F 6 Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton di Perairan Pesisir Yapen Timur Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

KATA PENGANTAR
Tahun 2016 merupakan seminar tahunan ke VI yang diselenggarakan oleh FPIK
UNDIP. Kegiatan seminar ini telah dimulai sejak tahun 2007 dan dilaksanakan secara
berkala. Tema kegiatan seminar dari tahun ketahun bervariatif mengikuti perkembangan
isu terkini di sektor perikanan dan kelautan.
Kegiatan seminar ini merupakan salah satu bentuk kontribusi perguruan tinggi
khususnya FPIK UNDIP dalam upaya mendukung pembangunan di sektor perikanan dan
kelautan. IPTEK sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan sehingga tujuan
pembangunan dapat tercapai dan bermanfaat bagi kemakmuran rakyat.
Dalam implementasi pembangunan selalu ada dampak yang ditimbulkan. Untuk itu,
diperlukan suatu upaya agar dampak negatif dapat diminimalisir atau bahkan tidak terjadi.
Oleh karena itu, Seminar ini bertemakan tentang Aplikasi IPTEK Perikanan dan
Kelautan dalam Mitigasi Bencana dan Degradasi Wilayah Pesisir, Laut dan PulauPulau Kecil. Pada kesempatan kali ini, diharapkan IPTEK hasil penelitian mengenai
pengelolaan, mitigasi bencana dan degradasi wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
dapat

terpublikasikan


sehingga

dapat

dimanfaatkan

untuk

pembangunan

yang

berkelanjutan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Seminar Tahunan Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI merupakan kolaborasi FPIK UNDIP dan Pusat
Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP) UNDIP.
Pada kesempatan ini kami selaku panitia penyelenggara mengucapkan terimakasih
kepada pemakalah, reviewer, peserta serta Pertamina EP Asset 3 Tambun Field yang telah
mendukung kegiatan Seminar Tahunan Penelitian Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
VI sehingga dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga hasil seminar ini dapat
memberikan kontribusi dalam upaya mitigasi bencana dan rehabilitasi pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil.
Semarang, Juli 2017
Panitia

ii

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

SUSUNAN PANITIA SEMINAR

Pembina

: Dekan FPIK Undip
Prof. Dr. Ir. Agus Sabdono, M.Sc

Penanggung jawab

: Wakil Dekan Bidang IV
Tita Elvita Sari, S.Pi., M.Sc., Ph.D


Ketua

: Dr.Sc. Anindya Wirasatriya, ST, M.Si., M.Sc

Wakil Ketua

: Dr.Ir. Suryanti, M.Pi

Sekretaris I

: Faik Kurohman, S.Pi, M.Si

Sekretaris II

: Wiwiet Teguh T, SPi, MSi

Bendahara I

: Ir. Nirwani, MSi


Bendahara II

: Retno Ayu K, S.Pi., M.Sc

Kesekretariatan

: 1. Dr. Agus Trianto, ST., M.Sc
2. Dr. Denny Nugroho, ST, M.Si
3. Kukuh Eko Prihantoko, S.Pi., M.Si
4. Sigit Febrianto, S.Kel., M.Si
5. Lukita P., STP, M.Sc
6. Lilik Maslukah, ST., M.Si
7. Ir. Ria Azizah, M.Si

Acara dan Sidang

: 1. Dr. Aristi Dian P.F., S.Pi., M.Si
2. Dr. Ir. Diah Permata W., M.Sc
3. Ir. Retno Hartati, M.Sc

4. Dr. Muhammad Helmi, S.Si., M.Si

Konsumsi

: 1. Ir. Siti Rudiyanti, M.Si
2. Ir. Sri Redjeki, M.Si
3. Ir. Ken Suwartimah, M.Si

Perlengkapan

: 1. Bogi Budi J., S.Pi., M.Si
2. A. Harjuno Condro, S.Pi, M.Si

iii

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

DEWAN REDAKSI
PROSIDING

SEMINAR NASIONAL TAHUNAN KE-VI
HASIL-HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
Diterbitkan oleh

Penanggung jawab

Pengarah

Tim Editor

Reviewer

Desain sampul
Layout dan tata letak
Alamat redaksi

: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
bekerjasama dengan Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan
Rehabilitasi Pesisir serta Pertamina EP Asset 3 Tambun Field
: Dekan FPIK Undip

(Prof. Dr. Ir. Agus Sabdono, M.Sc)
Wakil Dekan Bidang IV
(Tita Elvita Sari, S.Pi., M.Sc., Ph.D)
: 1. Dr. Denny Nugroho, ST, M.Si (Kadept. Oceanografi)
2. Dr. Ir. Diah Permata W., M.Sc (Kadept. Ilmu Kelautan)
3. Dr. Ir. Haeruddin, M.Si (Kadept. Manajemen SD. Akuatik)
4. Dr. Aristi Dian P.F., S.Pi., M.Si (Kadept. Perikanan Tangkap
5. Dr. Ir. Eko Nur C, M.Sc (Kadept. Teknologi Hasil Perikanan
6. Dr. Ir. Sardjito, M.App.Sc (Kadept. Akuakultur)
: 1. Dr. Sc. Anindya Wirasatriya, ST, M.Si., M.Sc
2. Dr. Ir. Suryanti, M.Pi
3. Faik Kurohman, S.Pi, Msi
4. Wiwiet Teguh T, S.Pi., M.Si
5. Ir. Nirwani, Msi
6. Retno Ayu K, S.Pi., M.Sc
7. Dr. Aristi Dian P.F., S.Pi., M.Si
8. Dr. Ir. Diah Permata W., M.Sc
9. Ir. Retno Hartati, M.Sc
10. Dr. Muhammad Helmi, S.Si., M.Si
: 1. Dr. Agus Trianto, ST., M.Sc

