akad pada Asuransi dan reasuransi

ASURANSI SYARIAH DAN REASURANSI SYARIAH

Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
Yody Tistanto

Jurusan Program Magister Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarih Hidayatullah
Jakarta
2015

1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuat manusia tampak mengalami
kemajuan dalam hidup dan kehidupan ekonomi yang serba canggih dan modern di dunia.
Namun, bila menelusuri lebih detail, sebenarnya bagian mana di belahan dunia ini yang dan
berubah dari suasana serba sederhana menjadi berkecukupan dan modern ? Tampaknya,

kemajuan yang selama ini di anggap maju ternyata masih mengalami kemunduran. Hal tersebut
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dinikmati oleh setiap warga Negara.
Negara Eropa dan Amerika misalnya mendikte Negara Asia terutama Timur Tengah untuk
menerapkan ekonomi konvensional yang berbasis bunga. Hampir semua hukum keperdataan
diwarnai oleh system konvensional yang berbasis bunga termasuk penerapan asuransi
konensional yang telah menciptakan keresahan dan ketidakadilan kepada nasabahnya. Mudahmudahan visi dan misi asuransi syariah yang tidak berbasis pada bunga dan dapat mengubah
rintangan-rintangan yang selama ini membungkus

umat manusia dalam hidup ketidakwajaran

dan kecurangan.
Pengkajian pada pokok bahasan ini, penulis akan memaparkan beberapa poin berkenaan
asuransi syari’ah dan asuransi konvensional

sebagai suatu perbandingan, terutama yang

berkaitan keunggulan asuransi syariah bila dibandingkan dengan asuransi konvensional yang
selama ini menjadi acuan hidup dalam hukum perasuransian di Indonesia. Demikian pula penulis
akan mambahas konsep, sumber hukum, akad perjanjian, pengelolaan dana, dan keuntungan.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pengertian Asuransi Syariah?
2. Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah?
3. Pandangan Ulama Mengenai Asuransi Syariah?
4. Landasan Hukum Asuransi Syariah Dan Akad Asuransi Syariah?
5. Pengertian Reasuransi Syariah (Retakaful)?
6. Akad Dalam Asuransi Dan Reasuransi?
7. Jenis Reasuransi Syariah?

2

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Kata “asuransi” banyak berasal dari bahasa-bahasa asing diantaranya adalah1:
 Bahasa Belanda ”assurantie”, yang berarti pertangungan.
 Bahasa Italia “insurensi”, yang berarti jaminan.
 Bahasa Inggris “assurance”, yang berarti jaminan.
 Bahasa Arab “At-ta’min”, yang berarti perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari
rasa takut.
Dari segi bahasa menurut:
1.

Wirjono berarti sebuah persetujuan pihak, yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin atas kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari
2.

sebuah peristiwa yang belum jelas terjadi.2
Abbas Salim berarti suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit)

3.
4.

yang sudah pasti sebagai (substitusi) kerugian-kerugian yang belum pasti.
Syeikh Musthafa az-Zarqa berarti cara dalam menghindari risiko yang akan dihadapinya.
Ensiklopedi Hukum Islam berarti transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak pertama
berkewajiban untuk membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan

5.

sepenuhnya kepada pembayar iuran.
UU No. 2 thn 1992 pasal 1 berarti perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak
penangung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk

memberikan pergantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan dan lain

6.

sebagainya.
Faturrahman Djamil berarti suatu persetujuan dimana pihak yang menanggung berjanji
terhadap pihak yang ditanggung untuk menerima sejumlah premi mengganti kerugian yang
mungkin akan diderita oleh pihak yang ditanggung, sebagai akibat dari suatu hal yang
mungkin akan terjadi.
Setelah memperhatikan beberapa definisi asuransi diatas, baik dari segi bahasa ataupun

istilah, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perjanjian asuransi minimal terlibat pihak pertama
yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain mendapatkan pergantian dari suatu
kerugian yang mungkin akan di derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum
tentu terjadi atau belum di tentukan saat akan terjadinya.
Adapun uang yang telah dibayarkan oleh pihak tertanggung akan tetap menjadi milik pihak
yang menaggung apabila peristiwa yang dimaksud tidak terjadi. Dalam Asuransi paling tidak ada
tiga unsure yang terlibat. Pertama,pihak tertanggung yang berjanji membayarkan uang premi
1 Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul Hakim: Jakarta)hal 93
2 Zainuddin ali, Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta 2008) hal 1


3

kepada pihak penangung secara sekaligus atau secara angsur. Kedua, pihak pihak penanggung
yang berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung secara sekaligus atau
secara angsur apabila ada unsure ketiga. Ketiga, suatu peristiwa yang belum jelas terjadi.
2. SEJARAH BERDIRINYA ASURANSI SYARIAH
Munculnya asuransi syariah di dunia islam di dasarkan adanya anggapan yang menyatakan
bahwa asuransi yang ada selama ini, yaitu asuransi konvensional banyak mengandung unsur :
gharar, maisir, riba3.
 Gharar (ketidakjelasan)
Gharar itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran
premi yang didasarkan atas usia tertanggung. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar
premi ditakirkan meninggal, perusahaan asuransi akan rugi sementara pihak tertanggung merasa
untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan asuransi akan untung
dan pihak tertaggung merasarugi secara financial4.
 Maisir (judi)
Unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalamkasus
asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir
polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka ahli waris akn menerima

sejumlah uang tertentu. Pemegang polis tidak mengetahui bagaimana dan darimana cara
perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang
karena keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil resiko oleh persahaan
yang bersangkutan. Yang disebut maisir disinijika perusahaan asuransi mengandalkan banyak
sedikitnya klaim yang dibayarkannya5.
 Riba
Dalam hal riba semua asuransi konvensional menginvestasikan semua dananya dengan bunga,
yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan
kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan didepan.
Pernyataan yang serupa telah jauh-jauh di kumandangkan di Malaysia. Jawatan kuasa
kecil malaysia menyatakan dalam kertas kerjanya yang berjudul “Ke arah Insurance secara
Islami” di Malaysia. Bahwa asuransi masa kini mengikuti cara pengelolaan dari Barat dan

3 Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul Hakim: Jakarta)hal 97
4 www.wikimu.com
5 ibid

4

sebagian operasinya tidak sesuai dengan ajaran islam 6. Atas landasan itulah kemudian

dirumuskan bentuk asuransi yang terhindar dari ktiga unsur yang diharamkan islam itu.
Selanjutnya, pada dekadetahun 70-an, di beberapa Negara islam atau di Negara-negara
yang mayoritas berpenduduk Muslim, mulai bermunculan asuransi yang prinsip opersionalnya
mengacu pada nilai-nilai islam dan terhindar dari unsur-unsur yang diharamkan.
Pada tahun 1979, Islamic Insurance Co. Ltd berdiri di Sudan, Islamic Insurance Co. Ltd di
Arab Saudi. Pada tahun 1983, berdiri Dar al-mal al-Islami di Genewa dan Takaful Islam di
Luxumburg, Takaful Islam Bahamas di Bahamas, dan at-Takaful al-Islami di Bahrian. Adapun di
Negara tetangga yang paling dekat dengan Indonesia, yakni Malaysia, telah berdiri Syarikat
Takaful Sendirian Berhad pada tahun 1984.
Sedangkan di Indonesia, asuransi Takaful baru muncul pada tahun 1994 seiring dengan
diresmikannya PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful umum pada tahun 1995.
Gagasan untuk mendirikan asuransi islam di Indonesia sebenarnya telah muncul sejak lama, dan
pemikiran tersebut lebih menguat pada saat diresmikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun
1991.

3.

PANDANGAN ULAMA MENGENAI ASURANSI SYARIAH
Tujuan asuransi sangatlah mulia, karena bertujuan untuk tolong-menolong dalam kebaikan.


