Kondisi Terumbu Karang dan Biota Lainnya di Perairan Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung Tahun 2007-2008 | Sjafrie | Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 6 34 1 PB

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (2): 150-156 ISSN: 0853-6384

150

Full Paper
KONDISI TERUMBU KARANG DAN BIOTA LAINNYA DI PERAIRAN
KECAMATAN SELAT NASIK KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2007- 2008
CORAL REEF CONDITION AND OTHERS ORGANISMS IN SELAT NASIK SUB DISTRICT
WATERS BELITUNG DISTRICT IN PERIOD 2007-2008
Nurul D. M. Sjafrie
CRITC COREMAP II LIPI Pusat Penelitian Oseanograi – LIPI
Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330
E-mail: ndhewani@yahoo.com

Abstract
The aims of this study were to monitor the coral reef condition, coral ishes and benthic organisms in
Selat Nasik Sub District waters. The sampling was carried out on March 2008 in 12 stations at Selat
Nasik waters that were similar to sampling station for 2007 study. Observations on benthic lifeform was
done using LIT (line intercept transect). Coral ishes was observed using Underwater Visual Census
(UVC) whereas benthic organisms was counted using Belt Transect. The result showed that the coral
reef condition in Selat Nasik Sub District water’s was still in a good condition. The number of coral ishes

were increased, especially target ishes and indicator ishes. Bentic organisms such as Diadema and
Fungia were increased in number, whereas Tridacna was decreased.
Key words: belitung, coral reef, selat nasik
Pengantar
Kecamatan Selat Nasik merupakan salah satu dari
lima kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung.
Lokasi kecamatan terletak sekitar 50 km sebelah Barat
Kota Tanjung Pandan. Kecamatan ini mempunyai luas
133,50 km2 atau sekitar 5,82% dari luas wilayah
Kabupaten Belitung. Di sebelah Utara berbatasan
dengan Laut Natuna, sebelah Barat dengan Selat
Gaspar, di sebelah Timur dengan Kecamatan Badau
dan di sebelah Selatan dengan Laut Jawa (Anonim,
2005a). Wilayah Kecamatan Selat Nasik merupakan
kepulauan, yang terdiri dari sekitar 26 pulau besar
dan kecil. Secara administratif, Kecamatan Selat
Nasik terdiri dari empat desa, yaitu Desa Selat Nasik
sebagai ibukota kecamatan, Petaling, Suak Gual dan
Gersik. Desa Selat Nasik, Petaling dan Suak Gual
terletak di Pulau Mendanau, sedangkan Desa Pulau

Gersik terletak di Pulau Gersik.
Ekologi Kecamatan Selat Nasik memiliki potensi
mangrove dan terumbu karang yang cukup baik.
Berdasarkan hasil citra satelit yang diolah oleh
Pusat Penelitian Oseanograi (Sjafrie, 2007) luas
hutan mangrove di Kecamatan Selat Nasik adalah
5139,372 ha. Dari empat desa yang ada, hutan
mangrove menyebar di tiga desa, yaitu Desa Selat
Nasik, Petaling dan Suak Gual, sedangkan di
Desa Gersik hutan mangrove hanya merupakan
deretan tanaman yang menutupi bibir pantai dengan

ketebalan yang relatif sempit sehingga tidak terukur
dengan pencitraan.
Luas terumbu karang di Kecamatan Selat Nasik
4114,882 ha. Terumbu karang terdapat di Pulau Aji,
Aur, Baka, Bangkai, Batudinding, Bayan, Buntar,
Cina, Gersik, Kalangbau, Kembung, Kera, Kimar,
Kuil, Langsir, Mendanau, Naduk, Panjang, Piling,
Sebongkok, Sekutai, Selemar dan Sepindang. Luas

mangrove dan terumbu karang di Kecamatan Selat
Nasik disarikan dalam Tabel 1 (Sjafrie, 2007).
Hasil survei Pusat Penelitian Oseanograi LIPI yang
telah dilakukan pada tahun 2007 menyimpulkan
bahwa hutan mangrove dan terumbu karang di
Kecamatan Selat Nasik masih tergolong dalam
kondisi baik (Sjafrie, 2007).
Tabel 1. Luas hutan mangrove dan terumbu karang
di Kecamatan Selat Nasik.
Desa
Selat Nasik
Petaling
Suak Gual
Gersik
Total

