Di bawah ini kami mencoba untuk men

Di bawah ini kami mencoba untuk men-share beberapa jenis kontrak konstruksi menurut
sepengetahuan penulis, yaitu :
1. Kontrak berdasarkan aspek perhitungan biaya
2. Kontrak berdasarkan aspek perhitungan jasa
3. Kontrak berdasarkan aspek cara pembayaran
4. Kontrak berdasarkan aspek pembagian tugas
Kontrak berdasarkan aspek perhitungan biaya
Kontrak berdasarkan aspek perhitungan biaya dibagi menjadi 2, yaitu :


Fixed Lump Sum Price

Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan biaya
tertentu. Jika terjadi perubahan dalam kontrak, perlu dilakukan negosiasi antara pemilik dan
kontraktor untuk menetapkan besarnya pembayaran (tambah atau kurang) yang akan diberikan kepada
kontraktor terhadap perubahan tersebut.
Kontrak ini dapat diterapkan jika perencanaan benar-benar telah selesai, sehingga kontraktor dapat
melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Pemilik dengan anggaran terbatas akan memilih jenis
kontrak ini, karena merupakan satu-satunya jenis kontrak yang memberi nilai pasti terhadap biaya
yang akan dikeluarkan.




Unit Price

Kontrak jenis ini adalah suatu kontrak yang menitik beratkan biaya per unit volume, per unit panjang
ataupun per unit berat. Kontrak ini dipakai jika kualitas dan bentuk dari pekerjaan tersebut secara
mendetil dapat dispesifikasikan, tetapi jumlah volume atau panjangnya tidak dapat diketahui dengan
tepat. Jumlah pasti dari volume pekerjaan dapat diketahui di akhir pekerjaan. Untuk menentukan
kuantitas pekerjaan yang sesungguhnya, dilakukan pengukuran (opname) bersama pemilik dan
kontraktor terhadap kuantitas terpasang. Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini, yaitu pemilik
tidak dapat mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.
Kontrak berdasarkan aspek perhitungan jasa
Kontrak berdasarkan aspek perhitungan jasa dibagi menjadi 3, yaitu :


Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)

Pada jenis kontrak ini kontraktor dibayar berdasarkan atas semua biaya pengeluarannya. Kontrak jenis
ini biasanya untuk proyek-proyek pembangunan tempat ibadah, yayasan sosial dan lain-lain.



Biaya Ditambah Jasa (Cost Plus Fee)

Pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya, ditambah dengan
biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya overhead dan keuntungan, umumnya
didasarkan atas persentase biaya yang dikeluarkan kontraktor.
Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek belum bisa diestimasi secara
akurat, karena perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara akurat, proyek
harus diselesaikan dalam waktu singkat, sementara rencana dan spesifikasi belum dapat
diselesaikan. Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat mengetahui biaya aktual
proyek yang akan dilaksanakan.



Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost Plus Fixed Fee)

Pada jenis kontrak ini imbalan/ jasa bervariasi tergantung besarnya biaya, jumlah fee sudah
ditetapkan. Berisiko bagi pengguna jasa karena tidak ada batasan biaya yang diperlukan.
Kontrak berdasarkan aspek cara pembayaran
Kontrak berdasarkan aspek cara pembayaran dibagi menjadi 3, yaitu :




Cara Pembayaran Bulanan (Monthly Payment)

Yaitu prestasi pekerjaan kontraktor dihitung setiap bulan dan dibayar setiap bulan. Kelemahan cara
pembayaran ini adalah berapapun kecilnya prestasi penyedia jasa pada suatu bulan tertentu, tetap
harus dibayar. Untuk menutupi kelemahan cara pembayaran ini sering dimodifikasi dengan
mempersyaratkan jumlah pembayaran minimum yang harus dicapai untuk setiap bulan diselaraskan
dengan prestasi yang harus dicapai sesuai jadwal.
Seringkali penyedia jasa mengkompensasi kurangnya prestasi kerja dengan prestasi bahan dengan
cara menimbun bahan di lapangan. Untuk mengatasinya bisa dipersyaratkan bahwa bahan yang ada di
lapangan tidak dihitung sebagai prestasi, kecuali pekerjaan yang betul-betul selesai/terpasang atau
bisa juga barang-barang setengah jadi



