Makanan halal dan haram docx

Perintah makan dan minum yang halal dan
menjauhi yang haram
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar manusia memakan makanan yang halal dan
baik.
Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫حتلبل ط تي يببا توا ع‬
‫دون‬
‫م ت‬
‫فتك ددلوا إ‬
‫م إ إيياه د ت تععب د د‬
‫ة الل يهإ إ إ ع‬
‫ه ت‬
‫ن ك دن عت د ع‬
‫شك ددروا ن إعع ت‬
‫م الل ي د‬
‫ما ترتزقتك د د‬
‫م ي‬
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An-Nahl:
114)
Ada tiga kata penting yang perlu dibahas pengertiannya, yaitu makan, halal, dan baik. Menurut

kamus besar bahasa Indonesia, makan berarti memasukkan makanan pokok ke dalam mulut
serta mengunyah dan menelannya. Namun, pengertian tersebut terasa kurang tepat jika
diterapkan dalam perkara makanan halal dan haram karena orang dapat menyalahgunakannya.
Misalnya, makanan haram dianggap menjadi halal jika dibuat minuman atau kuah. Oleh karena
itu, dalam makalah ini, makan adalah peristiwa memasukkan sesuatu ke dalam tubuh melalui
mulut atau bagian tubuh lainnya (misalnya dalam infus). Dengan demikian, memasukkan cairan
ke dalam mulut dalam bentuk kuah atau minuman termasuk kategori makan.
Halal berarti lawful yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi sah menurut
hukum. Kebalikan dari halal adalah haram. Dalam kaitannya dengan makanan, halal dan haram
adalah istilah yang menerangkan status hukum suatu makanan, yaitu sah atau tidak sah
menurut hukum Allah. Artinya, suatu makanan halal (sah menurut hukum Tuhan) belum tentu
boleh dimakan. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa makanan yang boleh dimakan adalah yang
halal (sah menurut hukum Allah) dan baik. Jadi, perlu ditegaskan di sini bahwa
pengertian halal tidak sama dengan boleh dimakan. Yang boleh dimakan adalah yang halal dan
baik.
Makanan yang haram adalah tidak halal. Dan sebaliknya, makanan yang tidak haram adalah
halal. Mulai dari sini dapat dimengerti bahwa pembicaraan haram dan halal selalu bersamasama.Artinya, pada saat kita membahas makanan haram, secara otomatis kita membahas
makanan halal.
Makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi kehidupan orang yang mengkonsumsinya.
Manfaat tersebut dapat ditinjau dari segi jasmaniah dan rohaniah. Makanan yang baik dari segi

jasmaniah adalah yang tidak mengganggu kesehatan sedangkan makanan yang baik dari segi
rohaniah adalah yang tidak membuat rasa permusuhan, rasa kebencian, lupa pada pengingatan
Allah, atau lupa shalat.
Adapun makanan haram dan larangan untuk memakannya, telah dijelaskan Allah pada banyak
ayat dalam Al-Qur`an:
“Katakanlah, ‘Aku tidak menjumpai dalam yang telah diwahyukan kepadaku yang
diharamkan untuk semua orang yang akan memakannya kecuali yang mati atau darah
yang mengalir keluar atau daging babi- karena sungguh, masing-masing adalah kotoranatau ketidakpatuhan dalam bentuk penyembelihan untuk selain Allah. Kecuali jika dalam
keadaan terpaksa bukan karena menginginkannya dan bukan pula karena melanggar
(batasnya), maka sungguh, Tuhanmu adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang).”
(QS. An-Nahl: 145)
Juga firman-Nya:

“Dibuat haram bagimu binatang-binatang mati, darah, daging babi, dan yang
dipersembahkan kepada selain Allah, dan yang dibunuh dengan cara dicekik, atau
dengan suatu pukulan keras atau dengan menjatuhkan kepalanya lebih dahulu atau
dengan melukainya dengan tanduk, dan yang dimakan oleh binatang liar kecuali yang
kamu sembelih (sebelum kematiannya), dan bahwa yang dikurbankan di atas meja batu,
dan yang kamu mencari pembagian dengan anak panah-anak panah ramalan- itu adalah
ketidaktaatan yang serius. Hari ini mereka yang tidak beriman telah berputus asa untuk