Luas Mangrove
(ha)
1147,020
3335,931

656,421
5139,372

Luas terumbu karang
(ha)
1039,438
1095,941
765,261
1214,242
4114,882

Keadaan di atas mungkin merupakan salah satu
penyebab mengapa Kecamatan Selat Nasik

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

151

Sjafrie, 2009


memberikan kontribusi cukup besar di sektor
perikanan bagi pendapatan daerah Kabupaten
Belitung, yaitu sekitar 30%. Keadaan ini perlu di
pertahankan melalui pengelolaan hutan mangrove
dan terumbu karang yang tepat, agar kesinambungan
hasil perikanan di wilayah ini tetap terjaga. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga
kondisi terumbu karang di perairan tersebut. Oleh
karena itu informasi mengenai keadaan terumbu
karang di perairan kecamatan Selat Nasik sangat
diperlukan.
Beberapa penelitian mengenai terumbu karang di
perairan kecamatan Selat Nasik telah dilakukan oleh
Pusat Penelitian Oseanograi LIPI (Anonim, 2005b)
dan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Belitung (Anonim, 2006). Namun data yang diperoleh
terdahulu tidak dapat dibandingkan untuk mengetahui
kecenderungan kondisi terumbu karang di kecamatan
ini, karena metode dan titik-titik pengambilan datanya
tidak sama. Pada tahun 2007 telah dilakukan studi

dasar untuk pengumpulan data awal. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa persentase tutupan
karang hidup di Kecamatan Selat Nasik berkisar
antara 46,90% sampai 91,50%. Nilai kelimpahan
ikan karang 2210 individu/are. Dari jumlah tersebut,
kelimpahan kelompok ikan major dicatat terbanyak,
yaitu 1178 individu/are, ikan target 340 individu/
are dan ikan indikator 86 individu/are. Sementara
organisme bentik yang tercatat dari 100 m2 (1 are)
luasan transek adalah enam jenis, yaitu Fungidae
(127 individu/are), Diadema (87 individu/are), Tridacna
(40 individu/are), Pencil Sea Urchin (3 individu/are),
Trochus (3 individu/are) serta Achantaster plancii (1
individu/are) (Sjafrie, 2007). Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi perkembangan kondisi terumbu
karang di perairan kecamatan Selat Nasik. Data yang

diperoleh dapat dijadikan bahan kajian untuk melihat
perubahan yang terjadi pada kondisi terumbu karang
di Kecamatan Selat Nasik.


Bahan dan Metode
Monitoring terumbu karang di Kecamatan Selat Nasik
dilakukan pada akhir bulan Maret 2008. Pengambilan
data dilakukan di 12 stasiun pengamatan, pada titiktitik yang sama seperti yang telah dilakukan pada
penelitian tahun 2007. Posisi geograi keduabelas
stasiun dapat dilihat dalam Tabel 2 dan Gambar 1.
Data yang diambil, yaitu data mengenai persentase
tutupan karang hidup, ikan karang serta biota
bentik.
Pengamatan persentase tutupan karang hidup
menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT)
(English et al., 1997) yang dimodiikasi. Ikan karang
diamati dengan metode Under Water Visual Cencus
(UVC) bersamaan dengan transek LIT, dengan bidang
pengamatan seluas 5 x 70 m atau seluas 350 m2.
Untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabentos
digunakan metode Transek Garis (Belt Transect).
Pencatatan biota megabentos dilakukan bersamaan
dengan transek LIT, dengan bidang pengamatan 2 x

70 m atau seluas 140 m2 (CRITC COREMAP-LIPI,
2007).
Data hasil LIT yang terkumpul dihitung nilai persentase
tutupan untuk masing-masing kategori biota dan
substrat yang berada di bawah garis transek.
Kondisi terumbu karang dikategorikan berdasarkan
persentase tutupan karang hidup yang ada: kategori
sangat baik (75–100%), baik (50–74,9%), sedang
(25–49,9%) dan buruk (< 24,9%) (Gomez & Yap,
1988). Identiikasi jenis ikan karang mengacu kepada

Tabel 2. Posisi geograi masing-masing stasiun pengamatan di perairan Selat Nasik.
No Stasiun
SN-1
SN-2
SN-3
SN-4
SN-5
SN-6
SN-7

SN-8
SN-9
SN-10
SN-11
SN-12

Lokasi
Tanjung Dungun ( Pulau Langir)
Tanjung Paku ( Pulau Kera)
Tanjung lingka ( Pulau Batu Dinding)
Tanjung Lancur
Suak Gual
Pulau Naduk (Petaling)
Pulau Gersik
Pulau Aur
Pulau Kimar
Pulau Bangkai
Pulau Buntar
Pulau Aji


Posisi Georai
Bujur
Lintang
107o27’19” BT
2o48’59” LS
107o25’35” BT
2o47’59” LS
o
107 22’11” BT
2o49’06” LS
107o21’01” BT
2o52’35” LS
107o23’52” BT
2o56’29” LS
107o28’22” BT
2o55’26” LS
107o16’03” BT
2o59’39” LS
107o13’35” BT
2o59’22” LS

o
107 13’49” BT
2o57’33” LS
o
107 20’48” BT
3o02’13” LS
o
107 21’59” BT
3o08’08” LS
o
107 22’49” BT
3o01’53” LS

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (2): 150-156 ISSN: 0853-6384

m

152

2

Gambar 1. Peta pengambilan data karang, ikan karang dan bentos di perairan Selat Nasik.
Kutter (1992) dan Lieske & Myers (1994). Khusus
untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari
Randall & Heemstra (1991) dan Heemstra & Randall
(1993). Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan
karang dalam satuan unit individu per satuan luas
(100 m2 atau 1 are).
Uji t-test dilakukan untuk mengetahui perubahan
yang terjadi pada persentase tutupan karang hidup
dan kelimpahan individu kelompok ikan major, target
dan indikator, terhadap data yang diperoleh pada
tahun 2007 dan 2008. Perubahan yang terjadi pada
bentos disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan
secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan
Karang
Persentase tutupan karang hidup berdasarkan
LIT di 12 stasiun pengamatan berkisar antara
56,90–88,33% dengan rata-rata persentase tutupan
karang hidup sebesar 70,69%. Komponen Nonacropora (65,09%) memberikan kontribusi lebih
tinggi daripada komponen Acropora (5,60%).
Benthic lifeform yang memberikan kontribusi cukup
berarti adalah dead coral algae (17,02%) dan leshy
seaweed (4,25%). Bila dibandingkan dengan kondisi
tahun 2007, maka terlihat bahwa dead coral algae
mengalami penurunan sebesar 3,84%, sedangkan

