17. Proseding G Senyang Kisman

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG
KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Kisman dan Bambang Nugroho Widi
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Gunung Senyang merupakan salah satu daerah mineralisasi emas dan logam dasar.
Secara administratif daerah ini termasuk wilayah Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat. Gunung Senyang adalah daerah perbukitan dengan ketinggian
antara 600-675 meter diatas permukaan laut, dengan lereng dari landai hingga terjal. Secara
geologi disusun oleh dominasi batuan intrusi pada bagian atas dan batuan metasedimen pada
bagian bawah. Batuan metasedimen merupakan batuan tertua, di susul oleh intrusi diorit dan
endapan aluvium. Struktur geologi yang berkembang adalah berupa sesar geser dengan arah
umum utara-selatan dan sesar normal (graben?).
Mineralisasi di tandai oleh urat kuarsa menerobos intrusi diorit dan setempat pada
batuan metasedimen yang mengandung bijih sulfida (emas dan logam dasar) membentuk
suatu zona (ketebalan urat kuarsa kurang dari 1 cm hingga 3 cm). Di bagian utara (Sungai
Entinyuh) asosiasi mineral berupa pirit, kalkopirit dan galena. Sedangkan di bagian selatan
yaitu di Sungai Paju mineralisasi ditandai oleh urat kuarsa, menerobos batuan diorit dengan
arah N290ºE-N330ºE, kemiringan sampai 80º. Urat kuarsa berwarna putih abu-abu, tekstur
gigi anjing dan vuggy dan terdapat sulfida pirit.
Jenis alterasi yang terbentuk di daerah penyelidikan secara kasad mata adalah

silisifikasi, argilitisasi sebagian propilitisasi tetapi sangat terbatas pada daerah-daerah sesar.
Sedangkan butiran emas ditemukan dalam konsentrat dulang dari Sungai Bungo. Hasil dari
analisis mineralogi butir, emas teridentifikasi memiliki bentuk dan ukuran butiran yang
bervariasi dari VFC (sangat halus) hingga CC (sangat kasar) dengan bentuk sub angular
hingga sub rounded. Emas letakan berasal dari daerah aliran Sungai Bungo pada lokasi SSE15MN02P, SSE-15MN04P dan SSE-15MN211P.
Berdasarkan hasil analisis Fire assay conto batuan kandungan emas dari daerah aliran
sungai (DAS) Bungo memiliki kadar 11,82 gr/ton Au, DAS Entinyuh kadar 4,90 gr/t Au dan
dari DAS Paju menunjukkan kadar 14,38 gr/t Au. Hasil analisis mineragrafi pada conto SSE15MN193F menunjukkan butiran emas berasosiasi dengan sfalerit, pirit kalkopirit dan galena.
Pada conto yang lain ditemukan adanya stibnit. Sedangkan hasil analisis petrografi pada conto
SSE-15MN198R dijumpai adanya mineral biotit sekunder. Dengan data tersebut dapat
diperkirakan bahwa mineralisasi terbentuk atau bergerak dari suhu tinggi ke suhu rendah (tipe
porfiri-tipe epitermal).
PENDAHULUAN
Kegiatan survei geokimia tanah
sebagai salah satu tahapan tindak lanjut
dari kegiatan penyelidikan mineral logam
di daerah perbatasan Malaysia–Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat tahun
2012. Informasi dari hasil kegiatan tersebut
adalah terdapatnya anomali geokimia

unsur Au dari conto sedimen sungai aktif
dan atau batuan. Hasil analisis conto

sedimen sungai aktif di daerah kaki
Gunung Senyang terdapat unsur Au 3.902
ppb.
Penambangan emas aluvial atau
koluvial terletak pada kaki Gunung
Senyang di bagian utara, di lokasi tersebut
terdapat
batusabak
terkersikan
bersentuhan dengan diorit atau granodiorit
oleh van Schelle,1884 (dalam Tim
Penyelidikan, 2012). Survei
geokimia

tanah di daerah Gunung Senyang secara
administratif termasuk ke dalam wilayah
Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau

Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 1).
Survei geokimia tanah dilakukan untuk
mengetahui penyebaran unsur–unsur
logam dalam tanah dan mendapatkan
zona-zona anomali unsur logam. Makalah
ini merupakan salah satu bagian dari data
hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya
Geologi Tahun Anggaran 2015.
METODOLOGI
Survei geokimia tanah di daerah
Gunung Senyang dilakukan dengan cara
pengamatan geologi konvensional disertai
pengambilan conto tanah interval 50 meter
pada horizon B dengan metoda ridge and
spur, conto batuan dengan chip sampling.
Analisis kimia unsur dilakukan di
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi
dengan metoda AAS dan Fire Assay.
Unsur yang dianalisis adalah unsur Au, Ag,
Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, As, Mo, Sb, Hg dan Li.