mengalahkan agamamu; maka janganlah takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu. Hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu untukmu dan Aku telah melangkapi
Kebaikan-Ku kepadamu, dan Aku telah menyetujui untukmu Islam sebagai suatu agama.
Akan tetapi siapapun terpaksa karena kelaparan dengan tanpa keinginan berbuat dosa,
kemudian sungguh, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 3)
PENTINGNYA MAKANAN HALAL DAN PENGARUHNYA
Memakan makanan halal serta menjauhkan diri dari yang haram sangat penting sekali. Hal ini
ditunjukkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini:
‫ت‬
‫ت‬
‫ل إل ي ط تيبا وإن الل ي ت‬
‫ت‬
‫س د‬
‫قا ت‬
‫ل‬
‫ن فت ت‬
‫ب ل تيت ع‬
‫مؤ ع إ‬
‫يب تإ ي‬
‫ه ط تي ي ب‬
‫س إإ ي‬

‫ل ) تيا أي رتها الرر د‬
‫معر ت‬
‫متر ب إهإ ال ع د‬
‫ما أ ت‬
‫ن بإ ت‬
‫متر ال ع د‬
‫هأ ت‬
‫ت‬
‫ن الل ي ت‬
‫أي رتها الينا د‬
‫سإلي ت‬
‫مإني ت‬
‫قب ت د إ‬
‫ت‬
‫م( وتتقا ت‬
(‫م‬
‫ن ط تي يتبا إ‬
‫مدنوا ك ددلوا إ‬
‫ل )تيا أي رتها ال ي إ‬
‫ن الط يي يتبا إ‬

‫ك ددلوا إ‬
‫مدلو ت‬
‫صال إ ب‬
‫ما ترتزقعتناك د ع‬
‫ت ت‬
‫نآ ت‬
‫ن ع تإلي ب‬
‫ما ت تعع ت‬
‫حا إ إينى ب إ ت‬
‫ت تواع ع ت‬
‫مدلوا ت‬
‫م ع‬
‫ذي ت‬
‫م ت‬
‫ت‬
‫ت‬
‫طي د‬
‫ج ت‬
‫م ع‬
‫فتر أ ع‬

‫م‬
‫س ت‬
‫شع ت ت‬
‫ل يد إ‬
‫ه ت‬
‫ه ت‬
‫ب تيا تر ي‬
‫ماإء تيا تر ي‬
‫م ذ تك تتر الير د‬
‫حترا ب‬
‫حترا ب‬
‫مد ر ي تد تي عهإ إ إتلى ال ي‬
‫ل ال ي‬
‫شترب د د‬
‫م وت ت‬
‫م د‬
‫مط ععت د‬
‫ب وت ت‬
‫س ت‬
‫ث أغ عب تتر ي ت د‬

‫ ث د ي‬.«
‫ت‬
‫ب ل إذ تل إ ت‬
«‫ك‬
‫جا د‬
‫ست ت ت‬
‫م وتغ دذ إىت إبال ع ت‬
‫ه ت‬
‫حترا ب‬
‫حترام إ فتأينى ي د ع‬
‫مل عب ت د‬
‫س د‬
‫وت ت‬
“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik,
dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang
diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari
makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (QS. Al-Mu’minun: 51)
Dan Ia berfirman, (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian

beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan
kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya
haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang
haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!”
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa makanan yang
dimakan seseorang mempengaruhi diterima dan tidaknya amal shalih seseorang. Hal ini
tentunya cukup membuat kita memberikan perhatiaan yang serius dan berhati-hati dalam
permasalahan ini.
Ibnu Rajab Al-Hanbali –rahimahullah- berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa amal tidak
diterima dan tidak suci kecuali dengan memakan makanan yang halal. Sedangkan memakan
makanan yang haram dapat merusak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima.”
Hal ini sangat berbahaya sekali, perhatikan lagi sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallamyang lain:
‫ت إ إل ي ت‬
‫ت الينادر أ توعتلى إبه‬
‫كان ت إ‬
‫ح ت‬
‫ت إ‬
‫س ع‬
‫ه ل ت ي تعردبو ل ت ع‬

