Aborsi dalam Perspektif Agama Islam dan

BAB I

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang Masalah
Saat ini Aborsi telah menjadi masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya

angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun.Di Indonesia saja, angka aborsi pertahun sudah mencapai 3 juta.Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan
di Indonesia. Sudah jelas bahwa aborsi adalah salah satu tindakan pembuhunan janin yang
menimbulkan banyak perdebatan di antaranya atas nama Agama dan ada juga yang mengatas
namakan Hak Asasi sang bayi tersebut.
1

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan

ibu.WHO memperkirakan 10-15% kematian ibu disebabkan oleh aborsi. Di perkirakan di
seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman dan di Indonesia sendiri 7.000
wanita meninggal akibat aborsi tidak aman tersebut.Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.


1.2

Tujuan
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pendidikan

Pancasila.Dalam pembuatan makalah ini, saya akan menjelaskan aborsi menurut medis dan
penjelasan dari masalah-masalah aborsi dalam perspektif Agama Islam dan dalam perspektif
Pancasila sebagai sistem Etika.

1.3

Rumusan Masalah
1.

Apa yang di maksud dengan Aborsi?

1http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/30/7000-wanita-lakukan-aborsi-setiap-hari597304.html

1


2.
3.

Bagaimana perspektif Agama tentang aborsi?
Bagaimana perspetif Pancasila tentang aborsi sebagai Sistem Etika?

BAB II
Pembahasan
Aborsi
2.1

Pengertian Aborsi
2

Aborsi (bahasa latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin. Melakukan abortus

sebagai melakukan pengguguran dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang
di kandung itu.
Secara umum, istilah aborsi diartikan adanya pendarahan dari dalam rahim perempuan hamil

dimana karena sesuatu sebab, maka kehamilan tersebut gugur dan keluar dari dalam rahim
bersama dengan darah atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum anak berusia 22 minggu
atau belum dapat hidup di dunia luar. Biasanya disertai dengan rasa sakit di perut bawah
seperti di remas-remas dan perih.

2.2

Faktor Penyebab Aborsi
3

Adapun faktor penyebab dari kejadian aborsi antara lain:
1. Faktor Ekonomi
Dimana dari pihak pasangan suami istri yang sudah tidak mau menambah anak lagi
karena kesulitan biaya hidup, namun tidak memasang kontrasepsi atau dapat juga
karena kontrasepsi yang gagal.
2. Faktor Penyakit Herediter

2http://bangiwell.blogspot.com/2012/05/aborsi.html
3https://www.academia.edu/4464173/ABORSI


2

Dimana ternyata pada ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan kehamilan
mendapat kenyataan bahwa bayi yang di kandungnya cacat secara fisik.
3. Faktor Psikologis
Dimana pada para perempuan korban pemerkosaan yang hamil harus menanggung
akibatnya.Dapat juga menimpa para perempuan korban hasil hubungan sedarah (incest) atau anak-anak perempuan oleh ayah kandung, ayah tiri ataupun anggota keluarga dalam lingkup rumah tangganya.
4. Faktor Usia
Dimana para pasangan muda-mudi yang masih muda dan belum dewasa dan matang
secara psikologis karena pihak perempuannya terlanjur hamil, harus membangun suatu keluarga yang premature.
5. Faktor Penyakit Ibu
Dimana dalam perjalanan kehamilan ternyata berkembang menjadi pencetus, seperti
penyakit pre-eklamsia atau eklamsia yang mengancam nyawa ibu.
6. Faktor Lainnya
Seperti para pekerja seks komersial, “perempuan simpanan”, pasangan yang belum
menikah dengan kehidupan seks bebas atau pasangan yang salah satu atau keduanya
sudah bersuami atau beristri (perselingkuhan) yang terlanjut hamil.
Dari banyaknya penyebab permasalahan aborsi di atas, semua pihak dihadapkan
adanya pertentangan baik secara moral dan kemasyarakatan disatu sisi maupun dengan secara Agama dan hukum lain sisi. Dari sisi moral dan kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena
hasil pemerkosaan, hasil hubungan seks komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun

ibu yang mengetahui bahwa janin yang di kandungnya mempunyai cacat fisik yang berat.
Anak yang dilahirkan dalam kondisi dan lingkungan seperti ini nantinya kemungkinan besar akan tersingkir dari kehidupan sosial kemasyarakatan yang normal, kurang mendapat
perlindungan dan kasih sayang yang seharusnya didapatkan oleh anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan yang wajar dan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi sampah
masyarakat.

Jenis-jenis Aborsi

2.3
4

Aborsi dibagi menjadi 2 yaitu:

4http://www.askinna.com/2012/06/definisi-dan-jenis-aborsi.html

3

1. Aborsi Spontan adalah aborsi yang terjadi akibat keadaan kondisi fisik yang turun,
ketidak seimbangan hormon didalam tubuh, kecelakaan maupun sebab lainnya.
2. Aborsi Buatan, dibagi menjadi:
a. Aborsi Provokatus Terapetikus (Legal), adalah pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat-syarat medis dan cara yang dibenarkan oleh peraturan

perundang-undangan, biasanya karena alasan medis untuk menyelamatkan
nyawa atau mengobati ibu.
b. Aborsi Provokatus Kriminalis (Buatan Illegal), adalah penguguran kandungan
yang bertujuan selain untuk menyelamatkan atau mengobati ibu dilakukan oleh
tenaga medis atau non-medis yang tidak kompeten, serta tidak memenuhi syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Biasanya
didalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.
Dari segi medis, adapun tahapan-tahapan Aborsi Spontan adalah sebagai berikut:
1. Aborsi Iminens
Adanya tanda-tanda pendarahan yang mengancam adanya aborsi, dimana janin sendiri
belum terlepas dari rahim.Keadaan seperti masih dapat diselamatkan dengan pemberian
obat hormonal serta istirahat total.
2. Aborsi Insipiens
Aborsi yang sedang berlangsung dimana terjadi pendarahan yang banyak disertai janin
yang terlepas dari rahim.Jenis seperti ini biasanya janin sudah tidak dapat lagi diselamatkan.
3. Aborsi Inkompelitus
Sudah terjadi pembukaan rahim atau janin sudah terlepas atau keluar dari dalam rahim
namun masih ada sisa plasenta yang menempel dalam rahim dan menimbulkan pendarahan yang banyak sebelum akhirnya plasenta benar-benar keluar dari rahim.Pengobatannya harus dilakukan kuretase untuk mengeluarkan sisa plasenta ini.
4. Aborsi Kompelitus


4

Aborsi dimana janin dan plasenta sudah keluar secara lengkap dari dalam rahim,
walaupun masih ada sisa-sisa pendarahan yang kadang masih memerlukan tindakan
kuretase untuk membersihkannya.

Aborsi Menurut Agama Islam

3.1

Pengertian Aborsi menurut Agama Islam
5

Sedangkan menurut Bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata

“ajhadha-yajhidhu” yang berarti “wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam
keadaan belum sempurna penciptaannya”.Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena di
paksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi didalam istilah Fikih juga sering disebut
dengan “isqhoth”(mengugurkan) atau “ilqaa’”(melempar) atau “tharhu”(membuang).
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan

bentuk sehingga untuk menghukuminya tidak bisa di samakan dan dipukul rata.

3.2

Pandangan Islam terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum aborsi, lebih dahulu lebih di-

jelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu
sebagai berikut :

5 http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam/

5

Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan
merubah ciptaan tersebut, maupun menguranginya dengan cara memotong sebagian anggota
tubuhnya, maupun dengan cara memperjua belikan atau dengan cara menghilangkan sama
sekali yaitu dengan membunuh, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia” (Qs. Al-Isra’ : 70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya menyelamatkan semua orang.

