Gambaran Penderita Lepra Di Kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua Periode 2011-2012.

(1)

iv ABSTRAK

GAMBARAN PENDERITA LEPRA DI KECAMATAN ANGKAISERA DAN YAPEN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN, PAPUA

PERIODE 2011 – 2012

Yudith S. Suthelie. 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,dr., M.H.

Indonesia menempati posisi ketiga di dunia dengan jumlah penderita lepra tertinggi setelah India dan Brazil. Pada tahun 2011 terdapat 20.023 kasus lepra dan sebanyak 17.980 kasus baru pada tahun 2012. Di Papua terdapat 1.290 kasus baru pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penderita kusta di Kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan pada tahun 2011 – 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan cara mengumpulkan data penderita kusta di Puskesmas Menawi dan Serui Kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 59 kasus dengan 28,8% kontak positif di Puskesmas Menawi dan 188 kasus dengan 11,2% kontak positif di Puskesmas Serui Kota dan lebih sering menyerang kelompok usia diatas 15 tahun penderita laki-laki. Gejala klinik yang terbanyak di dapatkan pada penderita adalah makula. Penemuan kasus terbanyak adalah dengan cara penemuan aktif.

Simpulan hasil penelitian yaitu terdapat 59 kasus di Puskesmas Menawi, 188 kasus di Puskesmas Serui Kota. Penderita banyak didapatkan laki-laki dengan rentang usia diatas 15 tahun. Keluhan tersering adalah makula. Kontak positif merupakan cara penularan pada kusta dan cara penemuan aktif lebih sering didapatkan.


(2)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

A DESCRIPTION OF LEPROSY PATIENT AT ANGKAISERA AND SOUTH YAPEN SUB – DISTRICT IN YAPEN ISLAND, PAPUA

PERIOD 2011 – 21012

Yudith S. Suthelie. 2013. 1 st Tutor : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. 2nd Tutor: Budi Widyarto Lana,dr., M.H.

Prevalency of leprosy patient in the world at Indonesia are in the 3rd potition after India and Brazil. In 2011 there are 20.023 cases of leprosy. In 2012 there are 17.980 new cases. In 2011 there are 1.290 new cases at Papua. The purpose of the research is to know the description of patient leprosy in Angkaisera and South Yapen sub – district at Yapen Island 2011 – 2012.

This research is a descriptive survey and the research materials was based on the data of medical record of the leprosy patient at Menawi and Serui City community health Center.

The results of this research has shown there was 59 cases with 28.8% positif contact at Menawi health center and 188 cases with 11.2% positif contact at Serui City health center. The percentation of male patient are around more than 15 ages, and manifestation clinic on leprosy is macula. Positif contact is the reason of increasing contamination cases and the way to know the cases is by active founding.

The conclusion of this research there was 59 cases at Menawi health center and 188 cases at Serui city health center. The percentation of male patient are around more than 15 ages, and manifestation clinic on leprosy is macula. Positif contact is the reason of increasing contamination cases and the way to know the cases is by active founding.


(3)

vi DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Akademis ... 2

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Lepra ... 4

2.2 Epidemiologi Penyakit Lepra... 5

2.2.1 Epidemiologi Penyakit Lepra di Dunia ... 5

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Lepra di Indonesia ... 6

2.2.3 Epidemiologi Penyakit Lepra di Provinsi Papua ... 6

2.3 Mikrobiologi Mycobakterium leprae ... 7


(4)

vii

Universitas Kristen Maranatha

2.5 Patogenesis Lepra ... 9

2.6 Gejala Klinik Penyakit Lepra ... 13

2.7 Diagnosis Penyakit Lepra ... 14

2.7.1 Diagnosis Klinis ... 15

2.7.2 Pemeriksaan Bakteriologis ... 17

2.7.3 Pemeriksaan Histopatologis ... 18

2.8 Penatalaksanaan ... 19

2.9 Reaksi Lepra ... 21

2.9.1 Reaksi Lepra Tipe I ... 21

2.9.2 Reaksi Lepra Tipe II ... 22

2.10 Pencegahan dan Pemberantasan Lepra ... 23

BAB III BAHAN SUBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Sampel Penelitian ... 24

3.1.1 Bahan Penelitian... 24

3.1.2 Sampel Penelitian ... 24

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2 Metode Penelitian... 24

3.2.1 Desain Penelitian ... 24

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 25

3.2.3 Prosedur Kerja ... 25

3.2.4 Cara Pemeriksaan ... 25

3.2.5 Definisi Operasional... 25

3.2.6 Rencanan Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Kepulauan Yapen ... 27

4.2. Hasil dan Pembahasan... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 39


(5)

viii

5.2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43


(6)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Kecacatan Fisik Penderita Lepra ... 17

Tabel 2.2 Gejala Klinik Lepra Tipe PB dan Tipe MB ... 19

Tabel 2.3 Manifestasi Reaksi Lepra Tipe 1 ... 21

Tabel 2.4 Manifestasi Reaksi Lepra Tipe 2 ... 22

Tabel 4.1 Jumlah Kasus Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota 2011 – 2012 ... 28

Tabel 4.2 Jumlah Penderita Lepra yang Melakukan Pemeriksaan Bakteriologis di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota ... 29

Tabel 4.3 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Tahun Usia ... 30

Tabel 4.4 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 4.5 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Manifestasi Klinik ... 32

Tabel 4,6 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Riwayat Munculnya Penyakit ... 33

Tabel 4,7 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Derajat Kecacatan Fisik ... 34

Tabel 4.8 Jumlah Penderita Lepra yang Terdaftar Dalam Pengobatan MDT di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota ... 35

