PENGARUH STRESSOR PEKERJAAN TERHADAP MUTU PELAYANANPERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP RSUD SUKOHARJO | Andi | JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit) 979 2800 1 PB
1
PENGARUH STRESSOR
PEKERJAAN TERHADAP MUTU
PELAYANANPERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP
RSUD SUKOHARJO
THE NURSE CARE IN INPATIENT WARDS OF SUKOHARJO REGIONAL PUBLIC
HOSPITAL
Muhammad Alwi Andi1, Elsye Maria Rosa2
1. Mahasiswa Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Dosen Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Stressor pekerjaan perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat
dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja. Stressor kerja
meliputi beban kerja, linkungan fisik, Individual, kelompok dan organisasi
yang merupan sumber stressor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya pengaruh stressor pekerjaan terhadap mutu
pelayanan perawat di Bangsal rawat inap RSUD Sukoharjo. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross-Sectional. Populasi
adalah seluruh perawat yang dinas di ruang rawatinapRSUD Sukoharjo.
Sampel 81orang perawat, dengan menggunakan total sampling. Tidak ada
pengaruh beban kerja terhadap mutu pelayanan (p 0,365; B -0,104). Adanya
pengaruh lingkungan fisik berpengaruh terhadap mutu pelayanan perawat (p
0,004; B 0,818).Adanya pengaruh individual terhadap mutu pelayanan
perawat (p 0,001; B 1,875). Tidak adanya pengaruh kelompok terhadap mutu
pelayanan perawat (p 0,555; B 0,244). Tidak ada pengaruh Organisasi
terhadap mutu pelayanan perawat (p 0,640; B 0,184). Dampak negatif stress
pada tingkat yang tinggi mempengaruhi pemberian pelayanan kepada pasien.
Semakin tinggi stress kerja yang dirasakan perawat akan mempengaruhi
mutu pelayanan perawat di Ruang rawat inap RSUD Sukoharjo.
Kata Kunci :Stressor Pekerjaan,Mutu Pelayanan Perawat
2
ABSTRACT
Stressor of nurse work is an inability of nurse to face any condition or
situation in work environment. Stressor of work consist of workload, physical
environment, individual, group, and organization which is the source of stressor.
The research identified the effect of work stressor on the quality of nurse care in
inpatient wards of Sukoharjo Regional Public Hospital. The type of research is
quantitative research with Cross-Sectional approach. The populations are all
nurses who served in inpatient wards of Sukoharjo Regional Public Hospital. The
samples are 81 nurses by using total sampling. There was no workload effect on
the quality of nurse care (p 0,365; B -0,104). There was physical environment
effect on the quality of nurse care (p 0,004; B 0,818). There was indiviual effect
on the quality of nurse care (p 0,001; B 1,875). There was no group effect on the
quality of nurse care (p 0,555; B 0,244). There was no organization effect on the
quality of nurse care (p 0,640; B 0,184). The negative effect of stress in high level
influenced the care to patient. The higher the perceived work stress would
influence the quality of nurse care in inpatient wards of Sukoharjo Regional
Public Hospital
Key Words : Work Stressor, The Quality of Nurse Care
2
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan keperawatan
akan mengeluh bila perilaku caring
yang dirasakan tidak memberikan
sebagai
indikator
kualitas
nilai
kepuasan
bagi
dirinya.
sakit
sebagai
pelayanan kesehatan menjadi salah
Kualitas
rumah
institusi
yang
satu faktor tertentu citra institusi
pelayanan
kesehatan
di
menghasilkan
mata
produk teknologi jasa kesehatan
masyarakat. Hal ini terjadi karena
sudah tentu tergantung juga pada
keperawatan merupakan kelompok
kualitas
pelayanan
medis
dan
profesi dengan jumlah terbanyak,
pelayanan
keperawatan
yang
paling depan dan terdekat dengan
diberikan kepada pasien (Tjiptono,
penderitaan,
kesakitan,
serta
2010).1
kesengsaraan yang dialami pasien
Stress adalah segala situasi
dan
keluarganya.
Salah
satu
dimana
indikator
dari mutu
tuntutan
non
spesifik
pelayanan
mengharuskan
seorang
invidu
keperawatan itu adalah apakah
untuk berespons atau melakukan
pelayanan
keperawatan
yang
tindakan dan fenomena universal
diberikan itu memuaskan pasien
dimana setiap orang mengalaminya
atau tidak.Pasien sebagai pengguna
dan memberi dampak secara total
jasa
pelayanan
keperawatan
baik, fisik emosi, intelektual, sosial,
menuntut pelayanan keperawatan
dan spiritual (Patricia A. Potter,
yang sesuai dengan haknya, yakni
2005).2 Menurut Cooper (2003)
pelayanan
keperawatan
yang
sumber stressor pekerjaan terdiri
bermutu dan paripurna. Pasien
dari: 1) Lingkungan kerja; kondisi
3
kerja
yang
buruk
berpotensi
stressor pada perawat adalah beban
menyebabkanpekerja mudah sakit,
kerja merupakan sumber stress
mengalami
yang
stressor
menurunkan
Beban
dan
produktivitas,
kerja
2)
didalamnya
merawat
termasuk
banyak
pasien,
berlebihan(work
menghadapi keterbatasan tenaga,
overload); dapat menjadi beban
tuntutan kerja yang tinggi dan
kerja
dan
pekerjaan yang terus bertambah,
kualitaif. Beban kerja kuantitatif
hubungan kerja perawat dengan
terjadi bila target kerja melebihi
perawat dan tenaga kesehatan
kemampuan
yang
lainnya,
pengetahuan
lelah.
merawat
pasien.
berlebih
kuantitatif
pekerja
mengakibatkan
mudah
Hal
tentang
tersebut
Sedangkan beban kerja berlebih
sangat
kualitatif terjadi jika pekerjaan
perubahan
memiliki tingkat kesulitan yang
perawat (Abraham C. & Shanley F ,
tinggi, 3) Deprivational stressor ;
2007).4
yaitu pekerjaan yang tidak menarik
Dari
lagi bagi pekerja, akibatnya timbul
peneliti di RSUD Sukoharjo dengan
berbagai
teknik
keluhan
seperti
berpengaruh
hasil
yang
dialami
studi
studi
pada
oleh
pendahuluan
pustaka
serta
kebosanan, ketidakpuasan bekerja
wawancara dengan pihak SDM
dan lain sebagainya, 4) Pekerjaan
Pada tanggal 23 Januari 2013 di
beresiko tinggi yaitu pekerjaan
dapatkan
yang berbahaya bagi keselamatan.
Sukoharjo merupakan rumah sakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi
yang mempunyai jam kerja 24 jam
hasil
bahwa
RSUD
4
yang dibagi dalam 3 shift kerja
yaitu pagi dari jam 08.00-14.00
diberikan.
Sumber stressor pekerjaan
WIB, siang dari 14.00-21.00 WIB,
dapat berasal
malam dari jam 21.00-08.00 WIB.
lingkungan
Dengan jam kerja serta beban kerja
kelompok dan organisasi. Tinggi
yang ada maka besar adanya
rendahnya tinggkat stressor yang
kecenderungan para perawat di
dirasakan perawat
bangsal
berpengaruh
pelayanan
mempunyai
rawat
stressor
inap
tersendiri
dari beban kerja,
fisik,
individual,
maka akan
terhadap
pelayanan perawat.
mutu
Berdasarkan
terhadap pekerjaan mereka. Hal ini
latar belakang di atas rumusan
diperkuat dengan keterangan dari
masalah dalam penelitian ini adalah
10
Apakah
orang
perawat
diwawancarai
yang
didapatkan
Pengaruh
Stressor
3
Pekerjaan
diantara mereka mengaku tertekan
Pelayanan
dan
Rawat Inap RSUD Sukoharjo.
merasa
banyaknya
stress
tugas
yang
karena
harus
mereka kerjakan dalam 1 shift.
Melihat
fenomena
pelayanan
keperawatan
terhadap
Perawat
Mutu
di
Bangsal
BAHAN DAN CARA
Jenis penelitian ini adalah
diatas,
Kuantitatif dengan menggunakan
yang
pendekatan Cross-Sectional. Subyek
memiliki kontribusi sangat besar
dalam penelitian ini adalah seluruh
terhadap citra sebuah rumah sakit
perawat yang berada di Bangsal
dipandang perlu untuk melakukan
rawat
evaluasi atas pelayanan yang telah
Sedangkan obyek dalam penelitian
inap
RSUD
Sukoharjo.
5
ini adalah seluruh perawat yang
pelayanan perawat diukur dengan
bekerja
Dahlia,
menggunakan Kuesioner meliputi
Cempaka Bawah, Anggrek, Mawar,
aspek reliability, responsiveness,
dan Edelweis. Lokasi penelitian
assurance, empathy, dan tangible
dilakukan di seluruh bangsal Rawat
yang diadopsi dari penelitian Simon
Inap RSUD Sukoharjo. Penelitian
(2012) yang terdiri dari 20 item
ini dilakukan mulai tanggal 9 - 16
pertanyaan.