leshy seaweed mengalami kenaikan sebesar 1,12%
(Gambar 2). Hal ini memberikan gambaran bahwa
dead coral algae yang ada pada tahun 2007 telah
ditumbuhi dengan leshy seaweed. McCook et al.
(2001) mengatakan bahwa sejalan dengan waktu
area dimana karang-karang yang mati akan ditumbuhi
dengan alga.
Secara umum rata-rata persentase tutupan karang
hidup di perairan Kecamatan Selat Nasik mengalami
kenaikan dari 68,68% (2007) menjadi 70,69%
(2008) atau naik sebesar 2,01%. Hasil uji t yang
dilakukan terhadap persentase tutupan karang
hidup menunjukkan tidak ada perbedaan tutupan
karang hidup antara tahun 2007 dan 2008. Namun
demikian, kecenderungan di masing-masing stasiun
terlihat bervariasi. Di stasiun 4 dan stasiun 11 terjadi
kenaikan persentase tutupan karang hidup lebih dari
10%, sedangkan di stasiun 9 kenaikan persentase
tutupan karang hidup hanya 7,36%, dan di stasiun
3 kenaikan persentase karang hidup berkisar 1,83%
(Gambar 3).
Kenaikan persentase tutupan karang hidup umumnya
terjadi di pulau kosong (Pulau Kimar dan Pulau Batu
Dinding), jauh dari lokasi penduduk (Tanjung Lancur)
atau berpenduduk sangat sedikit (Pulau Buntar).
Penurunan persentase tutupan karang hidup antara
1–5% terjadi di enam stasiun pengamatan, yaitu

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

153

Sjafrie, 2009

stasiun 2, stasiun 5, stasiun 6, stasiun 7, stasiun 8,
stasiun 10 dan stasiun 12. Penurunan persentase
karang hidup terbesar dijumpai di stasiun 1, yaitu
12,87%. Penurunan persentase karang hidup
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kegiatan
manusia, penggunaan racun, bom, alat tangkap
yang merusak, gelombang, komposisi karang yang
ada atau kombinasi dari beberapa faktor. Menurut
informasi penduduk penggunaan bom dan racun tidak
lagi dijumpai, terutama di perairan Kecamatan Selat
Nasik. Oleh karena itu penurunan persentase tutupan
karang hidup yang terjadi diduga lebih disebabkan
oleh kegiatan manusia dan faktor alam.

Penurunan persentase karang hidup yang dijumpai
di stasiun 1, stasiun 2 (perairan Desa Selat Nasik),
stasiun 5 (perairan Desa Suak Gual), stasiun 6
perairan desa Petaling dan stasiun 7 (perairan
Desa Gersik) diduga lebih disebabkan oleh kegiatan
manusia. Lokasi tersebut dekat dengan pemukiman,
sehingga sering bersentuhan dengan kegiatan seharihari masyarakat, seperti alur lalu-lintas perahu,
penambatan perahu, pencaharian ikan, buangan
limbah rumah tangga dan sebagainya. Pada stasiun
7 (Pulau Gersik), selain disebabkan oleh kegiatan
manusia, penurunan persentase tutupan karang
hidup yang terjadi juga disebabkan oleh faktor alam.

Tutupan Bentik Lifeform (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
AC

NA

FS

DC DCA OT

2007

RB Rock Sand SC

Silt Spon

2008

Gambar 2. Perbandingan persentase bentik lifeform di perairan Kecamatan Selat Nasik tahun 2007 dan tahun
2008. Warna terang = tahun 2007, warna gelap = tahun 2008, AC = Acropora, NA = Non-Acropora,
FS = Fleshy seaweed, DC = Dead coral, DCA = Dead coral algae, OT = others, RB = Rubble, SC=
Soft coral.
100
Tutupan karang hidup (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
St-1 St-2 St-3 St-4 St-5 St-6 St-7 St-8 St-9 St-10 St-11 St-12

Stasiun

2007

2008

Gambar 3. Persentase tutupan karang hidup di perairan Kecamatan Selat Nasik hasil pengamatan tahun 2007
dan tahun 2008.