Tabel 4.9 Jumlah Penderita Lepra yang Masih Terdaftar MDT di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota ... 36

Tabel 4.10 Jumlah Penderita Lepra yang Putus Pengobatan di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota ... 37


(7)

x

Tabel 4.11 Cara Penemuan Kasus Baru Penderita Lepra di

Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota ... 38 Tabel 4.12 Jumlah Riwayat Kontak Serumah Penderita Lepra di


(8)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Penyebaran Lepra di Dunia ... 5

Gambar 2.2 Mycobakterium leprae Pewarnaan Ziehl Nielsen ... 7

Gambar 2.3 Patogenesis Lepra ... 11


(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 43 Lampiran 2 Data Olah Rekam Medik Puskesmas Menawi ... 44 Lampiran 3 Data Olah Rekam Medik Puskesmas Serui Kota ... 46


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lepra (leprosy) adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2011 WHO menyatakan prevalensi penderita lepra dari 105 negara sebanyak 192.246 kasus (WHO, 2011). Negara dengan prevalensi lepra terbanyak adalah India dengan 87.190 kasus, disusul Brasil 38.179 kasus dan Indonesia 21.023 kasus dengan kecacatan tingkat 2 (cacat yang kelihatan) sebanyak 2.025 (10,1%) kasus (Depkes RI, 2013). Pada tahun 2012 menurut WHO terdapat 219.000 kasus baru dengan terdapat 182.000 kasus di Asia Afrika (WHO, 2012).

Indonesia menempati posisi ke-3 di dunia setelah India dan Brazil (Depkes, 2013). Pada tahun 2011 tercatat 20.023 kasus dengan presentase 8,03/100.000 penduduk (Depkes RI, 2012). Berdasarkan data epidemiologi, jumlah kasus baru pada tahun 2012, sebanyak 17.980 kasus, untuk cacat tingkat 2 (cacat yang terlihat) sebesar 0,85/100.000 penduduk serta jumlah kasus baru anak <15 tahun pada 2012 adalah sebesar 1.959 (10,9%) dari total kasus baru (Depkes RI, 2012).

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Papua merupakan provinsi dengan prevalensi lepra tertinggi (Kemenkes RI, 2011). Dalam profil data kesehatan Indonesia tahun 2011, tercatat penemuan kasus baru penderita lepra tahun 2011 di Papua sebanyak 1.290 orang. Sebanyak 12 orang dewasa (0.93%) dan 311 anak berusia 0 – 14 tahun (24,11%) dengan kecacatan lepra tingkat dua (Depkes RI, 2012).

Kabupaten Kepulauan Yapen adalah salah satu kabupaten di Papua dengan angka penderita lepra yang tinggi, dan Kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan merupakan tempat dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten Kepulauan Yapen. Kurangnya pendataan yang baik mendorong penelitian ini untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita lepra di Kecamatan Angkaisera danYapen Selatan Kabupaten Kepulauan Yapen.


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berapakah angka kejadian lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

2. Bagaimanakah gambaran penderita berdasarkan usia di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

3. Bagaimanakah gambaran penderita berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

4. Apakah 3 gejala klinik yang sering terjadi pada penyakit lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

5. Bagaimanakah gambaran penderita berdasarkan derajat kecacatan fisik di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

6. Bagaimanakah gambaran penderita berdasarkan riwayat pengobatan di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

7. Bagaimanakah gambaran penderita berdasarkan cara penemuan kasus baru dan riwayat kontak serumah di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota dari tahun 2011 sampai 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita lepra di kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan Kabupaten KepulauanYapen selama tahun 2011-2012.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini untuk menunjukkan angka kejadian dan gambaran penderita lepra dari tahun 2011-2012 di kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan Kabupaten KepulauanYapen.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini untuk membantu Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota serta Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen yakni dengan memberikan hasil penelitian ini sebagai pendataan angka kejadian dan gambaran penderita lepra dari tahun 2011-2012 di kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan.

1.5 Landasan Teori

Lepra adalah suatu penyakit kulit menular menahun yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Serangan bakteri yang berbentuk batang ini biasanya pada kulit, saraf tepi, mata, selaput lendir hidung, otot, tulang dan buah zakar (Depkes RI, 2007). Lepra di kenal sebagai “The Great Imitator” (pemalsu yang ulung) karena manifestasi penyakitnya sulit di bedakan dengan penyakit kulit atau penyakit saraf lain, misalnya penyakit jamur (Kunoli, Firdaus J, 2013). Papua merupakan provinsi ketiga dengan jumlah penderita lepra terbanyak setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Kemenkes RI, 2011). Dalam profil data kesehatan Indonesia tahun 2011, tercatat penemuan kasus baru penderita lepra tahun 2011 di Papua sebanyak 1.290 orang. Sebanyak 12 orang dewasa (0.93%) dan 311 anak berusia 0 – 14 tahun (24,11%) dengan kecacatan lepra tingkat dua (Depkes RI, 2012).

Pada umumnya penyakit lepra dapat mengenai semua usia baik laki – laki maupun perempuan, anak – anak di bawah usia 15 tahun lebih rentan dari usia dewasa untuk terkena lepra (Smith, 2013). Ada 3 tanda kardinal yang dapat menetapkan diagnosis penyakit lepra yaitu : Lesi kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang di sertai dengan gangguan fungsi saraf dan adanya bakteri tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (Kosasih A, 2002). WHO merekomendasikan regimen Multi Drug Teraphy (MDT) sebagai pengobatan lepra (Kemenkes RI, 2011).


(13)

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 59 kasus baru dengan diagnosis kusta di Puskesmas Menawi, kecematan Angkaisera dan 188 kasus baru di Puskesmas Serui Kota, kecamatan Yapen Selatan, Kabupaten Kepulauan Yapen tahun 2011 - 2012. Kusta tipe PB adalah tipe kusta terbanyak baik di Puskesmas Menawi (59,3%) maupun di Puskesmas Serui Kota (69,7%).

2. Kelompok usia diatas 15 tahun merupakan insidensi tertinggi pada kusta baik di Puskesmas Menawi (64,4%) maupun di Puskesmas Serui Kota (57,9%). 3. Laki – laki merupakan jenis kelamin dengan insidensi tertinggi pada kusta

baik di Puskesmas Menawi (62,7%) maupun di Puskesmas Serui Kota (52,7%).

4. Gejala klinik kusta terbanyak di Puskesmas Menawi adalah makula (38,9%), infiltrat difus (38,9%), hipoanestesia (32,2%) sedangkan di Puskesmas Serui Kota makula (43,6%), hipopigmentasi (35,6%) dan hipoanestesia (34,6%). 5. Derajat kecacatan fisik yang di temukan adalah derajat 2 yang kelihatan baik

di Puskesmas Menawi (1,7%) maupun di Puskesmas Serui Kota (1,1%).

6. Program pengobatan MDT yang terbanyak adalah pengobatan kusta tipe PB baik di Puskesmas Menawi (56,5%) maupun di Puskesmas Serui Kota (69,6%).

7. Kontak serumah merupakan riwayat penularan kusta baik di Puskesmas Menawi (28,8%) maupun di Puskesmas Serui Kota (11,2%). Cara penemuan kasus baru kusta terbanyak adalah sukarela baik di Puskesmas Menawi (18,6%) maupun di Puskesmas Serui Kota (26,6%).


(14)

40

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

− Tenaga paramedik dan medis di Puskesmas Menawi dan Serui Kota agar menuliskan data penderita kusta lebih lengkap dan lebih baik lagi.

− Laboratorium di Puskesmas Menawi dan Serui Kota sebaiknya di lengkapi dengan alat pemeriksaan bakteriologis sehingga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan pemantauan pengobatan.

− Diperlukan adanya pendataan penderita kusta di Kabupaten Kepulauan Yapen yang lebih baik lagi sehingga memudahkan untuk mengetahui data dari penderita kusta yang ada.

− Dalam penulisan data usia pemderita sebaiknya lebih di jabarkan secara spesifik.


(15)

GAMBARAN PENDERITA LEPRA

DI KECAMATAN ANGKAISERA DAN YAPEN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN, PAPUA

PERIODE 2011 – 2012

*Yudith Septiani Suthelie, **July Ivone, ***Budi Widyarto Lana *Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

**Bagian Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung ***Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha, Bandung

Fakkultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl.Prof. Drg. Suria Sumantri No.65, Bandung

ABSTRAK

Indonesia menempati posisi ketiga di dunia dengan jumlah penderita lepra tertinggi setelah India dan Brazil. Pada tahun 2011 terdapat 20.023 kasus lepra dan sebanyak 17.980 kasus baru pada tahun 2012. Di Papua terdapat 1.290 kasus baru pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penderita kusta di Kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan pada tahun 2011 – 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan cara mengumpulkan data penderita kusta di Puskesmas Menawi dan Serui Kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 59 kasus dengan 28,8% kontak positif di Puskesmas Menawi dan 188 kasus dengan 11,2% kontak positif di Puskesmas Serui Kota dan lebih sering menyerang kelompok usia diatas 15 tahun penderita laki-laki. Gejala klinik yang terbanyak di dapatkan pada penderita adalah makula. Penemuan kasus terbanyak adalah dengan cara penemuan aktif.

Simpulan hasil penelitian yaitu terdapat 59 kasus di Puskesmas Menawi, 188 kasus di Puskesmas Serui Kota. Penderita banyak didapatkan laki-laki dengan rentang usia diatas 15 tahun. Keluhan tersering adalah makula. Kontak positif merupakan cara penularan pada kusta dan cara penemuan aktif lebih sering didapatkan.

Kata kunci: gambaran penderita lepra, Puskesmas Menawi, Puskesmas Serui Kota.

ABSTRACT

Prevalency of leprosy patient in the world at Indonesia are in the 3rd potition after India

and Brazil. In 2011 there are 20.023 cases of leprosy. In 2012 there are 17.980 new cases. In 2011 there are 1.290 new cases at Papua. The purpose of the research is to know the description of patient leprosy in Angkaisera and South Yapen sub – district at Yapen Island 2011 – 2012.

This research is a descriptive survey and the research materials was based on the data of medical record of the leprosy patient at Menawi and Serui City community health Center.

The results of this research has shown there was 59 cases with 28.8% positif contact at Menawi health center and 188 cases with 11.2% positif contact at Serui City health center. The percentation of male patient are around more than 15 ages, and manifestation clinic on leprosy is macula. Positif contact is the reason of increasing contamination cases and the way to know the cases is by active founding.

The conclusion of this research there was 59 cases at Menawi health center and 188 cases at Serui city health center. The percentation of male patient are around more than 15 ages, and manifestation clinic on leprosy is macula. Positif contact is the reason of increasing contamination cases and the way to know the cases is by active founding.


(16)

PENDAHULUAN

Lepra (leprosy) adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainny2. WHO menyatakan

prevalensi penderita lepra dari 105 negara sebanyak 192.246 kasus. Pada tahun 2012 menurut WHO terdapat 219.000 kasus baru lepra4.

Indonesia menempati posisi ke-3 di dunia setelah India dan Brazil. Pada tahun 2011 tercatat 20.023 kasus dengan presentase 8,03/100.000 penduduk. Pada tahun 2012, sebanyak 17.980 kasus baru, untuk cacat tingkat 2 (cacat yang terlihat) 0,85/100.000 penduduk, jumlah kasus baru anak <15 1.959 (10,9%) dari total kasus baru1.

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Papua merupakan provinsi dengan prevalensi lepra tertinggi. Pada tahun 2011 di Papua sebanyak 1.290 orang, 12 orang dewasa (0.93%) dan 311 anak berusia 0–14 tahun (24,11%) dengan kecacatan lepra tingkat dua1.

Kabupaten Kepulauan Yapen adalah salah satu kabupaten di Papua dengan angka penderita lepra yang tinggi, dan Kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan merupakan tempat dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten Kepulauan Yapen. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita lepra di Kecamatan Angkaisera danYapen Selatan Kabupaten Kepulauan Yapen.

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan metode deskriptif retrospektif. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data kejadian lepra di Puskesmas Menawi, Kecamatan Angkaisera dan Puskesmas Serui Kota, Kecamatan Yapen Selatan padatahun 2011-2012 untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita.

CARA PEMERIKSAAN

Data yang telah terkumpul dari rekam medik dicatat dan disajikan dalam bentuk tabel dengan format jumlah dan perhitungan secara persentase.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang diambil dari bagian rekam medik di Puskesmas Menawi, Kecamatan Angkaisera didapatkan 59 kasus. Pada Puskesmas Serui Kota didapatkan 188 kasus. Data diolah berdasarkan gambaran usia, jenis kelamin, 3 gejala klinik tertinggi, derajat kecacatan, riwayat pengobatan, cara penemuan kasus, riwayat kontak serumah.

Tabel 4.1 Jumlah Kasus Penderita Lepra Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota 2011 – 2012

Tipe lepra

Menawi (%) Serui kota

(%)

PB 35 59,3 131 69,7

MB 24 40,7 57 30,3

Total 59 100,0 188 100,0

*PB = lepra tipe I, TT, BT dengan BTA negatif.

*MB = lepra tipe LL, BL, BB dengan BTA positif.

Berdasarkan data diatas didapatkan tipe lepra pada penderita di Puskesmas Menawi dan Puskesmas serui Kota adalah tipe PB.

Tabel 4.3 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Tahun Usia

Usia (tahun)

Menawi (%) Serui kota

(%)

< 15 21 35,6 79 42,0 > 15 38 64,4 109 57,9 Berdasarkan data gambaran usia penderita diatas didapatkan penderita berusia diatas 15 tahun lebih tinggi, 64,4% di Puskesmas Menawi dan 57,9% di Puskesmas Serui Kota.


(17)

Tabel 4.4 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Menawi (%) Serui kota

(%)

Laki - laki 37 62,7 99 52,7

perempuan 22 37,3 89 47,3

Berdasarkan data gambaran jenis kelamin penderita terbanyak didapatkan pada laki-laki, 62,7% di Puskesmas Menawi dan 52,7% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.5 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Manifestasi Klinik

Gejala klinik Menawi (%) Serui

kota (%)

Hipopigmentasi 19 32,2 67 35,6

Hipoanestesia 21 35,6 65 34,6

Makula 23 38,9 82 43,6

Infiltrat difus 23 38,9 21 11,2

Plak 3 5,1 46 24,5

Nodulus 4 6,7 13 6,9

Penebalan saraf 3 5,1 9 4,8

Ulkus 13 22,0 14 7,4

Kontraktur 2 3,3 0 0

Drop 1 1,7 0 0

Mutilasi 0 0 2 1,1

Atropi otot 0 0 2 1,1

Berdasarkan data gambaran manifestasi klinik penderita didapatkan 38,9% makula, 38,9% infiltrate difus, 35,6% hipoanestesia di Puskesmas Menawi dan 43,6% makula, 34,6% hipoanestesi, 35,6% hipopigmentasi di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.7 Jumlah Penderita Lepra di Puskesama Menawi dan Serui Kota Berdasarkan Derajat Kecacatan Fisik

Derajat kecacatan

Menawi (%) Serui

kota (%)

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

2 1 1,7 2 1,1

Berdasarkan data gambaran derajat kecacatan fisik penderita didapatkan derajat kecacatan 2 tertinggi, 1,7% di Puskesmas Menawi dan 1,1% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.8 Jumlah Penderita Lepra yang Terdaftar dalam Pengobatan MDT di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota

Tipe lepra

Menawi (%) Serui kota

(%)

PB 35 56,5 131 69,6

MB 27 43,5 57 30,3

Total 62 100,0 188 100,0

*PB = lepra tipe I, TT, BT dengan BTA negatif.

*MB = lepra tipe LL, BL, BB dengan BTA positif.

Berdasarkan data gambaran pengobatan didapatkan tipe pengobatan PB lebih tinggi, 56,5% di Puskesmas Menawi dan 69,6% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.11 Cara Penemuan Kasus Baru Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota

Cara penemuan

Menawi (%) Serui kota

(%)

Pemberitahuan 7 11,7 42 22,3 Sukarela 11 18,6 50 26,6

Survei kontak 4 6,8 4 2,1

Chase survey 0 0 6 3,2

Survai lain 0 0 6 3,2

Pindah 0 0 2 1,1

Berdasarkan data gambaran cara penemuan kasus didapatkan cara penemuan sukarela (aktif) lebih tinggi, 11,7% di Puskesmas Menawi dan 22,3% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.12 Jumlah Riwayat Kontak Serumah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota

Riwayat kontak

Menawi (%) Serui

kota (%)

Positif 17 28,8 21 11,2


(18)

Berdasarkan data riwayat kontak penderita didapatkan kontak positif lebih tinggi, 28,8% di Puskesmas Menawi dan 11,2% di Puskesmas Serui Kota.

PEMBAHASAN

Data yang didapatkan menunjukkan di Puskesmas Menawi, Kecamatan Angkaisera terdapat 59 kasus baru dan 188 kasus baru di Puskesmas Serui Kota tahun 2011-2012.

Pada gambaran usia penderita didapatkan usia diatas 15 tahun lebih tinggi daripada

usia di bawah 15 tahun. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena Risiko paparan paling rendah terjadi pada umur 0 – 14 tahun dan meningkat pada umur 15 – 50 tahun dan menurun lagi pada umur > 50 tahun3.

Dari data gambaran jenis kelamin penderita di dapatkan penderita laki-laki lebih tinggi. Hal ini kemungkinan karena sitem kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi pada perempuan lebih baik daripada laki-laki. Selain itu, kemungkinan

disebabkan oleh pada perempuan kurang

kontak dengan masyarakat sehingga risiko tertular lepra lebih rendah.

Manifestasi klinik yang sering di jumpai di Puskesmas Menawi adalah makula, infiltrat difus, hipoanestesi. Pada Puskesmas Serui Kota yang sering dijumpai adalah makula, hipoanestesi, hipopigmentasi. Manifestasi klinik tersebut merupakan manifestasi lesi kulit yang merupakan salah satu dari 3 gejala utama lepra. Di temukan salah satu dari 3 gejala utama tersebut, seseorang dapat di diagnosis menderita lepra.

Lepra dapat menyebabkan kecacatan fisik pada seseorang, kecacatan tersebut dapat terlihat pada tangan, kaki, dan mata. Dari data di atas di dapatkan derajat kecacatan 2 lebih tinggi daripada derajat kecacatan 0 atau 1. Derajat kecacatan 2 menunjukan adanya kelainan anatomis dari organ pada penderita yang bersangkutan.

Pengobatan lepra digunakan regimen MDT yang terdiri dari MB dan

PB. Pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota di dapatkan MDT tipe PB lebih tinggi daripada tipe MB. Hal ini disebabkan oleh penderita lepra tipe PB lebih banyak di temukan daripada tipe PB. Regimen MDT tipe PB di minum selama 6-9 bulan.

Cara penemuan kasus baru lepra terdiri dari aktif (sukarela) dan pasif (survai). Di dapatkan cara penemuan aktif (sukarela) lebih tinggi daripada cara penemuan pasif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan tenanga kesehatan dalam melakukan cara penemuan kasus secara pasif.

Pada gambaran riwayat kontak ditemukan riwayat kontak dengan kondisi positif lepra lebih tinggi daripada riwayat kotak yang telah RFT atau penderita lepra yang tidak memiliki riwayat kontak. Hal ini menunjukkan adanya peran kontak dalam cara penularan lepra.

SIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan penelitian maka dapat di tarik simpulan :

1. Angka kejadian lepra pada

Puskesmas Menawi adalah 59 kasus. Pada Puskesmas Serui Kota didapatkan 188 kasus.

2. Penderita lepra dengan usia diatas 15 tahun lebih banyak di jumpai pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota.

3. Penderita lepra pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota lebih banyak terdapat pada laki-laki. 4. Makula, infiltrat difus, hipoanestesi,

dan hipopigmentasi adalah manifestasi klinik yang sering di jumpai pada penderita lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas serui Kota.

5. Derajat kecacatan fisik 2 merupakan kecacatan fisik yang terdapat pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota.

6. Regimen MDT tipe PB merupakan regimen pengobatan yang banyak di


(19)

dapatkan pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota.

7. Cara penemuan aktif merupakan cara penemuan yang di jumpai pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota. Kontak penderita lepra positif menunjukkan adanya peran kontak dengan cara penularan lepra.

SARAN

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Tenaga paramedik dan medis di Puskesmas Menawi dan Serui Kota agar menuliskan data penderita kusta lebih lengkap dan lebih baik lagi.

2. Diperlukan adanya pendataan penderita kusta di Kabupaten Kepulauan Yapen yang lebih baik lagi sehingga memudahkan untuk mengetahui data dari penderita kusta yang ada.

3. Dalam penulisan data usia pemderita sebaiknya lebih di jabarkan secara spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

1. DEPKES. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.

www.depkes.go.id/profil_data _kesehatan_indonesia_tahun_20 11.pdf

2. DEPKES. 2013. Hapus Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta.

www.depkes.go.id/index.php?

vw=2&id=2240. pada tanggal 19

September 2012.

3. Rambey, Muhamad Amri. 2012.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Cacat Tingkat 2 pada Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan Tahun 2011 – 2012.

http://lontar.ui.ac.id/file?=digi

tal/20300659-F50348.

Universitas Indonesia. p : 10 – 33, 49 – 77. pada 22 Juni 2012. 4. WHO. 2012. Prevalence of

Leprosy.

www.who.int/entity/lep/situat

ion/en/-21k.


(20)

41

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan Stastistik. 2012. Geografis Kabupaten Kepulauan Yapen. Serui : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen. pada Oktober 2012. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di

Puskesmas. www.depkes.go,id/downloads/doen_2008/puskesmas_pdf

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Kusta dan Frambusia Penyakit Terabaikan. www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1188. pada tanggal 19 September 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. www.depkes.go.id/profil_data_kesehatan_indonesia_tahun_2011.pdf

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2012. Penanganan NTD merupakan Hak Asasi Manusia. www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2065. pada tanggal 19 September 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hapus Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2240. pada tanggal 19 September 2012.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen. 2012. Penyebaran Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Yapen. Serui : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen. pada Oktober 2012

Hasan, Fraud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. p : 1526, 579.

Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. p: 335 – 336.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Menkes Canangkan Tahun

Pencegahan Cacat Akibat Kusta. www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1391. pada tanggal 26 Febuari 2012.

Kosasih, A. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Kedokteran Universitas Indonesia. p : 63 – 74.

Kunoli, Firdaus J. 2013. Pengantar Eoidemiologi Penyakit Menular untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Trans Info Media. p : 61 – 65.


(21)

42

Mahanata, Dian. 2012. Kusta. http://dinkes.tabalangkab.go,id/2012/04/05/kusta Norlatifah. 2010. Hubungan Kondisi Fisik Rumah, Sarana Air Berssih dan

Karakteristik Masyarakat dengan Kejadian Kusta di Kabupaten Kepulauan

Tapin Kalimantan Selatan.

http://journal.uad.ac.id/index.php/kesmas/article/.../600. Kesmas vol 4 no. 3. p : 191 – 193. pada 3 September 2010.

Powell, Dwight. A. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. p : 1046 – 1050. Rambey, Muhamad Amri. 2012. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian

Cacat Tingkat 2 pada Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan Tahun 2011 – 2012. http://lontar.ui.ac.id/file?=digital/20300659-F50348. Universitas Indonesia. p : 10 – 33, 49 – 77. pada 22 Juni 2012.

Smith, Scott Darvin. 2013. Leprosy.

http://emedicine.medscape.com/article/220455-overview. pada 13 Febuari 2013.

World Health Organisation. 2011. Leprosy : Global Situation. www.who.int.entity/lep/situation/en/-22k.

World Health Organisation. 2011. World Health Statistics. www.who.int/gho/publication/world_health_statistic/En_WHO2013.full.pdf World Health Organisation. 2012. Prevalence of Leprosy.

www.who.int/entity/lep/situation/en/-21k.

World Health Organisation. 2012. Leprosy.


(1)

PENDAHULUAN

Lepra (leprosy) adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainny2. WHO menyatakan prevalensi penderita lepra dari 105 negara sebanyak 192.246 kasus. Pada tahun 2012 menurut WHO terdapat 219.000 kasus baru lepra4.

Indonesia menempati posisi ke-3 di dunia setelah India dan Brazil. Pada tahun 2011 tercatat 20.023 kasus dengan presentase 8,03/100.000 penduduk. Pada tahun 2012, sebanyak 17.980 kasus baru, untuk cacat tingkat 2 (cacat yang terlihat) 0,85/100.000 penduduk, jumlah kasus baru anak <15 1.959 (10,9%) dari total kasus baru1.

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Papua merupakan provinsi dengan prevalensi lepra tertinggi. Pada tahun 2011 di Papua sebanyak 1.290 orang, 12 orang dewasa (0.93%) dan 311 anak berusia 0–14 tahun (24,11%) dengan kecacatan lepra tingkat dua1.

Kabupaten Kepulauan Yapen adalah salah satu kabupaten di Papua dengan angka penderita lepra yang tinggi, dan Kecamatan Angkaisera dan Yapen Selatan merupakan tempat dengan prevalensi tertinggi di Kabupaten Kepulauan Yapen. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita lepra di Kecamatan Angkaisera danYapen Selatan Kabupaten Kepulauan Yapen.

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan metode deskriptif retrospektif. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data kejadian lepra di Puskesmas Menawi, Kecamatan Angkaisera dan Puskesmas Serui Kota, Kecamatan Yapen Selatan padatahun 2011-2012 untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita.

CARA PEMERIKSAAN

Data yang telah terkumpul dari rekam medik dicatat dan disajikan dalam bentuk tabel dengan format jumlah dan perhitungan secara persentase.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang diambil dari bagian rekam medik di Puskesmas Menawi, Kecamatan Angkaisera didapatkan 59 kasus

.

Pada Puskesmas Serui Kota didapatkan 188 kasus. Data diolah berdasarkan gambaran usia, jenis kelamin, 3 gejala klinik tertinggi, derajat kecacatan, riwayat pengobatan, cara penemuan kasus, riwayat kontak serumah.

Tabel 4.1 Jumlah Kasus Penderita Lepra Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota 2011 – 2012

Tipe lepra

Menawi (%) Serui kota

(%)

PB 35 59,3 131 69,7 MB 24 40,7 57 30,3 Total 59 100,0 188 100,0

*PB = lepra tipe I, TT, BT dengan BTA negatif.

*MB = lepra tipe LL, BL, BB dengan BTA positif.

Berdasarkan data diatas didapatkan tipe lepra pada penderita di Puskesmas Menawi dan Puskesmas serui Kota adalah tipe PB.

Tabel 4.3 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Tahun Usia

Usia (tahun)

Menawi (%) Serui kota

(%)

< 15 21 35,6 79 42,0 > 15 38 64,4 109 57,9

Berdasarkan data gambaran usia penderita diatas didapatkan penderita berusia diatas 15 tahun lebih tinggi, 64,4% di Puskesmas Menawi dan 57,9% di Puskesmas Serui Kota.