Februari 2013.
dengan memberikan skor 4 jika
di
Bangsal
Instrumen stressor pekerjaan
diukur
dengan
kuesioner
Budiarsa
yang
diadopsi
dari
Dharmatanna
terdiri
pertanyaan.
menggunakan
dari
40
Instrumen
Skoring
dilakukan
jawaban Sangat Setuju (SS), skor 3
jika jawaban Setuju (S), Skor 2 jika
buku
jawaban Tidak Setuju, dan skor 1
(2012)
jika jawaban Sangat Tidak Setuju
item
(STS). Skala yang digunakan adalah
Mutu
skala interval.
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan, Status Perkawinan, Lama Kerja dan Shift Kerja
No Karakteristik responden
Frekuensi
Prosentase
1. Berdasarkan jenis kelamin
a. Laki-laki
25
30,9%
b. Perempuan
56
69,1%
2. Berdasarkan umur
a. 20 – 30 tahun
38
46,9%
b. 31 – 40 tahun
39
48,1%
c. 41 – 50 tahun
4
4,9%
3. Berdasarkan
tingkat
pendidikan
60
74,1%
a. D3
25,9%
21
b. S1
4. Berdasarkan status perkawinan
2
a. Belum kawin
b. Kawin
5. Berdasarkan lama kerja
a. 1-10 tahun
b. 11-20 tahun
c. 21-30 tahun
6. Berdasarkan shift kerja
a. Malam
b. Pagi
c. Sore
Sumber : Data yang diolah, 2013
Tabel
1.
memberikan
19
62
23,5%
76,5%
78
1
2
99,3
1,2
2,5
19
35
27
23,5
43,2
33,3
(43,2%).
informasi bahwa sebagian besar
karakteristik
responden
adalah
Rangkuman
perempuan
yaitu
orang
Pengaruh
Stressor
Pekerjaan
(69,1%), berumur 31-40 tahun
terhadap
Mutu
Pelayanan
yaitu sebanyak 39 orang (48,1%),
Perawat di Bangsal rawat inap
berpendidikan D3 yitu 60 orang
RSUD Sukoharjo
(74,1%), sudah kawin yaitu 62
Besarnya
orang (76,5%), lama bekerja 1-10
(R2)
tahun yaitu 78 orang 96,3%) dan
diperlihatkan pada tabel berikut:
56
Uji
Multivariat
koefisien
dalam
diterminasi
penelitian
ini
shift kerja pagi yaitu 35 orang
Tabel 2. Rangkuman Koefisien Diterminasi (R2) Stressor Pekerjaan
terhadap Mutu Pelayanan Perawat
Korelasi (R)
Stressor
0,636
Sumber : Data yang diolah, 2013
Koefisien diterminasi (R2)
digunakan
untuk
mengetahui
Koefisien
(R2)
Diterminasi
0,365
besaran
pengaruh
variabel
independent (Stressor Pekerjaan)
2
terhadap
perubahan
variabel
variabel
independent
dependent (Mutu Pelayanan). Hasil
Pekerjaan) terhadap
olahan
variabel
menunjukkan
besarnya
bahwa
nilai
diterminasi
artinya
(R2)
koefisien
adalah
besarnya
0,365,
pengaruh
(Stressor
perubahan
dependent
(Mutu
sebesar
73,3%,
Pelayanan)
sedangkan sisanya sebesar 27,7%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 3. Rangkuman Pengaruh Uji t-test Stressor Pekerjaan terhadap
Mutu Pelayanan Perawat
Coefficient
Constant
B
28,463
t
3,551
sig
0,001
Beban kerja (X1)
Lingkungan Fisik (X2)
Individual (X3)
Kelompok (X4)
Organisasi (X5)
-0,104
0,818
1,875
0,244
-0,184
-0,911
2,931
3,557
0,593
-0,470
0,365
0,004
0,001
0,555
0,640
Y= -0,91(X1) + 2,931(X2) + 3,557(X3) + 0,593(X4) + -0,470( X5)
Sumber : Data yang diolah, 2013
Tabel 3. menunjukkan bahwa
sebesar
3,557
nilai t-test untuk beban kerja (X1)
signifikansi
sebesar
Kelompok(X4)
-0,911dengan
taraf
signifikansi (p) 0,365;
(p)
dengan
taraf
0,001;
untuk
sebesar
0,593
untuk
dengan taraf signifikansi (p) 0,555
sebesar
dan untuk Organisasi (X5) sebesar
2,931 dengan taraf signifikansi (p)
-0,470 dengan taraf signifikansi (p)
0,004;
0,640.
Lingkungan
Fisik(X2)
untuk
Individual
(X3)
Tabel 4. Rangkuman Uji Anova Pengaruh Stressor Pekerjaan terhadap
Mutu Pelayanan Perawat
Anova
2
Df
Regresi
5
Residual
75
Sumber : Data yang diolah, 2013
Tabel 4. menunjukkan bahwa
F
10,183
Sig.
0,000
Perawat yang mempunyai tingkat
untuk tabel anova didapatkan nilai
stressor
F sebesar 10,183 pada df 5
cenderung mempunyai ciri kearah
(pembilang) dan residual 75 (df
gejala fisiologis sedangkan perawat
penyebut) dengan taraf signifikansi
dengan tingkat stressor kerja yang
(p) 0,000. Nilai F digunakan untuk
sedang
mengetahui apakah variasi nilai
fisiologis.Hasil
variabel
dapat
memperlihatkan bahwa dari dua
menjelaskan variasi dari variabel
faktor yang mempengaruhi mutu
dependent.
pelayanan perawat pada pasien
PEMBAHASAN
yang diteliti, yaitu lingkungan fisik
independent
kerja
tidak
yang
memiliki
penelitian
tinggi
gejala
ini
Pengaruh
Stressor
Pekerjaan
dan individual, faktor yang paling
terhadap
Mutu
Pelayanan
mempengaruhi
mutu
pelayanan
Perawat di Bangsal Rawat Inap
adalah faktor Individual. Menurut
RSUD Sukoharjo
(Prihatini, 2007) stressor yang
Dampak negatif stressor pada
tingkat
yang
tinggi
terlalu
rendah
mengakibatkan
adalah
pekerja cenderung menjadi lesu,
penurunan pada mutu pelayanan
malas dan merasa cepat bosan.
perawat
drastis
Sebaliknya,
(Gitosudarmodan Suditta, 2007).5
berlebihan
yang
stressor
yang
mengakibatkan
2
kehilangan
efisiensi,
kecelakaan
penurunan dari kodisi kesehatan,
kerja, kesehatan fisik terganggu
dan rasa diancam oleh atasan dan
dan
rekan-rekan kerjanya (Munandar,
dampak
diinginkan
tuntutan
lain
yang
tuntutan
tugas.
tidak
fisik
dan
Tuntutan
fisik
kebisingan.
misalnya
faktor
Sedangkan
faktor-faktor
2001).7
Responden
yang
merasakan
stressor
dapat
disebabkan
karena
tingkat
tugas
pendidikan responden yang masih
mencakup: kerja malam, beban
D3 Keperawatan yang merupakan
kerja, dan penghayatan dari resiko
standar
dan bahaya.6
perawat untuk menjalankan tugas
Hubungan kerja yang tidak
minimal
bagi
keperawatannya.Tingkat
baik terungkap dalam gejala-gejala
pendidikan
adanya kepercayaan yang rendah,
mempengaruhi
dan minat yang rendah dalam
responden
terhadap
pemecahan
sebagai
seorang
masalah
dalam
seorang
responden
turut
pola
pikir
profesinya
perawat.
organisasi.Ketidakpercayaan
Pendidikan
secara positif berhubungan dengan
tergolong minimal untuk profesi
ketaksaan peran yang tinggi, yang
perawat
mengarah ke komunikasi antar
kurang
pribadi yang tidak sesuai antara
terhadap
pekerja
melaksanakan
psikologikal
dan
dalam
ketegangan
bentuk
kepuasan pekerjaan yang rendah,
responden
menjadi
merasa
yang
responden
percaya
kemampuannya
keperawatannya
mempengaruhi
diri
dalam
tugas
sehingga
kinerjanya.Hasil
3
penelitian
ini
sejalan
dengan
stressor kerja perawat di RSU dr
penelitian yang dilakukan oleh
Pirngadi
Aisyiah
dengan
p=0,274. Disarankan peningkatan
Karakteristik
kesejahteraan bagi perawat, perlu
(2009)
judulPengaruh
Medan
dengan
nilai
Organisasi terhadap Stressor Kerja
adanya
Perawat
perlindungan diri bagi petugas,
Medan.
Di
RSU
Hasil
Dr.