‫ن د‬
‫م ن تب ت ت‬
‫ح ب‬
‫إ إن ي د‬
‫م ع‬
“Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih
pantas baginya.” (HR. At-Tirmidzi)
Selain itu, berikut beberapa manfaat makanan halal:
1. Bagi umat Islam, mengkonsumsi yang halal dan baik (thayib) merupakan manivestasi dari
ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Hal ini terkait dengan perintah Allah kepada manusia,
sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur`an:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya.” (QS. AlMaidah: 88)
2. Memakan yang halal dan thayib merupakan perintah dari Allah yang harus dilaksanakan oleh
setiap manusia yang beriman. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah,
sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas. Perintah ini juga ditegaskan dalam ayat
yang lain, seperti:
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu

adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)
3. Memakan yang halal dan thayib akan berbenturan dengan keinginan syetan yang
menghendaki agar manusia terjerumus kepada yang haram. Oleh karena itu menghindari yang
haram merupakan sebuah upaya yang harus mengalahkan godaan syetan tersebut.
Mengkonsumsi makanan halal dengan dilandasi iman dan taqwa karena semata-mata mengikuti
perintah Allah merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia
dan akhirat. Sebaliknya memakan yang haram, apalagi diikuti dengan sikap membangkang
terhadap ketentuan Allah adalah perbuatan maksiyat yang mendatangkan dosa dan keburukan.
Sebenarnya yang diharamkan atau dilarang memakan (tidak halal) jumlahnya sedikit.
Selebihnya, pada dasarnya apa yang ada di muka bumi ini adalah halal, kecuali yang dilarang
secara tegas dalam Al Qur’an dan Hadits.
DANPAK MAKANAN HALAL TERHADAP KESEHATAN JASMANI DAN PERILAKU
MANUSIA
Memakan makanan yang bergizi disamping halal adalah karena untuk kebaikan manusia itu
sendiri. Makanan yang bergizi merupakan makanan yang dibutuhkan untuk memperoleh kualitas
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap kualitas akal dan rohani.
Bahan makanan menurut ilmu pengetahuan baik, belum tentu baik menurut ilmu pengetahuan,
seperti otak hewan dikonsumsi oleh orang berpenyakit jantung akan membahayakan jiwanya.
Persyaratan makanan bergizi menurut ilmu gizi adalah memenuhi fungsi:
1. Memenuhi Kepuasan Jiwa

2. Memberi rasa kenyang
3. Memenuhi kebutuhan naluri dan kepuasan jiwa
4. Memenuhi kebutuhan sel-sel baru untuk kebutuhan badan
5. Menggantikn sel-sel yang rusak
6. Mengatur metabolisme
7. Mempertahankan tubuh
Kesehatan jasmani banyak tergantung pada apa yang kita makan. Anak balita membutuhkan
protein, sedangkan balita membutuhkan karohidrat lebih banyak dari orang dewasa.
Jumlah dan variasi mkanan yang mempengaruhi kekuatan tubuh, daya kerja, dan daya tahan
tubuh terhadap makanan yang halal dan bergizi juga dapat menjaga keseimbangan hormone.
Untuk menjaga unsure dasar dalam keharmonisan kesadaran dan perasaan hati manusia serta
keseimbangan mental sesuai ungkapan “Akal mental yang sehat terdapat pada tubuh yang
sehat.”
Disamping alasan yang bersifat lahir (menjaga keseimbangan tubuh dan kesehatan ). Makanan
halal juga memberikan dampak terhadap perilaku seseorang.
1. Menjaga keseimbangan jiwa manusia yang suci dan fitrah untuk tetap mentauhidkan Allah.
2. Menumbuhkan sikap juang yang tinggi karena menjaga kehalalan makananya.
3. Membersihkan hati dan menjaga lisan, karena daging yang tumbuh akan meningkatkan
kualitas kesalehan.

4. Menumbuhkan kepercayaan diri dihadapan Allah. Karena Allah akan selalu mendengarkan
do’a kita.
Terakhir, marilah kita renungkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini:
‫فتمن است ت ت‬
‫فعت ع‬
‫ن ل ت ي تأ عك د ت‬
‫ل‬
‫ل إ إل ي ط تي يببا فتل عي ت ع‬
‫ت إ ع ت‬
‫طاع ت أ ع‬
“Maka barangsiapa yang bisa untuk tidak makan sesuatu kecuali yang baik-baik, maka
kerjakanlah.” (HR. Al-Bukhari)
Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam segala usaha dan ibadah kita. Amin. Wallahu
A’lamu bish Shawab.