2. Dr. Denny Nugroho, ST, M.Si
3. Sigit Febrianto, S.Kel., M.Si
4. Lukita P., STP, M.Sc
5. Ir. Ria Azizah, M.Si
6. Lilik Maslukah, ST., M.Si
7. Ir. Siti Rudiyanti, M.Si
8. Ir. Sri Redjeki, M.Si
9. Ir. Ken Suwartimah, M.Si
10. Bogi Budi J., S.Pi., M.Si
11. A. Harjuno Condro, S.Pi, M.Si
: Kukuh Eko Prihantoko, S.Pi., M.Si
: Divta Pratama Yudistira
: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
Telpn/ Fax: 024 7474698

iv

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip


DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

ii

SUSUNAN PANITIA SEMINAR ........................................................................

iii

DEWAN REDAKSI...............................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................................


v

Aplikasi IPTEK Perikanan dan Kelautan dalam Pengelolaan dan
Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil
(Pemanfaatan Sumberdaya Perairan)
1. Research About Stock Condition of Skipjack Tuna (Katsuwonus
pelamis) in Gulf of Bone South Sulawesi, Indonesia ..............................
2. Keberhasilan Usaha Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Perajin
Batik Mangrove dalam Perbaikan Mutu dan Peningkatan Hasil
Produksi di Mangkang Wetan, Semarang ..............................................
3. Pengelolaan Perikanan Cakalang Berkelanjutan Melalui Studi
Optimalisasi dan Pendekatan Bioekonomi di Kota Kendari ................
4. Kajian Pengembangan Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi sebagai Kampung Wisata Bahari .........
5. Kajian Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Desa Pantai Mekar,
Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi ..................................
6. Studi Pemetaan Aset Nelayan di Desa Pantai Mekar, Kecamatan
Muara Gembong, Kabupaten Bekasi ......................................................
7. Hubungan Antara Daerah Penangkapan Rajungan (Portunus

pelagicus) dengan Parameter Oseanografi di Perairan Tegal, Jawa
Tengah ........................................................................................................
8. Komposisi Jenis Hiu dan Distribusi Titik Penangkapannya di
Perairan Pesisir Cilacap, Jawa Tengah ...................................................
9. Analisis Pengembangan Fasilitas Pelabuhan yang Berwawasan
Lingkungan (Ecoport) di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pengambengan, Jembrana Bali ................................................................
10. Anallisis Kepuasan Pengguna Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Pengambengan, Jembrana Bali ....................................................
11. Effect of Different Soaking Time in Coconut Shell Liquid Smoke to
The Profile of Lipids Cats Fish (Clarias batrachus) Smoke ...................

1

15
22
33
47
55

67
82

93
110
124

v

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Rehabilitasi Ekosistem: Mangrove, Terumbu Karang dan Padang Lamun
1. Pola Pertumbuhan, Respon Osmotik dan Tingkat Kematangan
Gonad Kerang Polymesoda erosa di Perairan Teluk Youtefa
Jayapura Papua .........................................................................................
2. Pemetaan Pola Sebaran Sand Dollar dengan Menggunakan Citra
Satelit Landsat di Pulau Menjangan Besar, Taman Nasional
Karimun Jawa ...........................................................................................
3. Kelimpahan dan Pola Sebaran Echinodermata di Pulau
Karimunjawa, Jepara ...............................................................................
4. Struktur Komunitas Teripang (Holothiroidea) di Perairan Pulau
Karimunjawa, Taman Nasioanl Karimunjawa, Jepara ........................

135

147
159
173

Bencana Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil: Ilmu Bencana dan
Dampak Bencana
1. Kontribusi Nutrien N dan P dari Sungai Serang dan Wiso ke
Perairan Jepara .........................................................................................
2. Kelimpahan, Keanekaragaman dan Tingkat Kerja Osmotik Larva
Ikan pada Perairan Bervegetasi Lamun dan atau Rumput Laut di
Perairan Pantai Jepara .............................................................................
3. Pengaruh Fenomena Monsun, El Nino Southern Oscillation (ENSO)
dan Indian Ocean Dipole (IOD) Terhadap Anomali Tinggi Muka
Laut di Utara dan Selatan Pulau Jawa....................................................
4. Penilaian Pengkayaan Logam Timbal (Pb) dan Tingkat Kontaminasi
Air Ballast di Perairan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan ................
5. KajianPotensi Energi Arus Laut di Selat Toyapakeh, Nusa Penida
Bali ..............................................................................................................
6. Bioakumulasi Logam Berat Timpal pada Berbagai Ukuran Kerang
Corbicula javanica di Sungai Maros ........................................................
7. Analisis Data Ekstrim Tinggi Gelombang di Perairan Utara
Semarang Menggunakan Generalized Pareto Disttribution ...................
8. Kajian Karakteristik Arus Laut di Kepulauan Karimunjawa, Jepara
9. Cu dan Pb dalam Ikan Juaro (Pangasius polyuronodon) dan
Sembilang (Paraplotosus albilabris) yang Tertangkap di Sungai Musi
Bagian Hilir, Sumatera Selatan................................................................
10. Kajian Perubahan Spasial Delta Wulan Demak dalam Pengelolaan
Berkelanjutan Wilayah Pesisir .................................................................
11. Biokonsentrasi Logam Plumbum (Pb) pada Berbagai Ukuran
Panjang Cangkang Kerang Hijau (Perna viridis) dari Perairan Teluk
Semarang ....................................................................................................

183

192

205
218
225
235
243
254

264
271

277

vi

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

12. Hubungan Kandungan Bahan Organik Sedimen dengan
Kelimpahan Sand Dollar di Pulau Cemara Kecil Karimunjawa,
Jepara .........................................................................................................
13. Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen, dan
Jaringan Lunak Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Sayung,
Kabupaten Demak .....................................................................................

