s mbs 0806855 chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Keputusan investasi merupakan bentuk alokasi modal yang realisasinya harus menghasilkan manfaat atau keuntungan di masa yang akan datang (Harmono, 2009:9). Baik perusahaan maupun pihak diluar perusahaan berusaha menciptakan atmosfer investasi yang kondusif guna meningkatkan ketertarikan dan permintaan investor dalam berinvestasi.

World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa, pada tahun 2011, posisi daya saing Indonesia dalam hal investasi asing menurun dari peringkat ke-44 (tahun 2010) menjadi ke-46 (tahun 2011). Demikian pula dalam laporan Doing Business (2012), peringkat Indonesia merosot dari 121 (tahun 2010) ke-129 (tahun 2011) (www.okezone.com diakses 08:23 24/01/2012).

Dalam laporan Doing Business tahun 2012 menyatakan bahwa, ada beberapa aspek yang sangat mengganggu daya saing dan iklim investasi di Indonesia, diantaranya adalah praktek korupsi (www.okezone.com diakses 08:23 24/01/2012). Hal ini didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh Transparency Internasional (TI) yang menyatakan bahwa, berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index – CPI) tahun 2011, posisi Indonesia berada di peringkat ke 100. Meski mengalami kenaikan skor CPI sebesar 0,2 dari tahun sebelumnya, sejumlah pengamat dan pakar menilai kenaikan ini tidak memiliki banyak arti dalam pemberantasan korupsi. Dengan kata lain, tingkat korupsi di Indonesia masih sangat akut.


(2)

Diantara banyak sektor perekonomian di Indonesia, salah satu penyumbang terbesar dalam hal korupsi adalah sektor konstruksi (Ahmad Nurullah dan Ririn Handayani, 2011:10). Sudah menjadi rahasia umum bahwa sektor konstruksi sangat rawan korupsi. Berdasarkan survei indeks persepsi korupsi yang dilakukan World Bank tahun 2005 di 15 negara, termasuk Indonesia, sektor konstruksi berada pada urutan terakhir atau terkorup di antara 17 sektor perekonomian lainnya. Sektor konstruksi dianggap rawan penyimpangan, suap dan korupsi sebab bidang pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak pihak dipandang dapat membuka peluang terjadinya suap dan korupsi (Ahmad Nurullah dan Ririn Handayani, 2011:10).

Dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto, sektor konstruksi secara konsisten mengalami penurunan Laju Pertumbuhan PDB atas Harga Konstan (2000) pada tahun 2007 - 2011. Berikut data Laju Pertumbuhan PDB atas Harga Konstan (2000) pada sektor konstruksi tahun 2004-2011 (Gambar 1.1)

GAMBAR 1.1

LAJU PERTUMBUHAN PDB ATAS HARGA KONSTAN (2000) PADA

SEKTOR KONSTRUKSI TAHUN 2004 – 2011

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 LAJU PERTUMBUHAN PDB 7,49 7,54 8,34 8,53 7,55 7,07 6,98 6,7

0 2 4 6 8 10


(3)

Laju Pertumbuhan Atas Harga Konstan pada Sektor Konstruksi mengalami penurunan sebesar 4,44 persen di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010. Sektor Konstruksi (Bangunan) berada pada peringkat keempat dalam Laju Pertumbuhan tahun 2011 yaitu sebesar 6,7 persen, setara dengan Laju Pertumbuhan pada Sektor Jasa. Penurunan persentase Laju Pertumbuhan ini konsisten terjadi dari tahun 2007 sampai 2011 rata-rata sebesar 5,9 persen. Tahun 2004 sampai 2006, Laju Pertumbuhan Sektor Konstruksi relatif tumbuh dengan persentase Laju Pertumbuhan masing-masing adalah 7,49, 7,54, dan 8,34.

Pertumbuhan ekonomi yang bergerak negatif pada Sektor Konstruksi tahun 2007 sampai 2011 menggambarkan kinerja perusahaan didalamnya. Menurut Moeljono (2006) mengatakan bahwa, kompetisi global itu bukan merupakan kompetisi antarnegara, melainkan kompetisi antar korporat di negara-negara tersebut. Hal ini menunjukan bahwa, menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat masing-masing.

