Asuransi dan Reasuransi Syariah

Edi Riadi

DASAR HUKUM USAHA
PERASURANSIAN
UU No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian
PP No. 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan

Perasuransian
PP No. 63 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP
No.73 Tahun 1992.
PP No. 39 tahun 2008 Tentang Perubahan atas PP
73 Tahun 1992.
PP No.81 Tahun 2008 Tentang Perubahan atas PP
73 Tahun 2003

DASAR HUKUM USAHA
PERASURANSIAN SYARI’AH
 Pasal 1 ayat (5): “Unit Syari’ah adalah unit kerja di kantor pusat









Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang dan/atau kantor pemasaran yang
menjalankan usaha berdasarkan prinsip syari’ah”
Pasal 2A ayat (2): “Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menyelenggarakan seluruh usahanya berdasarkan prinsip syariah”
Pasal 2 A ayat (3): Perusahaan Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat menyelenggarakan sebagian usahanya berdasarkan prinsip
syariah dengan membentuk unit syariah”
Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah.
Fatwa DSN-MUI Nomor 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang akad Mudharabah
musyarakah pasa Asuransi Syariah.
Fatwa DSN-MUI Nomor 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujrah
pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
Fatwa DSN-MUI Nomor 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabrru pada

Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.

PENGERTIAN ASURANSI
KONVENSIONAL

SYARIAH

 Perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dimana pihak
Penanggung menerima premi
asuransi untuk memberikan
pergantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang
diharapkan , atau tanggung
jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang
timbul dari peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk pembayaran

yang didasarkan atas meningal
atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. (Pasal 1
angka 1)

 Usaha saling melindungi

dan tolong menolong di
antara sejumlah
orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk
aset dan/atau tabarru’
yang memberikan pola
pengembalian untuk
menghadapi resiko
tertententu melalui yang
sesuai dengan syariah.
(Fatwa DSN-MUI Nomor
21/DSN-MUI/X/2001)


PERBEDAAN ASURANSI KONVENSIONAL DAN
ASURANSI SYARIAH
KONVENSIAONAL
SYARIAH
 Akadnya adalah transfer resiko








dari tertanggung kepada
penanggung (perusahaan asuransi).
Premi yang disetor tertanggung
menjadi milik penanggung.
Perusahaan asuransi (penanggung)
dapat menginvenstasikan premi
yang disetor secara bebas.

Perusahaan asuransi mejadi pemilik
premi sehingga semua keuntungan
dari premi yang diinvestasikan
menjadi milik perusahaan asuransi.
Tertanggung jika menghentikan
premi sebelum batas waktu yang
disepakati hanya berhak
memperoleh jumlah yang
ditentukan oleh perusahaan
asuransi.
Mengandung gharar, maysir, dan
riba.

 Akad tabarru’ (hibah) dan/ atau









tijarah (mudharabah).
Premi yang disetor milik
tertanggung kecuali yang
dihibahkan.
Perusahaan Asuransi hanya dapat
menginvestasikan premi terhadap
usaha-usaha yang dibolehkan syara.
Perusahaan asuransi sebagai
mudharib, wakil sehingga
keuntungan yang diperoleh dari
investasi premi dibagi antara
tertanggung dengan perusahaan
asuransi sesuai kesepakatan.
Tertanggung jika menghentikan
premi sebelum batas waktu yang
disepakati berhak memperoleh
jumlah yang disetor ke perusahaan
asuransi. Kecuali yang dihibahkan.

Tidak mengandung gharar, maysir,
dan riba.

JENIS USAHA ASURANSI
KONVENSIONAL

SYARIAH

Asuransi kerugian

Asuransi kerugian

(General Insurance)
Asuransi jiwa (Life
Insurance)
Asuransi sosial

(General Insurance)
Asuransi jiwa (Life
Insurance)


REASURANSI
KONVENSIONAL

SYARIAH

Akad pertanggungan

Akad pertanggungan

ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi
kerugian dan atau
perusahaan asuransi jiwa
(Pasal 1 angka 7).

ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi

kerugian dan atau
perusahaan asuransi jiwa
yang berdasarkan
syariah.