Kontrak Dagang dan Penyelesaian Konflik

Siti Farahiyah Inarah – 071411231022 – Binter Week11
Kontrak Dagang dan Penyelesaian Konflik dalam Bisnis Internasional
Pada dasarnya, bisnis internasional merupakan kegiatan yang selalu berkaitan dengan
adanya perdagangan dan juga praktik jual beli yang banyak dilakukan oleh aktor-aktor dalam
lingkup internasional. Keberadaan perdagangan menjadi suatu hal yang penting, dan selalu
dilakukan untuk mencapai pemenuhan-pemenuhan kepentingan aktor internasional. Selain itu,
adanya perdagangan pada kenyataannya dapat menggerakkan roda-roda perekonomian.
Keberadaan perdagangan sendiri tentu tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan
akan melibatkan banyak pihak dalam perputarannya. Tentu dalam adanya kegiatan perdagangan
yang terjadi, kemungkinan konflik yang ada tentu tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
diperlukan banyak upaya pencegahan dan upaya untuk mengatasi konflik-konflik yang
berkemungkinan timbul. Dalam perdagangan sendiri, terdapat salah satu cara untuk membantu
dalam pengupayaan adanya pencegahan konflik, yaitu dengan pembuatan suatu kontrak dagang.
Dalam perdagangan, kontrak dagang diartikan sebagai suatu perjanjian yang berisikan
berbagai ketentuan dan kesepakatan yang dibuat oleh semua pihak yang terlibat dalam proses
perdagangan

(Anindita,

t.t.).


Kontrak

perdagangan

dibuat

berdasarkan

dengan

mempertimbangkan kepentingan yang dimiliki oleh seluruh pihak yang terlibat. Untuk
pembuatan kontrak perdagangan sendiri, para pihak terlibat tidak diperkenankan untuk
menyalahi segala peraturan yang telah dibuat, dan juga harus berdasarkan kepada hukum yang
berlaku (Anindita, t.t.). Kesesuaian dan kebutuhan terhadap pembentukan kontrak dagang juga
diperlukan dalam hal ini, mengingat fungsi dari kontrak perdagangan sendiri adalah untuk
memberi batasan terhadap adanya kepentingan dari semua pihak yang bersangkutan, dengan
memberikan informasi dan penjabaran terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibentuk (EDC,
t.t.). Selain ituk memberikan informasi dan penjabaran, kegunaan dari kontrak dagang sendiri
adalah untuk memberikan sanksi atau hukuman sesuai dengan kesepakatan, apabila dalam
prosesnya terdapat pihak yang melanggar isi dari kontrak dagang tersebut.

Kontrak perdagangan sendiri, dalam keadaannya dibagi menjadi dua. Pertama, adalah
kontrak dagang dalam negeri dan yang kedua, adalah kontrak dagang internasional (EDC, t.t.).
Pada kontrak perdagangan dalam negeri, perdagangan hanya dilakukan dalam lingkup dalam
negeri, dan pihak yang terlibat adalah pihak-pihak dari dalam negeri itu sendiri. Hal ini
memungkinkan adanya kepentingan masing-masing pihak yang secara tidak langsung sejalan.
Oleh karena itu, kontrak perdagangan dalam negeri dinilai tidak begitu rumit, daripada kontrak

Siti Farahiyah Inarah – 071411231022 – Binter Week11
perdagangan internasional. Selanjutnya pada kontrak perdagangan internasional, yang
merupakan kontrak perdagangan yang dilakukan dalam lingkup internasional. Hal ini
memungkinkan adanya kerumitan dalam kontrak perdagangan yang dibuat, mengingat bahwa
pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan merupakan pihak-pihak yang memiliki
kepentingan berbeda, yang dapat dipengaruhi oleh negara masing-masing (EDC, t.t.). Selain itu,
negara-negara sebagai aktor yang berperan dalam kontrak perdagangan internasional juga
memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan pandangan, pendapat, dan kepentingan membuat kontrak
perdagangan internasional menjadi lebih rawan untuk mengalami pelanggaran dalam setiap
pelaksanaannya. Namun, hasil dari hal ini adalah pembentukan sanksi dalam kontrak
perdagangan internasional menjadi sulit dibentuk, karena perbedaan pandangan yang ada
(Anindita, t.t.).
Dalam perdagangan, baik dalam negeri maupun dalam lingkup internasional, seringkali