Di pasar modal, kinerja perusahaan konstruksi yang bisa terlihat dari fluktuasi harga saham, relatif mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2011. Berikut fluktuasi harga saham 4 perusahaan konstruksi yang tergolong memiliki aset terbesar versi ICMD (Indoesian Capital Market Directory) tahun 2007 – 2011. (Tabel 1.1)


(4)

TABEL 1.1

HARGA SAHAM 4 PERUSAHAAN KONSTRUKSI YANG TERGOLONG

MEMILIKI ASET TERBESAR VERSI ICMD (INDOESIAN CAPITAL

MARKET DIRECTORY) TAHUN 2007 – 2011

No Nama

Perusahaan

Harga Saham (Rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011

Perubahan Harga Saham Tahun 2011 Terhadap 2010 (%) 1 Truba Alam Manunggal Engineering Tbk

1420 50 126 79 50 (36,71)

2 Wijaya Karya

(Persero) Tbk 570 220 325 680 610 (10,29)

3 Adhi Karya

(Persero) Tbk 1360 270 410 910 550 (39,56)

4 Darma Henwa

Tbk 680 50 136 71 78 9,86 Sumber: www.yahoofinance.com

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa, keempat perusahaan konstruksi tersebut relatif mengalami penurunan harga saham di tahun 2008 dan 2011. Tahun 2008, keempat perusahaan seluruhnya mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan terjadinya krisis ekonomi global yang sedikit banyak mempengaruhi kinerja pasar modal. Sedangkan di tahun 2011, satu perusahaan yaitu Darma Henwa Tbk, mengalami kenaikan harga saham sedangkan tiga perusahaan lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan persentase perubahan harga saham sebesar 39,56 persen.

Penurunan harga saham pada PT Adhi Karya bukan hanya terjadi di tahun 2011, tetapi sebelumnya, di tahun 2008, harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk pun mengalami penurunan yang cukup drastis. Lebih rinci, penurunan dan


(5)

peningkatan harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007 - 2011 dijelaskan dalam Tabel 1.2 sebagai berikut.

TABEL 1.2

HARGA SAHAM PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK TAHUN 2007-2011

TAHUN HARGA SAHAM TREN

Desember 2007 1360

-Desember 2008 270 Turun

Desember 2009 410 Naik

Desember 2010 910 Naik

Desember 2011 550 Turun

Sumber: yahoofinance.com dan Laporan Tahunan PT Adhi Karya (Persero) Tbk

Harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami peningkatan di tahun 2009 dan 2010. Harga saham PT Adhi Karya meningkat masing-masing sebesar 51,85 persen dan 121,95 persen. Sedangkan harga saham pada tahun 2008 dan 2011 mengalami penurunan masing-masing sebesar 80,14 persen dan 39,56 persen.

Menurut Rusell Olukayode Christopher et al (2009:178), perubahan harga saham pada dasarnya terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran ekonomi. Perubahan permintaan dan penawaran ini terjadi karena adanya berbagai informasi yang masuk di pasar modal. Informasi positif cenderung meningkatkan permintaan saham, sedangkan informasi negatif cenderung menurunkan permintaan saham. Permintaan dan penawaran itulah yang kemudian tergambar dari harga sahamnya. Menurut Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162) menyatakan bahwa:

Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan baru di kalangan investor. Kepercayaan yang baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga.


(6)

Menurut Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162), ada beberapa informasi yang terdapat di pasar modal yang dianggap informatif atau mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Informasi tersebut meliputi penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian dividen saham (stock dividen), laporan keuangan, dan corporate governance perception index (CGPI).

Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan indeks yang diperoleh dari hasil riset yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) bekerja sama dengan majalah SWA berkaitan dengan penerapan good corporate governance di berbagai perusahaan. Skor CGPI ini menjadi alat ukur sejauh mana good corporate governance diterapkan pada perusahaan.