287

301

Bioteknologi Kelautan: Bioremidiasi, Pangan, Obat-obatan ............................
1. Pengaruh Lama Perendaman Kerang Hijau (Perna virdis) dalam
Larutan Nanas (Ananas comosus) Terhadap Penurunan Kadar
Logam Timbal (Pb) ...................................................................................
2. Biodiesel dari Hasil Samping Industri Pengalengan dan Penepungan
Ikan Lemuru di Muncar ...........................................................................
3. Peningkatan Peran Wanita Pesisir pada Industri Garam Rebus .........
4. Pengaruh Konsentrasi Enzim Bromelin pada Kualitas Hidrolisat
Protein Tinta Cumi-cumi (Loligo sp.) Kering .........................................
5. Efek Enzim Fitase pada Pakan Buatan Terhadap Efisiensi
Pemanfaatan Pakan Laju Pertumbuhan Relatif dan Kelulushidupan
Ikan Mas (Cyprinus carpio).......................................................................
6. Subtitusi Silase Tepung Bulu Ayam dalam Pakan Buatan Terhadap
Laju Pertumbuhan Relatif, Pemanfaatan Pakan dan Kelulushidupan
Benih Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus) ..................................
7. Stabilitas Ekstrak Pigmen Lamun Laut (Enhalus acoroides) dari
Perairan Teluk Awur Jepara Terhadap Suhu dan Lama
Penyimpanan..............................................................................................
8. Penggunaan Kitosan pada Tali Agel sebagai Bahan Alat
Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan .................................................
9. Kualitas Dendeng Asap Ikan Tongkol (Euthynnus sp.), Tunul
(Sphyraena sp.) dan Lele (Clarias sp.) dengan Metode Pengeringan
Cabinet Dryer ..............................................................................................

312
328
339
344

358

372

384
401

408

Aplikasi IPTEK Perikanan dan Kelautan dalam Pengelolaan dan
Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil
(Manajemen Sumberdaya Perairan)
1. Studi Karakteristik Sarang Semi Alami Terhadap Daya Tetas Telur
Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pantai Paloh Kalimantan Barat ......
2. Struktur Komunitas Rumput Laut di Pantai Krakal Bagian Barat
Gunung Kidul, Yogyakarta ......................................................................
3. Potensi dan Aspek Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di
Perairan Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal.........................................

422
434
443

vii

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

4. Morfometri Penyu yang Tertangkap secara By Catch di Perairan
Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat .......................................
5. Identifikasi Kawasan Upwelling Berdasarkan Variabilitas KlorofilA, Suhu Permukaan Laut dan Angin Tahun 2003 – 2015 (Studi
Kasus: Perairan Nusa Tenggara Timur) .................................................
6. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton di Perairan
Pesisir Yapen Timur Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.................
7. Analisis Hubungan Kandungan Bahan Organik dengan Kelimpahan
Gastropoda di Pantai Nongsa, Batam .....................................................
8. Studi Morfometri Ikan Hiu Tikusan (Alopias pelagicus Nakamura,
1935) Berdasarkan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap, Jawa Tengah .............................................................
9. Variabilitas Parameter Lingkungan (Suhu, Nutrien, Klorofil-A,
TSS) di Perairan Teluk Tolo, Sulawesi Tengah saat Musim Timur .....
10. Keanekaragaman Sumberdaya Teripang di Perairan Pulau Nyamuk
Kepulauan Karimunjawa .........................................................................
11. Keanekaragaman Parasit pada Kerang Hijau (Perna viridis) di
Perairan PPP Morodemak, Kabupaten Demak .....................................
12. Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Ekoregion di
Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah .........................................
13. Ektoparasit Kepiting Bakau (Scylla serrata) dari Perairan Desa
Wonosari, Kabupten Kendal ....................................................................
14. Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut, Klorofil-A dan Angin
Terhadap Fenomena Upwelling di perairan Pulau Buru dan Seram ...
15. Pengaruh Pergerakan Zona Konvergen di Equatorial Pasifik Barat
Terhadap Jumlah Tangkapan Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis)
Perairan Utara Papua – Maluku..............................................................
16. Pemetaan Kandungan Nitrat dan Fosfat pada Polip Karang di
Kepulauan Karimunjawa .........................................................................
17. Hubungan Kandungan Bahan Organik dengan Distribusi dan
Keanekaragaman Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa
Pasar Banggi Kabupaten Rembang .........................................................

452

463
482
495

503
515
529
536
547
554
566

584
594

601

Aplikasi IPTEK Perikanan dan Kelautan dalam Pengelolaan dan
Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil
(Budidaya Perairan)
1. Pengaruh Suplementasi Lactobacillus sp. pada Pakan Buatan
Terhadap Aktivitas Enzim Pencernaan Larva Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forskal) ...........................................................................
2. Inovasi Budidaya Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan
Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Desa Bangsri, Kabupaten Brebes:
Tantangan dan Alternatif Solusi ..............................................................

611

621

viii

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

3. Pertumbuhan dan Kebiasaan Makan Gelondongan Bandeng
(Chanos chanos Forskal) Selama Proses Kultivasi di Tambak
Bandeng Desa Wonorejo Kabupaten Kendal .........................................
4. Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi Serangan Infectious
Myonecrosis Virus (IMNV) pada Budidaya Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) secara Intensif di Kabupaten Kendal .............
5. Respon Histo-Biologis Pakan PST Terhadap Pencernaan dan Otak
Ikan Kerapu Hibrid (Epinephelus fusguttatus x Epinephelus
polyphekaidon)............................................................................................
6. Pengaruh Pemberian Pakan Daphnia sp. Hasil Kultur Massal
Menggunakan Limbah Organik Terfermentasi untuk Pertumbuhan
dan Kelulushidupan ikan Koi (Carassius auratus) .................................
7. Pengaruh Aplikasi Pupuk NPK dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Gracilaria sp. .....................................................................
8. Pengaruh Vitamin C dan Highly Unsaturated Fatty Acids (HUFA)
dalam Pakan Buatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan dan
Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) .............................
9. Pengaruh Perbedaan Salinitas Media Kultur Terhadap Performa
Pertumbuhan Oithona sp. ........................................................................
10. Mitigasi Sedimentasi Saluran Pertambakan Ikan dan Udang dengan
Sedimen Emulsifier di Wilayah Kecamatan Margoyoso, Pati ..............
11. Performa Pertumbuhan Oithona sp. pada Kultur Massal dengan
Pemberian Kombinasi Pakan Sel Fitoplankton dan Organik yang
Difermentasi ...............................................................................................
12. Respon Osmotik dan Pertumbuhan Juvenil Abalon Haliotis asinina
pada Salinitas Media Berbeda ..................................................................
13. Pengaruh Pemuasaan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ................................

