Makalah Profesi Pendidikan Guru. docx

KEDUDUKAN DAN PERAN GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN
MAKALAH
DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS INDIVIDU PROPESI PENDIDIKAN
DOSEN: Dr.Hj.Sulistyarini M.si
OLEH:
ALKINDI
NIM F55112038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

KATA PENGANTAR
Puji

syukur

kami

panjatkankehadirat


Allah

SWT

atasrahmat,

ridhodanpertolongan-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan
makalah kami dengan judul “KEDUDUKAN DAN PERAN GURU DALAM
DUNIA PENDIDIKAN”disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan program studi Manajemen Pendidikan di Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Tanjung pura Pontianak (kal-bar) Dalam penyusunan
makalah ini, penulis memerlukan bantuan dari berbagai pihak.Sertapenunjang
selesainya makalah kami ,selamamengerjakan makalah ini. Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa banyak
kekurangan yang mendasar pada materi ini oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun saya .kritik
konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah
ini.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL…………………………………………………………...
KATAN PENGANTAR………………………………………………............
DAFTAR ISI…………………………………………………..........................

i
ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………….………….…................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………............................... 1
C. Tujuan…………………………………………………......................... 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….................

3

A. Definisi Guru……………....................................................................

3


B. Kedudukan dan Peranan Guru di Sekolah............................................

4

C. Peran Guru Di Lingkungan Sekolah ………………………………….

7

BAB III PENUTUP……………………………………….............................. 11
A. Kesimpulan………………………………………………………........ 11
B. Saran ……………………………………………………..................... 11
DAFTAR PUSTAKA………………………..………………......................... 12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan sejumblah ilmu
pengetauwan kepada anak di sekolah, guru juga bertugas dalam
menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didiknya ,membimbing,

mendidik, dan juga harus meemiliki sifat dan sikap yang lues dalam
pergaulan baik di baik di kelas maupun dilingkungan sekolah, dan memiliki
sikap humor, rela membantu, kreatif dan berharap bahwa sisiwa mampu
berprestasi dalam proses belajar mengajar.
Dengan keperibadian guru yang posistif siswa akan tidak terbebani
dan senang dalam menikuti proses belajar mengajar di sekolah, guru
merupakan faktor yang sangat mendukung dalam keberhasilan proses
belajar mengajar peserta didiknya. Dengan demikian efektifitas dalam
proses pemebalajaran terletak pada pundak guru, pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas atau kemampun guru dalam memotifasi anak,
dengan memberi semangat kepada anak didiknya, supaya nantinya hasil
yang diperoleh peserta didik dalam belajar bisa termaksimal, tetapi guru
tidak hanya berperan sebagai model atau menjadi teladan bagi anak didiknya
akan tetapi guru juga sebagai pengelola pembelajaran, jadi guru perannya
sangat menentukan keberhasilan anak , mengingat tanggung jawab seorang
guru sangat lah besar, serta nantinya akan menentukan keberhasilan anakanak didiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian guru dan tugas guru di dalam sekolah
2. Apa saja kedudukan dan peranan Guru di dalam Sekolah
3. Seperti apa peran Guru dalam pembelajaran

C. Tujuan
1. Dapat memahami dan mengerti tentang konsep guru
2. Dapat mengetahwi kedudukan dan peranan guru di sekolah

3. Agar siswa mengetahwi peran guru dalam pembelajaran Dapat
memahami posisi guru di dalam sekolah serta

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsesia, istilah guru adalah “orang yang
pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar.” (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2001).
Sedangkan menurut A. Malik Fajar, guru merupakan sosok yang
mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing. (A. Malik Fadjar,
1998). Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia
tidak dapat dipandang sebagai guru. Menurut Henry Adam, seperti yang
dikutip A. Malik Fadjar, bahwa “guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah
tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti” (A teacher effects eternity, he can

never tell where his influence stops). (A. Malik Fadjar, 1998).
Menurut Moh. Uzer Usman, guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh
orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan
sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi
sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk
pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang
perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan pra-jabatan.( Usman, Moh. Uzer, 1998).
Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomer 14 tahun 2005, bab I,
pasal 1, ayat, 1 disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. (UU nomer 14 tahun 2005)
Dari pengertian di atas maka seorang guru, bisa juga dikatakan sebagai :
1. Seorang Pendidik
2. Seorang Pengajar

3. Seorang Pembimbing

4. Seorang Pengarah
5. Seorang Pelatiih

6. Seorang Penilai dan
7. Seorang Pengevaluasi (evaluator) bagi peserta didik.
Atau bisa dikatakan juga bahwa guru adalah sebagai ‘’Subyek’’ (Pelaku
pendidikan), sedangkan Peserta didik adalah sebagai ‘’Obyek’’ (Sasaran
pendidikan).
B. Kedudukan dan peranan Guru dalam sekolah
1. Kedudukan Guru
Dalam ilmu Sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan
selalu berkaitan, yakni ‘’status’’ (merupakan sebuah peringkat, kedudukan
atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok
dalam hubungannya dengan kelompok lain) dan ‘’peran sosial’’
(merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki
suatu status tertentu tersebut) di dalam masyarakat.Status sebagai guru, atau
kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau rendah,
tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan
sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai
harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan

rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru
tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang
dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai
pemberi contoh dan sebagainya.

2. Peranan Guru di Sekolah

Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari
sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas
utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk
memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada
mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi
menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni
1. Situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan,
2.