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (2): 150-156 ISSN: 0853-6384

Pulau Gersik memiliki kemiringan >80o dan berada
di lokasi yang berpotensi mendapat hantaman
gelombang. Di stasiun 8 (Pulau Aur), stasiun 10
(Pulau Bangkai) dan stasiun 12 (Pulau Aji), penurunan
yang terjadi relatif kecil (0,77–1,7%), keadaan ini
diduga lebih disebabkan oleh faktor alam seperti
gelombang. Selain itu, kondisi stasiun di masingmasing pulau tersebut mempunyai kemiringan antara
40–80o dan merupakan daerah yang terpapar oleh
gelombang. Informasi tambahan yang diperoleh dari
penduduk, saat ini penggunaan jaring kongsi oleh
nelayan pendatang mulai marak, sehingga ini bisa
juga diduga sebagai faktor lain yang menyebabkan
penurunan persentase tutupan karang hidup di
perairan kecamatan Selat Nasik.
Ikan Karang
Pengamatan ikan karang dilakukan hanya di 11
stasiun. Pada Stasiun 3 (Tanjung Lingka/Pulau Batu
Dinding) tidak dilakukan pengamatan karena pada
waktu survei angin kencang dan ombak cukup besar,
sehingga menyulitkan pengamatan. Jenis dan jumlah
ikan karang yang tercatat sangat bervariasi. Jumlah
individu ikan karang tercatat adalah 2852 individu/are.
Kelompok ikan major dicatat terbanyak, yaitu 1824
individu/are, ikan target 949 individu/are dan ikan
indikator 109 individu/are. Komposisi jenis ikan major
: target : indikator adalah 16:8:1.
Secara umum tampak kenaikan jumlah individu
untuk masing-masing kelompok ikan major, target
dan indikator, masing-masing mengalami kenaikan
sebanyak 46 individu ikan major, 609 individu ikan
target dan 23 individu ikan indikator (Gambar 4).
Kenaikan jumlah individu terjadi hampir di semua

154

stasiun pengamatan. Komposisi jenis ikan major :
target : indikator antara tahun 2007 dan tahun 2008
mengalami perubahan dari 21:4:1 menjadi 16:8:1.
Namun, dari hasil uji-t terhadap kelimpahan individu,
ternyata tidak ada perbedaan jumlah individu untuk
kelompok ikan major dan target, namun ada perbedaan
jumlah individu untuk ikan indikator. Kenaikan jumlah
individu untuk kelompok ikan indikator secara statistik
nyata, hal ini diduga karena kondisi terumbu karang
yang semakin membaik.
Walaupun uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan jumlah individu untuk kelompok ikan major
dan indikator, namun terjadi kenaikan secara nyata
pada kelompok ikan target. Keadaan ini memberikan
gambaran bahwa kondisi perikanan dalam hal ini ikan
target ekonomis di Kecamatan Selat Nasik cenderung
semakin baik.
Perbandingan antara tahun 2007 dan 2008 untuk
sepuluh jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan
yang tertinggi disajikan pada Tabel 3. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa kelimpahan Amblyglyphidodon
curacao mengalami kenaikan, ikan ini tetap merupakan
jenis yang paling banyak dijumpai. Jenis Caesio teres
yang merupakan kelompok ikan target mengalami
kenaikan yang cukup signiikan dari 93 individu/are
pada tahun 2007 menjadi 371 individu/are pada tahun
2008. Untuk kelompok ikan indikator Chaetodon
octofasciatus juga mengalami kenaikan dari 70 individu/
are menjadi 81 individu/are. Zekeria & Videler (2002)
telah melihat hubungan antara tutupan karang hidup
dengan kelimpahan ikan dari famili Chaetodontidae di
bagian selatan Laut Merah. Hasil penelitian mereka
menyatakan bahwa ada hubungan yang nyata antara

Kelimpahan (individu/are)

2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

Major

Target
kelompok ikan
2008
2007

Indikator

Gambar 4. Kelimpahan individu kelompok ikan major, target dan indikator di perairan Kecamatan Selat Nasik
tahun 2007 dan 2008.