630

640

650

658
668

677
690
700

706
716
728

ix

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Aplikasi IPTEK Perikanan dan
Kelautan dalam Pengelolaan dan
Pemanfaatan Sumberdaya
Wilayah Pesisir, Laut dan Pulaupulau Kecil (Manajemen
Sumberdaya Perairan)

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

HUBUNGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DAN ZOOPLANKTON DI
PERAIRAN PESISIR YAPEN TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN,
PAPUA
1

Kalvin Paiki1 dan Lisiard Dimara2
Mahasiswa Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro, Semarang
Jln. Imam Bardjo, SH No. 5 Semarang, 50241, Indonesia
1
E-mail : [email protected]
2
Dosen Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Cenderawasih, Jayapura
Jl. Camp Wolker Jayapura
2
E-Mail : [email protected]

ABSTRAK
Perairan Pesisir Yapen Timur merupakan suatu perairan terbuka yang banyak
dimanfaatkan oleh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan, pemukiman penduduk,
industri dan jalur pelayaran. Beberapa faktor tersebut secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi keseimbangan kondisi perairan Pesisir Yapen Timur yang
berdampak pada keberadaan organisme. Fitoplankton (plankton nabati) merupakan
produsen primer dalam rantai makanan sehingga dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai
makanannya, adapun zooplankton (plankton hewani) merupakan konsumen pertama
sehingga sangat penting sebagai penghubung antara produsen dan konsumen sebagai
jenjang tropik yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara
kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan pesisir Yapen Timur. Penelitian ini
bersifat deskriptif dan menggunakan metode purposive sampling. Sampel didapatkan dari
lima belas titik sampling. Analisis data menggunakan Regresi Korelasi, APH, ShannonWiener dan data Geo-statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata – rata kelimpahan
ditemukan tertinggi (16.391 ind/L) pada fitoplankton dan terendah (11.006 ind/L) pada
zooplankton, keanekaragaman fitoplankton (2,74) dan zooplankton (2,73) mengindikasikan
kestabilan komunitas biota serta tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang (moderat),
hubungan antara kelimpahan fitoplankton dan zooplankton berdasarkan nilai koefisien
korelasi (R = 0,181) mengindikasikan hubungan sangat lemah, pengaruh kelimpahan
zooplankton terhadap fitoplankton dengan nilai koefisien determinasi sebesar 26,3 % dan
73,7 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci : Fitoplankton, Zooplankton Yapen-Papua
PENDAHULUAN
Perairan pesisir Yapen Timur berdasarkan letak wilayah dan topografi, perairan ini
berada di utara Papua dan berhubungan dengan selat Saireri yaitu selat yang memisahkan
pulau Papua dan pulau Yapen, Perairan ini banyak dimanfaatkan oleh aktivitas manusia
seperti penangkapan ikan, pemukiman penduduk, industri dan jalur lalu lintas kapal. Hal
tersebut secara langsung maupun tidak langsung beberapa faktor tersebut akan
mempengaruhi keseimbangan kondisi perairan Pesisir Yapen Timur yang berdampak pada
keberadaan organisme disekitarnya.
Permasalahan yang terdapat di sekitar perairan pesisir Yapen Timur adalah
penurunan kualitas air akibat limbah yang dibuang kedalam perairan sehingga
menimbulkan pencemaran, seperti limbah rumah tangga, pertanian dan industri. Selain itu

482

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

terjadinya perusakan kawasan hutan mangrove, berupa penebangan pohon untuk berbagai
keperluan. Perairan pesisir Yapen Timur memungkinkan akan mengalami perubahan
ekosistem sehingga akan mempengaruhi kehidupan orgasime khusunya organisme
planktonik.
Plankton terdiri dari fitoplankton atau plankton (plankton nabati) dan zooplankton
atau (plankton hewani) (Nyabakken 1992; Romimohtarto, 2004 dan Nontji, 2008).
Fitoplankton dan zooplankton memegang peranan sangat penting di ekosistem laut.
Fitoplankton berfotosintesis dan sebagai produsen primer sedangkan zooplankton berperan
sebagai konsumen yang menghubungkan produsen dengan organisme yang lebih tinggi
jenjang torofiknya (Nontji, 2008; Asriyanan dan Yuliana, 2012 dan Hutabarat dan Evans,
2012). Distribusi zooplankton dan fitoplankton tidak merata. Fitoplankton mengeluarkan
bahan metabolik yang membuat zooplankton tertarik terhadap fitoplankton (Effendi et al.,
2015 dan Kruk et al., 2016).
Keberadaan populasi fitoplankton dan zooplankton yang tidak seimbang sangat
berpengaruh

terhadap

biota

didalamnya.

Tingginya

kelimpahan

fitoplankton

mengakibatkan penurunan oksigen sehingga menjadi ancaman kematian terhadap biota
laut, adapun tingginya zooplankton akan menghambat pertumbuhan fitoplankton
dikarenakan terjadi pemangsaan yang tinggi oleh zooplankton (Dag et al., 2014 dan Graff
et al., 2014). Hubungan antara fitoplankton dan zooplankton sangat penting dalam menjaga
kestabilan ekosistem perairan (Isnaini et al., 2014). Sejau ini data dan informasi mengenai
hubungan antara fitoplankton dengan zooplankton di perairan pesisir Yapen Timur belum
di ketahui.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara kelimpahan
fitoplankton dan zooplankton di perairan pesisir Yapen Timur. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari – Februari 2016 di sekitar perairan pesisir Yapen Timur, Kepulauan
Yapen, Papua. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat bagi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya pesisir dan laut khususnya
kawasan perairan pesisir Yapen Timur dalam meningkatkan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut serta sumberdaya perikanan.

MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fitoplankton dan zooplankton yang
disampling pada lima belas titik pengambilan sampel di perairan Pesisir Yapen Timur. Alat

483

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

yang digunakan dalam penelitian adalah Soffware Ermaper 7.0 untuk menganalisis sebaran
spasial fitoplankton dan zooplankton, botol sampel 100 ml untuk wadah sampel plankton
yang tersaring, plankton net dengan ukuran mata jaring 60 µm untuk sampel fitoplankton
dan 250 µm untuk zooplankton, pipet tetes untuk mengambil formalin, GPS (global
positioning siystem) untuk mengambil koordinat titik sampling, kamera digital untuk
dokumentasi, stereofoam sebagai tempat untuk menyimpan sampel, kertas label untuk
memberi tanda pada sampel, alat tulis untuk mencatat data pengamatan, mikroskop untuk
mengidentifikasi sampel fitoplankton dan zooplankton, sedgwick rafter untuk mencacah
fitoplankton dan zooplankton, buku identifikasi plankton.

Metode Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel plankton dilakukan secara purposive sampling (Fachrul, 2007).
Pengambilan titik koordinat dilakukan pada tiap titik pengambilan sampel dengan bantuan
Garmin Global Positioning System (GPS). Sampel plankton, parameter fisika dan kimia
diambil pada pagi hari (jam 06:00 – 09:00 WIT) dan Sore hari (Jam 16:00 – 18:00 WIT).
Analisis Laboratorium
Indentifikasi sampel dilakukan dengan pengambilan sampel sebanyak 1,5 ml, di
letakan di Sedgwick-Rafter dan diamati dibawa mikroskop inverted, dengan dilakukan
pengulangan sebanyak 10 kali. Fitoplankton dan zooplankton yang ditemukan kemudian
didokumentasikan untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut hingga pada tingkat Genus
diacu pada buku identifikasi (Sachlan, 1982; Hutabart dan Evans, 1986 dan Hartoko,
2013).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan antara lain:
1) Indeks Kelimpahan
Penentuan kelimpahan plankton ditentukan berdasarkan pencacahan diatas gelas
objek (Sedwick-rafter) Fachrul (2007), dengan satuan individu/liter (ind/l) kemudian
dikonversi kedalam individu/meter3 (ind/m3). kelimpahan plankton menggunakan
rumus APHA, 1998 :
�=

1
T P V
× × ×
w
L p v

484

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Keterangan:
N : Jumlah plankton per liter (cm2)
T : Luas cover glass (100 cm2)
L : Luas lapangan pandang (0,025 mm2)
P : Jumlah plankton yang tercacah
p : Jumlah lapangan pandang yang diamati
V : Volume sampel air yang tersaring (50
ml)
v : Volume sampel plankton di bawa gelas
penutup (ml)
w : Volume sampel plankton yang disaring
(50 lt)
Sebagian faktor dari rumus tersebut telah diketahui pada sedgwick-rafter, seperti : T =
100 mm2, v = 1 ml, dan L = 0,025µmm2 (misalkan satu lingkaran sama dengan luas
lapangan pandang pada mikroskop dengan r = 0,5 mm), maka rumus tersebut menjadi :
�=

100 mm ²
0,25 π

P

V

1

× 10 × 1 ml × w atau � =

2) Indek Keanekaragaman

1000 (P×V)
0,25 πω

(APHA, 1998)

Keanekaragaman jenis biota di lokasi penelitian dihitung dengan menggunakan Indeks
Keanekaragaman Shanon-Winiener (Fachrul, 2007) yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

H’ = ∑��=1 pi ln pi, diman Pi = Ni/N

H’ = Indeks Keanekaragaman;
Ni = Jumlah indvidu jenis ke-1;
N = Jumlah individu total.
Kriteria yang digunakan:
H’ < 1 = Komunitas biota serta tekanan lingkungan tidak stabil;
1 < H’ < 3 = Komunitas biota serta tekanan lingkungan sedang;
H’ > 3 = Komunitas biota dan tekanan lingkuangan sangat stabil.

3) Analisis Geo-statistik
Analisis data geo-statistik dilakukan terutama pada transformasi dari titik ke dalam
lapisan spasial, diikuti oleh pemodelan spasial berdasarkan geo-statistik gridding dikenal
sebagai 'kriging-metode' (Hartoko, 2000). Koordinat transformasi data dilakukan dari

485

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Geodesidata (Degree, Minute, Second /DMS) ke dalam numerik tunggal koordinat
berdasarkan rumus (Hartoko dan Helmi, 2004):
Numeric Value (Lat ; Long) = Degree + {Minute + (Second/ 60} / 60
4) Uji Korelasi Ganda (R) dan Determinasi (R2)
Ujia R digunakan untuk mengetahui mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0 – 1, nilai
semakin mendekati satu berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya jika nilai
semakin mendekati 0 hubungan yang terjadi semakin lemah. Uji R2 digunakan untuk
menunjukan presentase variasi variabel X terhadap variabel Y. Nilai R2 sama dengan 0,
maka tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y, sebaliknya jika R2 sama dengan
1, maka sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah sempurna (Siregar
2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1) Komposisi
Berdasarkan hasil pengamatan plankton di perairan pesisir Yapen Timur, ditemukan
komposisi fitoplankton terdiri dari 5 kelas dan 42 genus, zooplankton terdiri dari 9 kelas
dan 63 genus. Kelima kelas fitoplankton yang ditemukan yaitu Bacillariophyceae (22
genera), Desmidiaceae (6 genera), Chlorophyceae (6 genera), Phorrophyceae (3 genera)
dan Cyanophyceae (5 genera). Zooplankton ditemukan terdiri dari 9 kelas dan 63 genera.
Kesembilan kelas zooplankton yang ditemukan terdiri dari Crustaceae (49 genera), Uburubur (2 genera), Rotifers (1 genera), Ciliatea (1 genera), Polyhymenophorea (1 genera),
Monogononta (1 genera), Coelenterata (3 genera), Urochordata (1 genera) dan Molusca (4
genera).

Komposisi Kelas Fitoplankton
12%
Bacillariophyceae

7%
14%

53%
14%

Desmidiaceae
Chlorophyceae
Phorrophyceae
Cyanophyceae

Gambar 1. Komposisi Kelas Fitoplankton di Perairan Pesisir Yapen Timur

486

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

1%

2% 2%

1%
3%

Komposisi Kelas Zooplankton

5% 2% 6%

Crustaceae
Ubur-ubur
78%

Rotifers
Ciliatea
Polyhymenophorea

Gambar 2. Komposisi Kelas Zoopankton di Perairan Pesisir Yapen Timur
2) Kelimpahan
Kelimpahan plankton yang ditemukan di perairan pesisir Yapen Timur diketahui
bahwa, total kelimpahan fitoplankton terdir dari 245.860 ind/l, dengan rata – rata 16.391
ind/l, tertinggi (27.006 ind/l) ditemuka di titik 4, berdekatan dengan muara sungai Kerenui
disebelah timur lokasi pengamatan dan terendah (9.299 ind/l) ditemukan di titik 13,
berdekatan dengan muara sungai Sorowai di sebelah barat lokasi pengamatan. Hasil
analisis sebaran spasial kelimpahan fitoplankton di lima belas titik pengamatan terdapat
pada Gambar 1. Kelimpahan zooplankton ditemukan terdiri dari 165.096 ind/L, dengan
rata – rata 11.006 ind/L, tertinggi (13.885 ind/L) ditemukan di titik 13, berdekatan dengan
muara sungai Sorowai di sebelah barat lokasi pengamatan, terendah (7.898 ind/L)
ditemukan di titik 8, berdekatan dengan daerah dermaga Industri PT Sinar Wijaya. Hasil
analisis sebaran spasial kelimpahan zooplankton di lima belas titik pengamatan terdapat
pada Gambar 2.

Gambar 3. Sebaran Spasial Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Pesisir Yapen
Timur

487

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Gambar 4. Sebaran Spasial Kelimpahan Zooplankton di Perairan Pesisir Yapen
Timur
3) Indeks Diversitas
Indeks diversitas (keanekaragaman, keseragaman dan dominansi) fitoplankton di lima
belas titik pengamatan sangat bervariasi. Indeks Keanekaragaman berkisar antara 2,41 3,01 dengan rata – rata 2,74, tertinggi ditemukan di titik 5 dan terendah ditemukan di titik
2 dan 6. Indeks keseragaman berkisar antara 0,65 – 0,91 dengan rata – rata 0,79, tertinggi
ditemukan di titik 7 dan terendah ditemukan di titik 2. Indek dominansi berkisar antara
0,08 – 0,23 dengan rata – rata 0,13, tertinggi ditemukan di titik 6 dan terendah ditemukan
di titik 5. Hasil analisis indeks diversitas fitoplankton di perairan pesisir Yapen Timur pada
Gambar 3.
Indeks diversitas zooplankton di lima belas titik pengamatan sangat bervariasi,
keaneragaman zooplankton berkisar anatar 2,74 – 2,96 dengan rata – rata 2,73,
keanekaragaman tertingi ditemukan di titik 14 dan terendah ditemukan di titik 2.
Keseragaman zooplankton berkisar antara 0,84 – 0,95 dengan rata – rata 0,91,
keseragaman tertinggi ditemukan di titik 7 dan terendah ditemukan di titik 3. Dominansi
zooplankton berkisar antara 0,07 – 0,17 dengan rata – rata 0,10, dominansi tertinggi
ditemukan di titik 2 dan terendah ditemukan di titik 14. Hasil analisis indeks diversitas
zooplankton di perairan pesisir Yapen Timur pada Gambar 4.

488

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Nilai Indeks H',E,D

Fitoplankton
4,000
3,000
2,000
1,000
0,000
Dominance_D
Shannon_H

T1 0,1
T2 0,1
T3 0,0
T4 0,0
T5 0,2
T6 0,0
T7 0,0
T8 0,1
T9 0,1
T1 0,1
T1 0,1
T1 0,1
T1 0,1
T1 0,0
T1
0,0
0 1 2 3 4 5
2,8 2,4 2,7 2,8 3,0 2,4 2,7 2,7 2,8 2,8 2,7 2,6 2,6 2,5 2,8

Keseragaman_E 0,8 0,6 0,8 0,7 0,7 0,6 0,9 0,8 0,7 0,7 0,8 0,7 0,7 0,7 0,8

Gambar 6. Indek Diversitas fitoplankto di perairan pesisir Yapen Timur

Nilai Indeks H' E' D

Zooplankton
3,000
2,000
1,000
0,000
Dominance_D
Shannon_H

T1
0, T2
0, T3
0, T4
0, T5
0, T6
0, T7
0, T8
0, T9
0, T1
0, T1
0,
0 1
2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2, 2,

T1
0,
2
2,

T1
0,
3
2,

T1
0,
4
2,

T1
0,
5
2,

Keseragaman_E 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,

Gambar 7. Indeks Keaneragaman, Keseragaman dan Dominansi Zooplankton

4) Hubungan Fitoplankton dan Zooplankton
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai koefisien korelasi R =
0,181, nilai korelasi determinasi R2 = 26,3% artinya besar pengaruh kelimpahan
zooplankton terhadap fitoplankton sebesar 26,3% dan sisanya 73.7 % dipengaruhi oleh
faktor lain. Hasil uji signifikan (α) = 0,05 dan n = 15, dk = n – 2 = 15 – 2 = 13, didapatkan
T tabel sebesar 1,771. berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh T hitung lebih besar
dari T

tabel

atau -0,594 > -1,771 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

kelimpahan fitoplankton dengan zooplankton. Hasil dari perhitungan regresi diperoleh nilai
b sebesar 0,5632 dan nilai a sebesar 22590 sehingga bentuk persamaan regresinya adalah Y
= - 0,5632x + 22590. Hasil analisis hubungan kelimpahan fitoplankton dengan
zooplankton di lima belas titik pengamatan terdapat pada Grafik 1.