Pirngadi
penelitiannya
penyediaan
perlu
adanya
alat
pemeriksaan
menunjukkan bahwa Analisis data
kesehatan bagi perawat secara
menggunakan uji regresi berganda
berkala, perlu mengalokasikan dana
pada taraf nyata 95% didapatkan
untuk
hasil 59,6% tingkat stressor kerja
pelatihan
perawat di RSU Dr. Pirngadi Medan
diberikan latihan untuk mampu
termasuk kategori sedang. Secara
menggunakan mekanisme koping
keseluruhan variabel karakteristik
yang
organisasi terdiri imbalan jasa
peningkatan
(sig=0,009),
pengolahan informasi, pemecahan
lingkungan
kerja
biaya
bagi
efektif
(sig=0,010), pengembangan karir
masalah
(sig=0,008), tim kerja (sig=0,042),
sebagainya.8
yang
pendidikan
perawat,
yaitu
dan
perlu
dengan
kesadaran,
kreatif
dan
berpengaruh
Beban kerja adalah keadaan
terhadap stressor kerja perawat
dimana pekerja dihadapkan pada
(sig= 0,002), dan variabel aspek
tugas yang harus diselesaikan pada
tugas merupakan variabel paling
waktu tertentu. Hasil penelitian ini
dominan
memperlihatkan
dan
aspek
tugas
berpengaruh
terhadap
bahwa
beban
4
kerja tidak mempengaruhi mutu
pelayanankeperawatan
pelayanan perawat terhadap pasien
hasil,
yang
nilai
bermutu 36,36 % dan pelayanan
mutu
keperawatankurang bermutu 63,64
pelayanan didapatkan nilai p lebih
%. Hasil uji korelasi Spearman r =
besar dari 0,05 (0,365> 0,05)
0,019 dan dan koofisien korelasinya
sehingga dapat disimpulkan bahwa
= - 0,497.Hasil ini menunjukkan
beban kerja tidak berpengaruh
bahwa
terhadap
mutu
bermakna
tidak
perawat
ditunjukkan
beban
kerja
dengan
terhadap
perubahan
pelayanan.
Penelitian
ini
pelayanan
ada
dengan
keperawatan
(2012) yaitu
bersifat
Kerja
Hubungan Beban
Perawat
dengan
Mutu
secara
keperawatan
hubungan
antara
sejalan dengan penelitian Simon
diperoleh
beban
yang
kerja
mutupelayanan
dimana
lemah dan
hubungan
berkorelasi
negatif.Analisa
data
Pelayanan Keperawatan Di Rawat
didapatkan kesimpulan beban kerja
Inap Interna BLUD RSUD Prof. DR.
di bangsal rawat inap BLUD RSUD
W. Z Johannes Kupang
dimana
Prof. Dr. W. Z.Johannes Kupang
(2012)
adalah tinggi dan mutu pelayanan
hasil
penelitian
Simon
menunjukkan bahwa beban kerja
keperawatan
di bangsal rawat inap BLUD RSUD
bermutu serta terdapathubungan
Prof. Dr. W. Z.Johannes Kupang,
antara beban kerja dengan mutu
tinggi sebanyak 59,09 % dan
pelayanan
rendah
penelitian
sebanyak
Pengukuran
40,91
%.
mutu
adalah
kurang
keperawatan.
ini
Hasil
diharapkan
dapatmenjadi pertimbangan bagi
5
instansi
rumah
sakit
untuk
stressor
yang
dirasakan
oleh
menambah jumlah tenaga perawat
perawat, terdapat faktor-faktor lain
sehingga
yang dapat mempengaruhi stressor
mutupelayanan
keperawatan dapat optimal.9
Tidak
beban
adanya
kerja
pelayanan
asuhan
pengaruh
terhadap
dalam
kerja perawat, dimana faktor yang
mutu
melakukan
keperawatan
mempengaruhi stressor kerja itu
sendiri sangat banyak sekali dan
juga
tergantung
dari
persepsi
terhadap
individu dalam menghadapi suatu
klien/pasien di Bangsal rawat inap
masalah. Terkadang ada individu
RSUD Sukoharjo dapat disebabkan
yang saat menghadapi beban kerja
karena adanya tanggung jawab dan
yang
beban kerja yang sama pada setiap
tertantang
bangsal
sehingga
menyelesaikannya sehingga akan
merasakan
lebih rajin dan giat dalam mencapai
rawat
membuat
bahwa
inap
perawat
setiap
tugas
dilaksanakannya
yang
target
berat
yang
menjadi
merasa
untuk
telah
dapat
dibebankan,
merupakan
sehingga individu yang demikian
kewajiban dan tangung jawab yang
tidak merasakan stressor dalam
harus dilakukan dengan senang
pekerjaannya tetapi merasa lebih
hati
bersemangat
tanpa
merasa
tugas
dan
untuk
tanggung jawab tersebut sebagai
bekerjamemenuhi
target.
Tidak
beban
adanya
beban
kerja
dalam
melakukan
pengaruh
pekerjaannya. Beban kerja tidak
terhadap
selalu menjadi sumber penyebab
menunjukkan bahwa responden
mutu
pelayanan
6
tidak memiliki beban kerja yang
pengaruh beban kerja terhadap
berlebih sehingga melebihi batas
stressor
kerja,
yang
kemampuan
dalam
semakin
tinggi
beban
tugas
stressor kerja yang dirasakan dapat
keperawatannya. Hal ini sejalan
tinggi ataupun rendah. Begitupun
dengan
juga
responden
menjalankan
penelitian
yang
sebaliknya
berarti
kerja,
semakin
kecil
dikemukakan oleh Cooper (2003)
beban
bahwa stressor kerja itu bisa
stressor kerja yangdirasakan dapat
diakibatkan karena pengaruh gaji
tinggi ataupun rendah.
atau
salary
yang
karyawan,
apalagi
sekarang
ini
menjadi
yang
ditanggung,
diterima
pada
saat
perekonomian
sangat
kerja
sulit
sehingga
Pengaruh
Lingkungan
terhadap
Mutu
Fisik
Pelayanan
seseorang banyak yang mengalami
Perawat di Bangsal Rawat Inap
stressor karena kesulitan untuk
RSUD Sukoharjo
mencukupi kebutuhan hidup. Hasil
Stress
dilingkungan
fisik
uji hipotesis menunjukkan nilai
dikarenakan
Adjusted R2 sebesar -,025 ini
kerja
menunjukkan
penerangan yang terlalu redup atau
bahwa
pengaruh
fisik
adanya
lingkungan
seperti
lampu,
beban kerja terhadap stressor kerja
menyilaukan,
sebesar 2,5 %. Dengan pengaruh
kerja yang tidak sesuai juga dapat
yang sangat kecil tersebut, dapat
menimbulkan stress kerja pada
diartikan bahwa tidak ada bentuk
karyawan.
kegaduhan,
Pelayanan
iklim
perawat
7
dalam upaya pelayanan kesehatan
disebabkan karena lingkungan fisik
di rumah sakit merupakan salah
yang
satu faktor penentu citra dan mutu
timbulnya
rumah
itu
karyawan. Dengan semangat kerja
terhadap
yang tinggi, karyawan akan dapat
pelayanan perawat yang bermutu
bekerja dengan perasaan senang
semakin meningkat seiring dengan
dan bergairah sehingga mereka
meningkatnya kesadaran akan hak
dapat berprestasi dengan baik.
dan kewajiban dari masyarakat.
Sebaliknya apabila lingkungan fisik
Kualitas pelayanan harus terus
buruk tentu produktivitas kerja
ditingkatkan
sakit,
tuntutan
masyarakat
pelayanan
mencapai
disamping
mendorong
semangat
kerja
upaya
menurun, karena karyawan akan
kesehatan
dapat
merasa
tidak
nyaman
dalam
yang
optimal
bekerja. Dengan semangat kerja
2007).10
Hasil
yang tinggi maka kualitas sumber
didapatkan
daya manusia dapat meningkat
penelitian
peneliti
bahwa
lingkungan
berpengaruh
akan
sehingga
hasil
(Nursalam,
baik
terhadap
pelayanan
perawatdi
Sukoharjo
yang
fisik
sehingga tujuan organisasi yang
mutu
telah ditetapkan dapat tercapai
RSUD
(Nitisemito,
2002).
Penyebab
ditunjukkan
terjadinya stress yang bersumber
dengan nilai (p 0,004; B 0,818)
dari lingkungan fisik di RSUD
yang berarti bahwa lingkungan
Sukoharjo, hal ini dikarenakan
fisik berpengaruh terhadap mutu
adanya lingkungan kerja fisik yaitu
pelayanan
iklim kerja yang tidak sesuai hal ini
perawat,
hal
ini
8
diperkuat dengan keterangan 10
dilakukan,
perawat dengan teknik wawancara
lingkungan
kerja
fisik
dan
didapatkan hasil bahwa 3 diantara
lingkungan
kerja
non
fisik
mereka mengaku tertekan dan
berpengaruh negatif dan signifikan
merasa stress karena banyaknya
terhadap stress kerja karyawan.
tugas yang harus dikerjakan pada 1
Besarnya kontribusi atau pengaruh
shift
sehingga
lingkungan fisik dan lingkungan
kecenderungan para perawat di
non fisik secara simultan terhadap
bangsal
stress
jam
kerja
pelayanan
mempunyai
rawat
inap
teridentifikasi
kerja
bahwa
karyawan
non
stressor
tersendiri
produksi PT. Indo Bali di Bali
pekerjaan
mereka.
termasuk dalam kategori tinggi
Penelitian Tri Susilo (2012) untuk
yaitu sebesar 65,7%, sedangkan
mengetahui pengaruh lingkungan
sisanya sebesar 34,3% dipengaruh
fisik dan non fisik secara simultan
faktor-faktor lain. 11
dan parsial terhadap stress kerja
Pengaruh Individual terhadap
karyawan
Mutu
terhadap
serta
mengetahui di
Pelayanan
antara kedua variabel tersebut
Bangsal
yaitu
Sukoharjo
lingkungan
fisik
dan
lingkungan non fisik yang memiliki
Rawat
Perawat
Inap
Stress
di
RSUD
Individual
pengaruh dominan terhadap stress
diakibatkan
kerja karyawan non produksi pada
pekerjaan terlalu berat, tanggung-
PT. Indo Bali di Bali.Berdasarkan
jawab yang terlalu besar, konflik
hasil
peranan dan tidak ada kemajuan
analisis
data
yang
telah
karena
beban
9
karir(Budiarsa
Dharmatanna,
merupakan standar minimal bagi
2012).12 Hasil penelitian peneliti
seorang
didapatkan hasil (p 0,001; B 1,875)
menjalankan
yang
keperawatannya.
berarti
berpengaruh
individual
terhadap
mutu
perawat
untuk
tugas
pendidikan
Tingkat
responden
turut
pelayanan perawat.Hal ini sesuai
mempengaruhi
teori Prihatini (2007) yaitu dengan
responden
Reaksi terhadap stressor dapat
sebagai
merupakan reaksi bersifat psikis
perawat.Pendidikan
maupun fisik.Perubahan perilaku
yang
terjadi pada diri manusia sebagai
profesi perawat menjadi responden
usaha mengatasi stressor. Stressor
kurang
pekerjaan di RSUD Sukoharjo yang
terhadap
berumber dari individual dapat
melaksanakan
terjadi
keperawatannya
dikarenakan
adanya
pola
terhadap
pikir
profesinya
seorang
tergolong
responden
minimal
merasa
untuk
percaya
kemampuannya
diri
dalam
tugas
sehingga
ketidakseimbangan antara tuntutan
mempengaruhi kinerjanya.
dan kemampuan perawat dalam
Pengaruh Kelompok terhadap
bekerja di Bangsal rawat inap, hal
Mutu
ini
Bangsal
dipengaruhi
oleh
sebanyak
74,1% responden yang berada di
Bangsal
rawat
inap
RSUD
Pelayanan
Rawat
masih
dengan
yang
RSUD
Stress kelompok diakibatkan
hubungan
Keperawatan
Inap
di
Sukoharjo
Sukoharjo tingkat pendidikannya
D3
Perawat
yang
teman,
kurang
baik
bawahan,
dan
10
atasan.
Stresor
kelompok
tim atau kelompok dapat dihindari
dikategorikan menjadi; Kurangnya
karena ada rasa saling percaya
kohesivitas/kebersamaan
antar sesame perawat dirumah
kelompok
serta
sakit.
dukungan
sosial.Dalam
kurangnya
hasil
Pengaruh Organisasi terhadap
penelitian ini didapatkan nilai (p
Mutu
0,555; B 0,244) yang berarti bahwa
Bangsal
faktor kelompok tidak berpengaruh
Sukoharjo
terhadap
mutu
pelayanan
Pelayanan
Rawat
Perawat
Inap
Stressor
di
RSUD
organisasi
perawat.Hal ini sejalan dengan
diakibatkan
teori (Munandar, 2001) bahwa
organisasi dan kebijakan tidak jelas.
hubungan kerja yang baik antar
Faktor stressor yang dikenali dalam
kelompok terungkap dalam gejala-
kategori ini adalah terpusat pada
gejala adanya kepercayaan yang
sejauh mana tenaga kerja dapat
tinggi, dan minat yang tinggi dalam
terlihat atau berperan serta pada
pemecahan
dalam
support sosial. Kurangnya peran
organisasi.Kepercayaan
secara
serta
positif
dengan
pengambilan
masalah
berhubungan
atau
karena
struktur
partisipasi
dalam
keputusan
ketaksaan peran yang tinggi, yang
berhubungan dengan suasana hati
mengarah ke komunikasi antar
dan perilaku negalif.Peningkatan
pribadi yang sesuai antara sesama
peluang
sehingga
stress
dalam
menghasilkan
melaksanakan
pekerjaan
secara
produktivitas,
untuk
berperan
serta
peningkatan
dan
peningkatan
11
taraf dari kesehatan mental dan
0,104. Ada pengaruh Lingkungan
fisik.Dalam
Fisik
hasil
penelitian
(X2)
didapatkan nilai (p 0,640; B -0,184)
pelayanan
yang
artinya
berpengaruh
pelayanan
perawat
organisasi
tidak
Rawat
terhadap
mutu
ditunjukkan
perawat.
inap
RSUD
dengan
di
mutu
Bangsal
Sukoharjo
(p)
0,004
ini
(0,004 = 0,05) dan nilai B sebesar
disebabkan di RSUD sukoharjo
0,818. Ada pengaruh Individual
sudah menjalankan Kebijakan dan
(X3) terhadap mutu pelayanan
Strategi Organisasi seperti rotasi
perawat di Bangsal Rawat inap
shift
RSUD
kerja,
teknologi
Hal
terhadap
aturan
birokrasi,
Sukoharjo
ditunjukkan
canggih,pengawasan
dengan (p) 0,001 (0,001 = 0,05)
yang ketat, komunikasi yang timbal
dan nilai B sebesar 1,875. Tidak
balik antara karyawan dan atasan
adanya pengaruh Kelompok (X4)
dan
agar
terhadap mutu pelayanan perawat
dalam
di Bangsal Rawat inap RSUD
pemberian
meningkatnya
motivasi
partisipasi
bekerja sama.
Sukoharjo ditunjukkan dengan (p)
KESIMPULAN
0,555 (0,555> 0,05) dan nilai B
Tidak
adanya
pengaruh
sebesar
0,244.
Tidak
adanya
beban kerja (X1) terhadap mutu
pengaruh Organisasi (X5) terhadap
pelayanan
mutu pelayanan perawat di Bangsal
Rawat
perawat
inap
ditunjukkan
RSUD
dengan
di
Bangsal
Sukoharjo
(p)
Rawat
inap
RSUD
Sukoharjo
0,365
ditunjukkan dengan nilai (p) 0,640
(0,365 > 0,05) dan nilai B sebesar -
(0,640> 0,05) dan nilai B sebesar -
12
0,184.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjiptono, F (2004). Strategi
Pemasaran II, Yogyakarta.
Penerbit Andi
2. Potter & Perry, 2005. Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.
EGC, Jakarta
3. Cooper Donald R. dan Pamela S.
Schindler.
2003.
Business
Research Method. Eight Edition.
New York: McGraw Hill.
4. Abraham, C., & Shanley, E.
(2007).Psikologi sosial untuk
perawat. Diterjemahkan oleh
Leoni Sally M. Jakarta: EGC.
5. Gitosudarmono, I dan I.N
Sudita.
2007.
Perilaku
Keorganisasian.
BPFE.Yogyakarta
6. Prihatini, L.D. 2007. Analisis
Hubungan Beban Kerja Dengan
Stressor Kerja Perawat di Tiap
Bangsal Rawat Inap RSUD
Sidikalang.
Tesis
sudah
dipublikasikan. Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
7. Munandar, 2001. Stressor dan
Keselamatan Kerja Psikologi
Industri
dan
Organisasi.
Penerbit Universitas Indonesia
8. Asyiah Simanjorang Pengaruh
Karakteristik
Organisasi
Terhadap
Stressor
Kerja
Perawat Di RSU Dr. Pirngadi
Medan . 2009. Tesis sudah
dipublikasikan. Program MT Administrasi
&
Kebijakan
Kesehatan
9. Nursalam. 2007. Manajemen
Perawat:
Aplikasi
Dalam
Praktek Perawat Perawat
Profesional. Edisi 2 Salemba
Medika.
10. Nitisemito, 2002. Manajemen
Personalia.
Edisi
Revisi,
Penerbit Ghalia Indonesia.
11. Budiarsa Dharmatanna. 2012.
Stress dan Konflik. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
12. Simon
(ubungan
Beban Kerja Perawat dengan
Mutu Pelayanan Keperawatan
Di Rawat Inap Interna BLUD
RSUD Prof. DR. W. Z Johannes
Kupang
tesis
sudah
dipublikasikan,
Magister
Keperawatan
U n i v e r s i ta s
A i r la n g g a
13. Tri Susilo Analisis Pengaruh
Faktor Lingkungan Fisik dan
Non Fisik terhadap Stress Kerja
pada PT Indo Bali Di
Kecamatan Negara, Kabupaten
Jimbaran . 2012. Tesis sudah
dipublikasikan.