Namun persoalan yang dipertikaikan lebih lanjut oleh para Ulama adalah bagaimana instrumen
yang akan mewujudkan niat baik dari asuransi tersebut; baik itu bentuk akad yang melandasinya,
sistem pengelolaan dana, bentuk manajemen dan lain sebagainya
Dari permasalahan instrumen pendukung inilah para Ulama terbagi kepada 2 kelompok besar 7:
Kedua kelompok dimaksud, masing-masing mempunyai dasar hukum dan memberikan alasanalasan hukum sebagai penguat terhadap argument atau pendapat yang disampaikannya.
Disamping itu, ada yang berpendapat membolehkan asuransi yang bersifat social (ijtima’i) dan
mengharamkan asuransi yang bersifat komersial (tijari) serta ada pula yang meragukannya
(syubhat).
 Kelompok yang mengharamkan asuransi syariah :

6 Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul Hakim: Jakarta) hal 98
7 Ibid hal 100

5

 Ibnu Abidin, Ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa asuransi adalah haram, karena uang
setoran peserta (premi) tersebut adalah iltizam ma lam yalzam (mewajibkan sesuatu yang tidak
lazim / wajib)
 Muhammad Bakhit al-muthi’i (mufti Mesir) mengatakan bahwa akad asuransi yang
menjamin atas harta benda pada hakikatnya termasuk dalam kafalah atau ta’addi / itlaf.

 Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa asuransi adalah haram karena mengandung riba.
Beliau melihat riba tersebut dalam pengelolaan dana asuransi dan pengembalian premi yang
disertai bunga ketika waktu perjanjian telah habis.
Menurut Warkum Sumitro pengharaman asuransi berdasarkan atas 5 alasan8:
1. Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang dalam islam.
2. Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam islam.
3. Asuransi termasuk jual beli atau tukat-menukar mata uang tidak secara tunai.
4. Asuransi objek bisnisnya tergantung pada hidup dan matinya seseorang,yang berarti
mendahului takdir Allah SWT.
5. Asuransi mengandung eksploitasi yang bersifat menekan.
Menurut Mahdi Hasan pelarangan praktik asuransi berdasarkan atas 4 alasan9:
1. Asuransi tak lain adalah riba berdasarkan kenyataan bahwa tidak ada kesetaraan antara kedua
pihak yang terlibat, padahal kesetaraan demikian wajib adanya.
2. Asuransi juga merupakan perjudian, karena ada penggantungan kepemilikan pada munculnya
resiko.
3. Asuransi adalah pertolongan dalam dosa, karenaperusahaan asuransi meskipun milik Negara,
tetap merupakan institusi yang mengadakan transaksi dengan riba.
4. Dalam asuransi jiwa juga terdapat unsure risywah, karena kompensasi di dalamnya adalah
sesuatu yang tidak dapat dinilai.
 Kelompok yang membolehkan asuransi syariah :

Antara lain dikemukakan oleh Ibnu Abidin, Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa (guru
besar Universitas Syirya), Syaikh Abdurrahman Isa (guru besar Universitas al-azhar Mesir), Prof.
Dr. Muhammad Yusuf Musa (guru besar Universitas Kairo), Syaikh Abdul Khalaf, dan Prof. Dr.
Muhammad al-Bahi,
Pada dasarnya, mereka mengakui bahwa asuransi merupakan suatu bentuk muamalat yang baru
dalam islam dan memiliki manfaat serta nilai positif bagi ummat selama di landasi oleh praktikpraktik yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
Argumentasi yang mereka pakai dalam membolehkan asuransi menurut Faturrahman Djamil
adalah sebagai berikut10:
1. Tidak terdapat nash Alqur’an atau hadits yang melarang asuransi.
2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak.
3. Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
8 Zainuddin ali, Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta 2008) hal 80
9 ibid
10 Ibid hal 81

6

4. Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat di
investasikan dalam kegiatan pembangunan.
5. Asuransi termasuk akad mudharabah antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi.

6. Asuransi termasuk usaha bersama yang di dasarkan pada prinsip tolong-menolong.
Dalam Islam,asuransi haruslah bertujuan kepada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan.
Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan asuransi konvensional,
yaitu mencari ridha Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Model asuransi syariah11 :
1.
Non-Profit Model biasanya dipakai oleh perusahaan sosial milik Negara atau organisasi
yang dikelola secara non-profit (nirlaba). Model inilah yang sesungguhnya paling
mendekati konsep dasar asuransi syariah karena selaras dengan kaidah-kaidah berikut :
2.

saling bertanggung jawab, saling bekerja sama, dan saling melindungi.
Al-Mudharabah model, secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama menyediakan 100% modal sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Disini terjadi pembagian untung rugi diantara anggota (shahibul mal)

3.

dan pihak pengelola / perusahaan asuransi (mudharib).
Wakalah, berbeda dengan akad mudharabah, dibawah akad wakalah, Takaful berfungsi
sebagai wakil peserta dimana dalam menjalankan fungsinya (sebagai wakil), Takaful
berhak mendapatkan biaya jasa (fee) dalam mengelola keuangan mereka.

4.

LANDASAN HUKUM ASURANSI SYARIAH
Secara structural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih menginduk

pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional). Baru ada
peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah pada Surat Keputusan Direktur jendral
Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.
1. Akad Asuransi Syariah
Asuransi syariah mempunyai akad yang di dalamnya dikenal dengan istilah tabarru’yang
bertujuan kebaikan untuk menolong diantara sesame manusia, bukan semata-mata untuk
komersial dan akad tijarah. Akad tijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan komersial,
misalnya akad mudharabah, wadiah,wakalah, dan sebagainya. Dalam bentuk akad tabarru’
11 http://www.pojokasuransi.com

7

mutabari mewujudkan usaha untuk membantu seseorang dan hal ini di anjurkan oleh syariat
islam, penderma yang ikhlas akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar.
Selain itu, akad transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan kejelasan sehingga
peserta asuransi menerima polis asuransi sesuai dengan apa yang dibayarkan (yang masuk ke
rekening peserta) ditambah dengan dana tabarru’ dari setiap peserta asuransi. Karena itu, setiap
peserta asuransi yang mendapat musibah atau kerugian akan menerima bantuan dalam bentuk
ganti rugi terhadap musibah yang dihadapinya. Bantuan dimaksud bersumber dari dana akad
tabarru.
Menurut penulis asuransi syariah kini, banyak di buru masyrakat dan telah semakin di
nikmati , ini bisa dilihat dari respons masyarakat yang berbondong-bondong menjadi nasabah
asuransi syariah. Kini nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah. Bahkan
asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Ini dikarenakan asuransi syariah mempunyai
keunggulan bila dibandingkan dengan asuransi konvensional. Perbedaan dan keunggulannya
terdapat pada prosedur penyimpanan dana, operasional dana asuransi,dan akadnya. Asuransi
syariah sudah didirikan sejak 10 tahun yang lalu, dan hampir setiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan. PT. Asuransi Syariah Takaful menunjukan perkembangan yang

cukup pesat,

termasuk di wilayah Indonesia Timur, dari segi premi nasabah yang masuk di asuransi,
menunjukan peningkatan 50% di Makassar tahun 200612. Bahkan tahun 2006 juga di targetkan
harus meningkat menjadi dua kali lipat.
Disini penulis akan melampirkan beberapa perusahaan asuransi syariah yang sudah
berkembang didalam maupun di luar negri, baik Negara muslim ataupun non-muslim.
Asuransi Syariah di Beberapa Negara13
Negara-Negara Arab
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama Perusahaaan
As-Salam Islamic Takaful
Islamic Insurance and Re-Insurance
Sarikat Takaful Al-Islamiyah
Takaful International
Islamic Insurance
International Company for Cooperative
Insurance
Qatar Islamic Insurance
Al-Aman Cooperative Insurance
Global Islamic Insurance
International Islamic Insurance

Tahun
1992
1985
1983
1989
1989
1989

Bahrain
Bahrain
Bahrain
Bahrain
Jordan
Kwait

1994
1985
1985
1985

Qatar
Saudi Arabia
Saudi Arabia
Saudi Arabia

12 Zainuddin Ali Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta ) hal 77
13 Takaful.com/atu/pro06.html

8

Negara

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20..
21.
22.
23.
24.
25.

Islamic Arab Insurance
Islamic International Insurance (Salamat)
Islamic Takaful and Re-Takaful
Islamic Takaful and Re-Takaful (Bahamas)
Islamic Universal Insurance
National Cooperative Insurance (NCCI)
Al-Baraka Insurance
Islamic Insurance
Sheikan Insurance
The National Re-Insurance Company
The United Insurance Company
Watania Cooperative Insurance
BEIT ladat Ettamine Tounsi Saudi
Oman Insurance
Allience Insurance

1979
1985
1986
1983
1983
1986
1984
1979
1979
1979
1968
1989
1985
1985
1985

Saudi Arabia
Saudi Arabia
Saudi Arabia
Bahamas
Saudi Arabia
Saudi Arabia
Sudan
Sudan
Sudan
Sudan
Sudan
Sudan
Tunisia
UAE
UAE

1993
1993
1993
1993
1999
1999
1999
1994
1994
1994
1994
1997
1996
1984
1993
1993

Brunei Darussalam
Brunei Darussalam
Brunei Darussalam
Brunei Darussalam
Bahamas
Bahamas
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Tunisia

Negara-negara Muslim Non-Arab14
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Insurance Islam TAIB Sendirian Barhand
Tabung Amanah Islam
Takaful and Re-Takaful
Takaful Al-Birhad
Life Takaful
General Takaful
Syarikat Takaful Indonesia
PT. Asuransi Takaful Keluarga
PT. Asuransi Takaful Umum
PT. Syarikat Takaful
Takaful Asuransi
Asian Re-Takaful International
Asean Takaful Group
Syarikat Takaful Malaysia
Takaful National Bhd
Ihlas Sigorta Asuransi

Negara-Negara Non-Muslim
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Takaful Australia
Metropolitan Insurance
International Takaful
Takaful S.A (formerly Islamic Takaful)
Sosar Al-Amane (al- Baraka Group)
Ampro Holding Singapore Pte
Keppel Insurance
Syarikat Takaful Singapura
Armana Srilangka
Takaful T&T
Takaful UKLtd.
UBK @ IIBU Manzil Programmes
Failaka Investments, Inc
Takaful USA Management Service, LLC

14 Ibid

9

1993
1993
1993
1982
1982
1982
1982
1995
1999
1999
1982
1998
1996
1996

Australia
Ghana
Luxembrug
Luxembrug
Senegal
Singapura
Singapura
Singapura
Srilangka
Trinidan
UK
UK
USA
USA

Dalam perkembangan pasar asuransi yang sangat besar di Indonesia, asuransi syariah baru
mencapai sekitar 1,5% dari total asuransi yang ada. Padahal berdasarkan data di BKKN, jumlah
penduduk di Indonesia telah mencapai 220 juta dengan tingkat pertumbuhannya sekitar 1,48%
per tahun dan tingkat kelahiran sebesar 2,6. Pertumbuhan penduduk tersebut, tentu akan menjadi
peluang untuk membuka usaha asuransi syariah dengan jumlah penduduk yang amat besar,
ditambah dengan persentase umat islam yang mencapai 88% dari jumlah penduduk yang ada
sehingga akan menjadi pangsa pasar yang besar bagi asuransi syariah.
Kini telah banyak masyarakat yang menjadi peserta asuransi syariah, karena menurut
mereka system asuransi syariah menjanjikan system yang lebih adil, transparan dan terhindar
dari unsure perjudian. Oleh karena itu masyarakat merasa lebih aman dengan asuransi syariah.

5.

PENGERTIAN REASURANSI SYARIAH (RETAKAFUL)
Reasuransi syariah (retakaful) adalah suatu proses saling menanggung antara pemberi

sesi (ceding company) dengan penanggung ulang (reasurdur) dengan proses suka sama suka dari
berbagai resiko dan persyaratan yang ditetapkan dalam akad yang dikenal dengannama konsep
sharing of risk.15 UU No. 40 tahun 2014 menyebutkann bahwa reasuransi syariah adalah usaha
pengelolaan resiko berdasarkan prinsip syariah atas resiko yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya.
Semakin berkembangnya asuransi syariah di Indonesia, memerlukan adanya reasuransi
yang beroperasional sesuai syariah Islam untuk bekerjasama yang saling menguntungkan kedua
belah pihak. Reasuransi syariah diperlukan oleh asuransi syariah untuk saling membantu
bilamana terjadi klaim dari peserta pada waktu yang tidak dapat diperkiraan sebelumnya. Di
mana besarnya klaim tersebut di luar batas kemampuan membayar asuransi syariah. Kemampuan
perusahaan asuransi syariah untuk menanggung risiko dari suatu pertanggungan disebut
“retensi”, yang merupakan batas maksimum dari total klaim yang harus dibayar perusahaan
asuransi syariah. Bilamana total klaim yang harus dibayar melebihi retensi yang telah ditentukan
perusahaan asuransi, maka perlu adanya keterlibatan reasuransi syariah untuk ikut menanggung
beban sebagian dari klaim tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan, maka perusahaan asuransi
syariah akan mengalami gagal bayar (default) yang berpotensi merugikan peserta karena
klaimnya tidak dapat dibayar.
Kerjasama antara reasuransi syariah dengan asuransi syariah, berdasarkan fatwa DSN No.
53/DSN-MUI/III/2006 aktivitas ini menggunakan akad tabarru. Hal ini sesuai dengan tujuan
kerjasama tersebut untuk saling tolong-menolong, dan bukan semata-mata untuk tujuan
15 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah; Keberadaan dan Kelebihannya di tengah Asuransi Konvensional, (Jakarta: PT.
Elex Media komputindo), h. 124

10

komersial. Hubungan asuransi syariah dengan reasuransi syariah, hampir sama dengan hubungan
asuransi syariah dengan peserta. Dalam hubungan asuransi syariah dengan peserta, di mana
pihak asuransi syariah sebagai penanggung kerugian (insuer) yang mungkin menimpa peserta
sebagai pihak tertanggung (insured). Sedangkan dalam reasuransi syariah sebagai pihak
penanggung (insuer), dan sebagai pihak tertanggung asuransi syariah (insured) tanpa adanya
keterlibatan langsung antara reasuransi syariah dengan peserta sebagai pemegang polis dari suatu
perusahaan asuransi syariah.
Dengan mengasuransikan kembali sebagian premi yang dikelola perusahaan asuransi
syariah, berarti perusahaan asuransi syariah menyebarkan sebagian risiko kepada reasuransi
syariah. Hal ini untuk menghindari kerugian yang lebih besar karena adanya klaim peserta dan
menghindari gagal bayar dari perusahaan asuransi syariah.
6. AKAD DALAM ASURANSI DAN REASURANSI
1. Akad tijarah
Akad tijarah yaitu akad yang dilakukan dengan tujuan (motif) komersial dalam hal ini
terutama akad mudharabah. Dalam akad mudharabah, perusahaan bertindak sebagai pengelola
(mudharib) sedangkan para peserta (pemegang polis) bertindak sebagai pemilik modal
(sahibul mal).
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru`yaitu bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan semata-mata kebajikan dan
tolong-menolong(ta’awun); bukan untuk mengedepankan tujuan komersial/bisnis. Dalam
akad tabarru’,peserta secara sadar memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong
peserta lain yang terkena musibah. sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana
hibah tersebut sebagaimana mestinya.
Kedua jenis akad ini secara bersamaan berlaku dalam akad asuransi terutama terkait dengan
porsi dana yang diberikan oleh pemegang polis (nasabah).16
7.

JENIS REASURANSI SYARIAH

Ditinjau dari ruang lingkup pada dasarnya ada tiga jenis reasuransi, yaitu:
1. Specific/Facultative Reinsurance, yaitu aktivitas penempatan reasuransi yang didasarkan
pada kepentingan masing-masing pihak. Perusahaan asuransi boleh menawarkan atau tidak
menawarkan risiko yang di luar batas kemampuan membayar kepada reasuransi, sebaliknya
reasuransi boleh menerima atau menolak apabila ditawari risiko tersebut.
2. Automatic/Treaty Reinsurance, yaitu perjanjian reasuransi di mana perusahaan asuransi
setuju atas penempatan kelebihan risiko kepada reasuransi dan reasuransi secara otomatis

16 A. Djajuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonamian Umat (Sebuah Pengenalan), (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 129

11

menyetujui atas penempatan kelebihan risiko tersebut dari perusahaan asuransi sampai batas
jumlah tertentu yang telah disetujui bersama.
3. Facultative Obligatory Reinsurance, yaitu gabungan antara facultative insurance dengan
treaty insurance. Perusahaan asuransi boleh menempatkan atau tidak menempatkan kelebihan
risiko kepada reasuransi. Akan tetapi apabila perusahaan asuransi berkehendak menempatkan
kelebihan risiko, maka reasuransi harus menerimanya sampai batas jumlah yang disetujui
bersama.

KESIMPULAN
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awaun atau tolong-menolong. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi ta’awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang
saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan
bencana yang di alami oleh peserta. Asuransi syariah takaful ada sejak tahun1994, walaupun
12

sekitar 16 tahun yang lalu berdiri, tetapi perusahaan asuransi tidak kalah dengan asuransi
konvensional yang telah berdiri lebih dahulu. Bisa dilihat perkembangan asuransi syariah dari
banyaknya perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit usaha syariah. Dan banyaknya
dana premi yang dihimpun akhir tahun 2007 mencapai10 miliyar.
Kini masyarakat telah banyak yang beralih ke asuransi syariah, bukan karena syariah saat
ini sedang naik daun, tetapi karena mereka sudah mengetahui bahwa yang berdasarkan prinsip
syariahlah yang lebih baik. Mengapa syariah dikatakan lebih baik? Karena perasuransian yang
ada selama ini mengandung unshur gharar, maisir dan riba, yang mana ketiga unsure itu
diharamkan oleh Islam. Keunggulan asuransi syariah telihat dari segi konsep, sumber hokum,
akad perjanjian, pengelolaan dana, dan keuntungan, bila dibandingkan dengan asuransi
konvensional.

DAFTAR PUSTAKA
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid.2008. Lembaga Keuangan Syariah.Jakarta:Zikrul Hakim.
Sudarsono,Heri,2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Yogyakarta:Ekonisia
www.pojokasuransi.com
www.asuransisyariah.com
13

www.wikimu.com
Zainuddin Ali,Prof.2008.Hukum Asuransi Syariah.Jakarta:Sinar Grafika
Takaful.com/atu/pro06.html
Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
Kusnanto, Amir, 2011. Bank Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah, Badan Penerbit STIE
Malangkuçeçwara, Malang.
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta.
UU No. 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian
A. Djajuli dan Yadi Janwari, 2002. Lembaga-lembaga Perekonamian Umat (Sebuah
Pengenalan), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

14

LAMPIRAN

FATWA DSN-MUI BERKENAAN DENGAN ASURANSI
1. Fatwa No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah
Menimbang:
a. Bahwa dalam menyongsong da upaya mengantisipasi kemungkonan terjadinya rsiko dalam
kehidupan ekonomi yang akan dihadapi, perlu disiapkan sejumlah dana tertentu sejak dini.
b. Bahwa salah satu untuk memenuhui dana kebutuhan tersebut dapat dilakukan melalui asuransi
15

c. Bahwa bagi mayoritas umat muslim di Indonesia,asuransi merupakan persoalan baru yang
masih banyak dipertanyakan,apakah status hokum maupun cara aktivitasnya sejalan dengan
prinsip-prinsip syariah.
d. Bahwa oleh karena

itu,untuk

memenuhi

kebutuhan

dan

menjawab

pertanyaan

masyarakat,Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang asuransi
yang berdasarkan prinsip syariah untuk dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang
memerlukan.
Mengingat:
a. Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan:
“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yng telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);dan bertakwalah
kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.AlHasyr(59) ayat 18).
b. Firman Allah tentang prinsip-prinsip bermuamalah,baik yang harus dilaksanakan maupun
dihindarkan,antara lain:
“Hai orang-orang yang beriman,penuhilah aqad-aqd itu.dihalalkan bagimu binatang
ternak,kecuali yang dibacakan kepadamu.(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.Sesungguhnya Allah menetapkan hukumhukum menurut yang dikehendaki-Nya.(QS.Al-Maidah(5) ayat 90).
c. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong-menolong dalam perbuatan positif,antara
lain:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS.Al-Maidah(5) ayat 2).
d.

Hadits-hadits Nabi SAW. Tentang beberapa prinsip bermuamalah,antara lain:

Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
(suka) menolong saudaranya.(HR.Muslim dari Abu Hurairah).
e.

Kaidah Fikih yang Menegaskan:
16

1.
2.
3.

Pada dasarnya,semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya .
Segalaa mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.
Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.
Memperhatikan:

1.

Hasil Lokakarya Asuransi Syariah DSN-MUI tanngal 13-14 Rabiuts Tsani 1422 H/4-5

2.

Juli 2001 M.
Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada senin,tanggal 15

3.

Muharram 1422 H/09 April 2001.
Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada 25 Jumadil Awwal

1422/15 Agustus 2001 dan 29 Rajab 1422 H/17 Oktober 2001.
Dewan Syariah Nasioanal menetapkan: Fatwa tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
1.

Pertama : ketentuan umum
1. Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang /pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabbaru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang

2.

sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin (1) adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan),masyir (perjudian),riba,zhulm (penganiayaan),risywah

3.
4.

(suap),barang haram,dan maksiat.
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
Akad tabbaru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan

5.

tolong-menolong,bukan semata untuk tujuan komersial.
Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada

6.

perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai

2.
1.

dengan kesepakatan dalam akad.
Kedua: Akad dalam asuransi
Akad yang dilakukan antara peserta denagn perusahaan terdiri dari akad tijarah atau akad

tabbaru’.
2.
Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tabbaru’
adalah hibah.
3.
Dalam akad,sekurang-kurangnya harus disebutkan:
a)
Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.
b)
Cara dan waktu pembayaran premi.
17

c)

Jenis akad tijarah atau akad tabbaru’ sertya syarat-syarat yang disepakati,sesuai jenis

asuransi yang diakadkan.
3. Ketiga: Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabbaru’
1. Dalam akad tijarah (mudharabah) perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola)
dan peserta bertindak sebagai sebagai shahibul mal (pemegang polis).
2. Dalam akad tabbaru’ (hibah),peserta memberikan hibah yang akn digunakan untuk menolong
peserta lain yang terkena musibah.Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana
hibah.
4. Keempat: Ketentuan dalam akad tijarah dan tabbaru’
1. Jenis akad tijarah dapat menjadi jenis akad tabbaru’ bila pihak yang tertahan haknya,dengan
rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan
kewajibannya.
2. Jenis akad tabbaru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
5. Kelima: Jenis asuransi dan akadnya
1. Dipandang dari segi asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa
2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah atau hibah
6. Keenam: Premi
1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan,
misalnya table mortalita untuk asuransi jiwa dan table mordibita untuk asuransi kesehatan,
dengan syarat tidak memasukkan unsure riba dalam perhitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya
dibagihasilkan kepada peserta
4. Premi yang berasal dari jenisnakad tabarru’ dapat diinvestasikan
18

7. Ketujuh: Klaim
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban
perusahaan untuk memenuhinya.
4.Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan merupakan kewajuban perusahaan,
sebatas yang di sepakati dalam akad.
8. Kedelapan: Investasi
1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul
2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah
9. Kesembilan: Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang
berlandaskan prinsip syariah.
10. Kesepuluh :Pengelolaan
1.Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi
sebagai pemegang amanah.
2.Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang

terkumpul

atas dasar akad tijarah
11. Kesebelas: Ketentuan Tambahan
1. Implementasi dari fatwa ini harus selalu dikonsultasikan dan diawasi oleh DPS.
2. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara
para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

19

3. Fatwa ini berlaku sejak tangal ditetapkan, dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal 17 Oktober 2001

20

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24