489

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Zooplankton (ind/L)

30.000
25.000
20.000
y = -0,563x + 22590
R² = 0,026

15.000
10.000

Fitoplankton

5.000
-

5.000

10.000

15.000

Fitoplankton (ind/L)

Gambar 8. Grafik Hubungan Kelimpahan Fitoplankton Dengan Zooplankton

PEMBAHASAN
Komposisi
Fitoplankton ditemukan tertinggi pada kelas Bacillariophyceae (diatom). Hal ini
disebabkan karena kelas Bacillariophyceae mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya dibandingkan dengan kelas lainnya dan mempunyai kemampuan bereproduksi
yang tinggi sehingga ditemukan melimpah di perairan laut. Nybakken (1992) ; Arinardi et
al., (1997) dan Lisa et al (2015) menyatakan bahwa, kelas Bacillariophyceae mampu
tumbuh dengan cepat meskipun pada kondisi cahaya dan nutrien yang rendah.
Zooplankton ditemukan tertinggi pada kelas Crustaceae. Hal ini disebabkan karena
crustaeae mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga ditemukan
melimpah disekitar lokasi pengambilan sampel. Crustaceae dari kelompok Copepoda yang
tergolong kedalam ordo Calanoidea dan Harpacticoida merupakan holoplankton yang
berukuran kecil dan mendominasi semua perairan laut (Nybakken 1992; Romimotarto dan
Juwana 2004 dan Dagg et al., 2014).
Kelimpahan
Kelimpahan fitoplankton di perairan pesisir Yapen Timur ditemukan tertinggi di
sebelah timur dan terendah di sebelah barat (Gambar 1). Hal ini diduga dipengaruhi oleh
tingginya nutrisi yang dihasilkan oleh sungai Kerenui yang melintasi daratan Desa Kerenui
dan bermuara di sebelah timur lokasi pengamatan. Luthfia (2013) menyatakan disekitar
muara sungai terdapat terdapat banyak nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) yang berasal dari
daratan yang dimanfaatkan oleh fitoplankton bagi pertumbuhannya. Adapun rendahnya
kelimpahan fitoplankton di sebelah barat diduga dipengaruhi oleh faktor pemangsaan. Hal
ini terlihat dari tingginya kelimpahan zooplankton di sebelah barat. Umar (2013)

490

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

menyatakan fitoplankton dan zooplankton memiliki kedekatan hubungan ekologis yaitu
pemangsaan (grazing). Penyebab perubahan populasi fitoplankton yang utama adalah
aktivitas pemangsaan yang intensif oleh zooplankton (Nontji, 2008).
Tingginya kelimpahan zooplankton di sebelah barat diduga dipengaruhi oleh waktu
pengambilan sampel pada sore hari Jam 16:00 – 18:0 WIT, pada waktu tersebut cahaya
matahari terhalang oleh gunung, adapun rendahnya zooplankton disebelah timur diduga
dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel pada pagi hari Jam 06:00 – 09:00 WIT, pada
waktu tersebut intensitas cahaya matahari sangat tinggi. Hal ini diduga mempengaruhi
distribusi zooplankton ke dasar perairan mengingat zooplankton memiliki sifat fototaksis
positif sehingga akan menghindari cahaya matahari yang tinggi. Distribusi secara vertikal,
zooplankton bergerak ke lapisan bawah untuk menghindari cahaya matahari pada siang
hari (Arinardi et. al., 1996).
Diversitas
Indeks keanekaragaman fitoplankton menunjukan tingkat Keanekaragaman dan
kestabilan komunitas serta tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang hingga tinggi,
sedangkan keanekaragaman zooplankton menunjukan tingkat

keanekaragaman serta

tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang. Nilai indeks keanekaragaman dan
keseragaman disebabkan karena habitat dan lingkungannya serta adanya dominansi dari
beberapa jenis. Besar nilai indeks keanekaragaman menunjukan adanya kaitannya dengan
kondisi lingkungan dengan musim pemijahan atapun faktor-faktor bio-fisika dan kimia
perairan disetiap titik pengambilan sampel. Menurut Pirzan dan Masak (2008), jika indeks
keanekaragaman dibawah 1 menunjukan komunitas tidak stabil, sedangkan bila indeks
keanekaragaman berkisar antara 1 – 3 menunjukan stabilitas komunitas berada pada
tingkat moderat (sedang) dan bila nilai indeks keanekaragaman lebih dari 3 menunjukan
stabilitas komunitas pada tingkat yang stabil (prima).
Indeks keseragaman fitoplankton menujukan tingkat keseragaman jumlah tiap jenis
tidak sama dan terdapat kecenderungan dominansi dalam komunitas fitoplankton. Indeks
keseragaman zooplankton menujukan tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama
dan terdapat kecenderungan dominansi dalam komunitas zooplankton. Indeks keseragaman
dianalisis guna mengetahui seberapa besar kesamaan jumlah penyebaran individu pada
komunitas baik pada tiap lokasi maupun musim. Indeks keseragaman yang mendekati 1
menunjukan keseragaman antara spesies tergolong merata sedangkan bila mendekati nol
menunjukan keseragaman antara spesies tergolong rendah (Fachrul, 2007).

491

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

Nilai indeks dominansi menunjukan dominansi suatu jenis tertentu disuatu ekosistem.
Indeks dominansi fitoplankton yang diperoleh menunjukan terdapat kecenderungan
dominansi genus fitoplankton, adapun genus fitoplankton yang ditemukan dominan yaitu
Nitzischia sp, Peridiniumsp dan Trichodesmium s pada kelas Bacillariophyceae. Indeks
dominansi

