Hutang Luar Negeri dan Pembiayaan Pemban (1)

1. Modal Asing dalam Pembangunan

Kesejahteraan bangsa yang diidamkan akan terwujud dengan meningkatkan kualitas
hidup melalui pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi. Pembangunan
membutuhkan modal, ketrampilan dan teknologi. Idealnya, pemenuhan kebutuhan
pembangunan ini dapat disediakan melalui sumber dalam negeri. Kenyataannya, akumulasi
modal dalam negeri masih belum efektif dan efisien, tingkat tabungan masyarakat masih
rendah, demikian pula ketrampilan serta penguasaan teknologi masih belum memadai untuk
menunjang proses pembangunan yang diharapkan. Modal, berikut skill dan teknologi
merupakan conditio sine quanon bagi proses pembangunan.
Penanaman modal asing (PMA) menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan modal
pembangunan. Di Indonesia, PMA diatur dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing
(UUPMA) yang merupakan landasan hukum mengalirnya PMA ke Indonesia. Sejalan dengan
perubahan keadaan sosial, politik dan ekonomi, diperlukan pula peraturan PMA yang mampu
mempercepat perkembangan ekonomi nasional dalam mendorong tercapainya sasaran
pembangunan ekonomi nasional.
Asumsi dasar yang melatar belakangi hubungan positif antara modal asing dan
perkembangan ekonomi :
a. Setiap 1$ modal asing akan mengakibatkan kenaikan 1$ impor dan investasi.
b. Dengan asumsi ini dan ICOR yang stabil dimungkinkan untuk menghitung dampak modal
asing terhadap pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya menghitung berapa modal asing yang

diperlukan untuk mencapai target perkembangan tertentu.
2. Motivasi Negara Donor
Bagi Negara donor, pemberian bantuan akan memperkuat ikatan keuangan antara
Negara donor dengan penerima bantuan. Dengan kata lain, di satusisi bantuan luar negri
dapat mempercepat bantuan, di sisi lain juga menimbulkan dampak perluasan permintaan
barang dan jasa dari Negara pendonor. Dari sudut kepentingan politik dan geostategik
nampaknya tidak perlu diragukan. Ini terlihat, misalnya bantuan pangan dan kerjasama
ekonomi amerka serikat merupakan bagian integraldan tidak terpisahkan dengan kebijakan
luar negerinya.
Tangung jawab moral Negara kaya kepada Negara miskin diladasi premis bahwa
interdepedensi ekonomi dan politik internasional berarti memperluas keadilan social dari
lingkup nasional ke internasional. Ini tercermin dari bantuan kepada Negara berebang yang
harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) bagi sebagian besar
rakyatnya, yang pada gilirannya diharapkan dapat mengangkat merekadari jurang
kemiskinan.
3. Sumber-sumber pembiayaan Pembangunan Indonesia
a. Ekspor
Sebagian penganut system ekonomi terbuka, lalu lintas perdagangan Internasional
berperan penting dalam perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Seberapa jauh peran
perdagangan luar negri terlihat dari rasio antara ekspor di tambah impor terhadap PDB, yang

hanya 19,6%pada tahun 1969 menjadi 42,7% pada tahun 1984 sementara peranan ekspor
terhadap PDB melonjak dari 10,2% pada tahun 1969menjadi 26,1% pada tahun1984.
Pada dasawarsa 1970-an, ekspor non-migas merupakan sumber utama penerimaan devisa
Indonesia, yang menyumbang hamper 80% dari penerimaan ekspor. Adanya lonjakan minyak

yang pertama tahun 1974, telah mengubah profil ekspor secara drastis. Meskipun ekspor nonmigas meningkat dua kali lipat nilainya selama 1971-1975, pangsanya dalam total ekspor
menurun menjadi sekitar 25%. Sejak itu, situasi ekonomi Indonesia dan prospeknya demikian
terikat dengan perkembangan pasar minyak. Peran migas sebagai sumber penerimaan Negara
berlangsung hingga tahun 1981. setelah 1981 kontribusi migas mulai menurun hingga tahun
1985 menjadi 68.8% dari total ekspor. Di lain pihak, peranan ekspor non-migas kembali
meningkat akaibat menurunnya harga minyak dan volume produksi. Pada tahun 1985, ekspor
non-migas meningkat lebih dari 31% dari total penerimaan ekspor.
b. Bantuan Luar Negeri
Ditinjau dari macamnya, bantuan luar negeri yang masuk ke indonesia berupa:
Pertama, bantuan program yang terdiri atas bantuan devisa kredit dan bantuan pangan.
Penjualan devisa serta komoditi pangan dan non-pangan yang dari bantuan program
dipergunakan untuk mencapai sasaran stabilisasi ekonomi jangka pendek, baik untuk
mengendalikan inflasi maupun stabilisasi kurs rupiah.hasil penjualan tersebut setelah
dikurangi biayai pemasaran, merupakan penerimaan pemerintah dari bantuan program.
Kedua, bantuan proyek dengan syarat-syarat pelunasan yang lunak digunakan untuk

