Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Sa

Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) - Pada postingan
sebelumnya telah diuraikan mengenai dua komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
yaitu visi misi dan tujuan. Dan yang ketiga dari komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) secara garis besar adalah struktur dan muatan kurikulum KTSP yang akan membumikan
pendidikan share pada kesempatan kali ini. Uraiannya adalah sebagai berikut.
Struktur dan Muatan KTSP
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman dan keluasan muatan kurikulum untuk setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut
mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari
struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Struktur KTSP memuat: mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri, pengaturan beban, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan
kecakapan hidup, serta pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global (Mulyasa, 2006: 180).
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam
standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
 Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
 Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
 Kelompok mata pelajaran estetika
 Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI
disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan
ketentuan sebagai berikut.
 Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti


tertera pada Tabel 2.
Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS



Terpadu”.
Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada




Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam




pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Materi muatan lokal bukanlah
bagian dari materi mata pelajaran lain. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan,
tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga
satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakannya.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini
berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran

muatan lokal.
Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
siswa, sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing
oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karier siswa serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah
remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan, pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan
khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan
khusus siswa. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan
pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
Pengaturan Beban Belajar
Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan
dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih
berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan. Satuan pendidikan
SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket. Satuan

pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB dan SMK/MAK kategori standar menggunakan
sistem paket atau dapat menggunakan sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB
dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester. Sistem paket adalah sistem
penyeleng-garaan program pendidikan yang siswanya diwajibkan mengikuti seluruh program
pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku pada suatu satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada
sistem paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengikuti
program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan
memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar
antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan
harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-

rata siswa serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran, dengan kriteria yang diatur oleh
masing-masing direktorat teknis. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), siswa
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
 Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
 Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan


kesehatan;
Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi; serta
 Lulus ujian nasional.
Pendidikan Kecakapan Hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik dan/atau kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian
integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan
secara khusus. Pendidikan tersebut dapat diperoleh siswa dari satuan pendidikan yang bersangkutan

dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan
lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi
dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi
siswa. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata
pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal
dapat diperoleh siswa dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
Semoga dapat bermanfaat.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS
A. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji SK dan KD mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada SI, dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. urutan berdasarkan
hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan
urutan yang ada di SI dalam tingkat; 2. keterkaitan antara SK dan KD dalam mata pelajaran; 3.
keterkaitan antar KD pada mata pelajaran; 4. keterkaitan antara SK dan KD antar mata pelajaran.
B. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang
pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1. potensi peserta didik; 2. karakteristik mata

pelajaran; 3. relevansi dengan karakteristik daerah; 4. tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial dan spritual peserta didik; 5. kebermanfaatan bagi peserta didik; 6. struktur
keilmuan; 7. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 8. relevansi dengan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan 9. alokasi waktu.

C. Melakukan Pemetaan Kompetensi 1. mengidentifikasi SK, KD dan materi pembelajaran 2.
Mengelompokkan SK, KD dan materi pembelajaran 3. Menyusun SK, KD sesuai dengan
keterkaitan
D. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah: 1. Disusun untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik (guru), agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan untuk mencapai KD. 3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai
dengan hierarki konsep materi pembelajaran. 4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan
pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi.
E. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian KD
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian. Kata Kerja Operasional (KKO) indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar,
sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya). Kata
kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada deskripsi yang ada di
kata kerja operasional indikator.
F. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
G. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
H. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber,
serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penulisan buku sumber harus sesuai kaidah
yang berlaku dalam Bahasa Indonesia. Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD
serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.....

6 PRINSIP PENYUSUNAN RPP

1.

Memperhatikan perbedaan individu siswa

2.

Mendorong partisipasi aktif siswa

3.


Mengembangkan budaya membaca dan menulis

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
5. Keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, Materi
dan pengembangannya,
6. Kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar

Penyusunan dan pengembangan RPP sebaiknya dilakukan pada awal semester ataupun di awal tahun
pelajaran agar administrasi tersebut telah tersedia lebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan.
Proses pembuatan rencana pelaksana pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok dalam
KKG/MGMP. Dalam penyusunan dan pengembangan RPP tersebut, ada beberapa prinsip yang wajib
dicermati, yaitu:
1. RPP disusun oleh guru berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh pusat atau daerah. RPP adalah
rancangan proses pembelajaran yang direalisasikan dalam kegiatan belajar-mengajar.
2. Guru membuat dan mengembangkan RPP dengan menyesuaikan isi silabus terhadap kondisi di satuan
pendidikan (tempat mengajarnya), misalnya menyangkut tentang kemampuan awal peserta didik, minat,
potensi, kecepatan belajar, budaya setempat, dan sebagaimya.
3. Prinsip ketiga yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP adalah partisipasi peserta didik. RPP

dikembangkan agar sedapat mungkin mampu mengakomodasi dan mendorong partisipasi aktif peserta didik
dalam pembelajaran.
4. RPP disusun agar sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013, yaitu menghasilkan insan-insan yang madiri dan
tak berhenti belajar, serta dirancang agar berpusat pada peserta didik.
5. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat agar mampu menciptakan dan mengembangkan budaya
membaca dan menulis.
6. Dalam merancang proses pembelajaran pada RPP, diupayakan agar memberikan umpan balik dan tindak
lanjut, misalnya penguatan, pengayaan, dan remedi.
7. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar, materi dan kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar. Keterkaitan dan keterpaduan
tersebut menghasilkan satu keutuhan pengalaman belajar bagi peserta didik. RPP disusun dengan
mengakomodasi pembelajaran tematik, juga keterpaduan lintas mata pelajaran yang mencakup sikap,
keterampilan, dan keragaman budaya.
8. Prinsip terakhir yang perlu dicermati dalam penyusunan RPP adalah pertimbangan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif dengan beradaptasi terhadap situasi dan
kondisi setempat.

Syarat Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Dalam Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendiknas 41/2007),
persyaratan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, standar yang harus dipenuhi terdiri dari 4
komponen::

Rombongan belajar


Beban kerja minimal guru



Buku teks pelajaran



Pengelolaan kelas

Berikut uraian standar untuk keempat komponen tersebut:
1. Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
a. SD/MI : 28 peserta didik
b. SMP/MT : 32 peserta didik
c. SMA/MA : 32 peserta did 1k
d. SMK/MAK : 32 peserta didik
2. Beban kerja minimal guru
a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas
tambahan;
b. beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
3. Buku teks pelajaran
a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan
pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
b. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku refe rensi dan
sumber belajar lainnya;
d. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
4. Pengelolaan kelas
a. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta
aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh
peserta didik;
c. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
d. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik;
e. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dankeputusan pada peraturan
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
f. guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung;
h. guru menghargai pendapat peserta didik;
i. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
j. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan
k . guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.