Penurunan harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk pada Desember tahun 2011 terjadi seiring dengan adanya informasi penurunan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) di tahun yang sama. Penurunan skor CGPI ini menunjukkan kualitas penerapan good corporate governance pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk sedang mengalami kemunduran. Penurunan skor CGPI PT Adhi Karya juga terjadi bersamaan dengan munculnya isu negatif berkaitan dengan keterlibatan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dalam beberapa kasus seperti kasus korupsi proyek pembangunan kompleks olah raga Hambalang dan kasus suap PON Riau. Kasus-kasus yang muncul tersebut sedikit banyak membuka pandangan publik bahwa PT Adhi Karya (Persero) Tbk kurang menerapkan prinsip GCG yaitu transparency, accountability, responsibility, independence, dan


(7)

fairness di tahun 2011. Berikut data Corporate Governance Perception Indeks (CGPI) PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011. (Tabel 1.4)

TABEL 1.3

CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK

TAHUN 2007-2011

Tahun Skor CGPI (%) Tren

Desember 2007 81,79 -

Desember 2008 82,07 Naik Desember 2009 81,54 Turun

Desember 2010 82,23 Naik Desember 2011 77,28 Turun

Sumber: Majalah SWA dan The Indonesian Institute for Corporate Governance Tahun 2007-2011

Tahun 2007, skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mencapai 81,79 persen. Tahun 2008, skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,34 persen menjadi 82,07 persen. Berbeda dengan tahun 2008, tahun 2009 skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami penurunan menjadi 81,54. Peningkatan skor CGPI kembali terjadi pada PT Adhi Karya di tahun 2010 menjadi 82,23. Penurunan paling tinggi skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk terjadi di tahun 2011 menjadi 77,28 persen.

Informasi Corporate Governance Perception Index (CGPI) dianggap penting bagi investor sebagai bahan evaluasi sejauh mana kualitas good corporate governance diterapkan di perusahaan. Berdasarkan pendapat dari Cahyani Nuswandari (2009:71-72), hampir 75% investor di pasar menganggap keterbukaan dan informasi mengenai penerapan good corporate governance sama pentingnya dengan informasi keuangan yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan. Bahkan beberapa pihak menganggap keterbukaan dan informasi


(8)

corporate governance lebih penting dari pada informasi keuangan. Dalam Cahyani Nuswandari (2009:72) juga disebutkan bahwa, pelaksanaan corporate governance yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku akan membuat investor merespon secara positif terhadap kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Pendapat ini juga didukung oleh majalah SWA dan IICG dalam Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162) yang menyatakan berencana menjadikan skor CGPI ini sebagai indikator (benchmark) yang akan selalu menjadi pegangan investor.

Oleh karena informasi corporate governance perception index (CGPI) dianggap penting bagi investor, maka hal itu menandakan bahwa setiap pergerakan skor CGPI akan menimbulkan reaksi pada pergerakan harga saham. Seperti halnya yang terjadi pada skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk di tahun 2011 yang mengalami penurunan bersamaan dengan penurunan harga sahamnya di tahun yang sama.

Pengaruh positif antara informasi penerapan good corporate governance (dengan alat ukur skor CGPI) dan harga saham didukung beberapa teori diantaranya Luhukay (2002) dalam Cahaya Nuswandari (2009:71) menyatakan bahwa, survei yang dilakukan oleh enam emerging market menunjukkan kaitan yang erat antara penerapan corporate governance dengan harga saham perusahaan-perusahaan publik. Suranta dan Midiastuti (2005) dalam Nur Sayidah (2007:6) juga menguji pengaruh dari interaksi mekanisme corporate governance dan earning (sebagai proksi kualitas laporan keuangan) terhadap return saham. Ekspektasi dari penelitian ini adalah bahwa penerapan beberapa mekanisme


(9)

corporate governance dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan sehingga berdampak pada peningkatan kepercayaan investor yang tercermin dalam harga saham/return saham.

Selain itu, menurut Hussein A. Hasan Al- Tamimi (2012:16) menyatakan bahwa, ada hubungan yang positif signifikan antara praktek Corporate Governance dengan ketertarikan pemegang saham. Shil, N.C (2008:23) juga menyatakan bahwa lebih dari 60% investor memperhatikan praktek corporate governance di perusahaan sebagai kunci dalam pengambilan keputusan investasi. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa, informasi penerapan good corporate governance adalah penting sebagai bahan pertimbangan investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Semakin baik penerapan good corporate governance maka permintaan investasi saham akan semakin meningkat. Peningkatan permintaan saham ini yang terlihat dari naiknya harga saham.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 2007-2011.”