“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya.Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al
Ma’idah : 32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak (termasuk didalamnya janin yang masih dalam kandungan), hanya karena takut miskin.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat.Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa
yang besar” (Qs. Al Isra’ : 31)
Keempat: Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah SWT sebagaimana
firman Allah SWT:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan.Kemudian kami keluarkan dari rahim ibumu sebagai bayi.” (Qs Al-Hajj : 5)
Kelima: Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah SWT:
6

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang
benar. (Qs. Al Isra’ : 33)

3.3


Aborsi menurut Perspekif Agama
Didalam teks-teks Al-Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus Hukum Aborsi,

tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar. (Qs An-nisa : 93)
1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga
pendapat, yaitu:
Pertama:
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh.Bahkan sebagaimana dari
ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat dan dengan ijin dari orang
tua dan suami sahnya.
Merekapun berpendapat bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Kedua:
Mengugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air manisudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap
menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan.

7


Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan), telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun dishalati.Sehingga bisa
dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikategorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga:
Mengugurakan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh.Dan jika sampai pada
waktu peniupan roh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan roh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh mengugurkan janin jika teah mendekati waktu peniupan roh, demi untuk kehati-hatian.
Ketiga pendapat ulama diatas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika didalamnya
ada kemasahatan atau bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan.Dan
bukan melanggar hukum yang berlaku.

2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para uama telah sepakat bahwa mengugurkan janin setelah peniupan
roh hukumnya haram.Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan
dalam perut ibu.Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada
saat itu, dia telah menjadi seorang manusia sehingga haram untuk dibunuh.
Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti. Maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pertama:
Menyatakan bahwa mengugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan mambahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya.
8

Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alsan) yang benar.” (Qs Al-Israa’ : 33)
Kedua:
Dibolehkan mengugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu
merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian.Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih
dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpuan bahwa para ulama sepakat bahwa
Aborsi yang di illegalkan atau yang tidak sesuai dengan prosedur yang di tentukan secara
medis adalah tindakan criminal dan menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke
dalam janin tanpa suatu alasan syar’i hukumnya haram dan termasuk kategori membunuh
jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT.

Pancasila Sebagai Sistem Etika
4.1

Etika
Secara etimologis “Etika” berasa dari bahan Yunani yaitu “ethos” yang berari

6

watak, adat ataupun kesusilaan.Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kese6http://Rohimzoom.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sistem-etika.html?m=1

9

diaan jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan.Dalam konteks filsafat, etika membahas tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan
buruk.Etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungan dengan tingkah laku manusia.
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral. Kedua kelompok itu adalah sebagai berikut:
1. Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
2. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip di atas dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individu) maupun makhluk
sosial (etika sosial)
Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti nilai baik dan buruk, nilai susila dan tidak susila, nilai kesopanan, nilai kerendahan hati
dan sebagainya.

4.2 Etika Pancasila
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan buruk.Ranah pembahasannya meliputi kajian dan refleksi filsafati atas moralitas secara normatif.Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan sadar yang dilakukan dan di
dasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur perbuatan baik (susila) dan buruk
(asusila).Adapun refleksi filsafati mengajarkan bagaimana tentang moral filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab secara rasional dan bertanggung
jawab.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat.Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-pokok
pikiran yang termuat dalam Pembukaan dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh.Dan

10

menurut Tap MPR No XX/MPRS/1996 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum.
Sebagai sumber hukum, Pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai yang
berlaku di tanah air.Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan penguasa.Hakikat Pancasila pada
dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana dila tersebut
melekat pada setiap insan, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia.Oleh
sebab itu, penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh Pemerintah tidak boleh bertentangan dengan harta dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah Indonesia.

4.3 Aktualisasi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika tersermin dalam sila-sianya, yaitu:
a) Sila pertama

: Menghormati setiap orang atau warga Negara atas berbagai kebebasannya dalam menganut agama dan kepercayaan masing-masing,
serta menjadikan ajaran-ajaran sebagai panutan untuk menuntut

b) Sila kedua

ataupun mengarahkan jalan hidupnya.
: Menghormati setiap orang dan warga Negara sebagai pribadi utuh
sebagai manusia, manusia sebagai subjek pendukung, peyangga,
pengemban serta pengelolah hak-hak dasar kodrati yang merupakan

c) Sila ketiga

suatu keutuhan dengan eksistensi dirinya secara bermartabat.
: Bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segmentasi-segmentasi atau primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat Bhineka

d) Sila keempat

Tungga Ika.
: Kebebasan, kemerdekaan dan kebersamaan dimiliki dan dikembangkan dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan secara jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek kehidupan.

11

e) Sila kelima

: Membina dan mengembangkan masyarakat yang berkeadilan sosial
yang mencakup kesamaan dan pemerataan bagi setiap orang atau setiap warga Negara.

4.4

Aborsi dalam Perspektif Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai dasar Negara merupakan pedoman yang menjadi dasar perilaku kita

dalam kehidupan sehari-hari.Praktik aborsi sangat jelas melanggar butir-butir dalam Pancasila.
Adapun butir-butir Pancasila yang dilanggar tersebut diantaranya adalah:
1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa, melakukan aborsi sama halnya dengan melanggar
larangan Allah SWT dengan menghilangkan nyawa orang lain.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap, melakukan aborsi sama hanya dengan
melanggar butir-butir Pancasila yang kedua, yaitu diantaranya bahwa Negara Indonesia adalah warga Negara yang memiliki adab yang tinggi. Seorang yang telah
melakukan praktik aborsi sama halnya dengan orang yang tidak memiliki adab. Dan
juga sebagai warga Negara yang menjunjung nilai Pancasila yaitu bersikap menghargai hak orang lain, dengan melakukan aborsi berarti kita tidak menghargai hak untuk
hidup orang lain dan hak untuk mendapatkan keadian.
3. Sila Persatuan Indonesia, pihak yang terlibat aborsi telah melanggar butir dalam sila
ini yaitu sebagai warga Negara yang baik harus menjaga keutuhan Bangsa tetapi
mereka malah membunuh generasi calon-calon anak Bangsa.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarakat
Perwakilan, pada sila ini melakukan aborsi telah melanggar butir bahwa sebagai
warga Negara yang taat Pancasila harus menyelesaikan masalah dengan musyawarah
bukan dengan jalan yang menyimpang seperti halnya aborsi.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, melakukan aborsi jelas teah
melanggar butir-butir Pancasila dalam sila ini yaitu bahwa harus menghormati keadilan dan hak sosial orang lain.
Di Indonesia adapun ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan persoalan aborsi
dan penyebabnya dapat dilihat pada:
KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 349:

12

Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh oranglain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347 :(1) Barang siapa dengan sengaja mengugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan pidana penjara tujuh tahun.
Pasal 349 :(1) Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346 ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasa 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Seorang perempuan yang dengan sengaja melakukan aborsi atau menyuruh orang
lain untuk melakukannya, dihukum penjara empat tahun.
2. Seorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu dengan tanpa persetujuan ibu hami tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun dan jika ibu hamil
tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
bila ibu hamil tersebut mati maka diancam hukuman 7 tahun pejara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktik dapat dicabut.
5. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti diahirkan berhak untuk hidup
serta mempertahankan hidupnya.
13

UU HAM, Pasal 53 : (1) Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupan.
7

UU Kesehatan : Pasal 75 : (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin
yang menderita penyakit genetik berat dan atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan, atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
(3) tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan seteah melalui konseling dan atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis
dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

7 Prof. Dr.Soekidjo Notoatmodjo,Etika dan Hukum Kesehatan,Rineka Cipta,Jakarta

14

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan :
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terahir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan.
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak aman dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan praktik aborsi tidak aman dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi
yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak professional tanpa mengikuti standar profesi dan
pelayanan yang berlaku, diskriminatif atau lebih mengutamakan imbalan materi daripada indikasi medis.

15

BAB III
Penutup
5.1

Kesimpulan

1.

Aborsi adalah adanya pendarahan dari dalam rahim perempuan hamil dimana karena
sesuatu sebab, maka kehamilan tersebut gugur dan keluar dari dalam rahim bersama dengan darah atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum anak berusia 22 minggu atau belum
dapat hidup di dunia luar. Biasanya disertai dengan rasa sakit di perut bawah seperti di remas-remas dan perih.
Aborsi dibagi menjadi Aborsi Spontan yang terjadi akibat keadaan atau kondisi fisik
yang turun, ketidak seimbangan hormone didalam tubuh, kecelakaan maupun sebab lainnya.
Dan Aborsi Buatan yang terbagi menjadi Aborsi Provokatus Terapetikus (Legal) dan
Aborsi Provokatus Kriminalis (Illegal)
Aborsi Spontan dari segi medis dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu, Aborsi Iminens,
Aborsi Insipiens, Aborsi Inkompelitus dan Aborsi Kompelitus.

2

Dari beberapa pendapat para ulama tentang tindakan Aborsi dapat diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Aborsi yang di illegalkan atau yang tidak sesuai
dengan prosedur yang di tentukan secara medis adalah tindakan kriminal yang mengugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’i
hukumnya haram dan termasuk kategori membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
SWT.
Dan dibolehkan mengugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika
hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian.Karena
menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin
dan keberadaannya terakhir.

16

3

Dari kesimpulan pada pasal 346 s/d 349 bahwa seorang perempuan yang dengan
sengaja melakukan aborsi atau menyuruh orang lain untuk melakukannya, dihukum
penjara empat tahun, seorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu dengan tanpa persetujuan ibu hami tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun dan jika
ibu hamil tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara, jika dengan persetujuan ibu
hamil maka diancam hukuman 5 tahun 6 bulan penjara dan bila ibu hamil tersebut mati
maka diancam hukuman 7 tahun pejara.
Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
berpraktik dapat dicabut.
Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti diahirkan berhak untuk hidup serta
mempertahankan hidupnya.
Namun terdapat pengecualian yang tercantum pada UU Kesehatan pasal 75 ayat
2 bahwa tindakan aborsi mendapat pengecualian dengan beberapa alasan, yaitu terdapat
indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin yang menderita penyakit genetik berat dan atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup
di luar kandungan dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
Dan kemudian pengecualian yang tercantum pada pasal 75 ayat 2 tersebut harus
melewati beberapa pemeriksaan atau konseling dan atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oeh konselor yang kompeten dan
berwenang.
Kasus aborsi sampai saat ini sangatlah serius dan membahayakan bagi umat
manusia. Menurut data, sampai saat ini ternyata kasus mengenai aborsi masih sangat
tinggi, bahkan sampai remaja pun telah melakukan tindakan aborsi. Walaupun banyak
Negara telah menyerukan program KB dan banyak Negara telah menyarankan untuk
memakai alat kontasepsi sebagai pilihan alternative program KB, tetapi hasilnya di dunia
ini masih sangat tinggi akan kasus aborsi.
Perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut memang boleh
dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan penguguran dan situasi dimana ibu akan meninggal bila janin
tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita
merasa malu menanggung resiko mempunyai anak diluar nikah ataupun didalam situasi
17

perkawinan dimana seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu
tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilannya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi.

5.2

Saran
Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah

meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah
baik. Saran kami agar kita sadar bahwa aborsi itu perbuatan yang dilarang oleh Agama dan
lebih meningkatkan keimanan dengan diwujudkannya :




Sikap hormat terhadapat kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Taat kepada perintah Tuhan Yang Maha Esa
Sesuai dengan firmanNya bahwa membunuh itu dilarang, maka kita di wajibkan untk



menghargai setiap kehidupan.
Pembinaan kaum muda dengan cara memberi pelajaran mengenai seks dan
seksualitas juga mengenai resiko reproduksi muda.
Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam kandungan

merupakan anugrah yang diberikan Allah SWT kepada kita. Kita tidak boleh merampas hak
dari janin tersebut untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex sudah seharusnya itu
di landasi atas ijab kabul yang mensahkan hubungan tersebut, sehingga tidak perlu ada lagi
resiko aborsi karena malu.

Daftar Pustaka

18

http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/30/7000-wanita-lakukan-aborsi-setiap-hari597304.html;
http://bangiwell.blogspot.com/2012/05/aborsi.html;
https://www.academia.edu/4464173/ABORSI;
http://www.askinna.com/2012/06/definisi-dan-jenis-aborsi.html;
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam/;
http://Rohimzoom.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sistem-etika.html?m=1;
Notoatmodjo, Prof. Dr.Soekidjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta,Jakarta.

19