(2)

Tabel 4.4 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Menawi (%) Serui kota

(%)

Laki - laki 37 62,7 99 52,7 perempuan 22 37,3 89 47,3

Berdasarkan data gambaran jenis kelamin penderita terbanyak didapatkan pada laki-laki, 62,7% di Puskesmas Menawi dan 52,7% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.5 Jumlah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota Berdasarkan Manifestasi Klinik

Gejala klinik Menawi (%) Serui kota

(%)

Hipopigmentasi 19 32,2 67 35,6 Hipoanestesia 21 35,6 65 34,6

Makula 23 38,9 82 43,6

Infiltrat difus 23 38,9 21 11,2

Plak 3 5,1 46 24,5

Nodulus 4 6,7 13 6,9

Penebalan saraf 3 5,1 9 4,8

Ulkus 13 22,0 14 7,4

Kontraktur 2 3,3 0 0

Drop 1 1,7 0 0

Mutilasi 0 0 2 1,1

Atropi otot 0 0 2 1,1

Berdasarkan data gambaran manifestasi klinik penderita didapatkan 38,9% makula, 38,9% infiltrate difus, 35,6% hipoanestesia di Puskesmas Menawi dan 43,6% makula, 34,6% hipoanestesi, 35,6% hipopigmentasi di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.7 Jumlah Penderita Lepra di Puskesama Menawi dan Serui Kota Berdasarkan Derajat Kecacatan Fisik

Derajat kecacatan

Menawi (%) Serui kota

(%)

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

2 1 1,7 2 1,1

Berdasarkan data gambaran derajat kecacatan fisik penderita didapatkan derajat kecacatan 2 tertinggi, 1,7% di Puskesmas Menawi dan 1,1% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.8 Jumlah Penderita Lepra yang Terdaftar dalam Pengobatan MDT di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota

Tipe lepra

Menawi (%) Serui kota

(%)

PB 35 56,5 131 69,6 MB 27 43,5 57 30,3 Total 62 100,0 188 100,0

*PB = lepra tipe I, TT, BT dengan BTA negatif.

*MB = lepra tipe LL, BL, BB dengan BTA positif.

Berdasarkan data gambaran pengobatan didapatkan tipe pengobatan PB lebih tinggi, 56,5% di Puskesmas Menawi dan 69,6% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.11 Cara Penemuan Kasus Baru Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota

Cara penemuan

Menawi (%) Serui kota

(%)

Pemberitahuan 7 11,7 42 22,3 Sukarela 11 18,6 50 26,6 Survei kontak 4 6,8 4 2,1 Chase survey 0 0 6 3,2 Survai lain 0 0 6 3,2

Pindah 0 0 2 1,1

Berdasarkan data gambaran cara penemuan kasus didapatkan cara penemuan sukarela (aktif) lebih tinggi, 11,7% di Puskesmas Menawi dan 22,3% di Puskesmas Serui Kota.

Tabel 4.12 Jumlah Riwayat Kontak Serumah Penderita Lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota

Riwayat kontak

Menawi (%) Serui kota

(%)

Positif 17 28,8 21 11,2


(3)

Berdasarkan data riwayat kontak penderita didapatkan kontak positif lebih tinggi, 28,8% di Puskesmas Menawi dan 11,2% di Puskesmas Serui Kota.

PEMBAHASAN

Data yang didapatkan menunjukkan di Puskesmas Menawi, Kecamatan Angkaisera terdapat 59 kasus baru dan 188 kasus baru di Puskesmas Serui Kota tahun 2011-2012

.

Pada gambaran usia penderita didapatkan usia diatas 15 tahun lebih tinggi daripada usia di bawah 15 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena Risiko paparan paling rendah terjadi pada umur 0 – 14 tahun dan meningkat pada umur 15 – 50 tahun dan menurun lagi pada umur > 50 tahun3

.

Dari data gambaran jenis kelamin penderita di dapatkan penderita laki-laki lebih tinggi. Hal ini kemungkinan karena sitem kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi pada perempuan lebih baik daripada laki-laki. Selain itu, kemungkinan disebabkan oleh pada perempuan kurang kontak dengan masyarakat sehingga risiko tertular lepra lebih rendah.

Manifestasi klinik yang sering di jumpai di Puskesmas Menawi adalah makula, infiltrat difus, hipoanestesi. Pada Puskesmas Serui Kota yang sering dijumpai adalah makula, hipoanestesi, hipopigmentasi. Manifestasi klinik tersebut merupakan manifestasi lesi kulit yang merupakan salah satu dari 3 gejala utama lepra. Di temukan salah satu dari 3 gejala utama tersebut, seseorang dapat di diagnosis menderita lepra.

Lepra dapat menyebabkan kecacatan fisik pada seseorang, kecacatan tersebut dapat terlihat pada tangan, kaki, dan mata. Dari data di atas di dapatkan derajat kecacatan 2 lebih tinggi daripada derajat kecacatan 0 atau 1. Derajat kecacatan 2 menunjukan adanya kelainan anatomis dari organ pada penderita yang bersangkutan.

Pengobatan lepra digunakan regimen MDT yang terdiri dari MB dan

PB. Pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota di dapatkan MDT tipe PB lebih tinggi daripada tipe MB. Hal ini disebabkan oleh penderita lepra tipe PB lebih banyak di temukan daripada tipe PB. Regimen MDT tipe PB di minum selama 6-9 bulan.

Cara penemuan kasus baru lepra terdiri dari aktif (sukarela) dan pasif (survai). Di dapatkan cara penemuan aktif (sukarela) lebih tinggi daripada cara penemuan pasif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan tenanga kesehatan dalam melakukan cara penemuan kasus secara pasif.

Pada gambaran riwayat kontak ditemukan riwayat kontak dengan kondisi positif lepra lebih tinggi daripada riwayat kotak yang telah RFT atau penderita lepra yang tidak memiliki riwayat kontak. Hal ini menunjukkan adanya peran kontak dalam cara penularan lepra.

SIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan penelitian maka dapat di tarik simpulan :

1. Angka kejadian lepra pada Puskesmas Menawi adalah 59 kasus. Pada Puskesmas Serui Kota didapatkan 188 kasus.

2. Penderita lepra dengan usia diatas 15 tahun lebih banyak di jumpai pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota.

3. Penderita lepra pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota lebih banyak terdapat pada laki-laki. 4. Makula, infiltrat difus, hipoanestesi,

dan hipopigmentasi adalah manifestasi klinik yang sering di jumpai pada penderita lepra di Puskesmas Menawi dan Puskesmas serui Kota.

5. Derajat kecacatan fisik 2 merupakan kecacatan fisik yang terdapat pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota.

6. Regimen MDT tipe PB merupakan regimen pengobatan yang banyak di


(4)

dapatkan pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota.

7. Cara penemuan aktif merupakan cara penemuan yang di jumpai pada Puskesmas Menawi dan Puskesmas Serui Kota. Kontak penderita lepra positif menunjukkan adanya peran kontak dengan cara penularan lepra.

SARAN

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Tenaga paramedik dan medis di Puskesmas Menawi dan Serui Kota agar menuliskan data penderita kusta lebih lengkap dan lebih baik lagi.

2. Diperlukan adanya pendataan penderita kusta di Kabupaten Kepulauan Yapen yang lebih baik lagi sehingga memudahkan untuk mengetahui data dari penderita kusta yang ada.

3. Dalam penulisan data usia pemderita sebaiknya lebih di jabarkan secara spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

1. DEPKES. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. www.depkes.go.id/profil_data _kesehatan_indonesia_tahun_20 11.pdf

2. DEPKES. 2013. Hapus Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. www.depkes.go.id/index.php?

vw=2&id=2240. pada tanggal 19

September 2012.

3. Rambey, Muhamad Amri. 2012.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Cacat Tingkat 2 pada Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan Tahun 2011 – 2012. http://lontar.ui.ac.id/file?=digi

tal/20300659-F50348.

Universitas Indonesia. p : 10 – 33, 49 – 77. pada 22 Juni 2012. 4. WHO. 2012. Prevalence of

Leprosy.

www.who.int/entity/lep/situat

ion/en/-21k.


(5)

41

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan Stastistik. 2012.

Geografis Kabupaten Kepulauan Yapen.

Serui : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen. pada Oktober 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.

Pedoman Pengobatan Dasar di

Puskesmas.

www.depkes.go,id/downloads/doen_2008/puskesmas_pdf

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012.

Kusta dan Frambusia Penyakit

Terabaikan.

www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1188

.

pada tanggal 19

September 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012.

Profil Data Kesehatan

Indonesia Tahun 2011.

www.depkes.go.id/profil_data_kesehatan_indonesia_tahun_2011.pdf

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2012.

Penanganan NTD merupakan

Hak Asasi Manusia.

www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2065

.

pada

tanggal 19 September 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

Hapus Stigma dan

Diskriminasi Terhadap Kusta.

www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2240

.

pada tanggal 19 September 2012.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen. 2012.

Penyebaran Puskesmas di

Kabupaten Kepulauan Yapen.

Serui : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan

Yapen. pada Oktober 2012

Hasan, Fraud. 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama. p : 1526, 579.

Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2008.

Mikrobiologi Kedokteran.

Jakarta : EGC. p:

335 – 336.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.

Menkes Canangkan Tahun

Pencegahan Cacat Akibat Kusta.

www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1391

.

pada tanggal 26 Febuari 2012.

Kosasih, A. 2002.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Jakarta : Universitas

Kedokteran Universitas Indonesia. p : 63 – 74.

Kunoli, Firdaus J. 2013.

Pengantar Eoidemiologi Penyakit Menular untuk


(6)

42

Universitas Kristen Maranatha

Mahanata, Dian. 2012.

Kusta.

http://dinkes.tabalangkab.go,id/2012/04/05/kusta

Norlatifah. 2010.

Hubungan Kondisi Fisik Rumah, Sarana Air Berssih dan

Karakteristik Masyarakat dengan Kejadian Kusta di Kabupaten Kepulauan

Tapin

Kalimantan Selatan.

http://journal.uad.ac.id/index.php/kesmas/article/.../600. Kesmas vol 4 no. 3. p :

191 – 193. pada 3 September 2010.

Powell, Dwight. A. 2000.

Ilmu Kesehatan Anak.

Jakarta : EGC. p : 1046 – 1050.

Rambey, Muhamad Amri. 2012.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian

Cacat Tingkat 2 pada Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan Tahun 2011 –

2012.

http://lontar.ui.ac.id/file?=digital/20300659-F50348. Universitas

Indonesia. p : 10 – 33, 49 – 77. pada 22 Juni 2012.

Smith, Scott Darvin. 2013.

Leprosy.

http://emedicine.medscape.com/article/220455-overview

.

pada 13 Febuari

2013.

World

Health

Organisation. 2011.

Leprosy : Global Situation.

www.who.int.entity/lep/situation/en/-22k.

World Health Organisation. 2011.

World

Health Statistics.

www.who.int/gho/publication/world_health_statistic/En_WHO2013.full.pdf

World Health Organisation. 2012.

Prevalence of Leprosy.

www.who.int/entity/lep/situation/en/-21k.

World Health Organisation. 2012.

Leprosy.