Selain metoda AAS dan Fire Assay juga
analisis fisika mineral yang terdiri dari
petrografi untuk mengetahui jenis mineral
penyusun batuan dan mineragrafi untuk
mengetahui jenis mineral logam atau
mineral bijih yang membentuk endapan
bijih. Pengolahan data hasil analisis kimia
unsur dari conto tanah dengan statistik
deskriptif menggunakan program excel dan
plotting dalam peta dengan program
Mapinfo-11.

Litologi daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi tiga satuan batuan tersusun
dari yang berumur tua ke muda yaitu:
Satuan batuan metasedimen, satuan
batuan intrusi dan endapan alluvium
dengan sisipan batu lempung (Gambar 2).
Satuan batuan metasedimen terdapat dua
jenis yaitu berupa perselingan batupasir

dan batu lempung. Batuan lempung
umumnya berwarna abu-abu sampai
warna gelap (Gambar 3). Sedangkan
batupasir berbutir halus sampai kasar
berwarna putih terdapat kesan perlapisan
warna coklat muda hingga kuning
(Gambar 4).
Satuan batuan beku sebagai intrusi
di daerah Gunung Senyang yaitu diorit,
dasit dan andesit. Satuan batuan diorit
banyak tersingkap disekitar Sungai Bungo,
Sungai Entinyuh, Sungai Paju dan di
puncak-puncak bukit (Gambar 5). Satuan
alluvium
dengan
sisipan
lempung,
batulumpur yang masih lunak dan endapan
kerikil pasir beraneka bahan (Gambar 6).
Struktur

geologi
di
daerah
penyelidikan pada umumnya berupa sesar
dengan arah umum utara-selatan. Sesar
geser pada satuan batuan metasedimen
dijumpai dilokasi Sungai Paju, dengan jelas
terlihat pergeseran alur lapisan yang sama
sebagaimana Gambar 7. Sedangkan
struktur kekar yang terisi mineral sulfida
umumnya akan berpotongan dengan
struktur utama, dengan arah N130oEN160oE atau N310oE-N325oE.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Morfologi daerah penyelidikan
dibagi dua satuan yaitu: satuan bukit terjal
mengelilingi Gunung Senyang di sekitarnya
dan bukit-bukit rendah bergelombang
seiring dengan jarak yang menjauh dari
puncak. Bagian morfologi tertinggi adalah

puncak
Gunung
Senyang
dengan
ketinggian antara 600-675 meter. Pola
aliran sungai-sungai yang terbentuk
berpola radial dengan stadium yang relatif
masih muda berbentuk huruf V.

Mineralisasi
Mineralisasi
terbentuk
karena
adanya penetrasi larutan hidrotermal
melalui struktur rekahan dan terperangkap
diantara batuan yang dilaluinya (trap).
Data yang diperoleh dari pengamatan di
lapangan
memberikan
gambaran

mineralisasi banyak terbentuk pada batuan
intrusi. Mineralisasi yang terbentuk
berpengaruh terhadap adanya batuan
ubahan yang bersifat lokal, umumnya pada
batuan diorit. Mineralisasi dicirikan oleh

adanya urat kuarsa halus (ketebalan
kurang dari 1 cm hingga sekitar 3 cm) yang
membentuk suatu zona ditandai adanya
pirit dan mineral lain seperti kalkopirit,
spalerit dan galena.
Ada tiga lokasi yang diperkirakan
memiliki
indikasi
mineralisasi
yang
signifikan yaitu : Mineralisasi di daerah
aliran sungai (DAS) Bungo (conto batuan
S. Bungo_R) dan ditemukannya butiran
emas dari konsentrat dulang. Mineralisasi

di (DAS) Paju dicirikan oleh adanya urat
kuarsa (SSE-15MN197R) menerobos
batuan diorit dengan arah antara N290ºEN330ºE dan kemiringan sampai 80º. Urat
kuarsa berwarna putih-abu-abu bening
hingga kecoklatan, bertekstur paralel dan
gigi anjing. Alterasi yang terjadi di sekitar
urat kuarsa adalah silisifikasi dan
argilitisasi pada beberapa bagian dijumpai
pirit halus (Gambar 8). Float urat kuarsa
mengandung mineral sulfida ditemukan di
Sungai Entinyuh (SSE-15MN207F) seperti
pada Gambar 9.
ANALISIS DAN HASIL
Fotomikrograf specimen conto
SSE-15MN207F terlihat beberapa mineral
sulfida (Gambar 10). Pada conto specimen
yang berasal dari (DAS) Bungo,
fotomikrograf disajikan pada Gambar 11.
Berdasarkan data hasil analisis conto
batuan kandungan unsur emas mencapai

11,83 ppm.
Hasil
analisis
kimia
batuan
menunjukkan terdapat tiga conto yang
memiliki kadar emas cukup signifikan yaitu
conto SSE-15MN207F berkadar 4,90 gr/t
Au; conto S. Bungo_R berkadar 11,83 gr/t
Au dan SSE-15MN193F sebesar 14,38 gr/t
Au. Ketiga conto tersebut merupakan
conto-conto dengan kadar emas tertinggi
dibanding conto-conto lainnya.
Hasil analisis petrografi dari conto
SSE-15MN198R terdapat mineral biotit
sekunder (Gambar 12). Hasil analisis
mineragrafi memperlihatkan mineral emas
berasosiasi dengan kalkopirit, sfalerit,

galena dan stibnit (Gambar 13). Begitu pula

hasil
analisis
mineralogi
butir
memperlihatkan butiran emas dengan
berbagai ukuran dari halus VFC hingga
kasar MC dan berbagai bentuk dari sub
angular hingga sub rounded (Gambar 14).
Korelasi antara hasil analisis kimia,
petrografi dan mineragrafi sayatan tipis
saling mendukung cukup baik. Kondisi
seperti tersebut di atas dapat diduga
bahwa proses mineralisasi yang terbentuk
pada range dari suhu rendah sampai suhu
tinggi (tipe epitermal ke mesotermal).
Analisis statistik deskriptif terhadap
nilai unsur dari 236 conto tanah horizon B
berupa mean, standar deviasi, jumlah
conto, nilai minimal, nilai maksimal dan
tingkat
kepercayaan.
Setiap
conto
dianalisis sebanyak 11 unsur logam yaitu :
Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, As, Mo, Sb
dan Li dengan satuan kadar ppm kecuali
Au dan Hg dalam ppb dan Fe (%). Hasil
pengolahan data dirangkum dan disajikan
pada Tabel 1 dan koefisien korelasi antar
unsur disajikan pada Tabel 2.
Penentuan besarnya anomali unsur
kimia dibuat menjadi empat kelas yaitu :
 Kelas-1 nilai minimum s.d. mean
 Kelas-2 mean s.d. mean + Standar
deviasi
 Kelas-3 mean + Standar deviasi s.d.
mean + 2 Standar deviasi
 Kelas-4 mean + 2 Standar deviasi s.d.
nilai maksimum.
Penggambaran peta sebaran unsur
dibuat berdasarkan kelas yang ada dengan
perbedaan besarnya lingkaran padat pada
setiap titik-titik lokasi. Hasil proses
pengolahan data tersebut ditampilkan
dalam peta yang menunjukkan penyebaran
unsur, sebagai contoh untuk unsur Au, As
dan Hg diperlihatkan pada Gambar 15,
Gambar 16 dan Gambar 17. Sedangkan
hasil analisis conto batuan tidak dilakukan
pengolahan data statistik sebagaimana
conto tanah horizon B, tetapi hanya
dilakukan plotting langsung dalam peta
(Gambar 18).