PENGARUH STRESSOR
PEKERJAAN TERHADAP MUTU
PELAYANANPERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP
RSUD SUKOHARJO
THE NURSE CARE IN INPATIENT WARDS OF SUKOHARJO REGIONAL PUBLIC
HOSPITAL
Muhammad Alwi Andi1, Elsye Maria Rosa2
1. Mahasiswa Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Dosen Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Stressor pekerjaan perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat
dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja. Stressor kerja
meliputi beban kerja, linkungan fisik, Individual, kelompok dan organisasi
yang merupan sumber stressor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya pengaruh stressor pekerjaan terhadap mutu
pelayanan perawat di Bangsal rawat inap RSUD Sukoharjo. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross-Sectional. Populasi
adalah seluruh perawat yang dinas di ruang rawatinapRSUD Sukoharjo.
Sampel 81orang perawat, dengan menggunakan total sampling. Tidak ada
pengaruh beban kerja terhadap mutu pelayanan (p 0,365; B -0,104). Adanya
pengaruh lingkungan fisik berpengaruh terhadap mutu pelayanan perawat (p
0,004; B 0,818).Adanya pengaruh individual terhadap mutu pelayanan
perawat (p 0,001; B 1,875). Tidak adanya pengaruh kelompok terhadap mutu
pelayanan perawat (p 0,555; B 0,244). Tidak ada pengaruh Organisasi
terhadap mutu pelayanan perawat (p 0,640; B 0,184). Dampak negatif stress
pada tingkat yang tinggi mempengaruhi pemberian pelayanan kepada pasien.
Semakin tinggi stress kerja yang dirasakan perawat akan mempengaruhi
mutu pelayanan perawat di Ruang rawat inap RSUD Sukoharjo.
Kata Kunci :Stressor Pekerjaan,Mutu Pelayanan Perawat
2
ABSTRACT
Stressor of nurse work is an inability of nurse to face any condition or
situation in work environment. Stressor of work consist of workload, physical
environment, individual, group, and organization which is the source of stressor.
The research identified the effect of work stressor on the quality of nurse care in
inpatient wards of Sukoharjo Regional Public Hospital. The type of research is
quantitative research with Cross-Sectional approach. The populations are all
nurses who served in inpatient wards of Sukoharjo Regional Public Hospital. The
samples are 81 nurses by using total sampling. There was no workload effect on
the quality of nurse care (p 0,365; B -0,104). There was physical environment
effect on the quality of nurse care (p 0,004; B 0,818). There was indiviual effect
on the quality of nurse care (p 0,001; B 1,875). There was no group effect on the
quality of nurse care (p 0,555; B 0,244). There was no organization effect on the
quality of nurse care (p 0,640; B 0,184). The negative effect of stress in high level
influenced the care to patient. The higher the perceived work stress would
influence the quality of nurse care in inpatient wards of Sukoharjo Regional
Public Hospital
Key Words : Work Stressor, The Quality of Nurse Care
2
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan keperawatan
akan mengeluh bila perilaku caring
yang dirasakan tidak memberikan
sebagai
indikator
kualitas
nilai
kepuasan
bagi
dirinya.
sakit
sebagai
pelayanan kesehatan menjadi salah
Kualitas
rumah
institusi
yang
satu faktor tertentu citra institusi
pelayanan
kesehatan
di
menghasilkan
mata
produk teknologi jasa kesehatan
masyarakat. Hal ini terjadi karena
sudah tentu tergantung juga pada
keperawatan merupakan kelompok
kualitas
pelayanan
medis
dan
profesi dengan jumlah terbanyak,
pelayanan
keperawatan
yang
paling depan dan terdekat dengan
diberikan kepada pasien (Tjiptono,
penderitaan,
kesakitan,
serta
2010).1
kesengsaraan yang dialami pasien
Stress adalah segala situasi
dan
keluarganya.
Salah
satu
dimana
indikator
dari mutu
tuntutan
non
spesifik
pelayanan
mengharuskan
seorang
invidu
keperawatan itu adalah apakah
untuk berespons atau melakukan
pelayanan
keperawatan
yang
tindakan dan fenomena universal
diberikan itu memuaskan pasien
dimana setiap orang mengalaminya
atau tidak.Pasien sebagai pengguna
dan memberi dampak secara total
jasa
pelayanan
keperawatan
baik, fisik emosi, intelektual, sosial,
menuntut pelayanan keperawatan
dan spiritual (Patricia A. Potter,
yang sesuai dengan haknya, yakni
2005).2 Menurut Cooper (2003)
pelayanan
keperawatan
yang
sumber stressor pekerjaan terdiri
bermutu dan paripurna. Pasien
dari: 1) Lingkungan kerja; kondisi
3
kerja
yang
buruk
berpotensi
stressor pada perawat adalah beban
menyebabkanpekerja mudah sakit,
kerja merupakan sumber stress
mengalami
yang
stressor
menurunkan
Beban
dan
produktivitas,
kerja
2)
didalamnya
merawat
termasuk
banyak
pasien,
berlebihan(work
menghadapi keterbatasan tenaga,
overload); dapat menjadi beban
tuntutan kerja yang tinggi dan
kerja
dan
pekerjaan yang terus bertambah,
kualitaif. Beban kerja kuantitatif
hubungan kerja perawat dengan
terjadi bila target kerja melebihi
perawat dan tenaga kesehatan
kemampuan
yang
lainnya,
pengetahuan
lelah.
merawat
pasien.
berlebih
kuantitatif
pekerja
mengakibatkan
mudah
Hal
tentang
tersebut
Sedangkan beban kerja berlebih
sangat
kualitatif terjadi jika pekerjaan
perubahan
memiliki tingkat kesulitan yang
perawat (Abraham C. & Shanley F ,
tinggi, 3) Deprivational stressor ;
2007).4
yaitu pekerjaan yang tidak menarik
Dari
lagi bagi pekerja, akibatnya timbul
peneliti di RSUD Sukoharjo dengan
berbagai
teknik
keluhan
seperti
berpengaruh
hasil
yang
dialami
studi
studi
pada
oleh
pendahuluan
pustaka
serta
kebosanan, ketidakpuasan bekerja
wawancara dengan pihak SDM
dan lain sebagainya, 4) Pekerjaan
Pada tanggal 23 Januari 2013 di
beresiko tinggi yaitu pekerjaan
dapatkan
yang berbahaya bagi keselamatan.
Sukoharjo merupakan rumah sakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi
yang mempunyai jam kerja 24 jam
hasil
bahwa
RSUD
4
yang dibagi dalam 3 shift kerja
yaitu pagi dari jam 08.00-14.00
diberikan.
Sumber stressor pekerjaan
WIB, siang dari 14.00-21.00 WIB,
dapat berasal
malam dari jam 21.00-08.00 WIB.
lingkungan
Dengan jam kerja serta beban kerja
kelompok dan organisasi. Tinggi
yang ada maka besar adanya
rendahnya tinggkat stressor yang
kecenderungan para perawat di
dirasakan perawat
bangsal
berpengaruh
pelayanan
mempunyai
rawat
stressor
inap
tersendiri
dari beban kerja,
fisik,
individual,
maka akan
terhadap
pelayanan perawat.
mutu
Berdasarkan
terhadap pekerjaan mereka. Hal ini
latar belakang di atas rumusan
diperkuat dengan keterangan dari
masalah dalam penelitian ini adalah
10
Apakah
orang
perawat
diwawancarai
yang
didapatkan
Pengaruh
Stressor
3
Pekerjaan
diantara mereka mengaku tertekan
Pelayanan
dan
Rawat Inap RSUD Sukoharjo.
merasa
banyaknya
stress
tugas
yang
karena
harus
mereka kerjakan dalam 1 shift.
Melihat
fenomena
pelayanan
keperawatan
terhadap
Perawat
Mutu
di
Bangsal
BAHAN DAN CARA
Jenis penelitian ini adalah
diatas,
Kuantitatif dengan menggunakan
yang
pendekatan Cross-Sectional. Subyek
memiliki kontribusi sangat besar
dalam penelitian ini adalah seluruh
terhadap citra sebuah rumah sakit
perawat yang berada di Bangsal
dipandang perlu untuk melakukan
rawat
evaluasi atas pelayanan yang telah
Sedangkan obyek dalam penelitian
inap
RSUD
Sukoharjo.
5
ini adalah seluruh perawat yang
pelayanan perawat diukur dengan
bekerja
Dahlia,
menggunakan Kuesioner meliputi
Cempaka Bawah, Anggrek, Mawar,
aspek reliability, responsiveness,
dan Edelweis. Lokasi penelitian
assurance, empathy, dan tangible
dilakukan di seluruh bangsal Rawat
yang diadopsi dari penelitian Simon
Inap RSUD Sukoharjo. Penelitian
(2012) yang terdiri dari 20 item
ini dilakukan mulai tanggal 9 - 16
pertanyaan.