1.2Identifikasi Masalah

Informasi, baik informasi keuangan maupun non keuangan merupakan bahan pertimbangan bagi investor sebelum akhirnya melakukan keputusan investasi. Pada saham, informasi keuangan dan non keuangan itu akan mempengaruhi permintaan investasi yang tercermin dari pergerakan harga


(10)

sahamnya. Ketika permintaan tinggi maka harga saham akan cenderung meningkat, sedangkan ketika permintaan turun maka harga saham akan cenderung menurun. Informasi yang dianggap penting dan mampu mengubah kepercayaan investor diantaranya adalah informasi yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

Kinerja PT Adhi Karya (Persero) Tbk di pasar modal tahun 2011 mengalami penurunan yang tercermin dari turunnya harga saham sebesar 36,56 persen. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan adanya informasi penurunan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) di tahun yang sama. Penurunan harga saham dipengaruhi oleh berbagai informasi yang masuk pada investor baik informasi internal maupun eksternal perusahaan. Informasi penerapan good corporate governance yang terwakili oleh corporate governance perception index (CGPI) merupakan informasi internal perusahaan terkait penerapan transparansi, akuntabilitas, responcibility, independence dan fairness. Informasi CGPI merupakan informasi penting yang dapat mengubah kepercayaan yang kemudian akan mengubah permintaan dan penawaran investor yang terlihat dari pergerakan harga sahamnya.

1.3Rumusan Masalah

1. Bagaimana Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

2. Bagaimana Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

3. Bagaimana pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011


(11)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini diantaranya adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

2. Gambaran Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

3. Gambaran pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

1.5Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktik sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis sebagai sarana untuk melatih diri dalam ranah penelitian dan belajar mengaplikasikan ilmu yang telah dicapai di bangku kuliah dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang investasi pada saham dan penerapan Good Corporate Governance, yang diharapkan bisa bermanfaat bagi banyak pihak di lembaga bersangkutan.


(12)

2. Kegunaan Praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan finansial guna meningkatkan nilai perusahaan dan juga sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi.


(1)

fairness di tahun 2011. Berikut data Corporate Governance Perception Indeks

(CGPI) PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011. (Tabel 1.4) TABEL 1.3

CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI)

PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK TAHUN 2007-2011

Tahun Skor CGPI (%) Tren

Desember 2007 81,79 -

Desember 2008 82,07 Naik Desember 2009 81,54 Turun

Desember 2010 82,23 Naik Desember 2011 77,28 Turun

Sumber: Majalah SWA dan The Indonesian Institute for Corporate Governance

Tahun 2007-2011

Tahun 2007, skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mencapai 81,79 persen. Tahun 2008, skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,34 persen menjadi 82,07 persen. Berbeda dengan tahun 2008, tahun 2009 skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami penurunan menjadi 81,54. Peningkatan skor CGPI kembali terjadi pada PT Adhi Karya di tahun 2010 menjadi 82,23. Penurunan paling tinggi skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk terjadi di tahun 2011 menjadi 77,28 persen.

Informasi Corporate Governance Perception Index (CGPI) dianggap penting bagi investor sebagai bahan evaluasi sejauh mana kualitas good corporate governance diterapkan di perusahaan. Berdasarkan pendapat dari Cahyani Nuswandari (2009:71-72), hampir 75% investor di pasar menganggap keterbukaan dan informasi mengenai penerapan good corporate governance sama pentingnya dengan informasi keuangan yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan. Bahkan beberapa pihak menganggap keterbukaan dan informasi


(2)

corporate governance lebih penting dari pada informasi keuangan. Dalam Cahyani Nuswandari (2009:72) juga disebutkan bahwa, pelaksanaan corporate governance yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku akan membuat investor merespon secara positif terhadap kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Pendapat ini juga didukung oleh majalah SWA dan IICG dalam Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162) yang menyatakan berencana menjadikan skor CGPI ini sebagai indikator (benchmark) yang akan selalu menjadi pegangan investor.