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis kimia
terhadap 236 conto tanah horizon B, maka
karakteristik kandungan unsur Au adalah
kadarnya berkisar antara 1 ppb - 169 ppb
dengan nilai mean 21,79 ppb. Hasil paling
tinggi terdapat pada conto SSE/15MN23S
dengan koordinat lokasi (110.3110;
0.894146). Lokasi tersebut di punggungan
sebelah kiri hulu Sungai Bungo. Untuk As
kadarnya berkisar antara 0 ppm - 64 ppm
dengan nilai mean 11,7 ppm. Hasil paling
tinggi terdapat pada conto SSE/15MN220S
dengan
koordinat
lokasi
(110.366;
0.888723) . Lokasi tersebut di punggungan
berarah tenggara yang berhadapan
dengan hulu Sungai Entinyuh. Sedangkan
Unsur Hg kadarnya berkisar antara 14 ppb
- 323 ppb dengan nilai mean 73,3 ppb.
Hasil paling tinggi terdapat pada conto
SSE/15MN93S dengan koordinat lokasi
(110.358; 0.891477). Lokasi tersebut di
puncak punggungan ujung hulu Sungai
Entinyuh.
Koefisien korelasi antar unsur
berdasarkan hasil analisis kimia conto
tanah horizon B antara unsur Au terhadap
As dan Hg menunjukkan hubungan positif
dengan nilai 0,13 dan 0,02.
Angka
koefisien korelasi tersebut di atas dapat
dijadikan sebagai dasar perkiraan bahwa
keterjadian emas di daerah penyelidikan
termasuk kategori suhu rendah.
Berdasarkan konsep hidrotermal,
mineralisasi terbentuk sedikitnya oleh tiga
faktor utama yaitu: 1) Adanya batuan
intrusi, berperan sebagai heat sources, 2)
Adanya batuan induk berperan sebagai
rumah atau tempat larutan hidrotermal
mengalami pembentukan menjadi endapan
hidrotermal (bijih), 3) Adanya struktur
berperan sebagai jalan masuknya larutan
hidrotermal dan terjebak dalam batuan
induk sebagai deposits.
Selain tiga faktor di atas faktor
lainnya adalah sirkulasi air bawah
permukaan atau ground water circulation.
Di daerah Gunung Senyang peran tersebut

telah membentuk endapan emas dan
logam dasar. Hal tersebut di atas jejaknya
terekam dari hasil pengamatan lapangan
dan analisis laboratorium bahwa dari
semua lokasi yang teramati, ada tiga lokasi
memiliki kandungan emas cukup signifikan
yang disertai logam dasar. Ketiga lokasi
tersebut yaitu: DAS Bungo, DAS Entinyuh
dan DAS Paju.
Uji pendulangan mineral berat di
lokasi endapan koluvium DAS Bungo dan
menghasilkan butiran emas dengan bentuk
sub angular hingga sub raounded, hal ini
menunjukkan bahwa mineralisasi emas
masih berasal dari sumber yang dekat.
Keyakinan bahwa mineralisasi emas dan
logam dasar di daerah penyelidikan
dikuatkan dengan pengujian silang atau
cross check antara analisis mineragrafi dan
fire assay menghasilakan data yang saling
mendukung. Hasil analisis mineragrafi
menunjukkan butiran emas berasosiasi
dengan sfalerit, pirit, kalkopirit dan galena,
sedangkan dari analisis kimia conto batuan
yang sama menghasilkan nilai kadar yang
cukup signifikan. Dari hasil analisis
petrografi (sayatan tipis) salah satu conto
batuan diorit menunjukkan adanya mineral
biotit sekunder, hal ini mengindikasikan
bahwa dilokasi tersebut dikategorikan pada
tingkat alterasi potasik.
Rekonstruksi model pembentukan
mineralisasi yang dilakukan di daerah
penyelidikan belum mendapatkan hasil
yang permanen. Untuk mendapatkan
gambaran model dilakukan pendekatan
terhadap adanya hubungan aplit dengan
urat kuarsa yang menerobos batuan diorit
daerah penyelidikan. Sketsa spekulatif
model mineralisasi daerah Gunung
Senyang disajikan pada Gambar 19.
Diperkirakan mineralisasi daerah Gunung
Senyang terbentuk dan bergerak dari suhu
tinggi ke suhu rendah (tipe porfiri-tipe
epitermal).
KESIMPULAN
1) Secara geologi daerah penyelidikan
merupakan perbukitan, disusun oleh

satuan batuan metasedimen, satuan
batuan intrusi diorit dan endapan
alluvium. Struktur geologi berupa
sesar geser berarah utara-selatan dan
sesar normal membentuk graben (?).
2) Mineralisasi ditandai dengan adanya
urat kuarsa yang menerobos batuan
diorit berarah umum baratlauttenggara. Urat kuarsa memiliki
ketebalan antara 1-3 cm mengandung
emas berasosiasi dengan sfalerit,
galena dan kalkopirit dan alterasinya
adalah silisifikasi, argilitisasi dan
propilitisasi.
3) Hasil analisis fire assay tiga conto
batuan menunjukkan kandungan
emas mencapai kadar 14,38 gr/t Au
(SSE-15MN193F); 11,83 gr/t Au
(S.Bungo_R) dan 4,90 gr/t Au (SSE15MN207F). Berdasarkan analisis

kimia conto tanah horizon B, unsur Au,
As dan Hg mempunyai koefisien
korelasi positif dengan nilai 0,13 dan
0,02 yang mengindikasikan emas
terjadi dalam kategori suhu redah.
4) Terdapatnya mineral biotit sekunder pada
analisis petrografi menunjukkan tingkat
alterasi potasik, sehingga secara genesa
mineralisasi
daerah
penyelidikan
terbentuk dan bergerak dari suhu tinggi ke
suhu rendah (tipe porfiri-tipe epitermal?).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima
kasih kepada Koordinator Kelompok
Penyelidikan Mineral dan tim editor yang
telah memberikan saran dan koreksinya
terhadap makalah ini sehingga dapat
diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA
Annonim, 2006, Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi
Bandung.
Annonim, 2012, Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Perbatasan Malaysia – Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Mineral, Bandung.
Annonim, 2014, Eksplorasi Umum Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah
Perbatasan Malaysia – Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber
Daya Mineral, Bandung.
Corbett and Leach, 1996, Southwest Pacifik Rim Gold-Copper System: Structure, Alteration
and Mineralization, Australia
Supriatna, S., Margono U., Sutrisno, de Keyser F., Langford R.P., 1993, Geologi Lembar
Sanggau, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Survei

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Gunung Senyang

Gambar 3. Singkapan Satuan Batuan Metasedimen Jenis Lempung Lokasi di Sungai Paju

Gambar 4. Singkapan Satuan Batuan Metasedimen Jenis Batupasir Lokasi di Sungai
Entinyuh

Gambar 5. Singkapan Batuan Diorit di Lereng Bukit Hulu Sungai Bungo

Gambar 6. Singkapan Lempung-Batulumpur Sebagai Sisipan Pada Endapan Alluvium
Berwarna Abu-abu Lokasi di Sungai Bungo

Gambar 7. Singkapan Sesar Geser Pada Satuan Batuan Metasedimen di Sungai Paju

Gambar 8. Singkapan Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Mengandung Mineral
Sulfida Pirit, Kalkopirit, Galena. Lokasi Sungai Paju Conto SSE-15MN197R
(110.352, 0.886995)

Gambar 9. Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Berisi Mineral Sulfida, Galena,
Spalerit, Kalkopirit dan Pirit Pada Bongkahan Float Conto SSE-15MN207F
(110.357, 0.899874)

Gambar 10. Fotomikrograf Specimen Conto SSE-15MN207F Pembesaran 4,7x Nampak
Beberapa Mineral Sulfida Pirit, Galena dan Sfalerit, Dari Hasil Analisis KIMIA menunjukkan
Kadar Emas 4,90 gr/t Au

Gambar 11. Fotomikrograf Specimen Conto S.BUNGO_R Pembesaran 20x Nampak Mineral
Galena, Hasil Analisis Kimia Kadar Emas 11,83 gr/t Au.

Gambar 12. Fotomikrograf Sayatan Tipis Batuan Diorit Terdapat Mineral Biotit Sekunder (bi)
dan Hornblenda (hb) Conto SSE-15MN198R

Gambar 13. Fotomikrograf Emas Berasosiasi Dengan Kalkopirit, Sfalerit dan Galena Lokasi
(SSE-15MN193F) Sungai Paju.

Gambar 14. Fotomikrograf Butiran Emas Dengan Bentuk Sub Angular Hingga Sub Rounded
(SSE-15MN211P) daerah Sungai Bungo.

Gambar 15. Peta Sebaran Unsur Au (ppb) Pada Conto Tanah Horizon B

Gambar 16. Peta Sebaran Unsur As (ppm) Pada Conto Tanah Horizon B

Gambar 17. Peta Sebaran Unsur As (ppm) Pada Conto Tanah Horizon B

Gambar 18. Peta Sebaran Unsur Pada Conto Batuan Daerah Gunung Senyang

Gambar 19. Sketsa Spekulatif Model Mineralisasi Daerah Gunung Senyang

Tabel 1. Rangkuman Statistic Deskriptif Dari Conto Tanah Horizon B Daerah Gunung
Senyang
Descriptive

Cu_ppm

Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Confidence Level(95.0%)

29.2
1.1
26
15
17.2
296.9
9.9
2.2
143
3
146
6886
236
2.2

Pb_ppm
40.3
0.7
38.5
35
10.7
115.5
5.0
1.6
85
12
97
9502
236
1.4

Zn_ppm

Mn_ppm

Ag_ppm

69.6
413.9
1.6
27.1
67
219.5
68
120
24.4
416.2
597.1 173251.7
6.1
5.1
1.5
2.1
209
2384
8
36
217
2420
16429
97690
236
236
3.1
53.4

Li_ppm

2.3
0.1
2.3
2.3
2.1
4.3
208.2
14.0
32.7
0.3
33
549.4
236
0.3

9.6
0.2
9
8
3.7
13.7
1.5
1.1
21
3
24
2269
236
0.5

Fe_%

Au_ppb

5.11
0.11
4.73
4.51
1.71
2.94
0.26
0.69
10.16
1.12
11.28
1206.26
236.00
0.22

21.8
1.7
12.5
2
26.2
687.7
10.8
2.9
168
1
169
5142
236
3.4

As_ppm
11.7
0.9
5
2.5
13.5
183.2
0.9
1.3
64
0
64
2754.2
236
1.7

Mo_ppm
0.8
0.1
0
0
1.1
1.2
0.3
1.0
5
0
5
187
236
0.1

Sb_ppm
2.2
0.1
2
2
2.0
3.9
34.8
4.3
20
0
20
522
236
0.3

Hg_ppb
73.3
2.6
64.4
40.2
40.0
1599.6
10.3
2.5
309.2
14.3
323.4
17300.4
236
5.1

Tabel 2. Korelasi Antar Unsur Dari Conto Tanah Horizon B Daerah Gunung Senyang
Cu_ppm
Pb_ppm
Zn_ppm
Mn_ppm
Ag_ppm
Li_ppm
Fe_%
Au_ppb
As_ppm
Mo_ppm
Sb_ppm
Hg_ppb

Cu_ppm

Pb_ppm

Zn_ppm

Mn_ppm

Ag_ppm

Li_ppm

1
0.181734
0.184195
0.158132
0.085259
0.019021
0.281481
0.075776
0.001612
-0.04654
-0.08645
0.017847

1
0.261328
0.025581
0.016207
-0.16574
0.276628
0.144641
0.250493
-0.09345
-0.03267
-0.0591

1
0.410548
0.043216
0.073505
0.3879
-0.02753
-0.18465
0.019841
0.058249
0.089906

1
0.077284
-0.11214
0.560993
0.065966
-0.30782
0.024676
-0.11847
0.204335

1
-0.131
0.145177
-0.02781
-0.07367
-0.03368
0.015185
0.020573

1
-0.4906
-0.09708
0.174646
0.012772
0.000748
-0.17161

Fe_%

Au_ppb

As_ppm

Mo_ppm

Sb_ppm

1
0.220835
1
-0.30954 0.124916
1
0.061606 0.08828 -0.13906
1
-0.04587 -0.05767 0.034152 0.078293
1
0.2745 0.017253 -0.10977 0.051673 -0.03412

Hg_ppb

1