zooplankton

menunjukan

terdapat

kecenderungan

dominansi

genus

zooplankton, adapun genus zooplankton yang dominan yaitu Favella sp pada kelas
Polyhymenophorea, Corycaeus sp dan Clytemnestra sp pada kelas Crustaceae. Nilai indeks
dominansi mendekati 0 menunjukan tidak terdapat jenis yang mendominansi sedangkan
bila mendekati 1 menujukkan terdapat dominansi jenis dalam komunitas (Fachrul, 2008).
Hubungan Fitoplankton dan Zooplankton
Beradasarkan hasil analisis regresi linier diperoleh nilai korelasi ganda (R)
menunjukan hubungan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton memiliki hubungan yang
sangat rendah diperairan pesisir Yapen Timur. Siregar (2014) menyatakan bahwa,
interpretasi koefisien korelasi berkisar antara 0,00 – 0,199 = sangat rendah, 0,20 – 0,399 =
rendah, 0,40 – 0,599 = sedang, 0,60 – 0,799 = kuat dan 0,80 – 1,00 sangat kuat. Nilai
korelasi determinasi (R2) yang diperoleh (Grafik 1) menunjukan bahwa, pengaruh
kelimpahan fitoplankton oleh zooplankton lebih rendah dibandingkan dengan faktor lain
yang tidak diketahui. Pengaruh kelimpahan fitoplankton di lokasi pengamatan diduga
dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan. Nontji (2008) menyatakan bahwa, faktor
fisika dan kimia perairan yang mempengaruhi kelimpahan fitoplanlton adalah kecepatan
arus, suhu, intensitas cahaya, nitrat dan fosfat.
Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini
terlihat dari nilai Thitung yang diperoleh lebih besar dari Ttabel. Keberadaan fitoplankton dan
zooplankton pada perairan saling mempengaruhi yaitu zooplankton memanfaatkan
fitoplankton sebagai makanannya. Pada ekosistem perairan oseanik maupun pesisir
hubungan predator-prey, atau top-down, antara zooplankton dan fitoplankton menjadi
faktor interaksi biotik penting yang dapat mempengaruhi struktur komunitas keduanya.
Tekanan predasi dari zooplankton dapat mengurangi kelimpahan fitoplankton, dan
sebaliknya berkurangnya fitoplankton tentunya juga dapat menyebabkan penurunan
kelimpahan beberapa jenis zooplankton yang menjadi predatornya (Nybakken, 1992 dan
Nontji, 2008).

492

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1.

Perairan pesisir Yapen Timur memiliki rata-rata kelimpahan fitoplankton sebesar
16.391 ind/l dan zooplankton 11.006 ind/l;

2.

Keanekaragaman fitoplankton dan zooplankton dengan nilai rata – rata (2,74 dan
2,73) mengindikasikan kestabilan komunitas serta tekanan lingkungan berada
pada tingkat sedang (moderat);

3.

Pengaruh antara kelimpahan zooplankton terhadap fitoplankton secara linier
menunjukan pengaruh yang rendah dengan nilai koefisien korelasi sebesar 26,3
%, sedangkan 73,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam
penelitian ini.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Bapak Lisiard Dimara, M.Si atas bimbingan
dalam penyusunan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arinardi, Trimaningsih, Riyono dan E. Asnariyanti. 1997. Kisaran Kelimpahan dan
Komposisi Plankton di Perairan Kawasan Tengah Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.
Asriyana dan Yuliana, 2012. Produktivitas Perairan Fenomena (Red Tide) atau Kejadian
Perubahan di Permukaan Perairan secara dramatis diakibatkan oleh pertumbuhan
yang cepat (blooming) dari fitoplankton. PT Bumi Aksara. Jakarta.
APHA. 1998. Standar Method for Examination of Water and Wastewater. 20thed. New
York: American Public Health Association.
Dagg M.J., Jackson G.A., David M., Checkley Jr. 2014. The Distribution and Vertical Flux
of Fecal Pellets From Large Zooplankton in Monterey bay and Coastal California.
Louisiana Universities Marine Consortium,8124 Highway 56, Chauvin, LA 70344,
USA. Journal Science Direct :94, 72 – 86.
Effendia H., Mujizat K., Dea F.L., Mursalina dan Tri P. 2016. Distribution of
Phytoplankton Diversity and Abundance in Mahakam. Delta, East Kalimantan.
Jurnal Procedia Environmental Science Direct. 33, 496 – 504.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Graff R.J., Toby. K., Westberry., Allen.J, Milligan., MatthewB., Browna, Olmo G.D.,
Dongen-Vogels V., Kristen. M., Reifel., Michael J dan Behrenfeld. 2014. Analytical
phytoplankton Carbon Measurements Spanning Diverse Ecosystems. Oregon State
University, Department of Botany and Plant Pathology, 2082 Cordley Hall,
Corvallis, OR, UnitedStates. Journal Science Direct. 102, 16 – 25.
Hartoko, A., 2000. Teknologi Pemetaan Dinamis Sumber Daya Ikan Pelagis Melalui
Analisis Terpadu Karakter Oseanografi dan Data Satelit NOAA, Landsat_TM dan
SeaWIFS_GSFC di Perairan Laut Indonesia. Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi, Dewan Riset Nasional, Jakarta.

493

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

_______. 2013. Oceanographic Characters and Plankton Resources of Indonesia. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Hartoko, A and M. Helmi. 2004. Development of Digital Multilayer Ecological Model for
Padang Coastal Water (West Sumatera). Journal of Coastal Development. Vol 7.No
3 hal 129-136.
Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Universitas
Indonesia (UI-Press). Jakarta.
________________________. 2012. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia (UIPress). Jakarta.
Isnaini. Heron S., dan Riris A. 2014. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan
Sekitar Pulau Maspari, Ogan Komering Ilir. Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA,
Universitas Sriwijaya. Jurnal Maspari. 2 (1) 39 – 45.
Kruk M., Bożena J., Jabłońska-Barna I dan Agata R. 2016. How do Differences in The
Nutritional and Hydrological Background Influence Phytoplankton in The Vistula
Lagoon During a Hot Summer Day. Journal Omepage Science Direct. 71, 73 – 80.
Lisa R., Estepp., Euan D., Reavie. 2015. The Ecological History of Lake Ontario
According to Phytoplankton. Natural Resources Research Institute, University of
Minnesota Duluth, 5013 Miller Trunk Highway, Duluth, MN 55811, USA. Journal
of Great Lakes Science Direct. 41, 669 – 687.
Luthfia. 2013. Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Sungai Pulau Telo Kecamatan
Selat Kabupaten Kapuas. Wahana-Bio, 10:12-21.
Nontji. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI- Press). Jakarta.
Nybakken J.W. 1992. Biologi Laut. Gramedia. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, (diterjemakan oleh M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bangen,
M. Hutamo dan S. Sukarjo.
Pirzan, A.M . dan P.R.P. Masak. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton Dengan
Kualitas Air di Pulau Bauluang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Biodiversitas
Vol. 9 Nomer 3: 217-221.
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2004. Biota Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Siregar, S. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Usman, M.S,. J.D. Kusen dan J.R.T.S.L. Rimper. 2013. Struktur Komunitas Plankton di
Perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahas Utara. Pesisir dan Laut Tropis, 2(1):5157.

494

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Undip

611