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

155

Sjafrie, 2009

kelimpahan Chaetodon larvatus, C. semilarvatus dan
C. mesoleucos dengan persentas tutupan karang
hidup. Gambaran tersebut memperkuat indikasi
bahwa ekosistem terumbu karang di Kecamatan Selat
Nasik masih dalam kondisi yang baik, dilihat dengan
bertambahnya ikan-ikan indikator.
Jumlah jenis kelompok ikan ikan antara tahun 2007
dan 2008 mengalami kenaikan. Pada kelompok
ikan major tercatat 61 jenis pada tahun 2007, naik
menjadi 72 jenis pada tahun 2008. Demikian halnya
dengan kelompok ikan target dari 45 jenis di tahun
2007 menjadi 62 pada tahun 2008. Akan tetapi untuk
jumlah jenis kelompok ikan indikator masih sama
antara tahun 2007 dan tahun 2008, yaitu 3 jenis.

Bentos
Kelimpahan megabentos pada tahun 2007 dan 2008
didominasi oleh tiga kelompok biota yaitu karang jamur
dari Fungia spp., bulu babi dari marga Diadema dan
kerang Tridacna (Tabel 4). Kelimpahan tertinggi untuk
Fungia, yaitu sebanyak 585 individu/are, kemudian
Diadema sebanyak 106 individu/are dan Tridacna
sebanyak 18 individu/are. Biota lain yaitu Acanthaster
plancii dan Pencil Sea Urchin ditemukan di beberapa
stasiun penelitian dalam jumlah yang relatif kecil.
Fungidae pada tahun 2008 menunjukkan peningkatan
jumlah yang cukup menyolok. Fungidae merupakan
karang batu yang soliter. Kelompok ini tidak mempunyai
alat gerak, sehingga tidak dapat berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya. Berdasarkan Tabel 4 terlihat

Tabel 3. Kepadatan (individu/are) ikan karang dominan di perairan Kecamatan Selat Nasik tahun
2007 dan 2008.
Famili

Species

Pomacentridae
Apogonidae
Pomacentridae
Pomacentridae
Apogonidae
Apogonidae
Caesionidae
Chaetodontidae
Pomacentridae
Pomacentridae

Kelompok

Amblyglyphidodon curacao
Apogon quinquelineata
Neopomacentrus ilamentosa
Pomacentrus alexanderae
Archamia fucata
Apogon compressus
Caesio teres
Chaetodon octofasciatus
Amblyglyphidodon ternatensis
Chromis viridis

Kepadatan (individu/are)
2007
294
189
186
176
157
94
93
70
68
TDR

Major
Major
Major
Major
Major
Major
Target
Indikator
Major
Major

2008
409
77
151
185
59
63
371
81
TDR
79

TDR = tidak masuk dalam ranking

Tabel 4. Kelimpahan bentos di perairan Kecamatan Selat Nasik (jumlah individu/are).
Stasiun
SN-1
SN-2
SN-3
SN-4
SN-5
SN-6
SN-7
SN-8
SN-9
SN-10
SN-11
SN-12
TOTAL

A . plancii
T0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1

T1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2

Diadema
T0
0
6
20
7
3
6
1
3
12
4
19
7
87

T1
0
18
5
3
1
9
0
22
21
5
11
11
106

Pencil sea
urchin
T0
T1
0
0
0
0
2
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
3
2

T. niloticus

Tridacna

T0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
3

T0
1
0
6
3
1
25
0
1
1
1
1
0
40

T0 = 2007; T1 = 2008

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

T1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

T1
1
2
3
55
1
1
0
1
1
1
1
1
18

Fungidae
T0
27
10
26
13
10
0
7
4
1
11
10
8
127

T1
131
160
38
0
16
42
27
32
25
37
41
37
585

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (2): 150-156 ISSN: 0853-6384

bahwa jumlah individu kelompok Fungidae pada
pengamatan tahun 2008 mengalami kenaikan yang
sangat banyak. Peningkatan ini diduga disebabkan
oleh faktor cuaca dan kemiringan dasar perairan.
Gelombang, arus dan ombak yang kuat dapat
memindahkan organisme ini dari lokasi yang satu
untuk bergeser ke lokasi lainnya, dapat berdekatan,
bisa juga jauh. Kemiringan dasar perairan juga
menjadi salah satu faktor yang bisa mempermudah
perpindahan.
Kelompok Tridacna, terjadi penurunan cukup nyata
antara tahun 2007 dan tahun 2008. Di stasiun 6,
jumlah individu yang semula 25, turun menjadi 1,
hal yang sama terjadi juga di stasiun 3. Penurunan
jumlah Tridacna ini sangat dimungkinkan oleh ulah
manusia. Menurut informasi setempat, masih banyak
nelayan yang mengambil Tridacna di sekitar perairan
Selat Nasik.

