S PTA 1102811 Chapter3

(1)

Rima Maisya Oktariza, 2015

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBASIS KOMODITAS PANGAN LOKAL PADA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA PENGHANTAR PANAS DI SMKN 1 CIDAUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Rencana Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cidaun, Jl. Raya Pelabuhan Jayanti, Kabupaten Cianjur, Cianjur Selatan. 2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas X program keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cidaun.

a. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari sejumlah elemen. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cidaun, Cianjur Selatan.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel total karena sampel yang digunakan adalah total populasi. Metode pengambilan sampel ini diperbolehkan karena jumlah populasi yang terbatas atau sedikit.

3.2. Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test-post test

satu kelompok. Desain ini menempuh tiga langkah, yakni 1) memberikan pre test

untuk mengukur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan (pre test), 2) memberikan perlakuan eksperimen kepada para subyek (variabel x), dan 3) memberikan tes lagi untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan (post test).


(2)

Rima Maisya Oktariza, 2015

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBASIS KOMODITAS PANGAN LOKAL PADA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA PENGHANTAR PANAS DI SMKN 1 CIDAUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada desain ini, kelompok tidak diambil secara acak atau pasangan, juga tidak ada kelompok pembanding, tetapi diberi tes awal dan akhir di samping perlakuan.


(3)

Perbedaan-perbedaan yang disebabkan karena penerapan perlakuan ditentukan dengan membandingkan skor-skor pre test dan post test yang dihasilkan dari alat ukur yang sama atau relatif sama/identik (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Desain pre test dan post test satu kelompok dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Pre Test – Post Test Satu Kelompok

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

A O1 X O2

Keterangan:

A : Siswa eksperimen

O1 : Kemampuan siswa sebelum eksperimen X : Perlakuan pada siswa eksperimen O2 : Kemampuan siswa setelah eksperimen 3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pra-eksperimen. Dikatakan pra-eksperimen karena tidak ada penyamaan karakteristik

(random) dan tidak ada pengontrolan variabel. 3.4. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Pre test Penerapan model project based learning

Post test

Siswa kelas X program keahlian TPHP

Analisis


(4)

3.5. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

a. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai bentuk pembelajaran yang akan diterapkan

b. Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan proses pembelajaran c. Penentuan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian d. Menelaah silabus mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan materi

pembelajaran dalam penelitian

e. Menyusun RPP pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan

f. Membuat dan menyusun instrumen penelitian g. Menyerahkan instrumen pada judgement ahli

h. Melakukan uji coba instrumen dan menganalisis hasil uji coba yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan reabilitas, sehingga memenuhi syarat untuk digunakan pada pre test dan post test

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan tes awal (pre test) untuk mengetahui gambaran dan pengetahuan awal siswa

b. Memberikan perlakuan dengan model Project Based Learning dengan langkah sebagai berikut:

1. Penentuan pertanyaan mendasar 2. Menyusun perencanaan proyek 3. Menyusun jadwal

4. Melakukan monitoring 5. Menguji hasil

6. Evaluasi pengalaman

c. Melakukan penilaian kinerja siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan dilakukan observasi terhadap peneliti oleh observer

d. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Project Based Learning pada saat proses pembelajaran


(5)

3. Tahap akhir

a. Mengolah dan menganalisis data hasil pre test dan post test

b. Mengolah dan menganalisis penilaian kinerja siswa c. Membahas hasil penelitian

d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pembahasan e. Memberikan saran terhadap aspek yang kurang dalam penelitian

3.6.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman judul penelitian, maka akan dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Model project based learning

Project Based Learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Metode ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata (Kemendikbud, 2103). Langkah-langkah operasional dalam metode ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Langkah Operasional Model Project Based Learning

Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat pada Gambar 3.3.

1 Penentuan pertanyaan mendasar

2 Menyusun perencanaan

proyek

3 Menyusun

jadwal

4 Monitoring 5

Menguji hasil 6

Evaluasi pengalaman


(6)

Gambar 3.3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran 2. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian siswa setelah memperoleh pengajaran. Hasil belajar meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model

project based learning.

1. Pengajar merancang beberapa pertanyaan berhubungan dangan topik pembelajaran yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik melalui kegiatan mencari informasi. Pertanyaan disajikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada lembar kegiatan siswa.