Cara Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)

Pembayaran dilakukan atas dasar prestasi/ kemajuan prestasi. Besarnya prestasi dinyatakan dalam

persentase. Cara Pembayaran Termin atau Prestasi (Stage Payment). Seringkali prestasi yang diakui
penyedia jasa bukan saja prestasi fisik (pekerjaan selesai) tetapi termasuk pula prestasi bahan mentah
dan setengah jadi walaupun barang-barang tersebut sudah berada di lapangan (front end loading)


Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Pre-financed)

Penyedia jasa mendanai terlebih dahulu sampai pekerjaan selesai 100 % diterima baik oleh pengguna
jasa baru dibayar oleh penyedia jasa. Pengguna jasa memberi jaminan kepada penyedia jasa berupa
jaminan Bank Kontrak bentuk ini biasanya nilainya lebih tinggi.
Kontrak berdasarkan aspek pembagian tugas
Kontrak berdasarkan aspek pembagian tuas dibagi menjadi 6, yaitu :



Bentuk Kontrak Konvensional

Pengguna Jasa menugaskan Penyedia Jasa untuk melaksanakan salah satu aspek pembangunan saja.
Setiap aspek satu Penyedia Jasa dimana perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dilakukan Penyedia
Jasa yang berbeda. Oleh karena itu pengawas pekerjaan secara khusus diperlukan untuk mengawasi

pekerjaan.


Bentuk Kontrak Spesialis

Penggunan jasa menandatangani kontrak dengan beberapa perusahaan spesialis untuk masing-masing
keahlian. Keuntungan dari kontrak ini adalah :

1. Mutu pekerjaan lebih handal,
2. Penghematan waktu, dan
3. Keleluasaan dan kemudahan mengganti penyedia jasa.



Bentuk Kontrak Rancang Bangun (Design Construction/Built, Turn-key)

Dalam bentuk kontrak ini, penyedia jasa bertugas membuat perencanaan yang lengkap dan
melaksanakannya dalam suatu kontrak konstruksi. Perbedaan antara design construction/built, dan
turn-key adalah dari sistem pembayarannya, dimana pada design construction/built pembayaran
secara termijn sesuai pekerjaan. Sedangkan key-turn pembayarannya sekaligus setelah pekerjaan

selesai.


Bentuk Kontrak Engineering, Procurement dan Construction (EPC)

Pada bentuk kontrak ini proses mulai dari perencanaan, pengadaan dan peralatan dan pemasangan /
pengerjaan menjadi tanggung jawab penyedia jasa. Pengguna jasa hanya memberikan TOR atau
pokok-pokok acuan tugas. Kontrak ini biasa dipakai untuk pembayaran pekerjaan-pekerjaan dalam
industri.



Bentuk Kontrak BOT/BLT

Pada jenis kontrak ini Investor membangun pada lahan pemilik (Build). Setelah itu Investor
mengelola selama kurun waktu tertentu (Operate) dan setelah masa pengoperasian selesai fasilitas
tersebut dikembalikan kepada pemilik (Transfer).




Bentuk Swakelola (Force Account)

Yaitu suatu tindakan pemilik proyek yang melibatkan diri dan bertanggung jawab secara langsung
dalam pelaksanaan proyek tsb.
SRVEYYYY

Pada awal pelaksanaan proyek, pengukuran awal yang baik termasuk survey lokasi dan
pematokan awal menentukan kelancaran pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pengukuran awal, survey lokasi dan pematokan
awal antara lain:
1. Pemeriksaan dan Pematokan Batas Lahan
Hal yang paling mendasar adalah memastikan bahwa lahan yang dilaksanakan adalah sesuai
dengan lokasi yang disebutkan dalam Kontrak dan Sertifikat Tanah yang dimiliki oleh
Owner, karena semua acuan perletakan bangunan dan infrastrukturnya, harus mengacu pada
batas-batas lahan yang benar.

Langkah pemeriksaan dan pematokan batas lahan adalah sebagai berikut :


Pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data

Badan Pertanahan Nasional. Jika belum ada patok dari BPN, sebaiknya diminta pihak
BPN atau pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas lahan yang sesuai
dengan data mereka.



Jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan baik,
sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan tanda paku
tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok tersebut dengan perimeter yang
baik dan mudah dipantau (dari bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera
atau tanda lain yang mudah dilihat).



Setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang
sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas atau Owner harus
disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya.




Titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check
apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau gambar
konstruksi. Jika terjadi perbedaan maka harus dilaporkan kepada Konsultan untuk
dilakukan penyesuaian gambar desain.



Periksa luas lahan apakah sesuai dengan luasan pada sertifikat tanah yang dimiliki
Owner.



Buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik
sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek dan
diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan
pematokan (stacking out) pada bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan.



Jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman untuk mempermudah pelaksanaan

pengukuran dan pematokan berikutnya.

2. Pemeriksaan Level dan Kontur Tanah Eksisting
Setelah batas lahan dipastikan sesuai, segera dilakukan pemeriksaan level dan kontur tanah
eksisting, untuk mendapatkan data acuan level bangunan serta infrastruktur yang akan
dilaksanakan.
Data dari pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk perhitungan pekerjaan cut and fill serta
galian / urugan yang diperlukan.
Tanda atau marking level di lapangan untuk level acuan seluruh bangunan yang akan
dikerjakan, dapat berupa tanda segitiga terbalik berwarna merah dan angka level acuan, yang
dapat dibuat pada patok BM utama atau pada bangunan atau infrastruktur eksisting yang
dipastikan tidak akan berubah dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal selama
pelaksanaan proyek.

Lakukan pengukuran kontur tanah eksisting, termasuk level jalan raya, saluran, pedestrian,
dsb, termasuk seluruh kondisi eksisting pada area di sekitar lokasi proyek jika
memungkinkan (sekitar 5 m' di luar batas lahan).
Pastikan data dipelihara dengan baik dan jika tanda yang dibuat di lapangan terhapus atau
rusak segera lakukan perbaikan atau pembuatan tanda yang baru.
3. Gambar Situasi dan Potongan

Setelah diperoleh data dari pengukuran dan pengecekan batas lahan serta kontur eksisting,
data yang ada diplotkan di Gambar Situasi dan Potongan, sebagai gambar kerja, meliputi
data-data dan informasi antara lain :


Titik patok dan garis perimeter (batas lahan).



Titik patok benchmark dan pinjaman.



Titik penempatan tanda atau marking level acuan.



Garis kontur lahan eksisting.



Posisi dan dimensi perimeter as atau perimeter luar masing-masing bangunan serta
infrastruktur utama yang akan dikerjakan, termasuk jarak antar bangunan dan
infrastruktur yang direncanakan.



Garis sepadan bangunan (GSB).



Bangunan atau konstruksi atau infrastruktur eksisting di dalam area proyek.



Untuk infrastruktur atau bangunan eksisting tertentu perlu diukur dan digambarkan
posisi dan dimensi aktualnya, serta diberikan tanda untuk infrastruktur eksisting yang
akan terpengaruh pekerjaan, misalnya tiang listrik atau lampu PJU atau bak kontrol
atau pohon yang harus dibongkar atau dipindahkan karena lokasi penempatannya
akan dibangun jalan entrance maupun exit.



Potongan melintang dan memanjang jalan raya eksisting dan infrastrukturnya, untuk
menunjukkan level masing-masing infrastruktur eksisting (jalan, saluran, kabel dan
pipa eksisting).



Potongan memanjang dan melintang yang menunjukkan level bangunan dan
infrastruktur (jalan dan saluran) yang akan dilaksanakan, untuk menunjukkan level
rencana terhadap jalan dan saluran drainase eksisting. Jika terdapat masalah segera
informasikan kepada Konsultan dan Owner supaya dapat diperoleh solusinya
bersama-sama, misalnya untuk kemiringan saluran yang akan dilaksanakan terhadap
outlet pada pertemuan dengan saluran drainase eksisting.

Infrastruktur eksisting di sekitar perimeter proyek yang harus dipantau dan diambil posisi dan
levelnya antara lain :



Jalan raya, saluran dan trotoar / pedestrian.



Tiang telepon.



Tiang listrik dan lampu PJU.



Rambu-rambu dan pohon penghijauan milik instansi kawasan atau pemerintah.



Posisi utilitas kabel dan pemipaan eksisting termasuk bak kontrol maupun instalasi
kontrol lainnya.



Menara air atau menara telekomunikasi yang berada di dekat perimeter lahan proyek,
yang mungkin akan terpengaruh, mempengaruhi atau harus dilindungi dari efek
pelaksanaan pekerjaan.



Bangunan dan utilitas milik tetangga di samping dan di seberang lokasi proyek.



Sungai, lereng dan vegetasi tinggi di sekitar lokasi proyek dalam radius yang
berpengaruh pada ataupun dipengaruhi oleh pelaksanaan proyek.

Selain itu perlu juga didokumentasikan kondisi tiap bangunan atau infrastruktur atau lereng
alam eksisting, serta dibuat laporan atau berita acara yang diserahkan ke Konsultan, Owner
atau instansi terkait, untuk data dan dasar jika terjadi permasalahan, misalnya tuduhan
menimbulkan kerusakan atau tuntutan untuk memperbaiki dan memasang kembali dari pihak
lain, supaya dapat diketahui apakah memang kerusakan ditimbulkan karena pelaksanaan
proyek atau sudah rusak sebelum proyek dimulai
4. Pengamatan kondisi lapangan
Selain pengukuran dan pendataan serta pembuatan gambar seperti diuraikan di atas, kondisi
lapangan baik di dalam lokasi maupun di sekitar lokasi proyek, perlu diamati antara lain :


Kondisi tanah dan vegetasi serta konstruksi dan utilitas eksisting di lokasi proyek.



Bahaya alam (lereng yang mudah longsor, daerah sambaran petir, dsb).



Kondisi lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek.



Lokasi dan nomor telepon instansi penting (kantor pemerintahan dan kawasan yang
terdekat dengan lokasi proyek seperti kantor kelurahan atau kecamatan, kantor polisi,
klinik atau rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, tempat ibadah, warung makan
dan kios, dsb).



Kondisi sosial di sekitar lokasi proyek.

Hal ini dimaksudkan supaya tim Kontraktor dapat mengantisipasi segala kendala yang
mungkin timbul serta membuat persiapan pencegahannya, termasuk memberikan gambaran

awal yang baik untuk penempatan bangunan sementara termasuk akses dan jalan kerja yang
diperlukan.
Kendala yang mungkin timbul antara lain :


Potensi kemacetan pada jam tertentu di jalan sekitar proyek.



Adanya cekungan yang harus diperbaiki sebelum pelaksanaan konstruksi jalan di
proyek, dsb

Pengamatan ini juga berguna untuk menganalisa metoda kerja yang akan digunakan, dalam
kaitan aspek teknis maupun non teknis yang mungkin terjadi
Walaupun pengamatan dan informasi ini pada umumnya telah dilakukan sebelum mengikuti
tender, lebih baik pada awal pelaksanaan, tim konstruksi melakukan pengamatan ulang
supaya diperoleh gambaran yang lebih jelas dan akutal termasuk jika informasi dari tim
tender terdapat kekurangan atau kurang jelas.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0