terjadi konflik yang dapat berdampak kepada alur perdagangan dan bisnis yang telah dibentuk.
Oleh karena hal ini, pada dasarnya terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh aktor-aktor
bisnis untuk menghadapi konflik tersebut. Menurut Schaffer, Earle, dan Agusti (2009),
setidaknya terdapat empat metode dalam hal ini. Metode pertama yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik apabila terjadi adalah melalui metode mediasi. Dalam metode mediasi, di
antara kedua belah pihak yang bersengketa, akan terdapat pihak yang memoderatori dan
membantu dalam urusan mediasi. Pihak ketiga ini nantinya akan membantu dalam mencari jalan
tengah bagi kedua belah pihak, agar permasalahan dapat diselesaikan secara damai. Namun
dalam mediasi, keputusan akhir dari mediasi akan berada di tangan aktor-aktor yang berkonflik
tersebut. Metode kedua yang dapat digunakan adalah dengan melakukan konsiliasi (Schaffer,
Earle, dan Agusti, 2009). Dalam metode konsiliasi, aktor-aktor yang berkonflik secara tidak
langsung akan menyadari bahwa konflik yang berkepanjangan akan semakin merugikan,
sehingga memilih untuk berdamai daripada melanjutkan konflik. Metode selanjutnya, yaitu
metode ketiga adalah dengan melalui negosiasi. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa konflik
yang ada, tidak akan menambah keuntungan namun hanya membawa kerugian, sehingga pihak
yang berkonflik akan saling melakukan negosiasi kembali agar dapat mencari solusi terbaik
dalam permasalahan tersebut (Schaffer, Earle, dan Agusti, 2009). Selanjutnya terakhir, metode
keempat yang dapat digunakan dalam penyelesaian konflik adalah arbitrase. Arbitrase
merupakan metode yang dilakukan dengan menghadirkan pihak ketiga, yang pada dasarnya tidak


Siti Farahiyah Inarah – 071411231022 – Binter Week11
hanya berperan untuk memediasi, namun juga berperan sebagai pengambil keputusan dari
permasalahan yang ada. Dalam arbitrase, pihak ketiga diharapkan menjadi pihak yang netral.
Jika ditinjau dari konflik-konflik yang telah terjadi dalam bisnis perdagangan internasional,
keberadaan arbitrase merupakan hal yang banyak digunakan apabila terdapat konflik di antara
aktor-aktor perdagangan. Hal ini dikarenakan arbitrase yang dinilai lebih efisien dan memakan
biaya, serta waktu yang lebih sedikit (Schaffer, Earle, dan Agusti, 2009).
Dari penjabaran di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya kontrak perdagangan
merupakan hal yang perlu, mengingat keberadaan konflik ditengah-tengah terjadinya bisnis dan
perdagangan dapat kapan saja terjadi. Kontrak perdagangan sendiri, berfungsi untuk agar
memberi batasan terhadap adanya kepentingan dari semua pihak yang bersangkutan, dengan
memberikan informasi dan penjabaran terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibentuk.
Kontrak dagang sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kontrak dagang dalam negeri, dan juga
kontrak dagang internasional. Apabila dalam kontrak dagang dalam negeri menjadi sangat
mudah untuk bekerja sama, hal ini berbeda dengan kontrak dagang internasional. Hal ini
dikarenakan

adanya

perbedaan


dalam

mendapatkan

kepentingannya

masing-masing.

Permasalahan yang terlanjur muncul dalam hal ini, dapat diselesaikan menjadi empat macam,
yaitu proses mediasi, konsiliasi, negosiasi, dan juga arbitrase. Akan tetapi dalam urutan ini,
arbitrase yang dinilai lebih efisien. Hal ini dikarenakan arbitrase hanya memakan biaya sedikit,
serta waktu yang lebih singkat.
Referensi:
Anindita, Sri Laksmi. t.t., “Hukum yang Digunakan dalam Kontrak Dagang Internasional”,
dalam Indonesian Journal of International Law.
Export Development Canada. t.t., The ABCs of International Trade Contracts (Online). Tersedia
dalam:

http://www.edc.ca/EN/Knowledge-Centre/Publications/Documents/abcs-


contracts.pdf (Diakses 10 Desember 2016).
Schaffer, Richard, Beverley Earle & Filliberto Agusti. 2009. International Business Law & Its
Environment. Mason: Thomson South Western.