2.

2. Berdasarkan informasi yang didapat, peserta didik mengembangkan informasi atau gagasan yang didapat tersebut ke dalam sebuah rencana penyusunan proyek melalui arahan guru dan menyediakan prosedur pembuatan sesuai dengan proyek yang dipilih.

3. Peserta didik melakukan proses penentuan jadwal dan langkah kegiatan dalam pembuatan proyek sesuai dengan proyek yang direncanakan.

4. Peserta didik membuat proyek secara berkelompok sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Masing-masing peserta didik dituntut untuk disiplin dan bertanggung jawab atas kegiatan yang berlangsung.

5. Dilakukan investigasi pada proyek yang dihasilkan untuk mengetahui keberhasilan proyek tersebut. Peserta didik melakukan pengamatan terhadap produk yang dihasilkan dan mendokumentasikannya pada lembar kegiatan siswa.

6. Peserta didik mempresentasikan hasil kegiatannya, sehingga terjadi proses tukar informasi antar peserta didik, kemudian pengajar bersama peserta didik mengevaluasi proses kegiatan secara keseluruhan berdasarkan produktivitas dan partisipasi dalam proses pembuatan proyek.


(7)

3. Kompetensi dasar media penghantar panas

Kompetensi dasar media penghantar panas merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan kepada peserta didik kelas X bidang keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) SMK Negeri 1 Cidaun. Pada penelitian ini dilakukan pembelajaran berbasis proyek pada kompetensi dasar media penghantar panas dengan memanfaatkan keunggulan lokal setempat.

3.7.Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan karena data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Tes (kognitif)

Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis, lisan, atau perbuatan (tes tulisan, lisan, dan perbuatan) (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Instrumen diberikan sebanyak dua kali, yaitu satu kali pada saat pre test dan satu kali untuk post test.

Pre test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning,

sedangkan post test dilakukan untuk mengetahui hasil belajar atau kemampuan akhir siswa setelah dilakukan penerapan model project based learning.

2. Lembar penilaian praktikum (psikomotor)

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian, biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus (Arianto, 2009).

3. Lembar observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi merupakan salah satu bentuk instrumen non tes. Observasi ini dilakukan sebagai pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran terhadap


(8)

peneliti pada saat kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning.

3.8. Analisis Data

1. Tes kognitif (pre test dan post test)

Analisis data yang dilakukan terhadap hasil pre test dan post test ditentukan dengan persamaan:

Nilai =

Menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran berdasarkan nilai rata-rata kelas pada pre test dan post test ditentukan dengan persamaan:

Nilai rata-rata kelas =

Menentukan efektivitas peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari selisih antara nilai pre test dan post test yang diberikan kepada siswa menggunakan rumus Gain ternormalisasi, yaitu:

N-Gain = –

Kriteria Gain ternormalisasi menurut Hake (1998) disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Kriteria Gain Ternormalisasi

Skor N-Gain Kriteria N-Gain

N-Gain > 0,70 Tinggi

0,70 > N-Gain≥ 0,30 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

Soal pre test dan post test diujikan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda agar memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek (Arikunto, 2009).


(9)

a. Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas berhubungan dengan kesahihan instrumen. Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas soal sebagai berikut (Arikunto, 2010):

rxy= –

√ – –

Keterangan:

rxy: Koefisien korelasi

X : Skor tiap siswa pada item soal Y : Skor total seluruh siswa N : Banyaknya siswa

Rentang koefisien korelasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Rentang Koefisien Korelasi

Rentang Kriteria

0,800 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup 0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan microsoft excel untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen. Hasil uji validitas butir soal menyatakan 8% atau sebanyak 2 soal memiliki kriteria korelasi tinggi, 36% atau 9 soal memiliki kriteria korelasi cukup, 16% atau 4 soal memiliki kriteria korelasi rendah, dan 20% atau sebanyak 5 soal memiliki kriteria korelasi sangat rendah, dan sisanya memiliki kriteria korelasi kurang baik. Pengujian juga dilakukan oleh

judgement ahli untuk memperkuat validitas butir soal. Sebanyak 24 soal dinyatakan valid dan 1 soal dinyatakan tidak valid namun dilakukan revisi, sehingga soal tersebut layak untuk digunakan.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap


(10)

(Arikunto, 2009). Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Kuder-Richardson 20 (K-R20) (Arikunto, 2010) sebagai berikut:

r11 =

Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes k : Banyaknya item soal Vt : Varians total

p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Rentang Kriteria Reliabilitas

Rentang Kriteria

r11 < 0,20 Sangat rendah 0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah 0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang 0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi 0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi

Hasil perhitungan reabilitas soal pada penelitian ini didapat nilai r11 0,600 atau termasuk kriteria sedang. Berdasarkan uji reabilitas dinyatakan bahwa instrumen tes dinyatakan reliabel karena r11 (r hitung) > r tabel sebesar 0,444.

c. Tingkat kesukaran

Untuk mengetahui tingkat sukar atau mudah butir soal, maka digunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013):

P =

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar JS : Jumlah siswa keseluruhan


(11)

Rentang kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Rentang Kriteria Tingkat Kesukaran

Rentang Kriteria 0,00 ≤ P < 0,30 Mudah 0,30 ≤ P < 0,70 Sedang 0,70 ≤ P < 1,00 Sukar

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh 4% atau 1 soal dengan kategori sukar, 56% atau 14 soal kategori sedang, dan 40% atau 10 soal dengan kategori mudah.

d. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2013). Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya beda dari setiap soal sebagai berikut:

D =

Keterangan:

D : Daya pembeda

Ja : Banyaknya peserta kelompok atas Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Pa : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

Pb : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil perhitungan daya beda didapat 8% atau sebanyak 2 soal memiliki kriteria cukup dan 92% atau sebanyak 23 soal memiliki kriteria jelek. Kriteria daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.6


(12)

Tabel 3.6. Kriteria Daya Pembeda

Rentang Kriteria

0,71 – 1,00 Sangat baik 0,41 - 0,70 Baik 0,21 - 0,40 Cukup 0,00 - 0,20 Jelek

< 0,00 Tidak baik 2. Lembar penilaian praktikum (afektif dan psikomotor)

Pengolahan data hasil praktikum ini mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning. Hasil yang diperoleh, kemudian diolah dengan menjumlahkan setiap komponen yang tersedia, meliputi persiapan, proses, sikap kerja, dan hasil akhir (Tabel 3.7) Tabel 3.7. Tabel Persentase Penilaian Praktikum

Keterangan:

 Bobot diisi dengan persentase setiap komponen. Besarnya presentase dari setiap komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.

 NK : Nilai Komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen

 NP : Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen 3. Observasi

Pengolahan data hasil observasi ini mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning.

Persentase Bobot Komponen Penilaian Nilai Praktik (NP) Persiapan Proses Sikap

Kerja

Hasil Waktu ∑ NK

Bobot (%) 10% 50% 10% 25% 5%

Skor Komponen NK


(1)

3. Kompetensi dasar media penghantar panas

Kompetensi dasar media penghantar panas merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan kepada peserta didik kelas X bidang keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) SMK Negeri 1 Cidaun. Pada penelitian ini dilakukan pembelajaran berbasis proyek pada kompetensi dasar media penghantar panas dengan memanfaatkan keunggulan lokal setempat.

3.7.Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan karena data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Tes (kognitif)

Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis, lisan, atau perbuatan (tes tulisan, lisan, dan perbuatan) (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Instrumen diberikan sebanyak dua kali, yaitu satu kali pada saat pre test dan satu kali untuk post test. Pre test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning, sedangkan post test dilakukan untuk mengetahui hasil belajar atau kemampuan akhir siswa setelah dilakukan penerapan model project based learning.

2. Lembar penilaian praktikum (psikomotor)

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian, biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus (Arianto, 2009).

3. Lembar observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi merupakan salah satu bentuk instrumen non tes. Observasi ini dilakukan sebagai pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran terhadap


(2)

peneliti pada saat kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning.

3.8. Analisis Data

1. Tes kognitif (pre test dan post test)

Analisis data yang dilakukan terhadap hasil pre test dan post test ditentukan dengan persamaan:

Nilai =

Menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran berdasarkan nilai rata-rata kelas pada pre test dan post test ditentukan dengan persamaan:

Nilai rata-rata kelas =

Menentukan efektivitas peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari selisih antara nilai pre test dan post test yang diberikan kepada siswa menggunakan rumus Gain ternormalisasi, yaitu:

N-Gain =

Kriteria Gain ternormalisasi menurut Hake (1998) disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Kriteria Gain Ternormalisasi

Skor N-Gain Kriteria N-Gain

N-Gain > 0,70 Tinggi

0,70 > N-Gain ≥ 0,30 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

Soal pre test dan post test diujikan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda agar memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek (Arikunto, 2009).


(3)

a. Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas berhubungan dengan kesahihan instrumen. Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas soal sebagai berikut (Arikunto, 2010):

rxy= – √ – –

Keterangan:

rxy: Koefisien korelasi

X : Skor tiap siswa pada item soal Y : Skor total seluruh siswa N : Banyaknya siswa

Rentang koefisien korelasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Rentang Koefisien Korelasi

Rentang Kriteria

0,800 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup

0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan microsoft excel untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen. Hasil uji validitas butir soal menyatakan 8% atau sebanyak 2 soal memiliki kriteria korelasi tinggi, 36% atau 9 soal memiliki kriteria korelasi cukup, 16% atau 4 soal memiliki kriteria korelasi rendah, dan 20% atau sebanyak 5 soal memiliki kriteria korelasi sangat rendah, dan sisanya memiliki kriteria korelasi kurang baik. Pengujian juga dilakukan oleh judgement ahli untuk memperkuat validitas butir soal. Sebanyak 24 soal dinyatakan valid dan 1 soal dinyatakan tidak valid namun dilakukan revisi, sehingga soal tersebut layak untuk digunakan.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap


(4)

(Arikunto, 2009). Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Kuder-Richardson 20 (K-R20) (Arikunto, 2010) sebagai berikut:

r11 =

Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes

k : Banyaknya item soal Vt : Varians total

p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Rentang Kriteria Reliabilitas

Rentang Kriteria

r11 < 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang

0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi

0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi

Hasil perhitungan reabilitas soal pada penelitian ini didapat nilai r11 0,600 atau

termasuk kriteria sedang. Berdasarkan uji reabilitas dinyatakan bahwa instrumen tes dinyatakan reliabel karena r11 (r hitung) > r tabel sebesar 0,444.

c. Tingkat kesukaran

Untuk mengetahui tingkat sukar atau mudah butir soal, maka digunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013):

P =

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar JS : Jumlah siswa keseluruhan


(5)

Rentang kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Rentang Kriteria Tingkat Kesukaran

Rentang Kriteria 0,00 ≤ P < 0,30 Mudah 0,30 ≤ P < 0,70 Sedang 0,70 ≤ P < 1,00 Sukar

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh 4% atau 1 soal dengan kategori sukar, 56% atau 14 soal kategori sedang, dan 40% atau 10 soal dengan kategori mudah.

d. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2013). Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya beda dari setiap soal sebagai berikut:

D =

Keterangan:

D : Daya pembeda

Ja : Banyaknya peserta kelompok atas Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Pa : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

Pb : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil perhitungan daya beda didapat 8% atau sebanyak 2 soal memiliki kriteria cukup dan 92% atau sebanyak 23 soal memiliki kriteria jelek. Kriteria daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.6


(6)

Tabel 3.6. Kriteria Daya Pembeda

Rentang Kriteria

0,71 – 1,00 Sangat baik

0,41 - 0,70 Baik

0,21 - 0,40 Cukup 0,00 - 0,20 Jelek

< 0,00 Tidak baik 2. Lembar penilaian praktikum (afektif dan psikomotor)

Pengolahan data hasil praktikum ini mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning. Hasil yang diperoleh, kemudian diolah dengan menjumlahkan setiap komponen yang tersedia, meliputi persiapan, proses, sikap kerja, dan hasil akhir (Tabel 3.7) Tabel 3.7. Tabel Persentase Penilaian Praktikum

Keterangan:

 Bobot diisi dengan persentase setiap komponen. Besarnya presentase dari setiap komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.

 NK : Nilai Komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen  NP : Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen

3. Observasi

Pengolahan data hasil observasi ini mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model project based learning.

Persentase Bobot Komponen Penilaian Nilai Praktik (NP) Persiapan Proses Sikap

Kerja

Hasil Waktu ∑ NK

Bobot (%) 10% 50% 10% 25% 5%

Skor Komponen NK