Oleh karena informasi corporate governance perception index (CGPI) dianggap penting bagi investor, maka hal itu menandakan bahwa setiap pergerakan skor CGPI akan menimbulkan reaksi pada pergerakan harga saham. Seperti halnya yang terjadi pada skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk di tahun 2011 yang mengalami penurunan bersamaan dengan penurunan harga sahamnya di tahun yang sama.

Pengaruh positif antara informasi penerapan good corporate governance

(dengan alat ukur skor CGPI) dan harga saham didukung beberapa teori diantaranya Luhukay (2002) dalam Cahaya Nuswandari (2009:71) menyatakan bahwa, survei yang dilakukan oleh enam emerging market menunjukkan kaitan yang erat antara penerapan corporate governance dengan harga saham perusahaan-perusahaan publik. Suranta dan Midiastuti (2005) dalam Nur Sayidah (2007:6) juga menguji pengaruh dari interaksi mekanisme corporate governance

dan earning (sebagai proksi kualitas laporan keuangan) terhadap return saham. Ekspektasi dari penelitian ini adalah bahwa penerapan beberapa mekanisme


(3)

corporate governance dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan sehingga berdampak pada peningkatan kepercayaan investor yang tercermin dalam harga saham/return saham.

Selain itu, menurut Hussein A. Hasan Al- Tamimi (2012:16) menyatakan bahwa, ada hubungan yang positif signifikan antara praktek Corporate Governance dengan ketertarikan pemegang saham. Shil, N.C (2008:23) juga menyatakan bahwa lebih dari 60% investor memperhatikan praktek corporate governance di perusahaan sebagai kunci dalam pengambilan keputusan investasi. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa, informasi penerapan good corporate governance adalah penting sebagai bahan pertimbangan investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Semakin baik penerapan good corporate governance maka permintaan investasi saham akan semakin meningkat. Peningkatan permintaan saham ini yang terlihat dari naiknya harga saham.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 2007-2011.”

1.2Identifikasi Masalah

Informasi, baik informasi keuangan maupun non keuangan merupakan bahan pertimbangan bagi investor sebelum akhirnya melakukan keputusan investasi. Pada saham, informasi keuangan dan non keuangan itu akan mempengaruhi permintaan investasi yang tercermin dari pergerakan harga


(4)

sahamnya. Ketika permintaan tinggi maka harga saham akan cenderung meningkat, sedangkan ketika permintaan turun maka harga saham akan cenderung menurun. Informasi yang dianggap penting dan mampu mengubah kepercayaan investor diantaranya adalah informasi yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

Kinerja PT Adhi Karya (Persero) Tbk di pasar modal tahun 2011 mengalami penurunan yang tercermin dari turunnya harga saham sebesar 36,56 persen. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan adanya informasi penurunan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) di tahun yang sama. Penurunan harga saham dipengaruhi oleh berbagai informasi yang masuk pada investor baik informasi internal maupun eksternal perusahaan. Informasi penerapan good corporate governance yang terwakili oleh corporate governance perception index (CGPI) merupakan informasi internal perusahaan terkait penerapan transparansi, akuntabilitas,

responcibility, independence dan fairness. Informasi CGPI merupakan informasi penting yang dapat mengubah kepercayaan yang kemudian akan mengubah permintaan dan penawaran investor yang terlihat dari pergerakan harga sahamnya.

1.3Rumusan Masalah

1. Bagaimana Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

2. Bagaimana Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

3. Bagaimana pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance

(GCG) terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011


(5)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini diantaranya adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

2. Gambaran Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

3. Gambaran pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance

(GCG) terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011

1.5Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktik sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis sebagai sarana untuk melatih diri dalam ranah penelitian dan belajar mengaplikasikan ilmu yang telah dicapai di bangku kuliah dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang investasi pada saham dan penerapan Good Corporate Governance, yang diharapkan bisa bermanfaat bagi banyak pihak di lembaga bersangkutan.


(6)

2. Kegunaan Praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan finansial guna meningkatkan nilai perusahaan dan juga sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi.