DPM1 OJK – Beranda VIII.G.17

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

NOMOR KEP-689/BL/2011 TENTANG

PEDOMAN AKUNTANSI PERUSAHAAN EFEK

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas transparansi, keterbukaan, keseragaman penyusunan, dan daya banding laporan keuangan Perusahaan Efek, maka dipandang perlu untuk menetapkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4372);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20/M Tahun 2011;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PERUSAHAAN EFEK.

Pasal 1

Ketentuan mengenai Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek diatur dalam Peraturan Nomor VIII.G.17 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.


(2)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN - 2 -

Pasal 2

Ketentuan dalam peraturan ini berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.

Pasal 3

Dalam rangka penyusunan laporan keuangan Perusahaan Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka ketentuan mengenai:

a. pedoman penyajian laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan sebagaimana terakhir diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP- 554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010; dan

b. tanggung jawab Direksi atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-40/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003,

dinyatakan tidak berlaku bagi Perusahaan Efek yang merupakan Emiten atau Perusahaan Publik.

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 30 Desember 2011 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

ttd

Nurhaida

NIP 19590627 198902 2 001 Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Umum ttd


(3)

LAMPIRAN

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-689/BL/2011

Tanggal : 30 Desember 2011

PERATURAN NOMOR VIII.G.17 : PEDOMAN AKUNTANSI PERUSAHAAN EFEK

1. Laporan keuangan Perusahaan Efek baik untuk keperluan penyajian kepada masyarakat maupun untuk disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan wajib disusun dan disajikan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini.

2. Perusahaan Efek wajib melakukan pencatatan transaksi, penyajian, dan pengungkapan laporan keuangan berdasarkan Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (PAPE) sebagaimana Lampiran Peraturan ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

3. Hal-hal yang tidak diatur dalam Peraturan ini, harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku.

4. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap Pihak yang melanggar ketentuan Peraturan ini, termasuk Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 30 Desember 2011 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

ttd

Nurhaida

NIP 19590627 198902 2 001 Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Umum ttd

Prasetyo Wahyu Adi Suryo NIP 19751028 198512 1 001


(4)

Lampiran : 4

Peraturan Nomor : II.E.1 CONTOH FORMAT LAMPIRAN PERATURAN KETUA BAPEPAM DAN LK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA

KEUANGAN

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

NOMOR: KEP-698/BL/2011 TENTANG


(5)

1-1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN

1.01 Penyusunan Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (PAPE) dilatarbelakangi oleh adanya keberagaman pencatatan transaksi yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan Efek (PE).

1.02 PAPE disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk teknis perlakuan akuntansi bagi PE dan pembuatan laporan keuangan, agar tercapai keseragaman dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan oleh PE. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan PE. Disamping itu, PAPE juga menjadi salah satu acuan dalam penyusunan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) PE sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1.03 PAPE memberikan acuan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan untuk transaksi spesifik PE. Transaksi yang sifatnya umum seperti pembelian peralatan kantor dan aset tetap lainnya, transaksi sewa kantor, pembayaran biaya operasional, dan transaksi umum lainnya tidak diatur dalam PAPE.

B. INDUSTRI PASAR MODAL

1.04 Industri Pasar Modal telah menunjukkan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui penyediaan pasar bagi penawaran dan perdagangan Efek serta menawarkan variasi instrumen sesuai kebutuhan publik. Kegiatan PE membuat investasi pada Efek menjadi lebih mudah dan menarik bagi publik.

1.05 Aktivitas utama PE dalam industri Pasar Modal meliputi aktivitas yang berkaitan dengan pasar perdana dan pasar sekunder. Pada pasar perdana dilakukan penghimpunan dana melalui Penawaran Umum Efek, Penawaran Umum Exchange Traded Fund (ETF), Penawaran Umum Dana Investasi Real Estat (DIRE), Penawaran Umum Efek Beragun Aset (EBA). Sedangkan pada pasar sekunder dilakukan perdagangan Efek yang telah ditawarkan pada pasar perdana.

1. Lembaga-Lembaga dalam Kegiatan Perdagangan Efek

1.06 Lembaga-lembaga yang berperan dalam kegiatan perdagangan Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) 1.07 Bapepam dan LK berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan yang bertugas melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.


(6)

b. Bursa Efek

1.08 Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka. Sebagai Self-Regulatory Organization (SRO) dan dalam rangka menciptakan perdagangan Efek yang teratur, wajar, dan efisien, Bursa Efek diberi kewenangan untuk mengatur pelaksanaan kegiatannya, khususnya yang berkaitan dengan keanggotaan bursa, perdagangan Efek dan pencatatan Efek. Saat ini di Indonesia terdapat 1 (satu) Bursa Efek yaitu PT Bursa Efek Indonesia (BEI), yang selanjutnya akan disebut Bursa Efek. c. Lembaga Kliring dan Penjaminan

1.09 Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. LKP merupakan SRO yang diberi kewenangan untuk mengatur pelaksanaan kegiatannya. Saat ini, fungsi LKP dijalankan oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Dalam pembahasan berikutnya penyebutan LKP telah mencakup KPEI.

d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

1.10 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) adalah Pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian (BK), PE, dan Pihak lain. LPP merupakan SRO yang diberi kewenangan untuk mengatur pelaksanaan kegiatannya. Saat ini, fungsi LPP dijalankan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Dalam pembahasan berikutnya penyebutan LPP telah mencakup KSEI.

e. Lembaga Penilaian Harga Efek

1.11 Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE) adalah Pihak yang melakukan penilaian harga Efek Bersifat Utang (EBU) dan Sukuk untuk menetapkan harga pasar wajar. Saat ini di Indonesia hanya terdapat 1 (satu) LPHE yaitu PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI).

f. Perusahaan Efek

1.12 Perusahaan Efek (PE) adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek (PEE), Perantara Pedagang Efek (PPE), dan/atau Manajer Investasi serta kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan Bapepam dan LK. PE adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan LK.

g. Bank Kustodian

1.13 Bank Kustodian (BK) adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam dan LK sebagai kustodian. Kustodian memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek dan mewakili Pemegang Rekening yang menjadi nasabahnya.

h. Biro Administrasi Efek

1.14 Biro Administrasi Efek (BAE) adalah Pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek. BAE dalam melaksanakan kegiatannya terlebih dahulu harus memperoleh izin usaha dari Bapepam dan LK.


(7)

1-3

i. Wali Amanat

1.15 Wali Amanat adalah Pihak yang mewakili kepentingan pemegang EBU dan/atau Sukuk. Karena EBU dan Sukuk sifatnya sepihak dan para pemegangnya tersebar luas, maka untuk mengurus dan mewakili para pemegang EBU dan/atau Sukuk tersebut dibentuk lembaga perwaliamanatan.

j. Penerbit Efek dan Emiten

1.16 Penerbit Efek adalah Pihak yang melakukan penerbitan Efek. 1.17 Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. 2. Jenis-Jenis Efek

1.18 Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan (UP) Kontrak Investasi Kolektif (KIK), kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.

1.19 Efek, diantaranya, terdiri dari: 1. Efek bersifat Ekuitas: saham.

2. Derivatif: Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), Waran, Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE), Kontrak Opsi Saham (KOS), dan Kontrak Berjangka Saham Individual (KBSI).

3. EBU: Obligasi Korporasi, Surat Berharga Negara (SBN), Medium Term Notes (MTN), Commercial Paper (CP), dan Obligasi Konversi.

4. Sukuk: Sukuk korporasi dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

5. Efek lain: UP-Reksa Dana, EBA, ETF, UP-DIRE, dan Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI).

1.20 Saat ini Efek yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah saham, Obligasi, Sukuk Korporasi, Surat Utang Negara (SUN), SBSN, Waran, HMETD, KBIE, KOS, EBA, dan ETF.

a. Saham

1.21 Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang dapat berbentuk warkat atau tanpa warkat. Saham yang berbentuk warkat dinyatakan dalam bentuk Surat Kolektif Saham (SKS) yang diterbitkan oleh Emiten. SKS dilengkapi dengan kolom endorsement yang bentuk dan isinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam SKS termuat nilai nominal saham, jumlah saham yang dimiliki, dan data pemegang saham. Sedangkan saham tanpa warkat tercatat dalam Rekening Efek di LPP secara elektronik atas nama pemegang rekening pada LPP.

1.22 Data pemegang saham yang tercantum dalam saham berbentuk warkat maupun data pemegang saham tanpa warkat yang tercatat atas nama LPP, selanjutnya dimasukkan dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) yang ada di Emiten/BAE. DPS digunakan sebagai dasar penentuan Pihak-Pihak yang berhak atas hak yang melekat pada saham tersebut (dividen, HMETD, Waran, Hak Suara, dan hak-hak pemegang saham lainnya). Berdasarkan DPS, hak yang melekat pada saham tersebut dapat langsung dikirim kepada pemegang saham yang berhak.


(8)

b. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

1.23 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, seperti saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham, dan Waran sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. Hak tersebut harus dapat dialihkan.

1.24 Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menambah modal sahamnya, wajib memberikan HMETD kepada pemegang saham lama (sebelum ditawarkan kepada Pihak lain) untuk membeli saham baru sebanding dengan persentase kepemilikannya, kecuali ditentukan lain sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.D.4 dan IX.G.1. Hal tersebut dimaksudkan agar pemegang saham lama tidak terkena dampak dilusi dari penambahan modal tersebut.

1.25 Pemegang HMETD dapat memilih untuk menggunakan haknya (exercise) atau tidak menggunakan haknya. Dalam hal pemegang HMETD memilih untuk tidak menggunakan haknya (tidak di-exercise), maka HMETD dapat dialihkan atau didiamkan.

1.26 Mekanisme perdagangan HMETD dapat dilakukan melalui pasar tunai atau pasar negosiasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bursa Efek.

c. Waran

1.27 Waran adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya Waran tersebut.

1.28 Biasanya penerbitan Waran dimaksudkan untuk memberikan daya tarik atau pemanis (sweetener) agar penawaran obligasi atau saham menjadi lebih menarik. Dalam penawaran saham atau obligasi, Waran sering dilekatkan pada saham atau obligasi tersebut (attached). Ketika saham atau obligasi dibeli, Waran dapat dipisahkan (detachable), dan diperdagangkan di Bursa Efek.

1.29 Jika Waran dilekatkan pada obligasi, maka pemegang obligasi tersebut tidak hanya memperoleh bunga, tetapi juga memperoleh hak untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu. Apabila harga pasar saham tersebut lebih tinggi dari harga pertukaran, maka akan lebih menguntungkan jika Waran dikonversi. Di lain pihak, Waran akan memberikan daya tarik bagi perusahaan yang mengeluarkan Waran (Penerbit Efek) karena obligasi dimana Waran tersebut melekat dapat dijual dengan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga obligasi di pasar.

1.30 Mekanisme dan penyelesaian perdagangan Waran sama dengan mekanisme dan penyelesaian perdagangan saham di Bursa Efek.


(9)

1-5

d. Kontrak Berjangka Indeks Efek

1.31 Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE) adalah janji untuk menjual atau membeli Efek atau sekumpulan Efek dalam bentuk indeks pada Angka Indeks Efek Tertentu dengan penyelesaian di waktu yang akan datang, yang mewajibkan setiap Pihak untuk memenuhi perjanjian tersebut pada saat jatuh tempo.

e. Opsi Saham

1.32 Opsi Saham adalah hak yang dimiliki oleh pihak untuk membeli (call option) dan/atau menjual (put option) kepada pihak lain atas sejumlah saham (underlying stock) pada harga (strike price) dan dalam waktu tertentu.

1.33 Kontrak Opsi Saham (KOS) adalah satuan perdagangan Opsi Saham ditetapkan dalam satu satuan kontrak.

f. Kontrak Berjangka Saham Individual

1.34 Kontrak Berjangka Saham Individual (KBSI) adalah Kontrak untuk menjual atau membeli sejumlah underlying saham individual pada harga yang disepakati pada suatu waktu tertentu di masa datang.

g. Obligasi Korporasi (Corporate Bond)

1.35 Obligasi Korporasi merupakan bukti pengakuan utang yang diterbitkan melalui Penawaran Umum oleh perusahaan dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Perjanjian penerbitan obligasi antara lain memuat jumlah nilai nominal obligasi, denominasi, jumlah satuan pemindahbukuan, tingkat bunga (coupon rate), jatuh tempo obligasi, serta hak dan kewajiban debitur dan pemegang obligasi. Satuan pemindahbukuan adalah satuan jumlah obligasi yang dapat dipindahbukukan dan diperdagangkan dari satu Rekening Efek ke Rekening Efek lainnya. Perhitungan accrued interest untuk Obligasi Korporasi mengacu ke prospektus obligasi.

h. Surat Berharga Negara

1.36 Surat Berharga Negara (SBN) adalah SUN dan SBSN. i. Surat Utang Negara

1.37 Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

1.38 SUN terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara (T-Bills) dan Obligasi Negara (Government Bond). Surat Perbendaharaan Negara berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan pembayaran bunga dilakukan secara diskonto. Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto.

1.39 Jumlah hari bunga (day count) untuk perhitungan bunga berjalan (accrued interest) menggunakan basis jumlah hari bunga sebenarnya (actual per actual).


(10)

j. Obligasi Konversi

1.40 Obligasi Konversi adalah obligasi yang memiliki hak (opsi) untuk dapat dipertukarkan dengan saham dari perusahaan yang menerbitkan Obligasi Konversi pada waktu tertentu. Oleh karena itu, pada saat Obligasi Konversi diterbitkan, penerbit Obligasi Konversi akan menentukan tanggal dan harga pertukaran.

k. Sukuk Korporasi

1.41 Sukuk Korporasi adalah Efek Syariah,yang diterbitkan oleh perusahaan, berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas: 1. Aset berwujud tertentu;

2. Nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;

3. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada; 4. Aset proyek tertentu; dan/atau

5. Kegiatan investasi yang telah ditentukan. l. Surat Berharga Syariah Negara

1.42 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

m. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif

1.43 Unit Penyertaan (UP) adalah satuan ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap Pihak dalam portofolio investasi kolektif. UP lahir dari dana investasi kolektif berupa Reksa Dana maupun dana investasi kolektif selain Reksa Dana.

1) Reksa Dana

1.44 Reksa Dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

1.45 Reksa Dana dapat berbentuk perseroan atau KIK. Reksa Dana berbentuk perseroan adalah Emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di Pasar Modal dan pasar uang. KIK adalah kontrak antara Manajer Investasi dan BK yang mengikat pemegang UP dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan BK diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.

1.46 Reksa Dana dapat bersifat terbuka atau tertutup. Reksa Dana terbuka adalah Reksa Dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali UP-nya atau saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Sedangkan Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli kembali UP atau saham-saham yang telah dijual kepada pemodal.


(11)

1-7

1.47 Macam-macam Reksa Dana sesuai dengan kebijakan dan mekanisme investasinya dapat dibagi menjadi :

1. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa Dana yang hanya melakukan investasi pada EBU dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh perseratus) dari asetnya dalam bentuk EBU.

3. Reksa Dana Saham

Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh perseratus) dari asetnya dalam Efek bersifat Ekuitas.

4. Reksa Dana Campuran

Reksa Dana yang melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan EBU yang perbandingannya tidak termasuk paragraf 1.47 angka 2 dan angka 3.

5. Reksa Dana Terproteksi, Reksa Dana dengan Penjaminan, dan Reksa Dana Indeks:

a. Reksa Dana Terproteksi memiliki mekanisme proteksi dalam kebijakan investasinya sehingga jumlah investasi yang terproteksi sekurang-kurangnya sama dengan jumlah investasi awal.

b. Reksa Dana dengan Penjaminan memiliki jaminan dari Penjamin (Guarantor) sehingga jumlah investasi yang dijamin sekurang-kurangnya sama dengan jumlah investasi awal.

c. Reksa Dana Indeks melakukan investasi pada Efek yang merupakan bagian dari kumpulan Efek yang berada dalam suatu indeks.

6. Reksa Dana yang UP-nya diperdagangkan di Bursa Efek 7. Reksa Dana Berbentuk KIK-Penyertaan Terbatas

Reksa Dana yang menjadi wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari Pemodal Profesional yang selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi pada portofolio Efek.

1.48 Nilai Aktiva Bersih (NAB) awal untuk setiap UP dari Reksa Dana wajib ditetapkan sebesar Rp1.000,- (seribu rupiah). Sedangkan Reksa Dana yang menggunakan denominasi mata uang asing, maka NAB awal wajib ditetapkan sebesar US$ 1 (satu dolar Amerika Serikat) atau EUR 1 (satu Euro).

1.49 NAB awal setiap UP-Reksa Dana Berbentuk KIK-Penyertaan Terbatas wajib ditetapkan sebesar Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Sedangkan UP-Reksa Dana Berbentuk KIK-Penyertaan Terbatas yang menggunakan denominasi mata uang asing, maka NAB awal setiap UP wajib ditetapkan sebesar US$ 500.000 (lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) atau EUR 500.000 (lima ratus ribu Euro).

1.50 Reksa Dana Pasar Uang tidak memungut biaya penjualan dan biaya pembelian kembali UP. NAB per unit dihitung dengan cara dimana nilai aset akhir per unit sama dengan nilai aset awal per unit, dengan melakukan pembagian hasil yang diperoleh dalam bentuk UP setiap hari. Selain Reksa Dana Pasar Uang, NAB dihitung sesuai dengan nilai pasar wajar dari portofolio investasi.

1.51 Penawaran Umum saham atau UP-Reksa Dana dengan Penjaminan dan Terproteksi bersifat terbatas baik dalam masa penawaran maupun jumlah saham atau UP yang ditawarkan.


(12)

1.52 Penawaran Umum saham atau unit Reksa Dana Indeks dapat bersifat terus menerus atau terbatas baik dalam masa Penawaran Umum Reksa Dana Indeks maupun jumlah saham atau UP yang ditawarkan.

2) Exchange Traded Fund

1.53 Exchange Traded Fund (ETF) adalah Reksa Dana berbentuk KIK yang UP-nya diperdagangkan di Bursa Efek, dimana terdapat Dealer Partisipan yang menandatangani perjanjian dengan Manajer Investasi pengelola Reksa Dana berbentuk KIK yang UP-nya diperdagangkan di Bursa Efek untuk melakukan penjualan atau pembelian UP-Reksa Dana dimaksud baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pemegang UP-Reksa Dana dimaksud.

1.54 Manajer Investasi wajib membuat kontrak dengan Sponsor jika dalam penciptaan UP berbentuk KIK yang UP-nya diperdagangkan di Bursa Efek melibatkan Sponsor, yang diantaranya memuat jumlah minimum setoran Efek atau uang Sponsor yang akan dibelikan Efek yang membentuk Portofolio Efek Reksa Dana dimaksud dan jangka waktu kesanggupan Sponsor untuk tidak melakukan penjualan kembali.

3) Dana Investasi Real Estat

1.55 Dana Investasi Real Estat (DIRE) adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada aset Real Estat, aset yang berkaitan dengan Real Estat dan/atau kas dan setara kas.

1.56 Dalam rangka menjalankan kegiatan sebagai Pengelola DIRE, Manajer Investasi bekerja sama dengan BK membentuk KIK. KIK-DIRE dapat menginvestasikan dananya dan/atau tanpa menggunakan Special Purpose Company.

1.57 Dalam hal DIRE berbentuk KIK menggunakan Special Purpose Company untuk melakukan investasi, maka Special Purpose Company tersebut wajib mendistribusikan seluruh hasil investasi kepada DIRE berbentuk KIK dan Pihak lain secara proporsional.

1.58 DIRE berbentuk KIK dapat mencatatkan UP-nya di Bursa Efek. Dalam hal DIRE berbentuk KIK tidak mencatatkan UP-nya di Bursa Efek, maka Manajer Investasi DIRE berbentuk KIK wajib membeli UP apabila Pemegang UP melakukan penjualan kembali.

4) Efek Beragun Aset

1.59 Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek yang diterbitkan oleh KIK-EBA yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivable), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek Bersifat Utang (EBU) yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.


(13)

1-9

1.60 Berdasarkan jenisnya EBA dapat dikelompokkan menjadi: 1. EBA Arus Kas Tetap

adalah EBA yang memberikan pemegangnya penghasilan tertentu seperti kepada pemegang EBU.

2. EBA Arus Kas Tidak Tetap

adalah EBA yang menjanjikan pemegangnya suatu penghasilan tidak tertentu seperti kepada pemegang Efek bersifat Ekuitas.

n. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

1.61 Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI) adalah Efek yang memberikan hak kepada pemegangnya atas Efek Utama yang dititipkan secara kolektif pada BK yang telah mendapat persetujuan Bapepam dan LK.

3. Kegiatan SRO a. Bursa Efek

1.62 Fasilitas perdagangan di BEI telah dilengkapi dengan Sistem perdagangan elektronik. Saat ini, BEI memiliki 4 (empat) sistem perdagangan yaitu Jakarta Automated Trading System Next Generation (JATS Next G) untuk pasar saham, Jakarta Option Trading System (JOTS) untuk pasar KOS, Future Automated Trading System (FATS) untuk pasar KBIE dan Fixed Income Trading System (FITS) untuk pasar surat utang.

1.63 Untuk memperluas akses pasar, Bursa Efek menerapkan Sistem Remote Trading. Remote Trading adalah sistem perdagangan Efek yang diselenggarakan oleh Bursa Efek bagi Anggota Bursa (AB) dengan menggunakan sistem perdagangan Bursa, Perangkat Remote Trading Bursa, Jaringan dan Perangkat Remote Trading Anggota Bursa Efek.

b. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)

1.64 PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) adalah perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha untuk bertindak sebagai LKP yang berfungsi memberikan jasa-jasa antara lain: kliring, penjaminan, Pinjam-Meminjam Efek (PME), dan jasa-jasa lain yang terkait dengan kliring dan penjaminan.

1.65 Kliring yaitu suatu proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa.

1.66 Penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa adalah kewajiban LKP untuk seketika dan langsung mengambil alih tanggung jawab Anggota Kliring (AK) yang gagal memenuhi kewajibannya berkaitan dengan penyelesaian Transaksi Bursa dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut pada waktu dan cara yang sama sebagaimana diwajibkan kepada AK yang bersangkutan.

1.67 Dalam mendukung fungsi LKP, saat ini berdasarkan peraturan perundang-undangan, AK wajib menyetor uang sebagai sumbangan untuk dana jaminan sebesar persentase tertentu dari nilai Transaksi Bursa AK. Dana ini berstatus sebagai milik industri Pasar Modal, dikelola oleh LKP, dan hanya dapat digunakan untuk memenuhi penjaminan penyelesaian atas kegagalan Transaksi Bursa.


(14)

1.68 LKP bertanggung jawab memastikan bahwa semua pesanan Transaksi Bursa AK sebelum dilaksanakan, mempunyai agunan yang cukup pada Rekening Jaminan AK dan rekening tersebut dikendalikan untuk penyelesaian kewajiban AK kepada LKP.

1.69 Dalam rangka membatasi risiko transaksi AK, LKP menerapkan pembatasan Transaksi Bursa (trading limit) kepada AK.

1.70 LKP juga menyediakan layanan jasa PME. Penerima pinjaman adalah PE yang menjadi Anggota Kliring LKP sedangkan Pihak yang meminjamkan Efek adalah PE yang menjadi Anggota Kliring LKP, BK, dan Pihak lain yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan LKP dan telah menandatangani perjanjian. c. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)

1.71 PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) adalah perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha untuk bertindak sebagai LPP yaitu sebagai Kustodian sentral melakukan kegiatan penyelesaian dan penyimpanan dengan cara pemindahbukuan baik dana maupun Efek. Sistem yang digunakan untuk melakukan pemindahbukuan dikenal dengan namaCentral Depository-Book Entry Settlement System (C-BEST).

1.72 Central Depository-Book Entry Settlement System (C-BEST) adalah sistem penyelenggaraan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi Efek secara pemindahbukuan yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan sarana komputer.

1.73 Layanan jasa yang diberikan oleh LPP adalah jasa Kustodian sentral yang meliputi antara lain:

1. Administrasi Rekening Efek untuk penyimpanan Efek dan/atau dana; 2. Pemindahan Efek dan/atau dana ke dalam dan ke luar Rekening Efek;

3. Pemindahan Efek dari satu Rekening Efek ke Rekening Efek lainnya dengan atau tanpa pembayaran;

4. Pembayaran atau distribusi hasil tindakan korporasi seperti pembagian dividen tunai, dividen saham, dan saham bonus; distribusi HMETD, Waran, dan saham hasil Penambahan Modal Tanpa HMETD; pelaksanaan hak berkenaan dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); dan pelaksanaan distribusi Efek hasil penggabungan usaha, peleburan usaha, pemecahan nominal Efek (Stock Split), atau penggabungan nominal Efek (Reverse Stock).

5. Jasa lainnya yang terkait dengan jasa tersebut di atas, antara lain: a. Post Trade Processing (PTP);

b. Penyediaan Sistem Administrasi Agun Efek;

c. Penyediaan fasilitas (Acuan Kepemilikan Sekuritas) AKSes; dan

d. Penyediaan laporan-laporan terkait dengan layanan jasa kustodian sentral. 1.74 Layanan jasa kustodian sentral diberikan bagi Pihak-Pihak yang telah membuka Rekening Efek di LPP, dan Nasabah Pemegang Rekening, antara lain dalam rangka pelaksanaan:

a. Penyelesaian Transaksi Efek;


(15)

1-11

c. Pemberian akses informasi kepada nasabah PE atau Kustodian atas saldo Efek dan/atau dananya yang disimpan pada Sub Rekening Efek atas nama nasabah tersebut pada LPP.

1.75 Yang dapat menjadi Pemegang Rekening di LPP adalah: 1. PE;

2. BK; dan

3. Pihak lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal.

1.76 Pihak-Pihak sebagaimana dimaksud di atas wajib :

1. Membuka 1 (satu) Rekening Efek untuk menyimpan Efek dan/atau dana miliknya sendiri; dan

2. Membuka sub-Rekening Efek untuk menyimpan Efek dan/atau dana masing-masing nasabahnya apabila mengadministrasikan Efek dan/atau dana nasabah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Pasar Modal.

1.77 Seluruh dana yang tercatat dalam Rekening Efek akan ditempatkan oleh LPP pada bank pembayaran dalam rekening giro khusus atas nama LPP untuk kepentingan setiap Pemegang Rekening. Rekening giro khusus tersebut terdiri dari rekening giro penyelesaian dan rekening giro operasional yang wajib dibuka oleh Pemegang Rekening di bank pembayaran.

1.78 Rekening giro penyelesaian adalah rekening giro yang khusus dipergunakan untuk pemindahbukuan dana ke/dari Rekening Efek. Rekening giro operasional adalah rekening giro yang khusus dipergunakan untuk penerimaan pemindahbukuan dana dari Rekening Efek, dan pengoperasiannya dilakukan oleh Pemegang Rekening.

4. Kegiatan Usaha PE

1.79 PE yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan LK dapat melakukan kegiatan usaha sebagai PPE, PEE, dan/atau Manajer Investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam dan LK.

a. Kegiatan PPE

1.80 Sebagai PPE, PE melakukan transaksi Efek baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan sendiri. Jika transaksi jual atau beli Efek dilakukan untuk kepentingan nasabah, maka disebut Perantara Efek (broker), sedangkan jika dilakukan untuk kepentingan sendiri, maka disebut Pedagang Efek (dealer).

1.81 PE yang melakukan kegiatan sebagai PPE dibedakan menjadi dua yaitu:

1. PPE yang mengadministrasikan Rekening Efek nasabah; dan 2. PPE yang tidak mengadministrasikan Rekening Efek nasabah.

1.82 PPE dapat melakukan fungsi baik sebagai broker maupun dealer. Sebagai broker, PE memperoleh keuntungan dari komisi transaksi Efek yang dilakukan. Sedangkan sebagai dealer, PE memperoleh keuntungan dari adanya perbedaan harga jual dengan harga beli Efek yang ditransaksikannya, atau dari adanya kenaikan


(16)

harga Efek yang dibelinya dan hak-hak yang melekat pada Efek, seperti dividen atau bunga. Kegiatan PPE diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.E.1.

1) Klasifikasi Transaksi Efek

1.83 Secara umum, kegiatan transaksi Efek dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme transaksi, tempat pelaksanaan, cara pembiayaan, dan Pihak yang berkepentingan.

a) Transaksi Berdasarkan Mekanisme

1.84 Berdasarkan mekanismenya, transaksi Efek dapat diklasifikasikan menjadi Transaksi Jual atau Beli, Transaksi PME, dan Transaksi Menjual/Membeli Efek Dengan Perjanjian Membeli/Menjual Kembali (Repo/Reverse Repo).

(1) Transaksi Jual-Beli

1.85 Dalam transaksi jual/beli terjadi pemindahan kepemilikan atas Efek. (2) Transaksi Pinjam-Meminjam Efek

1.86 Kegiatan PME antar PE lazim dilakukan dengan tujuan untuk menghindari gagal serah dari PE. Hal ini biasanya muncul jika terjadi short selling, yaitu menjual Efek yang tidak dimilikinya.

(3) Transaksi Jual/Beli dengan Janji Beli/Jual Kembali (Repo/Reverse Repo)

1.87 Transaksi Jual dengan Janji Beli Kembali (Repo) dan Transaksi Beli dengan Janji Jual Kembali (Reverse Repo) merupakan transaksi pembiayaan dengan jaminan Efek. Hak dan kewajiban masing-masing Pihak yang terkait dalam transaksi Repo/Reverse Repo ditentukan dalam perjanjian tertulis.

1.88 Transaksi Jual dengan Janji Beli Kembali (Repo) adalah transaksi dimana PPE menjual Efek kepada nasabah atau Pihak lain dengan harga yang telah ditentukan dan akan membeli kembali Efek tersebut pada tanggal tertentu dengan harga yang telah ditetapkan.

1.89 Sedangkan Transaksi Beli dengan Janji Jual Kembali (Reverse Repo) adalah transaksi dimana PPE membeli Efek dari Pihak lain dengan harga yang telah ditentukan dan akan menjual kembali Efek tersebut kepada Pihak yang sama pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari dengan harga yang telah ditetapkan. 1.90 Master Repurchase Agreement (MRA) adalah suatu perjanjian induk yang dipergunakan dalam melakukan transaksi Repo/Reverse Repo yang dikeluarkan oleh Pihak yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan LK untuk menyelenggarakan perdagangan SUN di luar Bursa Efek.

b) Transaksi Berdasarkan Tempat Pelaksanaan

1.91 Berdasarkan tempat pelaksanaan, transaksi Efek dapat diklasifikasi menjadi Transaksi Bursa dan Transaksi di Luar Bursa atau biasa disebut over the counter (OTC).


(17)

1-13

(1) Transaksi Bursa

1.92 Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh AB sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual atau beli Efek, PME, atau kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek.

(2) Transaksi di Luar Bursa

1.93 Transaksi di Luar Bursa adalah transaksi antar PE atau antara PE dengan Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak yang bukan PE.

c) Transaksi Berdasarkan Cara Pembiayaan

1.94 Berdasarkan cara pembiayaannya, transaksi Efek dapat diklasifikasikan menjadi Transaksi Tunai, Transaksi Marjin, dan/atau Transaksi Short Selling.

(1) Transaksi Tunai

1.95 Dalam Transaksi Tunai, nasabah wajib menyediakan dana/Efek untuk melakukan pesanan beli atau jual yang akan digunakan dalam penyelesaian transaksi sesuai dengan waktu yang ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perdagangan Bursa Efek.

(2) Transaksi Marjin

1.96 Transaksi Marjin adalah transaksi Efek yang penyelesaian transaksinya sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh PE dengan jaminan Efek dan/atau dana. Atas pembiayaan penyelesaian transaksi tersebut, PE dapat membebankan bunga kepada nasabahnya. Dalam hal PE memberikan pembiayaan dana melalui Transaksi Marjin, PE wajib mempunyai cukup sumber pembiayaan untuk membiayai penyelesaian transaksi pembelian Efek;

(3) Transaksi Short Selling

1.97 Transaksi Short Selling adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan. Dalam hal PE memberikan pembiayaan Efek melalui Transaksi Short Selling, PE wajib memiliki perikatan dengan LKP, PE lain, BK, dan/atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK untuk meminjam Efek yang diperlukan bagi penyelesaian transaksi penjualan Efek.

1.98 Nasabah yang membuka Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin dan/atau short selling wajib sudah dan masih mempunyai Rekening Efek reguler untuk menampung transaksi Efek yang tidak dibiayai oleh PE. Persyaratan mengenai pembukaan Rekening Efek Pembiayaan Marjin dan/atau Short Selling nasabah diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6.

d) Transaksi Berdasarkan Pihak yang Berkepentingan

1.99 Berdasarkan Pihak yang berkepentingan, transaksi Efek dapat diklasifikasi menjadi transaksi untuk kepentingan nasabah dan untuk kepentingan sendiri. Transaksi untuk kepentingan nasabah diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis transaksi yaitu Transaksi Nasabah Umum (NU), Transaksi Nasabah Kelembagaan (NK), dan Transaksi Nasabah Pemilik Rekening (NPR). Transaksi untuk kepentingan sendiri adalah transaksi untuk portofolio Efek PE.


(18)

(1) Transaksi Nasabah Umum

1.100 Transaksi Nasabah Umum (NU) adalah transaksi melalui pemesanan Efek dalam Penawaran Umum oleh pemodal yang tidak mempunyai Rekening Efek pada PE sebelum nasabah mendapatkan penjatahan Efek.

(2) Transaksi Nasabah Kelembagaan

1.101 Transaksi Nasabah Kelembagaan (NK) adalah transaksi Efek antara PE dengan NK tertentu yang didasarkan pada perjanjian antara PE dengan NK tersebut seperti perusahaan asuransi, Reksa Dana, bank, atau lembaga keuangan lainnya yang tidak mempunyai Rekening Efek pada PE tersebut.

(3) Transaksi Nasabah Pemilik Rekening

1.102 Transaksi Nasabah Pemilik Rekening (NPR) adalah transaksi Efek yang dilaksanakan oleh PE untuk kepentingan rekening nasabahnya sesuai dengan kontrak antara PE dengan nasabah tersebut, yang dibuat sesuai dengan Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 dan Nomor V.D.6.

2) Mekanisme Perdagangan Efek

1.103 Transaksi yang dilakukan oleh PPE wajib mengikuti mekanisme perdagangan Efek yang ditentukan oleh Bursa Efek dimana PPE terdaftar sebagai AB. Selanjutnya, untuk menyelesaikan transaksi Efek tersebut, PPE wajib mengikuti aturan dan proses kliring dan penjaminan dari LKP dimana PPE terdaftar sebagai anggotanya, serta proses penyelesaian dan penyimpanan dari LPP, sesuai dengan ketentuan Bursa Efek.

1.104 PPE dapat melakukan transaksi obligasi melalui mekanisme perdagangan Efek dari Bursa Efek dimana PPE terdaftar sebagai AB atau melalui transaksi di luar Bursa Efek.

a) Pembukaan Rekening Efek Nasabah

1.105 Sebelum melakukan transaksi, nasabah (kecuali NK dan NU) wajib membuka Rekening Efek/dana pada PE dengan menandatangani kontrak pembukaan Rekening Efek/dana nasabah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3, Nomor V.D.6, Nomor V.D.9, dan Nomor V.D.10.

b) Pesanan (Order) Nasabah

1.106 Transaksi jual atau beli Efek diawali dengan adanya pesanan untuk membeli atau menjual Efek tertentu pada jumlah dan harga tertentu.Untuk kepentingan nasabah, transaksi tersebut dilakukan melalui unit kerja yang menjalankan fungsi pemasaran PE, dan selanjutnya pesanan tersebut dilaksanakan oleh unit kerja yang menjalankan fungsi manajemen risiko. Transaksi untuk kepentingan sendiri langsung dilaksanakan oleh unit kerja yang menjalankan fungsi manajemen risiko. Untuk nasabah yang melakukan pesanan melalui PE bukan AB, pesanan tersebut akan diteruskan ke unit kerja yang menjalankan fungsi pemasaran PE AB.

1.107 Pemesanan Efek bersifat Ekuitas untuk kepentingan nasabah dapat dilakukan melalui unit kerja yang menjalankan fungsi pemasaran PE atau langsung


(19)

1-15

melalui sistem fasilitas penyampaian pesanan secara langsung bagi Nasabah (Online dan Direct Market Access/DMA) yang selanjutnya diteruskan ke unit kerja yang menjalankan fungsi manajemen risiko AB.

1.108 Secara umum, pesanan nasabah dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yang dikenal dengan istilah-istilah :

Market order adalah pesanan jual atau beli yang penentuan harganya didasarkan pada harga terbaik yang terjadi di Bursa Efek;

Limit order adalah pesanan jual atau beli pada harga yang telah ditetapkan oleh nasabah;

All or none (AON) atau fill or kill (FOK), yaitu transaksi hanya dapat dilaksanakan apabila jumlah Efek yang ditawarkan sesuai dengan jumlah yang dipesan, jika tidak maka transaksi tidak dilaksanakan;

Good till cancelled (GTC), yaitu transaksi dapat dilaksanakan sebelum ada pembatalan dari nasabah yang bersangkutan;

Discretionary order atau pesanan sebaik mungkin, yaitu pesanan yang dilaksanakan berdasarkan tingkat harga yang menurut pendapat PPE adalah terbaik untuk nasabahnya; dan

Good through the week (GTW) atau good through the month (GTM) yaitu pesanan yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh nasabah.

1.109 Pada saat ini AB dapat menerima segala jenis pesanan kecuali pesanan sebaik mungkin (discretionary order). Pesanan yang dimasukkan ke sistem perdagangan adalah pesanan terbatas (limit order). Pada saat memasukkan pesanan ke dalam sistem perdagangan, AB tersebut harus menentukan jumlah dan harga yang diinginkan, dan pesanan berlaku hanya untuk satu hari perdagangan (day order). Sistem perdagangan secara otomatis akan menghapus semua pesanan yang belum menjadi transaksi sampai dengan akhir jam perdagangan.

1.110 Setiap transaksi untuk kepentingan nasabah harus dibuktikan dengan pesanan tertulis kecuali ditentukan lain dalam perjanjian tertulis antara AB dengan nasabah. Bagian Pemasaran wajib mencatat pada formulir pesanan nasabah tersebut informasi rinci mengenai tanggal dan waktu penerimaan, pelaksanaan dan perubahan-perubahan pesanan, serta wajib memenuhi persyaratan pesanan yang ditentukan dengan dibubuhi cap waktu (time stamp) dan disusun secara kronologis.

1.111 AB wajib menolak pesanan dari nasabah yang menurut pertimbangannya akan menimbulkan pembentukan harga semu, tidak mengikuti mekanisme pasar atau melanggar peraturan perundangan yang berlaku.

1.112 AB wajib melaporkan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) apabila terdapat indikasi transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction).

c) Transaksi Efek di Bursa Efek

1.113 Transaksi Efek di Bursa Efek terjadi pada saat penawaran beli dan penawaran jual bertemu melalui mekanisme lelang yang berkelanjutan (continuous auction) pada sistem perdagangan.


(20)

1.114 Nasabah dapat membatalkan pesanannya setiap saat sebelum transaksi terjadi. Dalam hal transaksi tetap terjadi, walaupun nasabah telah membatalkan pesanannya, maka nasabah tetap bertanggung jawab atas transaksi tersebut, kecuali:

 Transaksi dilaksanakan 30 (tiga puluh) menit atau lebih sesudah perintah pembatalan pesanan diterima oleh PE untuk transaksi Efek yang dilakukan di Indonesia.

 Transaksi dilaksanakan 24 (dua puluh empat) jam atau lebih sesudah perintah pembatalan pesanan diterima oleh PE untuk transaksi Efek yang dilakukan di luar negeri.

1.115 Transaksi Efek di Bursa Efek hanya dapat dibatalkan apabila disetujui oleh AB Beli, AB Jual, dan Bursa Efek pada hari yang sama sebelum Kliring dilaksanakan.

1.116 Dalam hal Bursa menghentikan sementara perdagangan Efek, maka:

 Transaksi Bursa yang sudah terjadi sebelum dihentikannya perdagangan tetap berlaku.

 Transaksi Bursa sebagaimana dimaksud di atas dapat dinyatakan tidak berlaku, apabila terdapat inkonsistensi data, kesalahan data, dan/atau hilangnya data Transaksi Bursa pada sistem perdagangan Bursa yang disebabkan karena tidak berfungsinya sistem perdagangan Bursa.

1.117 Bursa Efek atau Pihak yang ditunjuk Bursa Efek menerbitkan dan menyimpan Daftar Transaksi Efek (DTE) atas transaksi AB yang merupakan bukti terjadinya transaksi melalui Bursa Efek, dan informasi tersebut dapat diakses secara elektronik oleh AB pada setiap Hari Bursa.

1.118 AB dapat mengajukan koreksi atas isi DTE kepada Bursa Efek dalam batasan waktu yang diatur Bursa Efek. Koreksi terhadap DTE hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan Bursa Efek.

1.119 Setiap AB yang melakukan perdagangan Efek di Bursa Efek, bertanggung jawab terhadap seluruh transaksi yang terjadi melalui sistem perdagangan atas nama AB yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam DTE.

1.120 Transaksi Bursa yang terjadi sebagai akibat negosiasi langsung antar AB mulai mengikat pada saat AB Beli mengkonfirmasikan melalui sistem perdagangan hasil kesepakatan yang dimasukkan oleh AB Jual ke sistem perdagangan tersebut.

1.121 AB dikenakan Biaya Transaksi, serta Biaya Kliring dan Penyelesaian oleh Bursa Efek yang besarnya ditentukan dalam peraturan Bursa Efek, LKP, dan LPP.

1.122 PPE yang melakukan transaksi baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan sendiri dikenakan pajak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

d) Konfirmasi Transaksi

1.123 Setiap AB wajib memberikan konfirmasi tertulis atas transaksi Efek kepada nasabah pada hari transaksi dilaksanakan.


(21)

1-17

e) Penyelesaian Transaksi Efek di Bursa Efek

1.124 Untuk dapat menggunakan jasa LKP dan LPP, AB wajib memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan LKP dan LPP.

1.125 Penyelesaian transaksi Efek di Bursa Efek dilakukan dengan pemindahbukuan secara elektronik di LPP. Pemindahbukuan untuk penyelesaian Transaksi Bursa adalah pemindahbukuan Efek dan/atau dana antar Rekening Efek dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban penyerahan Efek dan/atau dana yang timbul sebagai akibat Transaksi Bursa yang dilakukan oleh AB sesuai dengan ketentuan peraturan LKP dan/atau Bursa Efek.

1.126 Kliring Perdagangan Efek di Pasar Negosiasi dilakukan secara Per-Transaksi (trade for trade-TFT). Kliring Perdagangan Efek di Bursa Efek di Pasar Reguler atau Pasar Tunai dilakukan oleh LKP secara netting. Proses kliring menghasilkan dokumen yang disebut Daftar Hasil Kliring (DHK).

1.127 LKP menyediakan data elektronik Laporan Penyelesaian Kewajiban (LPK) untuk AB yang memuat informasi penyelesaian kewajiban yang telah dilakukan oleh AB pada setiap Hari Bursa. LKP menyediakan LPK paling lambat pukul 19.30 WIB pada setiap Hari Bursa untuk dapat diakses oleh AB.

1.128 Tata cara penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Negosiasi dilakukan melalui C-BEST di LPP. AB jual wajib memberi instruksi Serah Efek Terima Dana (Delivery Versus Payment/DVP) kepada LPP dan AB beli wajib memberikan instruksi Terima Efek Serah Dana (Received Versus Payment/RVP) kepada LPP dalam batasan waktu sebagaimana ditetapkan oleh Bursa Efek dan LPP.

1.129 Proses dan kegiatan Kliring transaksi Bursa antara lain meliputi:

1. Berdasarkan Daftar Transaksi Bursa (DTB), LKP menghitung hak dan kewajiban masing-masing AK dengan melakukan Kliring secara netting dan/atau Kliring secara per-transaksi.

2. Hasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada paragraf 1.129 angka 1 dituangkan dalam DHK, yang merupakan tagihan kepada AK, yang disediakan dalam bentuk elektronik agar dapat diakses AK pada Hari Bursa dilaksanakannya Transaksi Bursa selambat-lambatnya pukul 19.30 WIB LKP menerbitkan DHK tersebut dalam bentuk tercetak pada Hari Bursa berikutnya selambat-lambatnya pukul 09.30 WIB.

1.130 Proses dan kegiatan Kliring transaksi Kontrak Berjangka antara lain meliputi:

1. Berdasarkan DTB Kontrak Berjangka, LKP menetapkan posisi terbuka dan menghitung hak dan kewajiban uang secara netting atas seluruh transaksi Kontrak Berjangka dari masing-masing AK Kontrak Berjangka (AK-KB).

2. Dasar penghitungan hak dan kewajiban Kontrak Berjangka sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas untuk posisi terbuka menggunakan Harga Penyelesaian Harian setiap Hari Bursa, atau Harga Penyelesaian Final apabila pada Hari Bursa tersebut, Kontrak Berjangka dimaksud jatuh tempo.

3. Hasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dituangkan dalam DHK-Kontrak Berjangka pada Hari Bursa dilaksanakan transaksi Kontrak Berjangka pada waktu yang ditetapkan LKP.


(22)

4. Setelah LKP menerima laporan dari Bank Pembayaran mengenai status pemenuhan kewajiban AK-KB sesuai dengan DHK-Kontrak Berjangka, LKP menerbitkan Laporan Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka (LPT-Kontrak Berjangka) pada Hari Bursa pertama setelah dilakukannya transaksi Kontrak Berjangka (T+1) sesuai waktu yang ditetapkan oleh LKP.

1.131 Pelaksanaan Kliring Opsi Saham yang dilakukan LKP antara lain sebagai berikut:

1. Menetapkan posisi Opsi Saham dari setiap seri KOS untuk masing-masing Anggota Kliring Opsi Saham (AK-OS);

2. Menetapkan posisi AK-OS yang meliputi Premium dan/atau Marjin;

3. LKP melakukan penghitungan risiko AK-OS atas seluruh posisi Opsi Saham guna penghitungan kebutuhan Premium dan/atau Marjin. Apabila nilai kebutuhan Premium dan/atau Marjin tersebut lebih besar daripada Agunan yang tersedia, maka LKP menerbitkan tagihan yang dituangkan dalam DHK-OS;

4. LKP menerbitkan DHK-OS setiap Hari Bursa selambat-lambatnya pukul 17.00 WIB; dan

5. Setelah LKP menerima laporan dari Bank Pembayaran mengenai status pemenuhan kewajiban AK-OS sesuai DHK-OS, LKP menerbitkan LPT-OS pada Hari Bursa berikutnya setelah dilakukannya Transaksi Opsi Saham (T+1) sesuai waktu yang ditetapkan oleh LKP.

1.132 Proses dan kegiatan Kliring EBU dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Daftar transaksi EBU yang diterbitkan Bursa Efek, LKP menghitung hak dan kewajiban masing-masing AK-EBU;

2. Hasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada paragraf 1.132 angka 1 dituangkan dalam DHK-EBU dalam bentuk elektronik pada Hari Bursa dilaksanakannya transaksi EBU (T+0) pukul 19.00 WIB;

3. Berdasarkan DHK-EBU tersebut, selambat-lambatnya 1 (satu) Hari Bursa sebelum Tanggal Penyelesaian (S-1) pukul 14.00 WIB, AK-EBU wajib menyampaikan konfirmasi kepada LKP secara elektronik;

4. Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada paragraf 1.132 angka 3 di atas, memuat antara lain:

a. Alokasi atas transaksi yang dilakukan; b. Nama Pihak;

c. Nilai penyelesaian; d. Jenis Kliring;

e. Informasi pajak; atau

f. Agen Settlement yang ditunjuk (jika ada).

5. Berdasarkan konfirmasi AK-EBU tersebut pada paragraf 1.132 angka 3 di atas, LKP menerbitkan DHK-EBU yang telah disesuaikan dengan konfirmasi dimaksud selambat-lambatnya 1 (satu) Hari Bursa sebelum Tanggal Penyelesaian (S-1) pukul 14.15 WIB;

6. Apabila berdasarkan konfirmasi yang disampaikan AK-EBU kepada LKP yang dituangkan dalam DHK-EBU sebagaimana dimaksud pada paragraf 1.132 angka 5 di atas menyatakan bahwa penyelesaian dilakukan oleh Agen Settlement disampaikan secara elektronik kepada LKP selambat-lambatnya 1 (satu) Hari Bursa sebelum Tanggal Penyelesaian (S-1) pukul 16.00 WIB.


(23)

1-19

7. Apabila Agen Settlement menolak atau tidak menyampaikan afirmasi terhadap DHK-EBU sebagaimana dimaksud pada angka 6 di atas, maka AK-EBU wajib melakukan alokasi dan menyelesaikan transaksi EBU yang dilakukannya.

8. Setelah menerima afirmasi dari Agen Settlement sebagaimana dimaksud pada angka 6 atau penolakan sebagaimana dimaksud pada paragraf 1.132 angka 7, LKP melakukan penyesuaian terhadap EBU dengan menerbitkan DHK-EBU terakhir.

1.133 Berkenaan dengan layanan jasa PME yang diselenggarakan KPEI: 1. BK yang akan bertindak sebagai pemberi pinjaman (lender) dapat membuka:

a. 1 (satu) Rekening Efek untuk menempatkan Efek yang akan dipinjamkan; dan b. 1 (satu) Rekening Efek untuk penerimaan Efek dan/atau dana terkait dengan

peminjaman Efek.

2. BK dan AK wajib melakukan pembukaan Sub-Rekening Efek pinjam meminjam bagi nasabahnya, dalam hal nasabah AK dan/atau nasabah BK bemaksud menggunakan layanan jasa PME.

f) Penyelesaian Transaksi Dengan Uang Pengganti

1.134 AK Serah Efek yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban serah Efeknya kepada LKP wajib mengganti kewajiban serah Efek yang tidak dipenuhinya menjadi kewajiban serah uang kepada LKP (Uang Pengganti) sebesar 125% (seratus dua puluh lima perseratus) dari harga tertinggi atas Efek yang sama yang terjadi di:

 Pasar Reguler, Pasar Segera, dan Pasar Tunai yang jatuh tempo penyelesaiannya pada tanggal yang sama; dan

 Pasar Reguler dan Pasar Segera yang terjadi pada sesi pertama hari penyelesaian transaksi dimaksud.

1.135 Apabila LKP tidak memenuhi kewajibannya kepada AK Terima Efek untuk menyerahkan Efek baik sebagian maupun seluruhnya, maka LKP akan mengganti kewajiban serah Efeknya menjadi kewajiban serah uang (Uang Pengganti) kepada Angota Kliring Terima Efek sebesar 125% (seratus dua puluh lima perseratus) dari harga tertinggi atas Efek yang sama yang terjadi di:

 Pasar Reguler, Pasar Segera, dan Pasar Tunai yang jatuh tempo penyelesaiannya pada tanggal yang sama; dan

 Pasar Reguler dan Pasar Segera yang terjadi pada sesi pertama hari penyelesaian transaksi dimaksud.

g) Penyerahan Hak Yang Melekat Pada Efek

1.136 PE wajib memperhatikan tindakan penting Penerbit Efek (tindakan korporasi) tentang penyerahan hak yang melekat pada Efek yang meliputi pembagian dividen, bunga obligasi, HMETD, waran, saham bonus, pemecahan saham (stock split), dan penggabungan saham (reverse stock). Dalam melakukan pencatatan atas tindakan penting Penerbit Efek tersebut, PE wajib memperhatikan antara lain :

Tanggal pengumuman (declaration date) yakni tanggal dimana Penerbit Efek mengumumkan pembagian dividen, HMETD, waran, saham bonus, stock split, reverse stock,dan bunga obligasi;

Tanggal pencatatan (record date) yakni batas akhir tanggal pencantuman dalam DPS/Daftar Pemegang Obligasi. Pemegang saham dan pemegang obligasi yang


(24)

tercatat di DPS/Daftar Pemegang Obligasi pada tanggal pencatatan akan memperoleh hak atas dividen, HMETD, waran, saham bonus, stock split, reverse stock,dan bunga obligasi;

Tanggal pembayaran (payment date)yakni tanggal pembayaran dividen atau bunga obligasi;

Cum-date yakni tanggal terakhir dimana saham diperdagangkan masih memperoleh hak atas dividen, HMETD, dan waran;

Ex-date yakni tanggal dimana saham diperdagangkan tanpa hak memperoleh dividen, HMETD, dan waran. Pada tanggal ex-date biasanya harga pasar saham turun untuk merefleksikan jumlah dividen, HMETD, dan waran yang dibagikan.

1.137 Berkenaan dengan pelaksanaan tindakan korporasi, Perusahaan Terdaftar wajib melakukan pembayaran atau pembagian dividen tunai, dividen saham, saham bonus, atau hak-hak yang berkaitan dengan Efek melalui LPP. Untuk pelaksanaan ketentuan ini, LPP akan menyampaikan Daftar Pemegang Rekening kepada Perusahaan Terdaftar selambat-lambatnya 1 (satu) Hari Kerja setelah Tanggal Pencatatan (Recording Date).

h) Jasa Kustodian

1.138 PE yang berfungsi sebagai kustodian atas Efek yang dicatat dalam Rekening Efek nasabah bertanggung jawab untuk menyerahkan Efek dimaksud kepada nasabah atas permintaan nasabah sewaktu-waktu, kecuali Efek tersebut dijaminkan untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada PE. Efek dimaksud disebut sebagai Efek Bebas yang harus berada dalam pengendalian langsung PE.

1.139 Jika Efek nasabah yang bukan merupakan jaminan atas utang nasabah kepada PE (Efek Bebas) tidak berada dalam pengendalian langsung PE sesudah periode 5 (lima) hari kerja, maka Efek tersebut harus diganti dengan Efek yang dibeli oleh PE (beli paksa/buy in).

1.140 PE dapat memperpanjang waktu 5 (lima) hari kerja untuk membeli Efek, dengan syarat: (1) PE menyisihkan uang sejumlah nilai pasar Efek yang belum berada dalam pengendalian langsung PE tersebut dan ada dalam rekening khusus di bank atas nama PE untuk kepentingan Pemegang Rekening untuk menjamin Efek Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung PE dan (2) PE telah secara aktif dan terus menerus melakukan tindakan benar untuk memastikan Efek dimaksud dalam pengendalian langsung PE.

1.141 Penitipan Kolektif adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian. Efek yang tercatat dalam Rekening Efek pada Kustodian dianggap Efek dalam Penitipan Kolektif dan dianggap Efek sepadan. Efek sepadan adalah Efek dari jenis dan klasifikasi yang sama yang diterbitkan oleh Penerbit Efek tertentu yang menjadi objek dalam Transaksi Bursa dan penyelesaian atas transaksi tersebut tidak dapat dibatasi kepemilikan oleh Pihak tertentu, misalnya kepemilikan oleh Pihak asing, atau nomor seri sertifikat Efek tertentu.

1.142 Rekening Titipan adalah sejenis Rekening Efek pada Kustodian yang dimaksudkan untuk menyimpan Efek yang tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif, yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali atau dipindahkan dalam wujud


(25)

1-21

semula sesuai perintah Pemegang Rekening. Efek dalam rekening ini adalah Efek tidak sepadan, yang wajib dikonfirmasikan kepada Pemegang Rekening. Efek yang dititipkan dalam Rekening Titipan berbentuk warkat.

1.143 Efek yang dicatat dalam Rekening Efek bukan merupakan harta Kustodian. Oleh karena itu Efek tersebut tidak dapat diambil atau disita oleh kreditur Kustodian. Dalam hal Kustodian dilikuidasi karena pailit atau bubar, likuidator wajib mengembalikan Efek yang tercatat dalam Rekening Efek kepada Pemegang Rekening Efek yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam dan LK Nomor VI.A.3.

1.144 Dana yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada rekening bank untuk masing-masing nasabah atas nama nasabah.

1.145 Rekening Efek nasabah pada PE meliputi dana dan Efek.

b. Kegiatan PEE

1.146 Sebagai PEE, PE dapat menjalankan kegiatan penjaminan emisi Efek dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual dan kegiatan lain yang berkaitan dengan aksi korporasi, yaitu pemberian nasihat dalam rangka penerbitan Efek, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau restrukturisasi, serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam dan LK.

1.147 Kegiatan PE sebagai PEE antara lain diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.F.1 dan Nomor IX.A.7.

1.148 Kegiatan penjaminan emisi Efek dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu kegiatan sebelum pernyataan pendaftaran efektif dan kegiatan setelah pernyataan pendaftaran efektif.

1.149 Dalam melakukan kegiatan penjaminan emisi Efek tersebut, PEE dapat berpartisipasi dalam suatu sindikasi penjaminan emisi sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Lead Underwriter) atau PEE (Underwriter).

1.150 Penjamin Pelaksana Emisi Efek bertanggung jawab untuk mengorganisasikan PEE lain dan Agen Penjual dalam suatu sindikasi penjaminan emisi serta melakukan negosiasi dengan Penerbit Efek.

1.151 PEE membantu Penjamin Pelaksana Emisi Efek dalam koordinasi sindikasi tersebut. Fungsi yang membedakan keduanya terletak pada kewajiban Penjamin Pelaksana Emisi Efek untuk melakukan pencatatan aktivitas seluruh sindikasi penjaminan emisi tersebut.

1.152 Dalam hal PEE bertindak sebagai Penasihat Keuangan, PEE memperoleh pendapatan jasa penasihat keuangan.

1.153 Dalam hal PEE bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek, PEE memperoleh pendapatan penjaminan emisi Efek (underwriting fee).

1.154 Dalam hal PEE bertindak sebagai Agen Penjual, PEE memperoleh pendapatan jasa penjualan (selling fee).


(26)

1.155 Dalam hal PEE bertindak sebagai Perantara Penerbitan, PEE akan memperoleh pendapatan jasa perantara (arranger fee), jasa penjualan (selling fee), dan management fee (bila ada).

1.156 Perjanjian penjaminan emisi Efek antara lain memuat klausul mengenai jenis penjaminan (full commitment atau best effort), jasa penjaminan, jadwal emisi, ikatan dan kewajiban atas biaya, dan jasa antara Penjamin Pelaksana Emisi Efek dengan para PEE dan para Agen Penjualnya, serta penanggungan biaya oleh calon Penerbit Efek.

1.157 Pada jenis penjaminan full commitment, PEE memberikan jaminan untuk membeli seluruh Efek yang tidak terjual dalam hal terjadi under subscribed. Sedangkan pada jenis penjaminan best effort, PEE tidak menjamin untuk membeli seluruh Efek yang tidak terjual.

1.158 Over subscribed adalah kondisi dimana jumlah pemesanan melebihi dari jumlah Efek yang ditawarkan. Under subscribed adalah kondisi dimana jumlah pemesanan kurang dari jumlah Efek yang ditawarkan.

1.159 Dalam hal terjadi under subscribed, dengan perjanjian full commitment, PEE wajib membeli Efek yang tidak terserap di pasar. Namun demikian, PEE, Agen Penjual Efek, atau Pihak-Pihak terafiliasi dengannya dilarang menjual Efek yang telah dibeli atau akan dibelinya berdasarkan kontrak penjaminan emisi Efek, kecuali melalui Bursa Efek jika telah diungkapkan dalam Prospektus bahwa Efek tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek. Apabila terjadi over subscribed, PEE, Agen Penjualan Efek, atau Pihak-Pihak terafiliasi dengannya dilarang membeli atau memiliki Efek untuk rekening mereka sendiri.

c. Kegiatan Manajer Investasi

1.160 Sebagai Manajer Investasi, PE dapat melakukan kegiatan usaha berupa: 1. Pengelolaan portofolio Efek untuk kepentingan nasabah tertentu berdasarkan perjanjian Pengelolaan Dana Bersifat Bilateral dan Individual (PDBBI) yang disusun sesuai peraturan Bapepam dan LK;

2. Pengelolaan portofolio investasi kolektif untuk kepentingan sekelompok nasabah melalui wadah atau produk-produk yang diatur dalam peraturan Bapepam dan LK; dan/atau

3. Kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam dan LK. 1.161 PDBBI atau Pengelolaan Portofolio Efek untuk kepentingan nasabah secara individual adalah jasa pengelolaan dana yang dilakukan Manajer Investasi kepada satu nasabah tertentu dimana berdasarkan perjanjian tentang pengelolaan Portofolio Efek, Manajer Investasi diberi wewenang penuh oleh nasabah untuk melakukan pengelolaan Portofolio Efek berdasarkan perjanjian dimaksud.

1.162 Dalam melakukan kegiatan pengelolaan portofolio investasi kolektif, Manajer Investasi dapat menjalankan kegiatan sebagai Pengelola Reksa Dana, baik yang berbentuk Perseroan maupun yang berbentuk KIK. Dalam rangka menjalankan kegiatan sebagai Pengelola Reksa Dana berbentuk KIK, Manajer Investasi dapat menjual dan membeli kembali UP secara terus-menerus sampai dengan jumlah UP yang ditetapkan dalam kontrak.


(27)

1-23

1.163 Dalam kegiatan pengelolaan Reksa Dana, EBA, DIRE, dan PDBBI, Manajer Investasi wajib membuat perjanjian dengan BK untuk menyimpan dana dan/atau Efek nasabah.

1.164 Manajer Investasi menanggung seluruh biaya-biaya yang terjadi dalam rangka pendirian Reksa Dana, EBA, dan DIRE, antara lain biaya persiapan, administrasi, pemasaran, pencetakan, dan distribusi Prospektus pertama kali.

1.165 Manajer Investasi memperoleh pendapatan dari jasa pengelolaan (management fee) dan dapat memperoleh pendapatan dari jasa penjualan (subscription fee) dan/atau jasa pembelian kembali (redemption fee). Jasa pengelolaan (management fee) ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari NAB-Reksa Dana, EBA, dan DIRE sesuai dengan kontrak dan dibebankan secara harian serta dapat dibayarkan secara bulanan atau periode lain sesuai dengan kontrak. Jasa penjualan (subscription fee) dan/atau jasa pembelian kembali (redemption fee) besarnya ditetapkan sebesar persentase tertentu dari nilai transaksi yang dikenakan langsung pada saat transaksi.

1.166 Dalam hal Manajer Investasi melakukan PDBBI, maka Manajer Investasi memperoleh Jasa Pengelolaan (management fee) berdasarkan persentase tertentu dari total dana kelolaan (assets under management) sesuai dengan perjanjian dan dibebankan secara harian atau sesuai perjanjian serta dapat dibayarkan secara bulanan atau periode lain sesuai dengan perjanjian.

1.167 Dalam hal Manajer Investasi mengelola Reksa Dana Berbentuk KIK-Penyertaan Terbatas, maka Manajer Investasi tersebut wajib memiliki UP dari Reksa Dana Berbentuk KIK yang dikelolanya paling kurang 1 (satu) UP.

1.168 Manajer Investasi yang tidak memiliki izin usaha sebagai Penasihat Investasi dapat melakukan kegiatan sebagai Penasihat Investasi, sepanjang tidak memungut imbalan atas nasihat mengenai penjualan atau pembelian Efek yang diberikan kepada nasabahnya.

C. KERANGKA PEDOMAN PENYUSUNAN PAPE

1.169 Pedoman yang digunakan dalam menyusun PAPE ini adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK), dan Peraturan Bapepam dan LK yang berhubungan dengan PE, kemudian disebut sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK);

2. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; 3. Peraturan Bursa Efek, LKP, dan LPP; dan

4. Prinsip-prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum. D. BANGUN PRINSIP AKUNTANSI UMUM

1.170 Ketika suatu SAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi tertentu, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk item tersebut menggunakan SAK yang bersangkutan dan mempertimbangkan Panduan Aplikasi SAK yang relevan.


(28)

1.171 Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi tertentu, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi.

1.172 Dalam membuat pertimbangan, manajemen mengacu, dan mempertimbangkan keterterapan dari sumber-sumber berikut ini, sesuai dengan urutan menurun:

1. Persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait; dan

2. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

1.173 Dalam membuat pertimbangan, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lainnya dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan sumber pada paragraf 1.171.


(29)

2-1 BAB 2

INSTRUMEN KEUANGAN

2.01 Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan suatu entitas dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. A. ASET KEUANGAN

1. Definisi Aset Keuangan

2.02 Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk: 1. Kas;

2. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain; 3. Hak kontraktual:

a. Untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain; atau

b. Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut; atau

4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:

a. Non-derivatif dimana Perusahaan Efek (PE) harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau

b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan PE. Untuk tujuan ini, instrumen ekuitas yang diterbitkan PE tersebut tidak termasuk instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitkan PE tersebut di masa yang akan datang.

2. Klasifikasi Aset Keuangan

2.03 Setiap aset keuangan yang termasuk ke dalam ruang lingkup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 55 (revisi 2006) wajib diklasifikasikan ke dalam salah satu dari empat kategori utama berikut ini:

1. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (Fair Value Through Profit or Loss FVTPL);

2. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-Sale – AFS); 3. Pinjaman yang diberikan dan piutang (Loans and Receivables – L&R); dan 4. Dimiliki hingga jatuh tempo (Held-to-Maturity – HTM).

2.04 Pengklasifikasian ini penting karena menentukan pengukuran setelah pengakuan awal (subsequent measurement) aset keuangan tersebut. Klasifikasi aset keuangan harus dilakukan pada saat pengakuan awal. Reklasifikasi setelah pengakuan awal diatur lebih lanjut dalam bab ini.

a. Diukur pada Nilai Wajar Melalui Laba Rugi (FVTPL) 2.05 FVTPL memiliki dua sub-kategori, yaitu:

1. Aset keuangan yang pada saat pengakuan awal, telah ditetapkan oleh PE untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (Designated Upon Initial Recognition as at FVTPL – DUIR); dan


(30)

2. Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (Held For Trading – HT).

1) Aset Keuangan DUIR

2.06 PE dapat menggunakan penetapan ini pada saat pengakuan awal (at initial recognition), hanya bila memenuhi salah satu dari ketentuan berikut ini:

1. Mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan (kadang diistilahkan sebagai accounting mismatch) yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau

2. Kelompok aset keuangan dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci dari PE; atau

3. Dalam hal suatu kontrak campuran (hybrid contract) terdiri dari satu atau lebih derivatif melekat, PE dapat menetapkan keseluruhan kontrak campuran sebagai aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, kecuali:

a. Derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas yang dipersyaratkan oleh kontrak; atau

b. Terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa dilakukan analisis ketika instrumen campuran yang serupa pertama kali dipertimbangkan, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak diperkenankan.

2.07 Penetapan aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ini tidak dapat dicabut atau dibatalkan.

2.08 Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki harga pasar dalam suatu pasar aktif dan yang nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, tidak dapat ditetapkan sebagai DUIR.

2.09 DUIR tidak dapat diterapkan hanya pada bagian dari satu instrumen keuangan, opsi tersebut harus diterapkan pada satu instrumen keuangan secara keseluruhan.

2) Aset Keuangan yang Diklasifikasikan dalam HT

2.10 Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok HT jika:

1. Diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat (near term);

2. Merupakan bagian dari suatu portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; atau

3. Merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif). b. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM)

2.11 HTM adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan, dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta PE mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:


(31)

2-3 yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi;

2. Investasi yang ditetapkan oleh PE dalam kelompok AFS; dan 3. Investasi yang memenuhi definisi L&R.

1) Pembayaran Tetap atau Telah Ditentukan, dan Jatuh Temponya telah Ditetapkan

2.12 Suatu aset keuangan dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan HTM jika jumlah pembayaran telah ditetapkan atau dapat ditentukan serta tanggal jatuh tempo telah ditentukan dalam perjanjian kontraktual.

2.13 Instrumen utang dengan tingkat bunga variabel dapat memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai aset keuangan HTM, karena pengaturan dalam kontrak memuat jumlah dan tanggal pembayaran kepada pemegang instrumen utang tersebut.

2.14 Suatu aset keuangan tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan HTM apabila berdasarkan perjanjian kontraktual, dapat dilakukan pembayaran dimuka dan penghentian perjanjian oleh penerbitnya, sehingga pemilik aset keuangan tidak akan menerima secara substansial seluruh nilai investasi.

2.15 Instrumen ekuitas tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan HTM karena memiliki jangka waktu tak terbatas (indefinite life) atau karena jumlah yang akan diterima oleh pemegang (holder) dapat bervariasi dan tidak ditentukan, seperti opsi saham dan waran.

2.16 Saham preferen dengan jumlah pembayaran yang telah ditetapkan atau telah ditentukan, serta dengan jatuh tempo yang telah ditetapkan, dapat diklasifikasikan sebagai HTM oleh pemegangnya. Misalnya mandatorily redeemable preference shares.

2) Memiliki Intensi Positif dan Kemampuan Hingga Jatuh Tempo

2.17 PE tidak dapat mengklasifikasikan suatu aset keuangan sebagai aset keuangan HTM apabila PE bermaksud untuk memiliki aset keuangan untuk periode yang tidak ditentukan.

2.18 Klasifikasi suatu aset keuangan sebagai aset keuangan HTM berarti bahwa PE tidak akan merespon terhadap kesempatan di masa depan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan nilai wajar aset.

2.19 Suatu risiko gagal bayar (default) yang signifikan dari penerbit tidak menghalangi klasifikasi suatu aset keuangan sebagai aset keuangan HTM, selama kontrak pembayarannya tetap atau telah ditentukan dan kriteria lainnya untuk mengklasifikasikan suatu aset keuangan sebagai HTM telah terpenuhi.

2.20 Suatu aset keuangan yang telah dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman, atau merupakan bagian dari perjanjian dijual untuk dibeli kembali (repo) atau Pinjam-Meminjam Efek (PME), dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan HTM selama PE mempunyai intensi dan kemampuan untuk membayar pinjaman atau membeli kembali aset tersebut.


(1)

REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.08/2008 tentang Lelang Surat

Utang Negara di Pasar Perdana

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.08/2009 tentang Penjualan Surat Utang Negara dengan Cara Privat Placement di Pasar Perdana Dalam Negeri 6. Peraturan Bapepam dan LK Nomor III.A.10 tentang Transaksi Efek

7. Peraturan Bapepam dan LK Nomor III.B.6 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa

8. Peraturan Bapepam dan LK Nomor III.B.7 tentang Dana Jaminan

9. Peraturan Bapepam dan LK Nomor III.E.1 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek

10.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IV.B.1 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif

11.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IV.B.3 tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang Unit Penyertaannya Diperdagangkan di Bursa Efek

12.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Terbuka

13.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IV.C.4 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Terproteksi, Reksa Dana dengan Penjaminan, dan Reksa Dana Indeks 14.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IV.C.5 tentang Reksa Dana Berbentuk

Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan Terbatas

15.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.A.1 tentang Perizinan Perusahaan Efek 16.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.A.3 tentang Perizinan Perusahaan Efek

yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Manajer Investasi

17.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.C.3 tentang Lembaga Penilaian Harga Efek

18.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Perantara Pedagang Efek

19.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.4 tentang Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan oleh Perusahaan Efek

20.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.5 tentang Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan

21.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek


(2)

22.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah

oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal

23.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek

24.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.F.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek

25.Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.G.6 tentang Pedoman Pengelolaan Portofolio Efek untuk Kepentingan Nasabah secara Individual

26.Peraturan Bapepam dan LK Nomor VI.A.3 tentang Rekening Efek pada Kustodian

27.Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

28.Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.13 tentang Perlakuan Akuntansi

Repurchase Agreement (Repo) dengan Menggunakan Master Repurchase Agreement

(MRA)

29.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum

30.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.4 tentang Prosedur Penangguhan Penawaran Umum

31.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt)

32.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah 33.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu

34.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender.

35.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)

36.Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.M.1 tentang Pedoman bagi Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif

37.Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.E.1 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala oleh Perusahaan Efek

38.Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.N.1 tentang Laporan Kegiatan Bulanan Manajer Investasi

39.Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor SE-07/BL/2011 tanggal 31 Oktober 2011 tentang Pedoman Penyusunan Formulir-Formulir Modal Kerja Bersih Disesuaikan

40.Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor II-A tentang Perdagangan Efek

41.Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor II-D tentang Perdagangan Opsi Saham 42.Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor II.D.1 tentang Perdagangan Kontrak

Berjangka Indeks Efek

43.Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor III-I tentang Keanggotaan Marjin dan Short Selling


(3)

44.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor I-A-1 tentang Jasa

Kliring dan Penyelesaian Transaksi Bursa Dengan Warkat dan Secara Imobilisasi

45.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor II-5 tentang Kliring Transaksi Bursa Tanpa Warkat

46.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor II-6 tentang Pemenuhan Hak dan Kewajiban Anggota Kliring secara Pemindahbukuan 47.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor II-10 tentang Jasa

Pinjam Meminjam Efek tanpa Warkat

48.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor III tentang Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka

49.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor IV tentang Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Opsi Saham

50.Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor V-1 tentang Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Efek Bersifat Utang

51.Keputusan Direksi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Nomor KEP-016/DIR/KSEI/1209

52.PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan 53.PSAK 2 (Revisi 2009) tentang Laporan Arus Kas

54.PSAK 3 (Revisi 2010) tentang Laporan Keuangan Interim

55.PSAK 4 (Revisi 2009) tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri

56.PSAK 7 (Revisi 2010) tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi 57.PSAK 10 (Revisi 2010) tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing 58.PSAK 23 (Revisi 2010) tentang Pendapatan

59.PSAK 25 (Revisi 2009) tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

60.PSAK 50 (Revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian

61.PSAK 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

62.PSAK 56 (Revisi 2011) tentang Laba Per Saham

63.PSAK 57 (Revisi 2009) tentang Provisi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi


(4)

Daftar Singkatan

1. ACS : Alternate Cash Settlement atau dikenal juga sebagai Uang Pengganti

2. AFS : Available for Sale (Tersedia Untuk Dijual)

3. AB : Anggota Bursa 4. AK : Anggota Kliring

5. AKSes : Acuan Kepemilikan Sekuritas

6. AON : All or none

7. ASH : Agen Stabilisasi Harga 8. BAE : Biro Administrasi Efek 9. BEI : PT Bursa Efek Indonesia 10. BK : Bank Kustodian

11. B/S : Balance Sheet

12. C-BEST : Central Depository-Book Entry Settlement System

13. CP : Commercial Paper

14. DHK : Daftar Hasil Kliring

15. DIRE : Dana Investasi Real Estat atau dikenal juga sebagai REIT (Real Estate Investment Trust) adalah salah satu sarana investasi baru yang secara hukum di Indonesia akan berbentuk KIK (Kontrak Investasi Kolektif).

16. DMA : Direct Market Access

17. DPS : Daftar Pemegang Saham 18. DTB : Daftar Transaksi Bursa 19. DTE : Daftar Transaksi Efek

20. DUIR : Designated Upon Initial Recognition as at FVTPL

21. DVP : Delivery Versus Payment

22. EBA : Efek Beragun Aset 23. EBU : Efek Bersifat Utang

24. EIR : Effective Interest Rate (Suku Bunga Efektif)

25. ETF : Exchange Traded Fund

26. FATS : Future Automated Trading System

27. FITS : Fixed Income Trading System

28. FLAC : Financial Liabilities Measured at Amortized Cost

29. FOK : Fill or Kill

30. FV : Fair Value (Nilai Wajar)

31. FVTPL : Fair Value Through Profit and Loss ( Diukur Pada Nilai Wajar Melalui Laba Rugi)

32. GTC : Good Till Cancelled

33. GTM : Good Through the Month


(5)

35. HMETD : Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

36. HT : Held for Trading

37. HTM : Held to Maturity

38. ISAK : Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 39. JATS Next G : Jakarta Automated Trading System Next Generation

40. JOTS : Jakarta Option Trading System

41. KBIE : Kontrak Berjangka Indeks Efek 42. KBSI : Kontrak Berjangka Saham Individual 43. KIK : Kontrak Investasi Kolektif

44. KOS : Kontrak Opsi Saham

45. KPEI : PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia 46. KSEI : PT Kustodian Sentral Efek Indonesia 47. LKP : Lembaga Kliring dan Penjaminan 48. LPHE : Lembaga Penilaian Harga Efek 49. LPK : Laporan Penyelesaian Kewajiban

50. LPP : Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian 51. LPT : Laporan Penyelesaian Transaksi

52. L&R : Loans and Receivables

53. MKBD : Modal Kerja Bersih Disesuaikan

54. MTN : Medium Term Notes

55. MRA : Master Repurchase Agreement

56. NAB : Nilai Aktiva Bersih 57. NK : Nasabah Kelembagaan 58. NPF : Nilai Penyelesaian Final 59. NPR : Nasabah Pemilik Rekening 60. NU : Nasabah Umum

61. OCI : Other Comprehensive Income

62. OTC : Over the Counter

63. PAPE : Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek

64. PDBBI : Pengelolaan Dana Bersifat Bilateral dan Individual 65. PE : Perusahaan Efek

66. PEE : Penjamin Emisi Efek

67. PHEI : PT Penilai Harga Efek Indonesia 68. PME : Pinjam-Meminjam Efek

69. PPE : Perantara Pedagang Efek

70. PPATK : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 71. PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

72. PTP : Post Trade Processing


(6)

74. RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham

75. RVP : Received Versus Payment

76. SAK : Standar Akuntansi Keuangan 77. SBI : Sertifikat Bank Indonesia 78. SBN : Surat Berharga Negara

79. SBSN : Surat Berharga Syariah Negara 80. SKS : Surat Kolektif Saham

81. SPEI : Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

82. SRO : Self-Regulatory Organization

83. SUN : Surat Utang Negara

84. TFT : Trade for Trade

85. UP : Unit Penyertaan 86. WIB : Waktu Indonesia Barat