Situasi informal di luar kelas.
Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya

sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus

bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu
guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni
mengajar dan mendidik murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan
pun kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru
menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada
saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu
suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa
anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara
tertentu.
Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan
kewibawaan yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah penting.
Hal ini sejalan dengan teori “Mekanisme Belajar” yang disampaikan David
O Sears (1985) bahwa ada tiga mekanisme umum yang terjadi dalam proses
belajar anak.
1. Pertama : Asosiasi atau classical conditioning ini berdasarkan dari
percobaan yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut
belajar mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi karena sebelumnya
disajikan daging setiap saat terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing

itu akan mengeluarkan air liur bila terdengar bunyi bel meskipun tidak

disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan bel dengan daging.
Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya, kata “Nazi”
biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita belajar
bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya
dengan hal yang mengerikan.
2. Kedua : Reinforcement, orang belajar menampilkan perilaku tertentu
karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat
memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang
disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin
belajar membalas penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan
mengajak berkelahi si pengejek karena ayahnya selalu memberikan
pujian bila dia membela hak-haknya. Seorang mahasiswa juga mungkin
belajar untuk tidak menentang sang professor di kelas karena setiap kali
dia melakukan hal itu, sang professor selalu mengerutkan dahi, tampak
marah dan membentaknya kembali.
3. Ketiga : Imitasi. Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial
dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model. Seorang anak
kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian dengan meniru
bagaimana ibunya melakukan hal itu. Anak-anak remaja mungkin
menentukan sikap politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua

mereka selama kampanye pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa
adanya reinforcement eksternal dan hanya melalui observasi biasa
terhadap model.
Di antara ketiga macam mekanisme belajar di atas, imitasi adalah
mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak cenderung
meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah
merupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan di zaman
sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan

terhadap guru dibanding pada orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah
seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik di
hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan ada istilah ‘guru
kencing berdiri, murid kencing berlari’.
Selain keteladanan, kewibawaan juga perlu. Dengan kewibawaan
guru menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar
mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak
mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan
pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan
dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai
kewibawaan.

C. Peran Guru di Lingkungan Sekolah
1. Peran guru sebagai komunikator
Peran guru dalam komunikator yaitu, guru membiasakan peserta
didik untuk saling berhubungan, beinteraksi dengan orang lain.
Misalnya melakukan tugas kelompok, berdiskusi, dan bersosialisasi
dengan masyarakat, di sini guru juga harus bersifat terbuka, apabil ada
salah satu peserta didik yang mengalami masalah,sebagai guru harus
meberikan solusi untuk menyelesaikan masalah.
2. Peran Guru dalam motivator
Peran guru dalam motivator yaitu, sebagai panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik dan lingkungannya, dan memeberi motivasi
kepada siswa agar bersemangat dalam belajar, misalnya seorag guru
memotifasi siswa nya dengan memberikan sustu imbalan , apabila salah
satu peserta didik yang mendapatkan nilai yang baik,siswa tersebut akan
diberikan hadiah.
3. Guru sebagai Pasilitator
Peran guru dalam Pasilitator yaitu, adalah membawa konsekuensi
terhadap perubahan pola hubungan Guru dan Siswa yang semula bersifat
kemitraan, guru sering kali diposisikan sebagai atasan yang cenderung

bersifat otoriter syarat komando. Misalnya guru dan siswa harus
menjalin hubungan yang baik, yaitu dengan saling mengenal , jadi guru
tidak diposisikan sebagai otoriter atau komando akan tetapi guru bisa
diposisikan sebagai teman.
4. Guru sebagai kreditor
Guru sebagai kreditor yaitu, guru sebagai penggerak untuk mendorong
dan menggerakan sistem sekolah dan dan membutuhkan kinerja, sumber
daya manusia secara maksimal berkelanjutan. Milanya guru mempunyai
tugas dan bidang yang berbeda, dan bertanggung jawab atas tugas yang
ada.

B. Peran Guru Dalam Pembelajaran
Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada
peran guru. Dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang idealnya
dapat berperan sebagai :
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan;
2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;
4. Transformator

(penterjemah)

sistem-sistem

nilai

tersebutmelalui

penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi
dengan sasaran didik;
5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik

secara formal (kepada pihak

yang

mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran
didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, dengan mengutip
pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses
pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang
akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai
orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana
dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses
berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement),
atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, satu peran
lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk
mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam
belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas
kewenangannya,

harus

membantu

pemecahannya

(remedial

teaching).

Di lain pihak,Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang
pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik,
pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam
keluarga, guru berperan sebagaipendidik dalam keluarga (family educator).
Sementara itu di masyarakat,guru berperan sebagai pembina masyarakat (social

developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social
agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan
dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self
oriented), dan dari sudut pandang psikologis.Dalam hubungannya dengan
aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang
akan menjadi pewaris masa depan; dan
7. Penterjemah

kepada

masyarakat,

yaitu

guru

berperan

untuk

menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai :

1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau
rendah, tergantung di mana ia berada pada tempat dan kondisinya. Guru
tidak hanya memiliki satu peran saja, akan tetapi ia bisa berperan sebagai
seorang dewasa, sebagai seorang pengajar, sebagai seorang pendidik,
sebagai pemberi contoh dan sebagainya bagi anak-anak didiknya dan bagi
masyarakat di sekitarnya. Peranan guru terhadap murid-muridnya
merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini
dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di
dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu

pengetahuan kepada mereka. Dalam masyarakat, guru adalah sebagai
pemimpin yang menjadi panutan atau teladan serta contoh (reference) bagi
masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang
harus dijaga dan dilaksanakan.

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh siswa agar menghormati dan menghargai
setiap guru yang telah mendidik kita, karena Guru adalah jabatan atau
profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan sebagai guru ini
tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai
guru.

DAFTAR PUSTAKA

Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia [LP3NI],
1998.

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Cet. IX, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998.