
Ababa yang menghasilkan Garis-Garis Besar Rencana Pembangunan Pendidikan
di Afrika. Selanjutnya, pada tahun 1962 dilakukan Konferensi Paris yang
merekomendasikan agar di setiap negara Afrika dibentuk badan-badan atau unitunit kerja perencanaan pendidikan.
Sejak tahun1960-an, mulailah dunia diramaikan oleh beberapa tanggapan,
tulisan, seminar, dan sebagainya yang mengulas dan membicarakan masalah
pentingnya perencaan pendidikan. Pada awal tahun 1960-an itulah UNESCO
(United Nation for Education, Social and Cultural Organization) mengambil
prakarsa untuk mengkoordinasikan segala usaha ke arah lahirnya perencanaan
pendidikan sebagai suatu aplikasi dari analisis yang rasional dan sistematis
terhadap proses perkembangan pendidikan. Tujuannya adalah agar pendidikan
lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan anak didik dan masyarakat
pada umumnya.17
Setelah melalui berbagai sidang yang intensif, akhirnya Sidang Umum
UNESCO (1960) memutuskan untuk mendirikan empat pusat pendidikan dan
pelatihan regional perencanaan pendidikan, yaitu The Regional Centre for
Educational

Planning

and

Administration

untuk

negara-negara

Arab

(Beirut,1961); The Asian Institute of Educational Planning and Administration
(New Delhi,1962); The Regional Institute of Educational Planning and
Administration for Latin America and Caribbean (Santiago,1968); The Regional
Educational Planning and Administration Group for Africa.18
Pada Sidang Umum UNESCO tahun 1962 seperti yang kemukan oleh
Afifudin19 diputuskan untuk mendirikan International Institute of Educational
16 Ibid.
17 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Hal. 8
18 Ibid.
19 Sarbini dan Lina, Perencanaan Pendidikan. Hal. 38.

6

Planning (IIEP) di Paris pada tahun 1963. Tujuan didirikannya IIEP adalah untuk
memperluas pengetahuan dan memasok ahli-ahli yang kompeten di bidang
perencanaan pendidikan untuk membantu bangsa-bangsa di dunia untuk
meningkatkan pembangunan

mereka. Tugas utama institusi ini adalah

melaksanakan pendidikan dan pelatihan spesialisasi perencanaan pendidikan.
B.

Sejarah Perencanaan Pendidikan di Indonesia
Gema isu perencanaan pendidikan sampai di Indonesia sekitar tahun 1968,

yaitu dengan dilaksanakannya suatu Proyek Penilaian Nasional Pendidikan
(PPNP). Proyek ini mendapatkan bantuan besar dari berbagai pihak, baik dari
dalam maupun luar negeri. Kegiatan proyek ini lebih utamanya adalah
mengadakan penelitian, seminar, simposium, dan diskusi yang kesemuanya
diarahkan untuk menghasilkan diagnosis tentang keadaan pendidikan di Indonesia
yang meliputi aspek-aspek kuantitas pendidikan dan kualitas untuk semua jenjang
pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan semua pendidikan,
baik umum maupun kejuruan.20
Pengaruh isu perencanaan yang pendidikan masuk ke Indonesia pada tahun
1968, yaitu dengan dilaksanakannya Proyek Penilaian Nasional Pendidikan
(PPNP). Hasil PPNP telah menarik perhatian UNESCO dan UNDP. Selanjutnya,
mereka bersedia membantu Indonesia untuk mengembangkan perencanaan
pendidikan.
Kemudian mengutip dari Endang Soenarya21 dengan berdirinya Badan
Penelitian Pendidikan (BPP) pada tahun 1969 yang kemudian berubah menjadi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan
perencanaan pendidikan mulai tampak perkembangannya. Melalui bantuan
finansial dan bantuan teknik dari UNESCO, secara berangsur-angsur dikirim
beberapa utusan tenaga perencana untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
perencanaan pendidikan yang diselenggarakan oleh Asian Institute of Educational
20 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Hal. 8.
21 Endang Soenarya, Pengantar Teori Perencanaaan Pendidikan Berdasarkan
Pendekatan Sistem (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000). Hal 27-31