Kesimpulan
Kondisi terumbu karang di perairan Selat Nasik
tahun 2008 masih tergolong baik dan tutupan karang
mengalami kenaikan sebesar 2,01% dari tahun
2007. Kelimpahan ikan karang kelompok ikan target
jumlahnya meningkat cukup banyak, meskipun
kelimpahan kelompok ikan major dan indikator relatif
sama. Biota bentos yang bernilai ekonomis relatif
mengalami penurunan jumlah individu.

Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dibiayai oleh UNEP/GEF melalui South
China Sea Project untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Giyanto, S.Si, M.Sc yang telah
membantu di bidang statistik, kepada seluruh tim
peneliti serta semua pihak yang telah membantu
penelitian sampai selesainya tulisan ini.

Daftar Pustaka
Anonim. 2005a. Belitung dalam Angka 2004. Biro
Pusat Statistik Kabupaten Belitung. 272 hal.
Anonim. 2005b. Studi Potensi Sumber Daya Ikan dan
Lingkungan Kabupaten Belitung. Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI. Laporan Akhir. Jakarta. 82
hal.

156

Anonim. 2006. Studi Potensi Ekonomi Pulau-pulau
Kecil dan Kawasan Konservasi Daerah Kawasan
Belitung. Badan Perencanaan Pembangunan
Kabupaten Belitung Laporan Akhir. 236 hal.
CRITC COREMAP LIPI. 2007. Manual Monitoring
Terumbu Karang (Reef Health Monitoring).
Jakarta 109 p.
English, S., C. Wilkinson & V. Baker. 1997. Survey
Manual for Tropical Marine Resources. Second
editions. Australian Institute of Marine Science.
Townsville: 390 p.
Gomez, E.D. & H.T. Yap. 1988. Monitoring reef
condition. Coral Reef Management Handbook
(Kenchington, R.A and B.E.T. Hudson (eds).
UNESCO. Jakarta: p187-195.
Heemstra, P.C. & J.E. Randall. 1993. Grouper
of the World (Family Serranidae, Sub Family
Epinephelidae). FAO Fisheries Synopsis 1(125)
Kutter, R.H. 1992. Tropical Reef-Fishes of the
Western Paciic, Indonesia and Adjacent Waters.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.
314 p.
Lieske, E. & R. Myers. 1994. Reef Fishes of the World.
Periplus Edition, Singapore. 400 p.
Long, B.G., G. Andrew, Y.G. Wang & Suharsono,
2004. Sampling accuracy of reef resource
inventory technique. Coral Reefs: 1-17.
Mc Cook, L.J., J. Jompa & G. Diaz-Pulido. 2001.
Competition between corals and algae on corals
reef: a review of evidence and mecanisms. Coral
Reef 19: 400-417
Sjafrie, N.D.M. 2007. Survey Ekologi di Perairan
Kecamatan Selat Nasik. Pusat Penelitian
Oseanograi LIPI. Jakarta. 44 hal.
Randall, J.E. & P.C. Heemstra. 1991. Revision of
Indo-Paciic Grouper (Perciformes: Serranidae:
Epinephelinae), with description of five new
species. Indo-Paciic Fishes 20: 1-296, 41 pls.
Zekeria, Z.A. & J.J. Videler. 2002. Correlation
berween the abundance of butterlyishes and
coral communities in the Southern Red Sea. In
Proceeding International Coral Reef Symposium
9th. Bali. October 23–27, 2000: 487-491.

Copyright©2009. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved