095359 MQFM 2009 05 Fokus Malam 13 Mei 2009

Fokus MALAM
Rabu, 13 Mei 2009
Perbedaan Hasil Pergitungan Kursi Munculkan Kontroversi
SahabAt MQ/ pasca pengumuman hasil rekapitulasi perolehan suara
pada pemilu leguslatif lalu/ KPU menuai protes dari beberapa parpol
akibat
perbedaan
perhitungan
perolehan
kursi//
Mereka
mempersoalkan bagaimana memperlakukan suara sisa pada
penghitungan kursi tahap ketiga// Salah satu parpol yang memprotes
hasil perhitungan suara yakni/ PDIP// Sekretaris Badan Pemenangan
Pemilu PDIP -Arif Wibowo mempertanyakan perolehan kursi PDIP yang
hanya 93 kursi// Padahal/ menurut pengitungan Arif/ PDIP seharusnya
meraih 95 kursi// KPU tidak menyampaikannya secara transparan
kepada parpol// KPU telah mengubah cara penghitungan secara
sepihak pada Sabtu 9 mei lalu// Hal serupa juga dialami oleh Partai
Hanura//
Sekjen

Partai
Hanura
-Yus
Usman
Sumanegara
menambahkan/ terdapat perbedaan angka penghitungan kursi yang
KPU sajikan dengan yang dihitung oleh Partai Hanura//
Sementara itu/ KPU bersikukuh mempertahankan cara perhitungan
kursi
yang
sudah
dilakukannya//
Pihaknya
berpandangan
penghitungan perolehan kursi sudah benar dan sesuai dengan
peraturan// Anggota KPU -Andi Nurpati menegaskan/ KPU tetap
berpegang pada Peraturan KPU No 15/2009 tentang penghitungan
kursi// Andi menambahkan/ pihaknya telah melakukan pertemuan
dengan parpol yang lolos parliamentary threshold/ untuk menyamakan
persepsi tentang penghitungan kursi itu//

NAmun/ KPU sendiri berbeda pendapat terkait legitimasi hasil
penghitungan perolehan kursi yang disampaikan pada tanggal 9 Mei
lalu// Anggota KPU -Andi Nurpati/ menilai hasil 9 Mei belum dapat
dijadikan acuan untuk mendaftarkan calon presiden dan wakil
presiden// Sementara Ketua KPU -Abdul Hafiz Anshary mengatakan/
hasil 9 Mei bisa dijadikan acuan// Andi beralasan/ KPU tidak pernah
menyampaikan hasil penghitungan perolehan kursi kepada parpol
secara formal// Jumlah perolehan kursi yang disampaikan pada
tanggal 9 Mei baru berupa hasil penghitungan sementara// Oleh
karena itu/ KPU merasa perlu mengumpulkan kembali parpol-parpol
untuk menyamakan persepsi tentang teknis penghitungan perolehan
kursi dan hasilnya// Malam ini/ KPU akan bertemu parpol-parpol
tersebut// Sedangkan menurut Hafiz/ perolehan kursi yang
diumumkan tanggal 9 Mei lalu sudah berupa ketetapan yang dapat
dijadikan acuan pendaftaran capres dan cawapres//

Sahabat MQ/ Apakah perhitungan kursi pemilihan legislative telah
sesuai dengan data dan perhitungan yang ada?/ Malam ini kita akan
berbincang dengan nara sumber :
Koordinator Bidang Pengawasan Bawaslu –Wahidah Syuaib

Pengamat Centro –Hadar nafis Gumay
Narsum 1 : 19.45
Koordinator Bidang Pengawasan Bawaslu –Wahidah Syuaib
1. Perhitungan kursi telah menuai protes dari sejumlah parpol/
menurut anda?
2. Apakah sejumlah parpol yang protes telah melaoporkan
keluahannya ke bawaslu?
3. Perbedaan terjadi dalam memperlakukan suara sisa pada
penghitungan kursi tahap ketiga/ klo menurut anda?
4. Apakah KPU disini telah melanggar aturan meningta kurang
terbukanya perhitungan sebelum pengumumam sementara?
5. Mengenai legalitas pengumuman sura 9 mei terhadap acuan
untuk mendaftarkan capre dan cawapres/ menurut anda?
Narsum 2 : 20.15
Pengamat Centro –Hadar nafis Gumay
1. KPU telah menetapkan perolehan kursi/ menurut anda?
2. Perhitungan kursi telah menuai protes dari sejumlah parpol/
menurut cetro perhitungan pihak mana yang benar?
3. Terkait sah tidaknya perolehan kursi sebagai acuan persyaratan
pencalonan capres dan cawapres/ abdul hafis menyatakan hal itu

dapat dijadikan acuan/ menurut anda?
4. Perbedaan terjadi dalam memperlakukan suara sisa pada
penghitungan kursi tahap ketiga/ klo menurut anda?
5. Apakah menurut anda perhitungan kursi oleh KPU ini murni
perbedaan pandangan atau ada hal lain?

Perbedaan pendapat terjadi
Setelah sempat terjadi perdebatan penghitungan kursi antara Komisi
II DPR dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU), kini perdebatan serupa
terjadi antara KPU dengan parpol peserta pemilu yang lolos
parliamentary treshold..

kata Wakil Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Arif Wibowo,
Ahad (10/5). KPU telah mengubah cara penghitungan secara sepihak
pada Sabtu (9/5) malam.
“Kami sudah protes keras pada malam itu juga,” kata Arif. Menurut
dia, perolehan kursi parpol harus dihitung di setiap dapil dan dengan
menetapkan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) setiap dapil. Sehingga,
kata Arif, KPU dan parpol yang lulus parliamentary treshold
menyepakati adanya pertemuan untuk membahas hal itu.

Perbedaan tersebut terletak pada cara penghitungan suara sisa pada
tahap ketiga. Dalam Peraturan KPU No 15/2009, suara yang masih
tersisa dalam penghitungan tahap tiga akan dibawa ke provinsi dan
digabungkan dengan sisa suara dari semua dapil tersebut, kemudian
dihitung BPP baru dari penggabungan suara itu.
Namun, apa yang tercantum dalam peraturan tersebut berbeda
dengan yang disampaikan kepada parpol. “Sempat terjadi perdebatan
bahwa suara yang masih tersisa dalam penghitungan tahap tiga akan
dibawa ke provinsi dan digabungkan dengan sisa suara dari dapil yang
hanya memiliki sisa kursi saja,” kata Direktur Eksekutif Center for
Electoral Reform (Cetro), Hadar N Gumay, Ahad (10/5).
Hadar menambahkan, hal itu justru melanggar undang-undang. “KPU
melakukan pelanggaran terhadap undang-undang dan etika,” kata
Hadar. Dia mengatakan, penghitungan yang menjadi perdebatan itu
tidak mengandung prinsip keadilan dalam pembagian kursi.
Sekjen Partai Hanura, Yus Usman Sumanegara, menambahkan,
terdapat perbedaan angka penghitungan kursi yang KPU sajikan
dengan yang dihitung oleh Partai Hanura. “Kami minta supaya
penetapan kursi itu ditunda dulu,” kata Yus di kantor KPU, Ahad


(10/5). Jika mengikuti penghitungan KPU, katanya, Partai Hanura
kehilangan empat kursi.
“Harus dihitung dengan acuan yang benar dulu,” kata Yus. Jika KPU
memang konsisten dengan menerapkan Peraturan KPU No 15/2009,
katanya, maka ada yang tidak bisa diimplementasikan karena tidak
memenuhi syarat pada pasal 25 ayat 1 butir a,b, dan c terkait dengan
sisa suara di tahap ketiga.
Sementara, anggota KPU, Syamsulbahri, mengatakan, KPU dan parpol
akan mencermati terlebih dahulu jika memang ada yang perlu
diperbaiki dalam penghitungan kursi. “Penghitungan KPU itu lebih adil
dan sesuai dengan prinsip proporsional,” kata Syamsulbahri