Februari 2013.
dengan memberikan skor 4 jika
di
Bangsal
Instrumen stressor pekerjaan
diukur
dengan
kuesioner
Budiarsa
yang
diadopsi
dari
Dharmatanna
terdiri
pertanyaan.
menggunakan
dari
40
Instrumen
Skoring
dilakukan
jawaban Sangat Setuju (SS), skor 3
jika jawaban Setuju (S), Skor 2 jika
buku
jawaban Tidak Setuju, dan skor 1
(2012)
jika jawaban Sangat Tidak Setuju
item
(STS). Skala yang digunakan adalah
Mutu
skala interval.
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan, Status Perkawinan, Lama Kerja dan Shift Kerja
No Karakteristik responden
Frekuensi
Prosentase
1. Berdasarkan jenis kelamin
a. Laki-laki
25
30,9%
b. Perempuan
56
69,1%
2. Berdasarkan umur
a. 20 – 30 tahun
38
46,9%
b. 31 – 40 tahun
39
48,1%
c. 41 – 50 tahun
4
4,9%
3. Berdasarkan
tingkat
pendidikan
60
74,1%
a. D3
25,9%
21
b. S1
4. Berdasarkan status perkawinan
2
a. Belum kawin
b. Kawin
5. Berdasarkan lama kerja
a. 1-10 tahun
b. 11-20 tahun
c. 21-30 tahun
6. Berdasarkan shift kerja
a. Malam
b. Pagi
c. Sore
Sumber : Data yang diolah, 2013
Tabel
1.
memberikan
19
62
23,5%
76,5%
78
1
2
99,3
1,2
2,5
19
35
27
23,5
43,2
33,3
(43,2%).
informasi bahwa sebagian besar
karakteristik
responden
adalah
Rangkuman
perempuan
yaitu
orang
Pengaruh
Stressor
Pekerjaan
(69,1%), berumur 31-40 tahun
terhadap
Mutu
Pelayanan
yaitu sebanyak 39 orang (48,1%),
Perawat di Bangsal rawat inap
berpendidikan D3 yitu 60 orang
RSUD Sukoharjo
(74,1%), sudah kawin yaitu 62
Besarnya
orang (76,5%), lama bekerja 1-10
(R2)
tahun yaitu 78 orang 96,3%) dan
diperlihatkan pada tabel berikut:
56
Uji
Multivariat
koefisien
dalam
diterminasi
penelitian
ini
shift kerja pagi yaitu 35 orang
Tabel 2. Rangkuman Koefisien Diterminasi (R2) Stressor Pekerjaan
terhadap Mutu Pelayanan Perawat
Korelasi (R)
Stressor
0,636
Sumber : Data yang diolah, 2013
Koefisien diterminasi (R2)
digunakan
untuk
mengetahui
Koefisien
(R2)
Diterminasi
0,365
besaran
pengaruh
variabel
independent (Stressor Pekerjaan)
2
terhadap
perubahan
variabel
variabel
independent
dependent (Mutu Pelayanan). Hasil
Pekerjaan) terhadap
olahan
variabel
menunjukkan
besarnya
bahwa
nilai
diterminasi
artinya
(R2)
koefisien
adalah
besarnya
0,365,
pengaruh
(Stressor
perubahan
dependent
(Mutu
sebesar
73,3%,
Pelayanan)
sedangkan sisanya sebesar 27,7%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 3. Rangkuman Pengaruh Uji t-test Stressor Pekerjaan terhadap
Mutu Pelayanan Perawat
Coefficient
Constant
B
28,463
t
3,551
sig
0,001
Beban kerja (X1)
Lingkungan Fisik (X2)
Individual (X3)
Kelompok (X4)
Organisasi (X5)
-0,104
0,818
1,875
0,244
-0,184
-0,911
2,931
3,557
0,593
-0,470
0,365
0,004
0,001
0,555
0,640
Y= -0,91(X1) + 2,931(X2) + 3,557(X3) + 0,593(X4) + -0,470( X5)
Sumber : Data yang diolah, 2013
Tabel 3. menunjukkan bahwa
sebesar
3,557
nilai t-test untuk beban kerja (X1)
signifikansi
sebesar
Kelompok(X4)
-0,911dengan
taraf
signifikansi (p) 0,365;
(p)
dengan
taraf
0,001;
untuk
sebesar
0,593
untuk
dengan taraf signifikansi (p) 0,555
sebesar
dan untuk Organisasi (X5) sebesar
2,931 dengan taraf signifikansi (p)
-0,470 dengan taraf signifikansi (p)
0,004;
0,640.
Lingkungan
Fisik(X2)
untuk
Individual
(X3)
Tabel 4. Rangkuman Uji Anova Pengaruh Stressor Pekerjaan terhadap
Mutu Pelayanan Perawat
Anova
2
Df
Regresi
5
Residual
75
Sumber : Data yang diolah, 2013
Tabel 4. menunjukkan bahwa
F
10,183
Sig.
0,000
Perawat yang mempunyai tingkat
untuk tabel anova didapatkan nilai
stressor
F sebesar 10,183 pada df 5
cenderung mempunyai ciri kearah
(pembilang) dan residual 75 (df
gejala fisiologis sedangkan perawat
penyebut) dengan taraf signifikansi
dengan tingkat stressor kerja yang
(p) 0,000. Nilai F digunakan untuk
sedang
mengetahui apakah variasi nilai
fisiologis.Hasil
variabel
dapat
memperlihatkan bahwa dari dua
menjelaskan variasi dari variabel
faktor yang mempengaruhi mutu
dependent.
pelayanan perawat pada pasien
PEMBAHASAN
yang diteliti, yaitu lingkungan fisik
independent
kerja
tidak
yang
memiliki
penelitian
tinggi
gejala
ini
Pengaruh
Stressor
Pekerjaan
dan individual, faktor yang paling
terhadap
Mutu
Pelayanan
mempengaruhi
mutu
pelayanan
Perawat di Bangsal Rawat Inap
adalah faktor Individual. Menurut
RSUD Sukoharjo
(Prihatini, 2007) stressor yang
Dampak negatif stressor pada
tingkat
yang
tinggi
terlalu
rendah
mengakibatkan
adalah
pekerja cenderung menjadi lesu,
penurunan pada mutu pelayanan
malas dan merasa cepat bosan.
perawat
drastis
Sebaliknya,
(Gitosudarmodan Suditta, 2007).5
berlebihan
yang
stressor
yang
mengakibatkan
2
kehilangan
efisiensi,
kecelakaan
penurunan dari kodisi kesehatan,
kerja, kesehatan fisik terganggu
dan rasa diancam oleh atasan dan
dan
rekan-rekan kerjanya (Munandar,
dampak
diinginkan
tuntutan
lain
yang
tuntutan
tugas.
tidak
fisik
dan
Tuntutan
fisik
kebisingan.
misalnya
faktor
Sedangkan
faktor-faktor
2001).7
Responden
yang
merasakan
stressor
dapat
disebabkan
karena
tingkat
tugas
pendidikan responden yang masih
mencakup: kerja malam, beban
D3 Keperawatan yang merupakan
kerja, dan penghayatan dari resiko
standar
dan bahaya.6
perawat untuk menjalankan tugas
Hubungan kerja yang tidak
minimal
bagi
keperawatannya.Tingkat
baik terungkap dalam gejala-gejala
pendidikan
adanya kepercayaan yang rendah,
mempengaruhi
dan minat yang rendah dalam
responden
terhadap
pemecahan
sebagai
seorang
masalah
dalam
seorang
responden
turut
pola
pikir
profesinya
perawat.
organisasi.Ketidakpercayaan
Pendidikan
secara positif berhubungan dengan
tergolong minimal untuk profesi
ketaksaan peran yang tinggi, yang
perawat
mengarah ke komunikasi antar
kurang
pribadi yang tidak sesuai antara
terhadap
pekerja
melaksanakan
psikologikal
dan
dalam
ketegangan
bentuk
kepuasan pekerjaan yang rendah,
responden
menjadi
merasa
yang
responden
percaya
kemampuannya
keperawatannya
mempengaruhi
diri
dalam
tugas
sehingga
kinerjanya.Hasil
3
penelitian
ini
sejalan
dengan
stressor kerja perawat di RSU dr
penelitian yang dilakukan oleh
Pirngadi
Aisyiah
dengan
p=0,274. Disarankan peningkatan
Karakteristik
kesejahteraan bagi perawat, perlu
(2009)
judulPengaruh
Medan
dengan
nilai
Organisasi terhadap Stressor Kerja
adanya
Perawat
perlindungan diri bagi petugas,
Medan.
Di
RSU
Hasil
Dr.