pembiayaan berbagai proyek prasana di bidang ekonomi dan sosial. Sebagiandari bantuan
proyek ini merupakan jasa konsultan dan tenaga teknisi yang membantu merencanakan dan
meleksanakan pembangunan proyek.
Ketiga, pinjaman setengah lunak dan komersial , termasuk didalamnya kredit ekspor.
Keempat, pinjaman tunai berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank.
Pinjaman Luar Negeri dianggap dapat bermanfaat karena menambah sumber dana dan
menutupi kesenjangan antara investasi dan tabungan (I-S Gap), sehingga jika tidak
dimanfaatkan berarti ada kesempatan yang hilang. Di sisi lain, PLN dapat juga tidak
bermanfaat karena hanya merupakan substitusi mobilisasi dana dalam negeri, dan stok PLN
yang besar dapat menjadikan ekonomi rentan terhadap gejolak perekonomian global. Faktor
yang terakhir ini menimbulkan pemikiran untuk menghentikan atau mengurangi PLN secara
bertahap. Di sini terlihat adanya pilihan diantara kesempatan yang hilang dan kemungkinan
resiko krisis ekonomi.
c. Investasi Asing (PMA)
Selama periode yang diamati, indonesia telah menjadi importir modal. Arus masuk
modal asing (net capital inflows) meningkat dari hampir 300 juta dolar AS per tahun pada
akhir 1960-an hinga lebih dari 13 miliar dolar AS pada tahun 1984. hanta terjadi satu kali
arus modal keluar (net capital outflow) pada tahun 1975 seiring dengan adanya krisis
Pertamina. PMA tercatat sedikit diatas 10% dari arus total, namun dalam bebedrapa tahun,
terutama awal pelita I, pangsanya hampir 1/3 dari arus total. Umumnya, porsi terbesar PMA

dia lokasikan di sektor pertambangan dan minyak, sedang peringkat ke 2 di sektor
manufaktur (Hill, 1988:81). Selama periode 1967-1985, sektor migas menerima 78% dari
investasi total, sementara di sektor manufaktur hampir mencapai 20%. Investasi di sektor
pertanian dan jasa relatif sabgat kecil karena dibatasi kiprah modal asing di sektor ini.
d. Tabungan Domestik
Tabungan domestik diperoleh dari sektor pemerintah dan sektor masyarakat. Tabungan
pemerintah yang dimaksud adalah tabungan pemerintah dalam APBN, yang merupakan
selisih anatara penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin. Tabungan masyarakat
merupakan akumulasi dari Tabanas, Taska dan deposito berjangka. Tabungan ini dibutuhkan
untuk membiayai investasi.
4. Struktur Pembiayaan Pembangunan

Di saat Orde Baru berkuasa banyak utang luar negeri dibuat dengan dalih untuk
membangun BUMN. Bantuan ini telah menginjeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
cara menutup deficit anggaran pembangunan dan deficit neraca pembayaran. Sturuktur
pembiayaan pembangunan, dimana peran bantuan luar negeri mencapai lebih dari 50 persen
pada Pelita pertama dan keempat. Kendati peranan bantuan luar negeri semakin menurun
pada tahun-tahun terakhir, namum persentase masih diatas 35 persen.
Utang luar negeri sebenarnya merupakan alat politik. Bagi CGI, Bank Dunia, IMF, utang
tidak boleh berhenti, dalam hal ini justru yang meminjamkan yang tampak aktif. Hal ini

karena bagi mereka, utang merupakan alat untuk dapat melakukan intervensi politik.
Misalnya saja intervensi dalam penyusunan UU di negeri pengutang. Utang juga merupakan
alat untuk memenuhi kebutuhan financial lembaga-lembaga tersebut. Pernah saat beberapa
Negara tidak meminjam kepada IMF, lembaga ini terpaksa menjual cadangan emasnya untuk
operasional. Dari sini terlihat, lembaga-lembaga tersebut membutuhkan bunga utangutangnya
untuk
membiayai
kegiatan
opersionalnya.
Pembangunan dengan biaya utang ternyata tak dikelola dengan baik, banyak dikorupsi,
sehingga akibatnya terjadi krisis demi krisis yang paling parah pada tahun 1997-98. Dari
sekian krisis yang terjadi, mungkin ketimpangan menjadi hal yang paling tidak terlihat di
Indonesia.