FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DENGAN KONFLIK KOGNITIF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN MERAUKE

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DENGAN KONFLIK KOGNITIF SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN MERAUKE
Caecilia Henny Setya Wati
Universitas Musamus Merauke
Semuel Batlajery
Universitas Musamus Merauke
ABSTRAK
Faktor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah dengan
konflik kognitif sebagai variabel intervening di kabupaten merauke
Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk menguji pengaruh faktor organisasional seperti
dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah kabupaten Merauke dan untuk menguji pengaruh faktor organisasional seperti
dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan dapat meningkatkan konflik kognitif yang pada
gilirannya akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Kabupaten Merauke.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pengguna dukungan atasan dan konflik kognetif
memiliki pengaruh positif pada Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). Pelatihan
dan kejlasan tujuan memiliki pengaruh positif pada konflik kognetif. Konflik kognetif berpengaruh
positif pada kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan konflik kognetif sebagai

intervening variabel antara faktor perilaku organisasi dengan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD), menunjukkan bahwab faktor perilaku organisasi memiliki hubungan positif terhadap
kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang dimediasi oleh konflik kognetif.

Keywords: Faktor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan SAKD

PENDAHULUAN
Organisasi sektor publik keberadaannya dapat kita lihat disekitar kita seperti misalnya
partai politik, instansi pemerintahan, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan puskesmas.
Organisasi sector public ini menyediakan pelayanan bagi masyarakat, dimana mereka
menyediakan jasa-jasa dan pelayanan lainyan yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat.
Dengan melihat kepentingan dan kebutuhan masyarakat maka pemerintah pusat
memberikan otonomi daerah, dimana daerah punya wewenang khusus untuk mengatur
daerahnya sendiri. Otonomi daerah merupakan bagian dari demokrasi dalam menciptakan
system dimana setiap pemerintahan dituntut kemandirian dalam manajemen di daerah.
Dalam mengelola keuangan daerah diperlukan system akuntansi keuangan daerah (SAKD).
Banyak penelitian tentang akuntansi keperilakuakn yang sudah dihasilkan seperti
misalnya penelitian yang dilakukan oleh Sabeni (2007) memberikan hasil yaitu Berdasarkan
hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari

faktor organisasional yang diuji, hanya dukungan atasan yang berpengaruh untuk
meningkatkan kegunaan SAKD. Pengaruh pelatihan dan kejelasan tujuan terhadap
kegunaan SAKD tidak berhasil dibuktikan. Konflik kognitif tidak berhubungan positif
dengan kegunaan SAKD. Konflik afektif berhubungan negatif dengan kegunaan SAKD,

44

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul faktor keperilakuan organisasi terhadap
kegunaan system akuntansi keuangan daerah dengan konflik kognetif sebagai variabel
intervening di kabupaten Merauke.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah faktor organisasional seperti dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan
akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Kabupaten
Merauke?
2. Apakah faktor organisasional seperti dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan
dapat meningkatkan konflik kognitif yang pada gilirannya akan meningkatkan

kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Kabupaten Merauke?

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji pengaruh faktor organisasional seperti dukungan atasan, kejelasan
tujuan dan pelatihan akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah kabupaten Merauke.
2. Untuk menguji pengaruh faktor organisasional seperti dukungan atasan, kejelasan
tujuan dan pelatihan dapat meningkatkan konflik kognitif yang pada gilirannya akan
meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Kabupaten Merauke.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan bagi
organisasi khususnya Pemerintah Daerah kabupaten Merauke agar memperhatikan
faktor-faktor perilaku dalam implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah guna
meningkatkan kegunaan sistem yang ada pada pemerintah daerah tersebut.
2. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
dan referensi untuk penelitian selanjunya dengan menambah faktor-faktor lain yang
dinilai perlu ke dalam model penelitian yang terkait tentang akuntansi keperilakuan.
LANDASAN TEORI

TEORY COGNITIVE
Social Cognitif Theory (SCT) menjelaskan funsgi psychososial dalam tiga hal yang
berhubungan timbalbalik yaitu perilaku, faktor personal yang meliputi (kognitif, afektif dan
biological events) serta lingkungan eksternal. Dalam setiap orang merespon suatu inovasi
seperti implementasi dalam system akuntansi keuangan daerah berbeda-beda, halini
disebabkan karena pengaruh lingkungan di dalam organisasi dan faktor personal yang
meliputi afektif dan kognitif. Faktor lingkungan organisasi disini yang dibahasdalam
penelitian ini meliputi pelatihan, kejelasan tujuan serta dukungan atasan.
IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD)
Pemerintah daerah sebagai pengelola keuangan dana sector public harus mampu
menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan
dapat dipercaya.

45

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Sesuai ketentuan peraturan perundangan yang telah ditetapkan, pemerintah
daerah berkewajiban untuk membuat Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan yang terdiri
dari Laporan Perhitungan Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Nota Perhitungan

Anggaran. Maka Pemerintah Daerah dituntut memiliki sistem informasi yang andal. Sistem
ini diperlukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalam membuat Laporan
Pertanggung Jawaban Keuangan daerah yang bersangkutan (Tim Pokja, 2001).
Untuk lebih memantapkan otonomi khusus daerah, pemerintah daerah harus sidah
mulai memikirkan investasi untuk mengembangkan system informasi. Pemerintah sudah
harus meninggalkan system informasi yang lama yaitu Manual Administrasi Keuangan
Daerah (MAKUDA) yang diterapkan mulai 1981 dengan menggantikan system informasi
akuntansi yang baru.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR ORGANISASI DENGAN KEGUNAAN SISTEM
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD)
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa faktor organisasional seperti
pelatihan, kejelasan tujuan serta dukungan atasan, berpengaruh terhadap implementasi
suatu inovasi system maupun perubahan model akuntansi manajemen (Krumweida,1998).
Untuk kejelasan tujuan hal ini dapat menetukan hasil akhir atau menentukan keberhasilan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chenhall (2004) tentang peran kognitif dan afektif dalam
implementasi ABCM menunjukkan bahwa faktor perilaku selama implementasi sangat
berpengaruh signifikan terhadap ABCM pada perusahaan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Sabeni (2007) hasil penelitian yang diperoleh faktor organisasi yang diuji,
hanya dukungan atasan yang berpengaruh untuk meningkatkan kegunaan SAKD. Pengaruh
pelatihan dan kejelasan tujuan terhadap kegunaan SAKD tidak berhasil dibuktikan. Konflik

kognitif tidak berhubungan positif dengan kegunaan SAKD. Hubungan tidak langsung
antara faktor organisasi dengan kegunaan system yang dimediasi dengan konflik kognitif
ada perbedaan yang sangat kecil.dari beberapapenelitian tersebut penulis merumuskan
hipotesis:
H1a: pelatihan berhubungan positif terhadap kegunaan SAKD
H1b: Kejelasan tujuan berhubungan positif dengan kegunaan SAKD
H1c: Dukungan atasan berhubungan positif dengan kegunaan SAKD
HUBUNGAN FAKTOR ORGANISASI DALAM IMPLEMENTASI DENGAN KONFLIK
KEGNITIF
Faktor organisasi dalam hal ini akan diuji dengan menggunakan tiga dimensi yaitu
dukungan atasan, kejelasan kerja, kejelasan tujuan dan pelatihan (Sabeni, 2007). Perhatian
terhadap faktor organisasi dapat mengembangkan kondisi ketiga hal tersebut yaitu (1)
terdapat keanekaragaman kemampuan dan orientasi, (2) didukung oleh suatu komitmen
dan yang ke (3) dibangun hubungan yang baik dalam tim untuk bekerjasama setiap waktu.
Hasil penelitian Chenhall (2004) menunjukkan bahwa pelatihan dan kejelasan tujuan
mempengaruhi konflik kognitif sedangkan dukungan manajemen puncak tidak
berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut di atas maka
hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H2a: pelatihan berhubungan positif dengan konflik kognitif
H2b: Kejelasan tujuan berhubungan positif dengan konflik kognitif

