NOTULEN PERTEMUAN RAKOR EVALUASI ARUS MUDIK

NOTULEN PERTEMUAN
RAKOR EVALUASI TERINTEGRASI PUSAT KRISIS KESEHATAN
TAHAP 2
Acara :
1. Pembukaan
2. Sambutan dan Arahan dari Kepala Pusat Krisis Kesehatan :
- Arus mudik jgan dianggap sbg suatu yang rutin saja namun hrs ada
konsep komprehensif utk memanage arus mudik ini yang
melibatkan lintas sector.
- Kasus kerugian jiwa akibat kecelakaan lalu lintas arus mudik jauh
lebih besar dibandingkan kerugian jiwa akibat bencana.
- Angka kematian akibat laka lantas arus mudik 60% terjadi sebelum
masuk RS.
- Pada pra RS ada teknis yang tidak benar shg korban yang
seharusnya bisa tertolong menjadi tidak tertolong.
- Shg arus ada perbaikan baik pada sistem maupun manajemennya.
- Dengan bertambahnya jumlah kendaraan dan fasilitas jalan raya
yang semakin mudah maka resiko laka lantas ke depannya semakin
tinggi.
- Tidak ada alasan untuk tidak dipersiapkan dalam menghadapi arus
mudik karena musim mudik sudah dapat diketahui jauh2 hari.

- Hari kedua dijadwalkan dibuat roadmap,
- Kerjasama ini diharapkan mempermudah kita dalam berkoordinas,
berkolaborasi sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik.
3. Paparan Pertama :
Hasil Rakor Evaluasi Terintegrasi Pusat Krisis Kesehatan
Oleh Ka.Bid FPKK
- Kematian akibat laka lantas adalah yang tertinggi no.2 setelah
jantung coroner, untuk itu perlu adanya konsentrasi untuk
perbaikan sistem dan manajemen.
- Perubahan struktur jalan juga mengakibatkan perubahan pola titik2
rawan.
- Pelayanan kesehatan saat arus mudik membutuhkan kecepatan dan
ketepatan dalam penanganan korban shg banyak yang tidak
tertolong
- Kondisi jalan sangat memungkinkan terjadinya laka lantas, bahkan
di saat kondisi jalan sepipun ada resiko laka lantas.
- Permasalahan pelayanan kesehatan :

-


-

-

a. Jml tenaga kesehatan terlatih kegawatdaruratan di daerah masih
kurang
b. Masih terbatasnya peralatan medik serta ambulan gawat
darurata di RS dan Puskesmas
c. Kapasitas masyarakat awam umum dalam memberikan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan masih belum
memadai.
d. Belum semua pelayanan kesehatan di jalur-jalur arus mudik
memiliki trauma center.
e. Standard minimal pelayanan kegawat daruratan belum
memenuhi standar waktu minimal
f. Penyediaan pos kesehatan mjd tidka efektif dan efisien karena
antara lain :
a. Peneteapan
lokasi
tdk

mempertimbangan
akses
masyarakat utk yankes
b. Pengelola jalan tol/rest area tdk menyediakan tempat yang
layak
Sebab permasalahan terkait yankes :
a. Terbatasnya anggaran daerah utk hal ini
b. Pemberdayaan masyarakat masih minim
c. Pemahaman lintas sector terkait masih blm optimal
Rekomendasi utk perbaikan yankes :
a. Melakukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan serta
masyarakat dgn memanfaatkan seluruh potensi yang ada
b. Mengusulkan pengadaan peralatan medik dan mabulans gawat
darurat melalui mekanisme DAK
c. Mengadvokasi bagian kepegawaian daerah dlm hal pengaturan
mutasi pegawai
d. Mengintensifkan sosialisasi program SPGDT ke LS, LP dan daerah
e. Berkoordinasi dgna pihak kepolisian agasr lokasi pos kesehatan
memperhatikan kemudahan akses dan kenyamanan dan
keselatmatan bagi petugas kesehatan itu sendiri

f. Menyusun MoU dgna badan pengelola jalan told an pengelola
rest area terkit penyediaan yankes bagi pengguna jalan tol
g. Membuat MoU dgn penyediajasa komunikasi agar petugas
kesehatan yang bertugas di pos esehatan maupun di ambulans
mendapat kemudahan dlm berkomunikasi dgn fasilitas yankes.
Permasalahan manajemen :
a. Pra Krisis Kesehatan

-

-

a. Pembagian peran, tanggungjawab dan kewenangan blm
optimal
b. Ketersediaan PSC di Indonesia baru 7% dan tida semuanya
ada di jalur utama mudik
c. Belum optimalnya sosialisasi 119 ke masyarakat
d. Minimnya latihan evakuasi korban kecelakaan.
b. Saat tanggap darurat krisis kesehatan
Belum memadainya :

a. Struktur
organisasi
dan
SOP
mitigasi
kecelakaan/pengendalaian krisis kesehatan
b. Perencanaan dan pengendalian operasioal
c. Upaya kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
c. Belum ada komitmen yang kuat daari pemegang kebijakan
d. Antara program pusat dan daerah belum terintegrasi dgn baik
e. Peraturan belum kuat karena :
a. Sifatnya masih berbentuk himbauan/instruksi shg tdk ada
sanksi
b. Keterbatasan
peraturan.
Hanya
mengatur
pusat,
sementara di daerah blm ada.
Rekomendasi untuk penguatan manajemen:

a. Penguatan peraturan dgn medukung
b. Memperkuat koordinasi dengan jajaran lain seperti dengan forum
LLAJ
c. Mengintegrasikan program desa siaga.
d. Mengintegrasikan program kesiapan arus mudik dengan program
kebencanaan dari BNPB/BPBD
Diskusi :
a. Pertanyaan dari Dit KesjaOr :
Mohon dari lintas sector untuk bersikap tegas dalam
permasalahan kesehatan, ketika pengemudi kendaraan umum
dianggap tidak layak untuk mengemudi, maka harus dilarang
untuk membawa penumpang. Mohon dukungannya untuk
masalah kelayakan ini.
b. Dari Kepala Puskriskes :
- Kontrol thd pengemudi2 yang bukan dari kendaraan umum.
Bahwa pengemudi2 kendaraan pribadi juga harus dikontrol
thd permasalahan kesehatannya. Misalkan dengan memaksa
untuk berhenti di KM. tertentu untk beristirahat thd
pengemudi2 yang sudah kelebihan jam mengemudi.
- SPGDT


-

c.

d.

e.

f.

g.

Perbaikan JKN, shg tidak ada lagi kegamangan apabila laka
lantas terjadi di luar daerahnya dan JKN mrp universal
coverage
- Kebijakan sdh baik, tinggal pelaksanaannya yang diperbaiki.
Shg tidak setiap mudik ada kebijakan baru.
- Kegiatan ini dalam rangka menyamakan visi.
- Tantangan

kedepan
semakin
besar
dengan
sudah
tersambungnya jalan tol di seluruh pulau jawa.
- Terkait pembiayaan, aturanya sdh ada dan sdh jelas shg tidak
perlu dipermasalahkan.
Dari Terminal Kp.Rambutan :
- Usul : Dipikirkan untuk diadakan pelatihan/penyuluhan
bagaimana cara menangani orang (calon penumpang) yang
sakit kepada para petugas yang ada di lapangan krn selama
ini blm ada.
Permasalahan pos2 kesehatan : dari Dinkes dan Kemenkes
tiap tahun rutin mendirikan pos kesehatan di terminal
kp.rambutan. untuk pengemudi yang tdk layak jalan memang
dilarang jalan atas rekomendasi dokter
Kepala Satpol UPT Angkutan terminal :
- Utk petugas2 kesehatan di terminal2 sdh disediakan ruangan
khusus

- Pertolongan kesehatan diharapkan tidak hanya ada pada
musim arus mudik saja tetapi juga pada saat liburan panjang.
- Pelru perbaikan untuk penanganan permasalahan kesehatan
di luar musim mudik.
Prof.Fatma :
- Kedepan perlu dipikirkan untuk maksimal jam mengemudi.
- Usul : perlu adanya Pemeriksaan mata untuk pengemudi dan
managing stress
- Bagaimana strategi action plan dan kapan timelinenya.
Pak Zaman :
- Di Eropa ada alat bernama GPS track yang mana jika sdh
melebih jam mengemudi maka kendaraan dpt dimatikan dari
jarak jauh oleh perusahaan. Mungkin kedepannya bisa
diterapkan di PO di Indonesia
Dari Litbangkes :
o Permasalahannya adalah strategi, accesiblitas untuk yang
sakit,…….

o Ketika kita sdh mengetahui petanya maka hal yang hrus
dilakukan adalah pelatihan sesuai pemetaannya.

h. Dari St.Ps.Senen :
o Utk penanganan arus mudik di st.psrSenen, selalu siap
o Sdh ada pos kesehatan di Stasiun2
o Mengapa pos kesehatan tdk efektif dan bagiamana agar
poskesehatan mjd efektif?
o Bagaimana agar pos kesehatan agar terpadu?
o Solusi berkaitan dengan keterbatasan anggaran utk
pengadaan alat AED?
o Diharapkan dengan kegiatan ini Puskriskes dpt mendukung
program2 dari PT KAI
i. Dari Dit.Kesling :
o Sanitasi lingkungan di rest2 area blm tersentuh, seperti di RM
yang ada di rest area, kebersihan toilet di restarea.
Kedepannya mohon utk diperhatikan.
j. Dari Bandara Halim Perdana Kusuma :
o Sdh terintegrasi dgn adanya Emergency Exercise.
o Pihak Bandara dibantu oleh KKP.
o KKP di Bandara Halim Perdana Kusuma hanya sampai jam
kantor saja, sementara operasional penerbangan di Bandara
Halim hampr 24 jam, jadi mohon dukungan utk hal ini dan

agar disediakan ambulance
Tanggapan dari pak Royan :
- Kaitannya dengan KesJaOr utk pemeriksaan kesehatan thd
pengemudi non kendaraan umum
- Kaitannya dgn prof.Fatma, akan dicatat usulannya.
- Mengharapkan seluruh angkutan umum utk menerapkan teknologi
GPS Track’
- Kaitannya dgan st.Pasar Senen : dari sudin DKI agar dpt melatih thd
petugas yang ada di lapangan utk penggunaan AED.
- Terkait Kesling, mungkin agar rest2 area ada semacam sertifikasi
kebersihan untuk toilet maupun rumah makannya.
- Terkait bandara Halim, tolong agar perwakilan dari SKK untuk
disampaikan bahwa KKP di bandara Halim belum 24 jam.
Tanggapan dari KaPuskriskes :
- Puskriskes akan menyapaikan ke bu Menkes thd atensi
permasalahan ini.

-

-

-

Sudah saatnya permasalahan ini tidak dilakukan dengan hal yang
sperti biasanya tp perlu perhatian khusus.
Perlu antisipasi daerah2 jalur mudik baru, spt jalur PalembangLampung,
Palu-Makassar-Bulukumba,
jalur
Bali-BanyuwangiSitubondo.
Saatnya mengintegrasikan seluruh program dalam mengatasi hal
ini.
Masih rendahnya pengemudi angkutan umum yang mengikuti
pemeriksaan kesehatan.
Tidak boleh menggunakan catatan statistik pemeriksaan kesehatan,
seluruh pengemudi harus mengikuti permeriksaan kesehatan
sebelum menmbawa penumpang.
Besok akan disusun roadmap 2017.

4. Paparan Keempat :
Sistem Informasi oleh : Kabid EI
- Sebab permasalahan :
a. Proses perhitungan dan definisi operasional “korban”berbedabeda antara kemenkes, Polri dan Kemenhub
b. Data korban belum satu pintu dimana pelaporan oleh masing2
institusi cenderung dilakukan sendiri-sendiri
c. Daerah tidak sempat mengkoordinasikan data dgn Polres
- Solusi :
a. Agar disusun persepsi/definisi operasioal yang sama antara
Kemenkes, Polri dan Kemenhub
b. Perlu disepakati furmat pelaporan mudik dan bagaimana
sinkronisasinya
c. Waktu pelaporan yang disepakati
d. Internal Kemenkes perlu duduk bersama utk menyepakati format
pelaporan
e. Melakukan Rakor Lintas Sektor
- Usulan format dan alur pelapora :
a. Alur pelaoran :
a. Kabupaten  Provinsi  Kemenkes
b. Pelaporan via email : Kabupaten  provinsi dgn cc ke
Kemenkes; Provinsi  Kemenkes.
b. Format pelaporan :
No Jenis
Ja
Tg Loka Luk
M
Pertolong
.
Kecelaka m
l
si
a
D
an
an

-

Pertanyaan :
a. Dari Pusdatin :
o Utk format pelaporan apakah hanya utk kabupaten saja?
Apakah tidak ada format utk puskesmas?
o DO nya blm ada, kl bisa DO nya dibahas dipertemuan ini
b. Dari Yankes Rujukan :
o Siapakah coordinator utk pelaporan di tingkat Kemenkes?
o Perlu adanya leader dalam pengumpulan data dan dalam hal
ini yang palig tepat adalah Kepolisan yang dibantu oleh PIC
dari Dinkes.
c. Dari Kemendagri :
o Sebenarnya format sudah ada di BPBD yang diberikan oleh
BNPB, format ini yang disampaikan oleh BNPB ke wartwn
ataupun ke Kementerian,. Mungkin format ini bisa sbg acuan.
o
d. Dari BPBD DKI Jakarta :
o Di BPBD dki sdg mengembangakan pelaporan melalui aplikasi
android, jadi dari lapangan bisa langsung ke pimpinan tidak
berjenjang lagi, shg laporan ini berbasis realtime.

-

Tanggapan :
Oleh Kabid EI :
Materi yang dibahas hari ini :
Format
Devisi Operasional
Kesepakatan alur (dinkes dgn kepolisian)
a. Utk definisi korban luka sdh ada di peraturan perundangan,
namun perlu dibuat definisi nya.
b. Format dan alur peloparan diharapkan bisa membuat pelporan
semakin cepat dan tepat.
c. Luka rinngan adalah korban yang tidak dirawat inap
d. Kesepakatan kita :
a. Tetap mengacu pada UU
b. UU hrs ada turunannya
e. Berdasarkan kesepakatan di rakor semarang, laporan harus satu
pintu

-

-

-

-

-

-

f. Yang akan bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam
mengumpulkan data adalah orang yang bekerja di Dinas
kesehatan
Tanggapan dari Bu Yuni :
a. Usul utk klasifikasi luka berat adalah yang di rawat inap, jika
tidak di rawat inap maka masuk kategori luka ringan/sedang.
b.
Tanggapan dari pak Anang :
o Utk klasifikasi korban luka patokannya adalah UU
o Alur pelaporan blm jelas. Petugas yang selalu ada di lapangan
adl Polisi, untuk itu perlu penguatan di Kepolisian dlm
mengetahui klasifikasi korban luka.
o Yang pertama kali meng-“collect”data adalah Polisi, namun
untuk mengetahui korban luka ringan/berat Polisi tidak bisa,
Polisi hanya mendata korban meninggal atau dirujuk.
o Sistem harus terbanhun
Tanggapan dari Bu Dita :
o Utk pelaporan arus mudik setiap hari hrus ada progress
laporan.
o Utk luka ringan adalah yang tidak di rawat inap, jika setelah
beberapa waktu korban yang awalnya luka ringan namun
menjadi parah dan akhirnya dirawat maka itu masuk dalam
pelaporan harian.
o Perlu adanya kesepakatan untuk data korban agar satu pintu
missal data dari Kepolisian, krn kondisi saat ini seringkali data
yang dikeluarkan oleh Kepolisian, kemenkes dan kemenhub
berbeda.
Tanggapan Dari ………. :
o Untk klasifikasi korban sebaiknya tdk hanya korban luka
ringan atau berat, namun perlu penjelasa lebih lanjut.
Dari RSCM :
o ……
Dari Kesling :
o Pengalaman di P2PL di tahun 2015 msh ada posko KLB –
Posko Mudik, pada saat itu sdh ada format yang baku hasil
kesepakatan antara Kemenkes, Kemenhub dan Korlantas.
Mungkin bisa ditilik kembali format tersebut dan bisa
dijadikan rujukan.

-

-

-

-

Dari WHO :
o Mengenai pedataan satu pintu berdasarkan UU, bahwa
laporan/data laka lantas adl dari Kepolisian, mengenai data
korban luka ringan, berat atau meninggal jika akan
dibebankan ke Kepolisian apakah tdk menambah tugas dari
petugas polisi dan apakah Kepolisian berkenan. Untuk itu, utk
data korban sebaiknya tetap di ranah kesehatan untuk itu
perlu injury surveilans di kesehatan
o Perlu ada verifikasi data korban
o Jika laka lantas datanya dari kepolisian, bagimana Utk korban
non laka lantas, siapa yang akan mengurus/mengolah
datanya? Perlu diperhatikan juga.
Tanggapan dari Pak Royan :
o Perlu adanya data rekam medis untuk korban laka lantas,
namun perlu disepakati siapakah yang jadi verifikatornya,
pengumpannya, dsb.
o Data laporan dari Polisi adlah utk korban hanyalah utk korban
meninggal di TKP dan korban dirujuk, nah disinilah tugas dari
tim medis pertama utk memverifikasi apakah korban yang
dirujuk itu korban luka ringan atau luka berat, utk itu perlu
adanya labeling pada korban yang dirujuk.
Tanggapan dari Kepolisian (Polres Jakbar) :
o Data awal laka lantas di Kepolisian adalah dari masing2 Polsek
kemudian k Polres kemudian Ditlantas Polda kemudian baru
ke Korlantas Polri.
o Utk format pelporan perlu ditambahkan jenis kelamin dan usia
korban.
Dari