7

Planning and Administration di New Delhi, INNOTECH di Manila dan untuk
program Educational Planning Specialist, yaitu pendidikan dan pelatihan
perencanaan pendidikan tingkat tinggi di International Institute for Educational
Planning (IIEP) di Paris.
Sejak alumni pertama (1969) sampai dengan terakhir (1989) tenaga
perencanaan pendidikan dari Indonesia yang telah mengikuti program pendidikan
dan pelatihan di IIEP berjumlah sekitar 36 orang, mereka sekarang bekerja pada
unit-unit perencanaan pendidikan di tingkat pusat dan Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di samping mereka yang telah
mengikuti pendidikan dan pelatihan perencanaan pada IIEP, telah pula dikirimkan
sejumlah tenaga untuk mengikuti pelatihan jangka pendek, seminar, dan lokakarya
yang diselenggarakan oleh UNESCO Regional Office for Asia and Pasific di
Bangkok.
Selanjutnya Supardi22 memaparkan perencanaan pendidikan di Indonesia
mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau yang lebih di kenal dengan
REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program pembangunan Ekonomi
Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004-2009, sebagai berikut:
REPELITA I tahun 1968-1975 perencanaan pendidikan nasional dibebankan
kepada Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) yang berada di bawah naungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan tugas utama membantu menteri
dalam bidang penelitian dan perencanaan pendidikan serta mengadakan
penyempurnaan dalam rangka penegmbangan pendidikan.
Pada tahun 1975 dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
dan Kebudayaan (BP3K) dan kemudian BP3K membentuk suatu “Proyek Perintis
Perencanaan Integral Pendidikan Derah” atau PROPPIPDA di Sumatra Barat dan
Jawa Timur.
Pada tahun 1980 di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
telah dilaksanakan “Sistem Mekanisme perencanaan Tahunan Terpadu rutin dan
22 Supardi dan Darwyan Syah, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: Diadit Media, 2010). Hal. 44-47.

8

Pembangunan” sebagai upaya menyatukan pendapat dan pikiran serta gagasan
dalam merencanakan pendidikan dan kebudayaan.
Selanjutnya pada Repelita II dan seterusnya perencanaa pendidikan di
Indonesia di koordinasikan oleh Biro Perencanaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Departemen Pendidikan Nasional) sekarang.
Pada tahun 1983 muncul gagasan untuk melakukan perencanaan pada
daerah tingkat II Kabupaten/Kota, dimana perencanaan pendidikan diarahkan
pada perencanaan yang lebih rasional, lebih komfrehensif, lebih nyata dan tegas
seta lebih di sesuaikan dengan kondisi sosiografis dan potensi dareah masingmasing.
Lanjut menurut Supardi23 seiring dengan tuntunan Reformasi pada tahun
1998,dan dikeluarkannya undang-undang mengenai otonomi daerah serta pada era
program

pembangunan

Ekonomi

Nasional

1999-2004

serta

Rencana

Pembangunan jangka menengah Nasional 2004-2009 perencanaan pendidikan
diitik beratkan pada daerah tingkat satu dan lebih dititik beratkan lagi pada daerah
tingkat satu dan lebih dititik beratkan lagi daerah tingkat dua dengan dibentuknya
DinasPendidikan dan sub dinas / seksi dinas pada masing-masing Kabupaten /
Kota.
Kemudian mengenai arah pembanguan bidang pendidikan nasional pada
program pembangunan Ekonomi Nasional (PROPENAS) 1999-2004 menurut
Supardi24 secara garis besar adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kesejahteraan tenaga pendidik,
memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat kebudayaan, nilai, sikap dan
kemampuan, melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan termasuk
pembaruan

dan

kurikulum

dan

pelaksanan

desentralisasi

pendidikan,

meningkatkan kulitas lembaga pendidikan dalam menghadapi perekembangan
ilmi pengetahuan, teknologi dan seni serta mengembangkan sumber daya manusia
sedini mungkin.

23 Supardi dan Syah, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. 44-47
24 Ibid. Hal. 47.

9

Sedangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 200042009 masih mengutip Supardi25 diarahkan pada peningkatan akses masyarakat
terhadap pendidikan yang berkualitas dengan sasaran : meningkatkan presentase
siswa yang menamatkan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun;
meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan relevansi pendidikan dengan
kebutuhan pembangunan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen
pelayanan pendidikan.
C.

Aliran-Aliran Perencanaan
Berikut dijelaskan aliran-aliran perencanaan menurut Sarbini dan Neneng

Lina26 :
1. Aliran Perencanaan Komprehensif
Aliran ini memiliki arti menyeluruh, analisis dalam perencanaan
komprehensif

dilakukan

dari

semua

aspek

kehidupan

perkotaan

(kependudukan, perekonomian, sosial, fisik, dan sebagainya). Proses
perencanaan komprehensif dilakukan secara sekuensial (urut). Adapun
langkahnya meliputi (1) pengumpulan dan pengolahan data, (2) analisis, (3)
perumusan tujuan dan sasaran perencanaan, (4) pengembangan alternatif
rencana, (5) evaluasi dan seleksi alternatif rencana, dan (6) penyusunan
dokumen rencana. Hasil perencanaan bersifat terperinci, jelas dan berupa
rancangan pengembangan fisik atau tata ruang.
2. Aliran Perencanaan Induk
Perencanaan induk (master planning), biasanya diterapkan pada
perencanaan kompleks bangunan atau kota baru secara fisik. Proses
perencanaan induk mengacu kepada perencanaan dan perancangan
arsitektur, yaitu dengan langkah-langkah sekuensial (urut) : (1) problem
seeking, (2)

programming, (3) designing. Hasil perencanaan atau

perancangan dilakukan kegiatan konstruksi atau pelaksanaan aksi atau
tindakan.
25 Ibid. Hal. 47.
26 Sarbini dan Lina, Perencanaan Pendidikan. Hal. 40-47.

10

3. Aliran Perencanaan Strategis
Pendekatan perencanaan strategis memfokuskan secara efisien pada
tujuan yang spesifik, dengan meniru cara perusahaan swasta yang
diterapkan pada gaya perencanaan publik, tanpa menswastakan kepemilikan
publik. Perencanaan strategis tidak mengenal standar baku, dan prosesnya
mempunyai variasi yang tidak terbatas. Setiap penerapan perlu merancang
variasinya sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi setempat.
Meskipun demikian, secara umum, proses perencanaan strategis memuat
unsur-unsur :
1) Perumusan visi dan misi
2) Pengkajian lingkungan eksternal
3) Pengkajian lingkungan internal
4) Perumusan isu-isu strategis
5) Penyusunan strategi pengembangan.
Proses perencanaan strategis tidak bersifat sekuensial penuh, tetapi dapat
dimulai dari salah satu dari langkah ke-1, 2 dan 3. Ketiga langkah tersebut
saling mengisi. Setelah ketiga langkah pertama ini selesai, barulah
dilakukan langkah ke-4 dan ke ke-5. Setelah rencana strategis (renstra)
selesai disusun, diimplementasikan terlebih dahulu menyusun rencanarencana kerja (aksi atau tindakan).
Rencana strategis pada hakikatnya merupakan proses melahirkan tujuan
ideal, tujuan yang dapat dilaksanakan, dan kebijakan. Perencanaan strategis
bertugas mendefinisikan tujuan ideal dan tujuan yang bisa dilaksanakan.
Selain itu perencanaan strategis juga diminta memberikan alasan atau
rasional alasan pemilihan program guna menyongsong perubahan dan
penyelesaian masalah atau alasan suatu misi harus dipikul.
4. Aliran Perencanaan Ekuiti
Aliran ini secara progresif mempromosikan kepentingan umum bersama
yang lebih besar (tidak hanya kepentingan satu kelompok), sekaligus
menentang ketidakadilan di perkotaan. Perencanaan ekuiti mengikuti
perencanaan advokasi bahwa akar-akar ketidakadilan sosio-ekonomis di

11

perkotaan perlu dibatasi, tetapi tidak sependapat bahwa perencanaan
mempunyai tanggungjawab eksplisit untuk membantu pihak-pihak yang
tidak beruntung. Hasil perencanaan ekuiti dapat saja menjadi satu dengan
hasil perencanaan komprehensif atau perencanaan strategis apabila
pastisipasi “kaum pinggiran” (kelompok minoritas) tidak terpenuhi dengan
memuaskan.
5. Aliran Perenanaan Advokasi
Perencanaan advokasi meragukan adanya “kepentingan umum” bersama.
Tokoh perencanaan advokasi Paul Davidoff mengkritik bahwa perencanaan
yang mengakui mampu merumuskan satu versi kepentingan umum berarti
memonopoli kekuatan (kewenangan) perencanaan dan tidak mendorong
adanya partisipasi. Menurutnya apabila perencanaan bersifat inklusif,
sebuah lembaga tidak akan dapat menampung kepentingan masyarakat yang
beragam dan saling konflik. Sebaliknya, perencanaan harus dapat
mendorong pluralisme yang berimbang dengan cara mengadvokasi
(memberi hak suara) kepada pihak-pihak yang tidak mampu menyalurkan
aspirasinya.
6. Aliran Perencanaan Inkrimental
Aliran perencaan inkrimental merupakan aliran yang menggunakan
perbandingan terbatas dari hasil-hasil berurutan untuk mencapai tujuan
jangka pendek yang realistis. Perencanaan yang menggunakan pendekatan
ini memperkuat kondisi yang sudah ada dan mengingkari kekuatan
perubahan sosial yang revolusioner (perubahan besar dan dalam waktu yang
relatif singkat). Pendekatan ini berasumsi secara induktif bahwa stimulus
dan respon jangka pendek menggantikan kebutuhan terhadap visi dan teori.
BAB III
KESIMPULAN
Sejarah perkembangan perencanaan pendidikan secara teoritis dimulai
sejak jama azali, Xenopon memperkirkan 2500 tahun yang lalu perencanaan

12

permula dari bangsa Sparta. Kemudian Pada masa dinasti Han di daratan Cina dan
pada masa peradaban Inca di Peru telah dilakukan penyusunan suatu rencana
pendidikan.
Abad ke-16, John Knot mengusulkan rencana untuk sistem persekolahan
dan kursus-kursus nasional bagi bangsa Scott (Scotlandia). Abad ke-18 ditemukan
tulisan yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan yang berjudul
Perencanaan Universitas di Rusia karya Diderot. Pada permulaan abad ke-19 di
Eropa telah banyak diciptakan sistem dan slogan pendidikan.
Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia muncul sebagai negara
pertama yang menerapkan konsep perencanaan pendidikan, kemudian diikuti
Prancis (1929), Amerika Serikat (1933), Swiss (1941), dan Puerto Rico (1942).
Setelah Perang Dunia II, Inggris pada tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146
daerah dan para pejabat daerahnya diminta untuk menyiapkan perencanaan
pendidikan. Tahun 1951 Prancis membentuk komisi perencanaan untuk
pembangunan sekolah, universitas, ilmu pengetahuan dan seni.
Mulai tahun 1956-1965 telah dilakukan berbagai konferensi, seminar, dan
lokakarya baik pada tingkat internasional, regional, maupun nasional. Sebagai
tindak lanjut dari konferensi Santiago di Chili (1962) yang kemudian diikuti
dengan seminar Washington, Konferensi Karachi, Konferensi Tokyo, Konferensi
Bangkok, Konferensi Addis Ababa, Konferensi Paris. Setelah melalui berbagai
sidang intensif, pada akhirnya Sidang Umum UNESCO memutuskan untuk
mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional perencanaan
pendidikan.
Dalam perkembangannya di Indonesia, isu perencanaan pendidikan
sampai di indonesia sekitar tahun 1968, yaitu dengan dilaksanakannya suatu
Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP). Hasil PPNP telah menarik
perhatian UNESCO/UNDP, yang pada akhirnya mereka bersedia membantu
Indonesia untuk mengembangkan perencanaan pendidikan. Dengan berdirinya
Badan Penelitian Pendidikan (BPP) pada tahun1969 yang kemudian berubah
menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan,
kegiatan perencanaan pendidikan mulai tampak perkembangannya. Melalui

13

bantuan finansial dan bantuan teknik dari UNESCO. Tenaga perencanaan
pendidikan dari indonesia yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan
d IIEP berjumlah sekitar 36 orang, mereka sekarang bekerja pada unit-unit
perencanaan pendidikan di tingkat pusat dan Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu perencanaan pendidikan di Indonesia
mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau yang lebih di kenal dengan
REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program pembangunan Ekonomi
Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004-2009
Adapun untuk aliran-aliran perencanaan itu sendiri terdiri dari 6 aliran, yaitu
sebagai berikut :
1. Aliran Perencanaan Komprehensif
2. Aliran Perencanaan Induk
3. Aliran Perencanaan Strategis
4. Aliran Perencanaan Ekuiti
5. Aliran Perenanaan Advokasi
6. Aliran Perencanaan Inkrimental
.

DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin. Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Insan Mandiri, 2005.
Qowsiy. “Pengertian dan Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan.”
Diakses
Maret
20,
2018.
14

https://munafiahqowsiy.wordpress.com/author/qowsiy/.
Sarbini, dan Neneng Lina. Perencanaan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia,
2011.
Saud, Udin Syaefudin, dan Abin Syamsudin. Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Soenarya, Endang. Pengantar Teori Perencanaaan Pendidikan Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.
Supardi, dan Darwyan Syah. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Diadit Media, 2010.
Usman, Husaini. Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2011.
Utsman, Kahar, dan Nadhirin. Perencanaan Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus,
2008.

15