H2c: Dukungan atasan berhubungan positif dengan konflik kognitif
KONFLIK KOGNITIF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

46

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Manfaat yang bisa diperoleh dengan adanya konflik kognitif adalah untuk memecahkan
masalah dan mendorong kearah perbaikan untuk pengambilan suatu keputusan yang akan
diambil. Dalam penelitian ini variabel konflik kognitif ini sebagai variabel intervening.
Dapat diambil Hipotesis sebagai berikut:
H3: Konflik kognitif berpengaruh positif terhadap kegunaan SAKD
H4: Faktor keperilakuan organisasi seperti pelatihan, kejelasan tujuan dan dukungan atasan
dapat meningkatkan konflik kofnitif yang akan mempengaruhi kegunaan System Akuntansi
Keuangan Daerah
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan. Deskripsi bab ini
mencakup kriteria responden dan penentuan sampel, teknik pengumpulan data,
pengukuran variabel, teknik pengujian data dan model uji statistik untuk analisis data.
LOKASI DAN WAKTU

Penelitian ini dilakukan pada kabupaten Merauke di kota Merauke. Penelitian ini akan
dilaksanakan selama 2 bulan. Penelitian ini dimulai dengan cara membuat proposal
penelitian sebagai kerangka teoritis, menyusun instrumen penelitian sampai dengan
pengumpulan data dan analisis data yang diperoleh.
POPULASI DAN TEHIK PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi adalah seluruh elemen atau individu yang akan diteliti. Menurut Riduwan
(2010) populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh manajer atau pimpinan perusahaan BUMN di kota Merauke.
Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2010) teknik purposive sampling ini merupakan penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
TEKNIK PENGUJIAN DATA
1. Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2010) statistis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud memberi kesimpulan yang berlaku umum
atau generalisasi. Analisis ini untuk memberi gambaran tentang demografi responden
penelitian dan deskriptif mengenai variabel-variabel penelitia.
Perhitungan yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah Analisis Partial Squares

(PLS). Analisis PLS (Analisis Partial Squares) merupakan teknik statistika multivariate yang
melakukan perbandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen
berganda. PLS adalah salah satu metode statistic SEM berbasis varian yang di sesain untuk
menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti
ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang (missing values) dan
multikolinearitas (jogiyanto, 2009: 11)
Tujuan PLS adalah memprediksi pengaruh variabel X terhadap Y dan menjelaskan
hubungan teoritikal di antara kedua variabel. PLS merupakan metode regresi yang dapat
digunakan untuk identifikasi factor yang merupakan kombinasi variabel X sebagai penjelas
dan variabel Y sebagai respon (Talbot, 1997).
2. Uji Kualitas Data

47

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah partisipasi anggaran, informasi
asimetris, penekanan anggaran dan komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran.
Sebelum data diolah dan dianalisis, maka terlebih dahulu harus dilakukan pengujian
terhadap kualitas data guna mengetahui kesungguhan para responden dalam mengisi

kuesioner, yaitu uji validitas (test of Validity) dan uji reliabilitas (test of reliability).
1) Uji Validitas Konstruk
Pengujian validitas konstruk secara umum dapat diukur dengan parameter skor loding di
model penelitian (Rule of Thumbs> 0,7) dan menggunakan parameter AVE, Communality,
dan Redundancy. Skor AVE harus > 0,5, Communality > 0,5, dan Redundancy mendekati 1. Jika
skor loding < 0,5, indikator ini dapat dihapus dari konstruknya karena indikator ini tidak
dimuat (load) ke konstrukyang mewakilinya. Jika skor loading antara 0,5-0,7, sebaiknya
peneliti tidak menghapus indikator yang memiliki skor loading tersebut sepanjang skor
AVE dan Communality indikator tersebut >0,5 (Jogiyanto, 2009:79-70).
a. Uji Validitas Konvergen
Parameter uji validitas konvergen dilihat dari skor AVE dan Communality, masingmasing harus bernilai di atas 0,5. Artinya probabilitas indikator di suatu konstruk masuk ke
variabel lain lebih rendah (kurang 0,5) sehingga probabilitasnya indikator tersebut
konvergen dan masuk di konstruk yang dimaksud lebih besar, yaitu di atas 50 persen
(Jogiyanto, 2009:128).
b. Validitas Diskriminan
Pengukuran validitas diskriminan dari model pengukuran dinilai berdasarkan cross
loading pengukuran dengan konstruknya atau dengan membandingkan akar AVE untuk
setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.
Model mempunyai validitaas diskriminan yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk
lebih besar dari pada korelasi antara konstruk dengan konstruk lainya dalam model.

Berikut ini rumus untuk menghitung AVE:


AVE = ∑



Dimana adalah component loading ke indikator ke var ( ) = 1- . Jika
semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan Average Communalities
dalam blok. Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat
dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency yang dikembangkan oleh
Wert et al. (1979) dalam Jogiyanto (2009: 167) dengan menggunakan output yang dihasilkan
PLS maka Composite reliability dapat dihitung dengan rumus:
Pc

(∑

)





Dimana
adalah component loading ke indikator dan var ( ) = 1- . Dibanding dengan
Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan tau equivalence antar pengukuran dengan
asumsi semua indikator diberi bobot sama. Sehingga Cronbach Alpha cenderung lower bound
estimate reliability, sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi estimate
parameter adalah akurat. ρc sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan
untuk kostruk reflektif indikator.
2) Uji Reliabilitas
Selain uji validitas PLS juga melakukan uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi
internal alat ukur. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

48

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali, 2009: 46).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha dan Composite
Reability. Cronbach’s Alpha untuk mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk,
sedangkan Composite Reability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk.
Rule of thumb nilai alpha atau Composite Reability harus lebih besar dari 0,7 meskipun niali 0,6
masih dapat diterima pada studi yang sifatnya eksplorasi (Jogiyanto, 2009: 132).
3) Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Penilaian model dengan PLS
dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai Rsquare dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah menpunyai pengaruh yang substantif.
4) Model Pengujian Hipotesis dengan Partial Least Square (PLS)
Penelitian ini mempunyai 6 hipotesis yang diuji dengan menggunakan teknik parth
analysis. Analisis jalur ini merupakan perluasan dari analisis regresi untuk hubungan
kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.
Model structural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan untuk
variabel
dependen dan nilai koefisien pada path (β) untuk variabel independen yangn kemudian
dinilai signifikansinya berdasarkan nilai T-statistic setiap path.
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menilai
nilai t-statistik dan R-square. Nilai t-statistik (t-hitung) diperbandingkan dengan nilai t-tabel.
Nilai t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,645 dengan tingkat
signifikasi 0,05 (one-tailed). Selanjutnya nilai t-tabel tersebut di jadikan sebagai nilai cutoff
untuk penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan. Kriteria penerimaan atau
penolakan hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika nilai t-statistik < t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (one-tailed), maka
menolak H0 dan menerima Ha.
2. Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (one-tailed), maka
menerima H0 dan menolak Ha.
HASIL PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
merauke. Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah 45.071
. secara giografis Kabupaten
Merauke disebelah utara berbatasan langsung dengan kabupaten Mappi dan Kabupaten
Boven Digoel, sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea (PNG), di sebelah
selatan dan barat berbatasan dengan Laut Arafura.
ANALISIS DATA
1. Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software SPSS, nilai validitas
dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Uji validitas menunjukkan
seberapa jauh suatu tes dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur
(Jogiyanto, 2004). Suatu pengukuran dikatakan valid jika dapat mengukur tujuannya
dengan nyata atau benar. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk
melakukan tugasnya mencapai sasarannya.

49

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, sehingga
pengujian validitas yang digunakan berupa content validity. Uji validitas dilakukan untuk
melihat nilai korelasi product momen (product moment pearson correlation). Suatu instrumen
dinyatakan valid apabila koefisien korelasi berada pada taraf signifikasi 5%;10%. Hasil
pengujian validitas yang dilakukan pada seluruh item-item pertanyaan pada setiap
variabel sebagai berikut.
Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r
tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil uji validitas dapat
disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel
penelitian dinyatakan valid.
Tabel 4.3
Uji Validitas Variabel
Variabel
Butir
Pearson
Ket
Instrumen
Correlation
Dukungan Atasan
DA1
0.851
Valid
DA2
0.830
Valid
DA3
0.751
Valid
DA4
0.674
Valid
DA5
0.714
Valid
DA6
0.778
Valid
Pelatihan
P1
0.749
Valid
P2
0.731
Valid
P3
0.766
Valid
P4
0.583
Valid
P5
0.613
Valid
P6
0.628
Valid
P7
0.576
Valid
Kejeasan Tujuan
KT1
0.668
Valid
KT2
0.744
Valid
KT3
0.722
Valid
KT4
0.780
Valid
KT5
0.716
Valid
Kognetif
K1
0.675
Valid
K2
0.814
Valid
K3
0.749
Valid
K4
0.780
Valid
System Akuntansi
SAKD1
0.823
Valid
Keuangan Daerah
SAKD2
0.812
Valid
SAKD3
0.718
Valid
SAKD4
0.710
Valid
SAKD5
0.725
Valid
SAKD6
0.759
Valid
SAKD7
0.763
Valid
Sumber: data primer diolah 2014
Apa bila angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung
> r tabel) dan siginifikan pada level p=0,01, maka instrumen tersebut dikatakan valid.
Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk
mengukur masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid.

50

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

2. Uji Reliabilitas
Untuk pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
pertanyaan yang sama menggunakan alat ukur yang sama pula. Reliabilitas
menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Besarnya tingkat reliabilitas
ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas (Jogiyanto, 2004). Uji
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha dengan bantuan program
SPSS. Hasil uji reliabilitas pada setiap variabel dapat dilihat pada hasil perhitungan pada
tabel berikut :

Tabel 4.4
Uji Reliabilitas Variabel
Variabel
Alpha Cronbach’s
Batas Reliabel
Ket
Dukungan Atasan
0.792
0.6
Reliabel
Pelatihan
0.765
0.6
Reliabel
Kejeasan Tujuan
0.786
0,6
Reliabel
Kognetif
0.799
0,6
Reliabel
System Akuntansi
0.786
0,6
Reliabel
Keuangan Daerah
Sumber: data primer diolah 2014
Dari tabel 4.4 diperoleh angka reliabilitas (ri) untuk item seluruh pertanyaan berada pada
kisaran 0,765 – 0,799. Pada uji reliabilitas konsistensi internal koefisien Cronbach’s Alpha
untuk semua variabel berada pada tingkat yang dapat diterima di atas 0,60.
PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
1. Pengengujian Hipotesis Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Kegunaan SAKD
Pengujian hipotesis 1 dilaukan untuk menguji pengaruh dukungan atasan terhadap
kegunaan siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD) yaitu: dukungan atasan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegunaan siaten akuntansi keuangan daerah
(SAKD). Hasil pengujian regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5
Pengaruh Variabel Dukungan Atasan Terhadap SAKD
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
DA

Std. Error
.057

.622

1.158

.031

a. Dependent Variable: SAKD

51

Standardized
Coefficients
Beta

t
.988

Sig.
.092

.927

37.392

.000

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Hasil pengujian pengaruh langsung ini variabel dukungan atasan terhadap kegunaan
siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD) menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar
0.000 dan nilai t hitungnya 37.392. dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima yaitu
bahwa dukungan atasan terhadap kegunaan siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD)
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan.
Pengujian hipotesis 2 dilaukan untuk menguji pengaruh pelatihan terhadap kegunaan
siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD) yaitu: Pelatihan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kegunaan siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD). Hasil pengujian
regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Pengaruh Variabel Pelatihan Terhadap SAKD
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
P

Std. Error
5.245

3.623

.753

.154

Standardized
Coefficients
Beta

t
.636

Sig.

1.448

.157

4.881

.000

a. Dependent Variable: SAKD
Hasil pengujian pengaruh langsung ini variabel Pelatihan terhadap kegunaan sisten
akuntansi keuangan daerah (SAKD) menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000
dan nilai t hitungnya 4.881. dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima yaitu bahwa
pelatihan pengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegunaan siaten akuntansi
keuangan daerah (SAKD).
Pengujian hipotesis 3 dilakukan untuk menguji pengaruh kejelasan tujuan terhadap
kegunaan siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD) yaitu: kejelasan tujuan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kegunaan siaten akuntansi keuangan daerah (SAKD). Hasil
pengujian regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Pengaruh Variabel Kejelasan Tujuan Terhadap SAKD
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

4.174

3.236

KT

1.122

.193

Beta

t
.701

Sig.

1.290

.206

5.816

.000

a. Dependent Variable: SAKD
Hasil pengujian pengaruh langsung ini variabel kejelasan tujuan terhadap kegunaan sisten
akuntansi keuangan daerah (SAKD) menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000
dan nilai t hitungnya 5.816. dengan demikian hipotesis ketiga dapat diterima yaitu bahwa
kejelasan tujuan pengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegunaan siaten
akuntansi keuangan daerah (SAKD).
2. Pengengujian Hipotesis Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Konflik Kognetif

52

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Pengujian hipotesis 4 dilakukan untuk menguji pengaruh dukungan atasan
terhadap konflik kognetif yaitu: dukungan atasan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap konflik kognetif. Hasil pengujian regresi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.7
Pengaruh Variabel Dukungan Atasan Terhadap Konflik Kognetif
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model

B

1 (Constant)

Std. Error
5.221

1.495

.408

.074

DA

Standardized
Coefficients
Beta

t
.679

Sig.

3.493

.001

5.479

.000

a. Dependent Variable: K
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel dukungan atasan terhadap konflik
kognetif menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000 dan nilai t hitungnya
5.479. dengan demikian hipotesis keempat dapat diterima yaitu bahwa dukungan
atasan pengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap konflik kognetif.
Pengujian hipotesis 5 dilakukan untuk menguji pengaruh pelatihan terhadap
konflik kognetif yaitu: pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
konflik kognetif. Hasil pengujian regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 4.7
Pengaruh Variabel Pelatihan Terhadap Konflik Kognetif
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1(Constant)
P

B

Std. Error
6.462

2.108

.291

.090

Standardized
Coefficients
Beta

t
.480

Sig.
3.065

.004

3.238

.003

a. Dependent Variable: K
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel pelatihan terhadap konflik kognetif
menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000 dan nilai t hitungnya 3.238.
dengan demikian hipotesis kelima dapat diterima yaitu bahwa pelatihan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap konflik kognetif.
Pengujian hipotesis 6 dilakukan untuk menguji pengaruh kejelasan tujuan terhadap
konflik kognetif yaitu: kejelasan tujuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
konflik kognetif. Hasil pengujian regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 4.7
Pengaruh Variabel Kejelasan Tujuan Terhadap Konflik Kognetif
Coefficientsa

53

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Unstandardized Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

.215

.601

KT

.791

.036

Standardized
Coefficients
Beta

t
.966

Sig.
.357

.723

22.088

.000

a. Dependent Variable: K
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel kejelasan tujuan terhadap konflik
kognetif menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000 dan nilai t hitungnya 3.238.
dengan demikian hipotesis keenam dapat diterima yaitu bahwa pelatihan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap konflik kognetif.
3. Pengengujian Hipotesis Pengaruh Konflik Kognetif Terhadap Kegunaan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah
Pengujian hipotesis 7 dilakukan untuk menguji pengaruh konflik kognetif terhadap
SAKD yaitu: konflik kognetif berpengaruh positif dan signifikan terhadap SAKD. Hasil
pengujian regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 4.8
Pengaruh Variabel Konflik Kognetif Terhadap SAKD
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1(Constant)
K

B

Std. Error
4.544

3.188

1.367

.236

Standardized
Coefficients
Beta

t
.699

Sig.
1.425

.163

5.789

.000

a. Dependent Variable: SAKD
Hasil pengujian pengaruh langsung variabel konflik kognetif terhadap system
akuntansi keuangan daerah menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000
dan nilai t hitungnya 5.789 dengan demikian hipotesis ketujuh dapat diterima yaitu
bahwa konflik kognetif berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan
sisten akuntansi keuangan daerah.
4. Pengengujian Hipotesis Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Yang Dimediasi Dengan Konflik Kognetif
Pengujian hipotesis ke 8 ini menunjukkan bahwa besaran efek tidak langsung
(indirect effect) konflik kognetif sebagai variabel penyela (intervening) di antara faktor
organisasional dengan penguanaan SAKD. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
indirect effect lebih besar dari direct effect. Dengan demikian terdapat pengaruh yang
positif faktor organisasional terhadap kegunaan SAKD jika dimediasi oleh konflik
kognetif.

KESIMPULAN

54

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor organisasi yang diuji yaitu dukungan atasan, pelatihan dan kejelasan tujuan
berpengaruh terhadap penggunaan system akuntansi keuangan daerah. Konflik kognetif
berpengaruh positif terhadap SAKD hipotesis tersebut dapat diterima.
KETERBATASAN
Respon responden terbatas pada wilayah di kabupaten Merauke, sehingga
kemungkinan akan menghasilkan hasil yang berbeda, maka perlu diperluas ke kabupatenkabupaten lain yang ada di Papua. Penelitian ini hanya dilakukan satu waktu (cross
sectional), sehingga ada kemungkinan perilaku individu berubah dari waktu kewaktu.
Sarana program akan digunakan dalam pengolahan data pada proposal tidak sesuai
dikarenakan kesulitan mendapatkan program PLS.

REFERENSI
Chenhanll, (2004). The Role of Cognitif and Affective Cobflict in early implementation of
Activity Based Cost Management. Behavioral reaserch in accounting 16.
Tim. Pokja (2001), system akuntansi Keuangan Daerah . tim Evaluasi dan percepatan
pertimbangan pusat dan daerah: Jakarta
Nurlela, siti dan rahmawati (2010), Faktor keprilakuan organisasi terhadap system akuntansi
keuangan daerah jurnal symposium nasional
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung

55

Dokumen yang terkait

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

2 16 152

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN TERHADAP KEGUNAAN SISTEM KEUANGAN AKUNTANSI DAERAH Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Kabupaten Klaten.

0 3 19

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Kabupaten Klaten.

0 3 18

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (Studi Kasus Di Dppkad Subosukawonosraten).

0 7 19

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (Studi Kasus Di Dppkad Subosukawonosraten).

0 2 15

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pengaruh Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pengaruh Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

0 1 16

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pengaruh Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Kabupaten Boyolali Skripsi.

0 1 15

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pengaruh Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Kabupaten Boyolali Skripsi.

0 1 17

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN RUMAH SAKIT DENGAN KONFLIK KOGNITIF DAN AFEKTIF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 15