Pirngadi
penelitiannya
penyediaan
perlu
adanya
alat
pemeriksaan
menunjukkan bahwa Analisis data
kesehatan bagi perawat secara
menggunakan uji regresi berganda
berkala, perlu mengalokasikan dana
pada taraf nyata 95% didapatkan
untuk
hasil 59,6% tingkat stressor kerja
pelatihan
perawat di RSU Dr. Pirngadi Medan
diberikan latihan untuk mampu
termasuk kategori sedang. Secara
menggunakan mekanisme koping
keseluruhan variabel karakteristik
yang
organisasi terdiri imbalan jasa
peningkatan
(sig=0,009),
pengolahan informasi, pemecahan
lingkungan
kerja
biaya
bagi
efektif
(sig=0,010), pengembangan karir
masalah
(sig=0,008), tim kerja (sig=0,042),
sebagainya.8
yang
pendidikan
perawat,
yaitu
dan
perlu
dengan
kesadaran,
kreatif
dan
berpengaruh
Beban kerja adalah keadaan
terhadap stressor kerja perawat
dimana pekerja dihadapkan pada
(sig= 0,002), dan variabel aspek
tugas yang harus diselesaikan pada
tugas merupakan variabel paling
waktu tertentu. Hasil penelitian ini
dominan
memperlihatkan
dan
aspek
tugas
berpengaruh
terhadap
bahwa
beban
4
kerja tidak mempengaruhi mutu
pelayanankeperawatan
pelayanan perawat terhadap pasien
hasil,
yang
nilai
bermutu 36,36 % dan pelayanan
mutu
keperawatankurang bermutu 63,64
pelayanan didapatkan nilai p lebih
%. Hasil uji korelasi Spearman r =
besar dari 0,05 (0,365> 0,05)
0,019 dan dan koofisien korelasinya
sehingga dapat disimpulkan bahwa
= - 0,497.Hasil ini menunjukkan
beban kerja tidak berpengaruh
bahwa
terhadap
mutu
bermakna
tidak
perawat
ditunjukkan
beban
kerja
dengan
terhadap
perubahan
pelayanan.
Penelitian
ini
pelayanan
ada
dengan
keperawatan
(2012) yaitu
bersifat
Kerja
Hubungan Beban
Perawat
dengan
Mutu
secara
keperawatan
hubungan
antara
sejalan dengan penelitian Simon
diperoleh
beban
yang
kerja
mutupelayanan
dimana
lemah dan
hubungan
berkorelasi
negatif.Analisa
data
Pelayanan Keperawatan Di Rawat
didapatkan kesimpulan beban kerja
Inap Interna BLUD RSUD Prof. DR.
di bangsal rawat inap BLUD RSUD
W. Z Johannes Kupang
dimana
Prof. Dr. W. Z.Johannes Kupang
(2012)
adalah tinggi dan mutu pelayanan
hasil
penelitian
Simon
menunjukkan bahwa beban kerja
keperawatan
di bangsal rawat inap BLUD RSUD
bermutu serta terdapathubungan
Prof. Dr. W. Z.Johannes Kupang,
antara beban kerja dengan mutu
tinggi sebanyak 59,09 % dan
pelayanan
rendah
penelitian
sebanyak
Pengukuran
40,91
%.
mutu
adalah
kurang
keperawatan.
ini
Hasil
diharapkan
dapatmenjadi pertimbangan bagi
5
instansi
rumah
sakit
untuk
stressor
yang
dirasakan
oleh
menambah jumlah tenaga perawat
perawat, terdapat faktor-faktor lain
sehingga
yang dapat mempengaruhi stressor
mutupelayanan
keperawatan dapat optimal.9
Tidak
beban
adanya
kerja
pelayanan
asuhan
pengaruh
terhadap
dalam
kerja perawat, dimana faktor yang
mutu
melakukan
keperawatan
mempengaruhi stressor kerja itu
sendiri sangat banyak sekali dan
juga
tergantung
dari
persepsi
terhadap
individu dalam menghadapi suatu
klien/pasien di Bangsal rawat inap
masalah. Terkadang ada individu
RSUD Sukoharjo dapat disebabkan
yang saat menghadapi beban kerja
karena adanya tanggung jawab dan
yang
beban kerja yang sama pada setiap
tertantang
bangsal
sehingga
menyelesaikannya sehingga akan
merasakan
lebih rajin dan giat dalam mencapai
rawat
membuat
bahwa
inap
perawat
setiap
tugas
dilaksanakannya
yang
target
berat
yang
menjadi
merasa
untuk
telah
dapat
dibebankan,
merupakan
sehingga individu yang demikian
kewajiban dan tangung jawab yang
tidak merasakan stressor dalam
harus dilakukan dengan senang
pekerjaannya tetapi merasa lebih
hati
bersemangat
tanpa
merasa
tugas
dan
untuk
tanggung jawab tersebut sebagai
bekerjamemenuhi
target.
Tidak
beban
adanya
beban
kerja
dalam
melakukan
pengaruh
pekerjaannya. Beban kerja tidak
terhadap
selalu menjadi sumber penyebab
menunjukkan bahwa responden
mutu
pelayanan
6
tidak memiliki beban kerja yang
pengaruh beban kerja terhadap
berlebih sehingga melebihi batas
stressor
kerja,
yang
kemampuan
dalam
semakin
tinggi
beban
tugas
stressor kerja yang dirasakan dapat
keperawatannya. Hal ini sejalan
tinggi ataupun rendah. Begitupun
dengan
juga
responden
menjalankan
penelitian
yang
sebaliknya
berarti
kerja,
semakin
kecil
dikemukakan oleh Cooper (2003)
beban
bahwa stressor kerja itu bisa
stressor kerja yangdirasakan dapat
diakibatkan karena pengaruh gaji
tinggi ataupun rendah.
atau
salary
yang
karyawan,
apalagi
sekarang
ini
menjadi
yang
ditanggung,
diterima
pada
saat
perekonomian
sangat
kerja
sulit
sehingga
Pengaruh
Lingkungan
terhadap
Mutu
Fisik
Pelayanan
seseorang banyak yang mengalami
Perawat di Bangsal Rawat Inap
stressor karena kesulitan untuk
RSUD Sukoharjo
mencukupi kebutuhan hidup. Hasil
Stress
dilingkungan
fisik
uji hipotesis menunjukkan nilai
dikarenakan
Adjusted R2 sebesar -,025 ini
kerja
menunjukkan
penerangan yang terlalu redup atau
bahwa
pengaruh
fisik
adanya
lingkungan
seperti
lampu,
beban kerja terhadap stressor kerja
menyilaukan,
sebesar 2,5 %. Dengan pengaruh
kerja yang tidak sesuai juga dapat
yang sangat kecil tersebut, dapat
menimbulkan stress kerja pada
diartikan bahwa tidak ada bentuk
karyawan.
kegaduhan,
Pelayanan
iklim
perawat
7
dalam upaya pelayanan kesehatan
disebabkan karena lingkungan fisik
di rumah sakit merupakan salah
yang
satu faktor penentu citra dan mutu
timbulnya
rumah
itu
karyawan. Dengan semangat kerja
terhadap
yang tinggi, karyawan akan dapat
pelayanan perawat yang bermutu
bekerja dengan perasaan senang
semakin meningkat seiring dengan
dan bergairah sehingga mereka
meningkatnya kesadaran akan hak
dapat berprestasi dengan baik.
dan kewajiban dari masyarakat.
Sebaliknya apabila lingkungan fisik
Kualitas pelayanan harus terus
buruk tentu produktivitas kerja
ditingkatkan
sakit,
tuntutan
masyarakat
pelayanan
mencapai
disamping
mendorong
semangat
kerja
upaya
menurun, karena karyawan akan
kesehatan
dapat
merasa
tidak
nyaman
dalam
yang
optimal
bekerja. Dengan semangat kerja
2007).10
Hasil
yang tinggi maka kualitas sumber
didapatkan
daya manusia dapat meningkat
penelitian
peneliti
bahwa
lingkungan
berpengaruh
akan
sehingga
hasil
(Nursalam,
baik
terhadap
pelayanan
perawatdi
Sukoharjo
yang
fisik
sehingga tujuan organisasi yang
mutu
telah ditetapkan dapat tercapai
RSUD
(Nitisemito,
2002).
Penyebab
ditunjukkan
terjadinya stress yang bersumber
dengan nilai (p 0,004; B 0,818)
dari lingkungan fisik di RSUD
yang berarti bahwa lingkungan
Sukoharjo, hal ini dikarenakan
fisik berpengaruh terhadap mutu
adanya lingkungan kerja fisik yaitu
pelayanan
iklim kerja yang tidak sesuai hal ini
perawat,
hal
ini
8
diperkuat dengan keterangan 10
dilakukan,
perawat dengan teknik wawancara
lingkungan
kerja
fisik
dan
didapatkan hasil bahwa 3 diantara
lingkungan
kerja
non
fisik
mereka mengaku tertekan dan
berpengaruh negatif dan signifikan
merasa stress karena banyaknya
terhadap stress kerja karyawan.
tugas yang harus dikerjakan pada 1
Besarnya kontribusi atau pengaruh
shift
sehingga
lingkungan fisik dan lingkungan
kecenderungan para perawat di
non fisik secara simultan terhadap
bangsal
stress
jam
kerja
pelayanan
mempunyai
rawat
inap
teridentifikasi
kerja
bahwa
karyawan
non
stressor
tersendiri
produksi PT. Indo Bali di Bali
pekerjaan
mereka.
termasuk dalam kategori tinggi
Penelitian Tri Susilo (2012) untuk
yaitu sebesar 65,7%, sedangkan
mengetahui pengaruh lingkungan
sisanya sebesar 34,3% dipengaruh
fisik dan non fisik secara simultan
faktor-faktor lain. 11
dan parsial terhadap stress kerja
Pengaruh Individual terhadap
karyawan
Mutu
terhadap
serta
mengetahui di
Pelayanan
antara kedua variabel tersebut
Bangsal
yaitu
Sukoharjo
lingkungan
fisik
dan
lingkungan non fisik yang memiliki
Rawat
Perawat
Inap
Stress
di
RSUD
Individual
pengaruh dominan terhadap stress
diakibatkan
kerja karyawan non produksi pada
pekerjaan terlalu berat, tanggung-
PT. Indo Bali di Bali.Berdasarkan
jawab yang terlalu besar, konflik
hasil
peranan dan tidak ada kemajuan
analisis
data
yang
telah
karena
beban
9
karir(Budiarsa
Dharmatanna,
merupakan standar minimal bagi
2012).12 Hasil penelitian peneliti
seorang
didapatkan hasil (p 0,001; B 1,875)
menjalankan
yang
keperawatannya.
berarti
berpengaruh
individual
terhadap
mutu
perawat
untuk
tugas
pendidikan
Tingkat
responden
turut
pelayanan perawat.Hal ini sesuai
mempengaruhi
teori Prihatini (2007) yaitu dengan
responden
Reaksi terhadap stressor dapat
sebagai
merupakan reaksi bersifat psikis
perawat.Pendidikan
maupun fisik.Perubahan perilaku
yang
terjadi pada diri manusia sebagai
profesi perawat menjadi responden
usaha mengatasi stressor. Stressor
kurang
pekerjaan di RSUD Sukoharjo yang
terhadap
berumber dari individual dapat
melaksanakan
terjadi
keperawatannya
dikarenakan
adanya
pola
terhadap
pikir
profesinya
seorang
tergolong
responden
minimal
merasa
untuk
percaya
kemampuannya
diri
dalam
tugas
sehingga
ketidakseimbangan antara tuntutan
mempengaruhi kinerjanya.
dan kemampuan perawat dalam
Pengaruh Kelompok terhadap
bekerja di Bangsal rawat inap, hal
Mutu
ini
Bangsal
dipengaruhi
oleh
sebanyak
74,1% responden yang berada di
Bangsal
rawat
inap
RSUD
Pelayanan
Rawat
masih
dengan
yang
RSUD
Stress kelompok diakibatkan
hubungan
Keperawatan
Inap
di
Sukoharjo
Sukoharjo tingkat pendidikannya
D3
Perawat
yang
teman,
kurang
baik
bawahan,
dan
10
atasan.
Stresor
kelompok
tim atau kelompok dapat dihindari
dikategorikan menjadi; Kurangnya
karena ada rasa saling percaya
kohesivitas/kebersamaan
antar sesame perawat dirumah
kelompok
serta
sakit.
dukungan
sosial.Dalam
kurangnya
hasil
Pengaruh Organisasi terhadap
penelitian ini didapatkan nilai (p
Mutu
0,555; B 0,244) yang berarti bahwa
Bangsal
faktor kelompok tidak berpengaruh
Sukoharjo
terhadap
mutu
pelayanan
Pelayanan
Rawat
Perawat
Inap
Stressor
di
RSUD
organisasi
perawat.Hal ini sejalan dengan
diakibatkan
teori (Munandar, 2001) bahwa
organisasi dan kebijakan tidak jelas.
hubungan kerja yang baik antar
Faktor stressor yang dikenali dalam
kelompok terungkap dalam gejala-
kategori ini adalah terpusat pada
gejala adanya kepercayaan yang
sejauh mana tenaga kerja dapat
tinggi, dan minat yang tinggi dalam
terlihat atau berperan serta pada
pemecahan
dalam
support sosial. Kurangnya peran
organisasi.Kepercayaan
secara
serta
positif
dengan
pengambilan
masalah
berhubungan
atau
karena
struktur
partisipasi
dalam
keputusan
ketaksaan peran yang tinggi, yang
berhubungan dengan suasana hati
mengarah ke komunikasi antar
dan perilaku negalif.Peningkatan
pribadi yang sesuai antara sesama
peluang
sehingga
stress
dalam
menghasilkan
melaksanakan
pekerjaan
secara
produktivitas,
untuk
berperan
serta
peningkatan
dan
peningkatan
11
taraf dari kesehatan mental dan
0,104. Ada pengaruh Lingkungan
fisik.Dalam
Fisik
hasil
penelitian
(X2)
didapatkan nilai (p 0,640; B -0,184)
pelayanan
yang
artinya
berpengaruh
pelayanan
perawat
organisasi
tidak
Rawat
terhadap
mutu
ditunjukkan
perawat.
inap
RSUD
dengan
di
mutu
Bangsal
Sukoharjo
(p)
0,004
ini
(0,004 = 0,05) dan nilai B sebesar
disebabkan di RSUD sukoharjo
0,818. Ada pengaruh Individual
sudah menjalankan Kebijakan dan
(X3) terhadap mutu pelayanan
Strategi Organisasi seperti rotasi
perawat di Bangsal Rawat inap
shift
RSUD
kerja,
teknologi
Hal
terhadap
aturan
birokrasi,
Sukoharjo
ditunjukkan
canggih,pengawasan
dengan (p) 0,001 (0,001 = 0,05)
yang ketat, komunikasi yang timbal
dan nilai B sebesar 1,875. Tidak
balik antara karyawan dan atasan
adanya pengaruh Kelompok (X4)
dan
agar
terhadap mutu pelayanan perawat
dalam
di Bangsal Rawat inap RSUD
pemberian
meningkatnya
motivasi
partisipasi
bekerja sama.
Sukoharjo ditunjukkan dengan (p)
KESIMPULAN
0,555 (0,555> 0,05) dan nilai B
Tidak
adanya
pengaruh
sebesar
0,244.
Tidak
adanya
beban kerja (X1) terhadap mutu
pengaruh Organisasi (X5) terhadap
pelayanan
mutu pelayanan perawat di Bangsal
Rawat
perawat
inap
ditunjukkan
RSUD
dengan
di
Bangsal
Sukoharjo
(p)
Rawat
inap
RSUD
Sukoharjo
0,365
ditunjukkan dengan nilai (p) 0,640
(0,365 > 0,05) dan nilai B sebesar -
(0,640> 0,05) dan nilai B sebesar -
12
0,184.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjiptono, F (2004). Strategi
Pemasaran II, Yogyakarta.
Penerbit Andi
2. Potter & Perry, 2005. Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.
EGC, Jakarta
3. Cooper Donald R. dan Pamela S.
Schindler.
2003.
Business
Research Method. Eight Edition.
New York: McGraw Hill.
4. Abraham, C., & Shanley, E.
(2007).Psikologi sosial untuk
perawat. Diterjemahkan oleh
Leoni Sally M. Jakarta: EGC.
5. Gitosudarmono, I dan I.N
Sudita.
2007.
Perilaku
Keorganisasian.
BPFE.Yogyakarta
6. Prihatini, L.D. 2007. Analisis
Hubungan Beban Kerja Dengan
Stressor Kerja Perawat di Tiap
Bangsal Rawat Inap RSUD
Sidikalang.
Tesis
sudah
dipublikasikan. Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
7. Munandar, 2001. Stressor dan
Keselamatan Kerja Psikologi
Industri
dan
Organisasi.
Penerbit Universitas Indonesia
8. Asyiah Simanjorang Pengaruh
Karakteristik
Organisasi
Terhadap
Stressor
Kerja
Perawat Di RSU Dr. Pirngadi
Medan . 2009. Tesis sudah
dipublikasikan. Program MT Administrasi
&
Kebijakan
Kesehatan
9. Nursalam. 2007. Manajemen
Perawat:
Aplikasi
Dalam
Praktek Perawat Perawat
Profesional. Edisi 2 Salemba
Medika.
10. Nitisemito, 2002. Manajemen
Personalia.
Edisi
Revisi,
Penerbit Ghalia Indonesia.
11. Budiarsa Dharmatanna. 2012.
Stress dan Konflik. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
12. Simon
(ubungan
Beban Kerja Perawat dengan
Mutu Pelayanan Keperawatan
Di Rawat Inap Interna BLUD
RSUD Prof. DR. W. Z Johannes
Kupang
tesis
sudah
dipublikasikan,
Magister
Keperawatan
U n i v e r s i ta s
A i r la n g g a
13. Tri Susilo Analisis Pengaruh
Faktor Lingkungan Fisik dan
Non Fisik terhadap Stress Kerja
pada PT Indo Bali Di
Kecamatan Negara, Kabupaten
Jimbaran . 2012. Tesis sudah
dipublikasikan.