ProdukHukum Pendidikan
SALINAN
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa upaya peningkatan aksesibilitas dan peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional saat ini, sehingga perlu mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas;
b. bahwa untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota mewujudkan peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas, Pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Tahun 2008;
c. bahwa dalam rangka pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Tahun 2008, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
(2)
Undang-2
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4778); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737;
(3)
3
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741;
13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
14. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007;
15 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008.
Pasal 1
Dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2008 dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.
Pasal 2
Kabupaten/Kota penerima dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2008, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.
Pasal 3
Pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2008 mentaati kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Tata cara pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2008 akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
(4)
4 Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 April 2008
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H. NIP 131479478
(5)
5 SALINAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008
PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008
I. KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang dimaksud dengan Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu pendanaan kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program prioritas nasional dan merupakan urusan daerah.
DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang pelaksanaan Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu. Kegiatannya diarahkan untuk rehabilitasi ruang kelas dan pembangunan atau rehabilitasi perpustakaan sekolah dasar.
Alokasi DAK bidang pendidikan untuk Tahun Anggaran 2008 ditetapkan sebesar Rp. 7.015.420.000.000,- (Tujuh triliun lima belas milyar empat ratus dua puluh juta rupiah).
II. KEBIJAKAN PENGGUNAAN DAK MELALUI PEMBERIAN HIBAH/BLOCK GRANT/SUBSIDI KE SEKOLAH
A. Landasan Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XIII, Bagian Keempat, Pasal 49 ayat 3, menyatakan: ”Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” 2. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006:
a. Pasal 6 huruf b, menyatakan :
”Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan cara swakelola”.
b. Pasal 39 ayat (1), menyatakan :
”Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri”.
c. Penjelasan Pasal 1 angka 1, menyatakan :
”Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara swakelola adalah:
1). Dilaksanakan sendiri secara langsung oleh instansi penanggung jawab anggaran;
2). Institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggung jawab anggaran, misalnya: perguruan tinggi negeri atau lembaga penelitian/ilmiah pemerintah;
(6)
6
3). Kelompok masyarakat penerima hibah dari penanggung jawab anggaran”.
d. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, Bab III Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dengan Swakelola, A. Ketentuan Umum, angka 2.c menyatakan: ”Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi hibah.”
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004 – 2009:
a. Bagian IV Bab 27.C Arah Kebijakan Nomor 19 menyatakan: ”Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk dalam pembiayaan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat serta dalam peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.”
b. Bagian IV Bab 27 huruf D Program-Program Pembangunan Nomor 2.1, menyatakan: ”Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas termasuk pembangunan unit sekolah baru (USB), ruang kelas baru (RKB), laboratorium, perpustakaan, buku pelajaran dan peralatan peraga pendidikan, yang disertai dengan penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan secara lebih merata, bermutu, tepat lokasi, terutama untuk daerah pedesaan, wilayah terpencil dan kepulauan, disertai rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana yang rusak termasuk yang berada di wilayah konflik dan bencana alam, serta penyediaan biaya operasional pendidikan secara memadai, dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan dasar untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.”
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2008
Memperluas akses pendidikan dasar bermutu yang lebih merata dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada penduduk miskin, masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, daerah tertinggal dan terpencil, daerah konflik, wilayah kepulauan, dan masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus antara lain melalui pembangunan dan rehabilitasi sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan.
B. Tujuan dan Manfaat:
Penetapan kebijakan penggunaan DAK melalui subsidi ke sekolah didasarkan pula atas pertimbangan adanya manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. DAK dapat mewujudkan pengelolaan pendidikan yang transparan, profesional, dan akuntabel;
2. DAK dapat mewujudkan pelibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pendidikan;
(7)
7
4. DAK dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat bawah melalui jalur pendidikan.
III. KRITERIA PENGALOKASIAN DAK 2008 Kriteria pengalokasian DAK 2008 meliputi:
A. Kriteria umum, ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Kriteria umum dihitung dengan melihat kemampuan APBD untuk kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai.
B. Kriteria khusus, ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah, yaitu:
1. seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua, Papua Barat dan daerah tertinggal/terpencil;
2. karakteristik wilayah: daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah rawan banjir/longsor, daerah yang masuk kategori ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.
C. Kriteria teknis, yaitu jumlah SD/SDLB dan MI yang mengalami kerusakan berat dan sedang, serta Indek Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten/kota yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
IV. ARAH KEBIJAKAN DAK DAN KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2008
A. Arah Kebijakan DAK Tahun 2008
Arah kebijakan DAK Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1. membantu daerah-daerah dengan kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional
2. menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, perbatasan, tertinggal/terpencil, rawan banjir dan longsor kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;
3. mendorong peningkatan produktivitas, perluasan kesempatan kerja, dan diversifikasi ekonomi;
4. meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;
5. menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
6. meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai DAK dengan anggaran KL serta kegiatan yang didanai dari APBD;
(8)
8
7. peningkatan prasarana pemerintahan daerah yang terkena dampak pemekaran;
8. mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke DAK.
9. Program DAK bidang pendidikan difokuskan pada kabupaten/kota yang masih memiliki ruang kelas rusak.
B. Kebijakan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2008
1. DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu. Kebijakannya diarahkan untuk penuntasan rehabilitasi ruang kelas sekolah yang ditargetkan tuntas pada tahun 2008.
2. Kegiatan DAK bidang pendidikan tahun 2008 diarahkan untuk rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas dan pembangunan/ rehabilitasi ruang serta penyediaan sarana belajar/perpustakaan.
3. Sasaran sekolah DAK bidang pendidikan tahun 2008 meliputi SD/SDLB, MI/Salafiyah dan sekolah-sekolah setara SD berbasis keagamaan penyelenggara program wajib belajar pendidikan dasar baik negeri maupun swasta.
4. Pengalokasian dana per sekolah dilakukan berdasarkan indek kemahalan konstruksi (IKK) Kabupaten/Kota setempat.
5. DAK bidang pendidikan dilaksanakan secara swakelola dengan melibatkan partisipasi komite sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah sebagai bagian integral dari sistem manajemen berbasis sekolah.
6. Pengadaan peralatan pendidikan dan bahan ajar seyogianya merupakan alat dan bahan ajar yang telah mendapat pengesahan dari pemerintah.
7. Untuk mencapai target penuntasan rehabilitasi gedung sekolah pada tahun 2008, Kabupaten/Kota penerima DAK diwajibkan menyediakan dana pendamping dengan besaran sesuai dengan MoU/kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota
V. PENYALURAN DAN PELAKSANAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN Penyaluran Dana
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (Pemerintah Pusat c.q Departemen Keuangan) ke Rekening Kas Umum Daerah (Kabupaten/Kota).
(9)
9
Mekanisme dan tata cara mengenai penyaluran DAK bidang pendidikan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyaluran dana diberikan secara penuh/utuh baik dari kas umum negara ke kas umum daerah maupun dari kas umum daerah ke rekening sekolah. Kewajiban pajak atas penggunaan DAK diselesaikan oleh sekolah penerima DAK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan DAK
Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai DAK bidang pendidikan harus selesai paling lambat pada tanggal 31 Desember 2008. Hasil dari kegiatan yang didanai DAK bidang pendidikan harus sudah dapat dimanfaatkan pada akhir tahun anggaran 2008.
VI. PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN A. Kategori I Rehabilitasi
1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori I diperuntukkan bagi kabupaten/kota yang masih memerlukan program rehabilitasi sekolah yaitu yang kondisi ruang kelasnya masih banyak mengalami rusak berat. Kegiatannya yaitu untuk merehabilitasi fisik sekolah mencakup: rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas, pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC, pengadaan/perbaikan meubelair ruang kelas, dan pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah.
2. Alokasi dana per sekolah sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) di kalikan dengan IKK kabupaten/kota yang bersangkutan. Dana ini minimal untuk merehabilitasi 5 (lima) ruang kelas
3. Pendanaan kegiatan pada poin 2 di atas bersumber: (1) DAK (APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi persekolah. Dana pendamping Kabupaten/kota dapat menyesuaikan dengan kebutuhan rehabilitasi di tingkat sekolah.
4. Dalam memenuhi butir 3, Kabupaten/Kota sekaligus mentaati kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
B. Kategori II: Rehabilitasi dan Peningkatan Mutu
1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori II diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota yang memerlukan program rehabilitasi sekolah dan peningkatan mutu yaitu yang kondisi ruang kelasnya mengalami rusak sedang. Kegiatannya meliputi 2 (dua) komponen:
a. merehabilitasi fisik sekolah mencakup: rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas, pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC, pengadaan/perbaikan meubelair ruang
(10)
10
kelas, dan pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah;
b. menyediakan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan mencakup: alat peraga dan Kit multimedia interaktif, buku pengayaan, buku referensi, mesin ketik, dan alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
2. Bila t erdapat sisa dana dari Kom pon e n 1 ( a ) diat as, sekolah dapat m enggunakan sisa dana t ersebut unt uk m erenovasi/ m em bangun sat u ruang kelas yang digunakan sebagai TK- SD Sat u At ap dan/ at au penat aan lingkungan sekolah ( m isalnya: pem bangunan pagar dan pint u gerbang, t am an, paving block halam an sekolah, t iang bendera) .
3. Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen kegiatan di atas sebagai satu kesatuan yang utuh.
4. Proporsi dana antara komponen a (rehabilitasi fisik sekolah) dan komponen b (Penyediaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan) ditetapkan 65 : 35. Hal ini berlaku bagi Kabupaten/Kota dengan indek kemahalan konstruksi (IKK) = 1 dimana alokasi dana per sekolahnya ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) terdiri dari dana yang berasal dari APBN dan APBD. Khusus untuk komponen a (rehabilitasi fisik sekolah), alokasi dana per sekolah disesuaikan dengan IKK kabupaten/kota.
5. Pendanaan komponen kegiatan pada poin 3 di atas bersumber : (1) DAK (APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi per sekolah.
6. Dalam memenuhi butir 5, Kabupaten/Kota sekaligus mentaati kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
C. Kategori III: Peningkatan Mutu
1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori III diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota atau sekolah yang sudah tidak memerlukan lagi program rehabilitasi sekolah. Kegiatannya meliputi 2 (dua) komponen:
a. membangun ruang perpustakaan dan mengadakan meubiler
perpustakaan;
b. pengadaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan mencakup: pengadaan alat peraga dan Kit multimedia interaktif, buku pengayaan, buku referensi, dan alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta alat elektronika.
2. Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen kegiatan di atas sebagai satu kesatuan yang utuh.
3. Proporsi dana antara komponen 1a (membangun ruang perpustakaan dan pengadaan meubelair) dan komponen 1b (Penyediaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan) ditetapkan 35 : 65. Hal ini berlaku bagi Kabupaten/Kota dengan indek kemahalan konstruksi (IKK) = 1. Alokasi dana per sekolah ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) terdiri dari dana yang berasal dari APBN dan APBD. Khusus untuk komponen 1a (membangun ruang perpustakaan dan pengadaan
(11)
11
meubelair), alokasi dana per sekolah disesuaikan dengan IKK kabupaten/kota.
4. Pendanaan komponen kegiatan pada poin 3 di atas berasal dari sumber, yaitu : (1) DAK (APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi per sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK bidang pendidikan meliputi: 1. administrasi kegiatan;
2. penyiapan kegiatan fisik; 3. penelitian;
4. pelatihan;
5. perjalanan pegawai daerah; 6. lain-lain biaya umum sejenis.
Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK tersebut pembiayaannya dibebankan kepada biaya umum yang disediakan melalui APBD.
VII TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB A. Pemerintah Provinsi
1. Pemerintah Provinsi wajib menyediakan dana pendamping dengan besaran sesuai kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini sehingga penyelesaian ruang kelas rusak benar-benar dapat dituntaskan pada tahun 2008.
2. Mengkoordinasikan sosialisasi pelaksanaan DAK di provinsi bagi kabupaten/kota sebagai tindak lanjut sosialisasi di tingkat pusat dengan mengundang nara sumber dari institusi yang relevan.
3. Melaksanakan pengawasan, supervisi, dan monitoring serta penilaian terhadap pelaksanaan DAK di kabupaten/kota.
4. Melaksanakan pemetaan sekolah (school mapping) terhadap sebaran lokasi dan alokasi setiap kabupaten/kota.
5. Melakukan evaluasi pelaksanaan DAK selama 3 (tiga) tahun berjalan (2005, 2006, dan 2007) serta menyusun perencanaan alokasi biaya untuk menyelesaikan sisa gedung sekolah/ruang kelas SD/SDLB dan MI/salafiyah yang belum dapat diselesaikan tahun 2008 dan mensinergikan program DAK dengan pelaksanaan kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
6. Melaporkan hasil penilaian monitoring dan evaluasi kepada Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, u.p. Direktur Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
7. Bagi provinsi yang mampu, kontribusi dana pendamping dapat ditingkatkan dari berbagai sumber (APBD provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan masyarakat industri).
(12)
12 B. Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan dana pendamping yang dianggarkan dalam APBD dengan besaran sesuai kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini sehingga penyelesaian ruang kelas rusak benar-benar dapat dituntaskan pada tahun 2008.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota juga diwajibkan menyediakan dana untuk biaya umum seperti perencanaan, sosialisasi, pengawasan dan biaya operasional lainnya yang tidak diperbolehkan dibiayai oleh DAK bidang pendidikan.
3. Besaran dana pendamping dan biaya umum harus dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dan Dokumen Pelaksana Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD). DPA-SKPD memuat rincian kegiatan yang akan dibiayai DAK sesuai dengan penggunaan yang telah ditetapkan serta rencana biaya yang bersumber dari DAK dan dana pendamping.
4. Menetapkan nama-nama sekolah/madrasah penerima DAK tahun 2008 dalam Surat Keputusan Bupati/Walikota dan salinannya disampaikan kepada Direktur Pembinaan TK dan SD Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.
5. Kabupaten/kota membentuk (a) tim konsultan pendamping untuk pelaksanaan rehabilitasi ruang kelas dan pengadaan meubelair, (b) tim seleksi dan pengawasan untuk pengadaan komponen peningkatan mutu.
6. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan DAK di Kabupaten/Kota dan menyalurkan DAK bidang pendidikan ke sekolah penerima DAK
7. Menyampaikan laporan triwulanan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana DAK.
8. Melakukan evaluasi pelaksanaan DAK selama 3 (tiga) tahun berjalan (2005, 2006, dan 2007) serta menyusun perencanaan alokasi biaya untuk menyelesaikan sisa gedung sekolah/ruang kelas SD/SDLB dan MI/salafiyah yang belum dapat diselesaikan untuk tahun 2008.
C. Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota
Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama bersama dengan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota mempunyai tugas utama sebagai berikut:
1. membentuk tim teknis yang terdiri dari unsur subdin sarana pendidikan/subdin TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai leading sector, dibantu oleh tenaga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan bangunan (bila ada), dan staf teknis yang kompeten untuk melakukan survey dan pemetaan sekolah/madrasah yang mengalami kerusakan;
(13)
13
2. membuat rencana alokasi jumlah sekolah/madrasah yang akan menerima DAK per kecamatan, selanjutnya melakukan seleksi sekolah-sekolah calon penerima DAK. Seleksi sekolah penerima DAK diutamakan yang mengalami kerusakan berat dan terletak di wilayah tertinggal/terpencil;
3. mengusulkan nama-nama sekolah/madrasah calon penerima DAK tahun 2007 kepada Bupati/Walikota;
4. mensosialisasikan pelaksanaan program DAK kepada Kepala Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Majelis Madrasah penerima DAK;
5. memantau/mengawasi pelaksanaan program DAK.
D. Kepala Sekolah/Madrasah
1. Kepala Sekolah/Madrasah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Dana Alokasi Khusus di tingkat sekolah. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah bersama – sama dengan komite sekolah/majelis madrasah.
2. Sekolah wajib membayar pajak atas penggunaan Dana Alokasi Khusus sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
E. Komite Sekolah/Majelis Madrasah
Komite sekolah/majelis madrasah melakukan tugas dan fungsi sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yaitu : (a) sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; (b) sebagai pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (d) sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) dengan masyarakat.
VIII Pelaporan, Pengawasan, dan Sanksi A. Pelaporan
Kepala Sekolah/Madrasah menyampaikan laporan pelaksanaan dan penggunaan DAK kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dinas Pendidikan/ Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Selanjutnya Bupati/Walikota menyampaikan laporan triwulan kepada Menteri Pendidikan Nasional c.q. Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan tembusan kepada:
1. Gubernur u.p. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi setempat.
2. Sekretaris Jenderal Depdiknas u.p Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri serta Kepala Biro Keuangan Depdiknas;
(14)
14 B. Pengawasan
Pengawasan fungsional/pemeriksaan tentang pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan DAK bidang pendidikan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional dan Inspektorat Daerah. Pengawasan fungsional/pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal dilakukan berbasis sampel.
C. Sanksi
Setiap orang atau sekelompok orang di setiap tingkat pelaksana (kabupaten/kota, sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan penyalahgunaan dan/atau penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis ini akan ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sanksi Kepada Pengelola/Kepala Sekolah/Masyarakat:
1. sanksi administratif diberikan apabila pengelola/kepala sekolah melakukan pelanggaran administrasi;
2. sanksi hukum oleh aparat penegak hukum diberikan apabila pengelola/kepala sekolah/komite sekolah/masyarakat melakukan pelanggaran hukum.
Sanksi Kepada Kab/Kota:
1. Pengelola DAK kabupaten/kota yang melakukan penyimpangan dalam penyaluran dan penggunaan DAK akan ditindak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kegiatannya tidak berpedoman pada petunjuk teknis ini, dipandang sebagai penyimpangan yang dapat dikenai sangksi hukum oleh aparat hukum terkait.
IX KETENTUAN LAIN-LAIN
Dalam hal terjadi bencana alam, Pemerintah kabupaten/kota dapat mengusulkan kegiatan-kegiatan di luar yang telah diatur dalam Petunjuk Teknis.
Mekanisme pengajuan usulan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. pemerintah kabupaten/kota mengajukan usulan perubahan kegiatan kepada Menteri Pendidikan Nasional dengan tembusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah c.q. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar;
2. berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah c.q. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Menteri Pendidikan Nasional memberikan surat rekomendasi kepada Menteri Keuangan untuk melakukan perubahan kegiatan tersebut;
3. persetujuan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Keuangan disampaikan kepada Daerah yang bersangkutan.
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD.
(15)
15 Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H. NIP 131479478
(16)
16
SALINAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008
KABUPATEN/KOTA PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008
No Nama Daerah Bidang Pendidikan (Rp. Miliar)
I Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 293.508
2 Kab. Aceh Barat 14.352
3 Kab. Aceh Besar 14.731
4 Kab. Aceh Selatan 14.199
5 Kab. Aceh Singkil 14.690
6 Kab. Aceh Tengah 14.343
7 Kab. Aceh Tenggara 12.893
8 Kab. Aceh Timur 15.073
9 Kab. Aceh Utara 14.385
10 Kab. Bireuen 14.620
11 Kab. Aceh Pidie 18.620
12 Kab. Simeulue 16.898
13 Kota Banda Aceh 15.814
14 Kota Sabang 14.125
15 Kota Langsa 12.138
16 Kota Lhokseumawe 11.714
17 Kab. Nagan Raya 13.560
18 Kab. Aceh Jaya 12.207
19 Kab. Aceh Barat Daya 12.597
20 Kab. Gayo Lues 10.468
21 Kab. Aceh Tamiang 12.768
22 Kab. Bener Meriah 13.313
II Provinsi Sumatera Utara 446.571
24 Kab. Asahan 31.161
25 Kab. Dairi 15.740
26 Kab. Deli Serdang 38.295
27 Kab. Tanah Karo 17.438
28 Kab. Labuhan Batu 10.712
29 Kab. Langkat 24.243
30 Kab. Mandailing Natal 15.221
31 Kab. Nias 26.795
32 Kab. Simalungun 36.296
33 Kab. Tapanuli Selatan 16.076
34 Kab. Tapanuli Tengah 16.266
35 Kab. Tapanuli Utara 21.449
(17)
17
37 Kota Binjai 10.603
38 Kota Medan 12.703
39 Kota Pematang Siantar 12.763
40 Kota Sibolga 12.694
41 Kota Tanjung Balai 12.118
42 Kota Tebing Tinggi 11.421
43 Kota Padang Sidempuan 11.045
44 Kab. Pakpak Bharat 12.834
45 Kab. Nias Selatan 15.854
46 Kab. Humbang Hasundutan 12.960
47 Kab. Serdang Berdagai 17.438
48 Kab. Samosir 16.679
III Provinsi Sumatera Barat 290.374
50 Kab. Limapuluh Kota 20.956
51 Kab. Agam 19.283
52 Kab. Kepulauan Mentawai 13.780
53 Kab. Padang Pariaman 20.937
54 Kab. Pasaman 17.698
55 Kab. Pesisir Selatan 20.440
56 Kab. Sawahlunto Sijunjung 13.480
57 Kab. Solok 18.163
58 Kab. Tanah Datar 17.183
59 Kota Bukit Tinggi 12.120
60 Kota Padang Panjang 10.929
61 Kota Padang 16.213
62 Kota Payakumbuh 10.624
63 Kota Sawahlunto 11.896
64 Kota Solok 11.954
65 Kota Pariaman 12.381
66 Kab. Pasaman Barat 15.791
67 Kab. Dharmasraya 13.187
68 Kab. Solok Selatan 13.359
IV Provinsi Riau 58.997
70 Kab. Bengkalis 2.407
71 Kab. Indragiri Hilir 2.663
72 Kab. Indragiri Hulu 2.427
73 Kab. Kampar 2.431
74 Kab. Kuantan Singingi 14.740
75 Kab. Pelalawan 2.234
76 Kab. Rokan Hilir 11.224
77 Kab. Rokan Hulu 14.122
78 Kab. Siak 2.173
79 Kota Dumai 2.241
80 Kota Pekanbaru 2.335
V Provinsi Riau Kepulauan 41.395
(18)
18
83 Kab. Natuna 10.864
84 Kab. Karimun 5.602
85 Kota Batam 2.320
86 Kota Tanjung Pinang 9.747
87 Kab. Lingga 10.429
VI Provinsi Jambi 123.973
89 Kab. Batanghari 12.843
90 Kab. Bungo 11.601
91 Kab. Kerinci 17.495
92 Kab. Merangin 12.929
93 Kab. Muaro Jambi 12.764
94 Kab. Sarolangun 13.329
95 Kab. Tanjung Jabung Barat 2.509
96 Kab. Tanjung Jabung Timur 12.959
97 Kab. Tebo 13.430
98 Kota Jambi 14.114
VII Provinsi Sumatera Selatan 187.262
100 Kab. Lahat 18.292
101 Kab. Musi Banyuasin 14.251
102 Kab. Musi Rawas 21.752
103 Kab. Muara Enim 2.642
104 Kab. Ogan Komering Ilir 21.723
105 Kab. Ogan Komering Ulu 15.911
106 Kota Palembang 2.569
107 Kota Pagar Alam 10.752
108 Kota Lubuk Linggau 9.843
109 Kota Prabumulih 13.102
110 Kab. Banyuasin 16.703
111 Kab. Ogan Ilir 12.235
112 Kab. OKU Timur 16.457
113 Kab. OKU Selatan 11.030
VIII Provinsi Bangka Belitung 100.570
115 Kab. Bangka 19.194
116 Kab. Belitung 13.792
117 Kota Pangkal Pinang 14.308
118 Kab. Bangka Selatan 12.692
119 Kab. Bangka Tengah 13.179
120 Kab. Bangka Barat 14.505
121 Kab. Belitung Timur 12.900
IX Provinsi Bengkulu 144.131
123 Kab. Bengkulu Selatan 20.166
124 Kab. Bengkulu Utara 19.906
125 Kab. Rejang Lebong 15.439
126 Kota Bengkulu 15.013
127 Kab. Kaur 14.341
(19)
19
129 Kab. Mukomuko 12.959
130 Kab. Lebong 13.183
131 Kab. Kepahiang 18.469
X Provinsi Lampung 201.151
133 Kab. Lampung Barat 16.540
134 Kab. Lampung Selatan 32.403
135 Kab. Lampung Tengah 21.322
136 Kab. Lampung Utara 23.869
137 Kab. Lampung Timur 29.060
138 Kab. Tanggamus 22.433
139 Kab. Tulang Bawang 14.013
140 Kab. Way Kanan 14.774
141 Kota Bandar Lampung 16.135
142 Kota Metro 10.602
XI Provinsi DKI Jakarta 0,000
XII Provinsi Jawa Barat 445.878
145 Kab. Bandung 3.672
146 Kab. Bekasi 2.653
147 Kab. Bogor 3.193
148 Kab. Ciamis 52.750
149 Kab. Cianjur 47.170
150 Kab. Cirebon 2.753
151 Kab. Garut 51.948
152 Kab. Indramayu 2.834
153 Kab. Karawang 2.632
154 Kab. Kuningan 30.487
155 Kab. Majalengka 18.271
156 Kab. Purwakarta 17.112
157 Kab. Subang 35.618
158 Kab. Sukabumi 50.365
159 Kab. Sumedang 18.050
160 Kab. Tasikmalaya 31.417
161 Kota Bandung 2.488
162 Kota Bekasi 2.301
163 Kota Bogor 5.962
164 Kota Cirebon 12.595
165 Kota Depok 2.375
166 Kota Sukabumi 10.747
167 Kota Cimahi 10.273
168 Kota Tasikmalaya 13.540
169 Kota Banjar 14.672
XIII Provinsi Banten 103.663
171 Kab. Lebak 27.133
172 Kab. Pandeglang 21.388
173 Kab. Serang 25.961
(20)
20
175 Kota Cilegon 5.219
176 Kota Tangerang 2.303
XIV Provinsi Jawa Tengah 694.606
178 Kab. Banjarnegara 28.952
179 Kab. Banyumas 2.785
180 Kab. Batang 21.714
181 Kab. Blora 29.612
182 Kab. Boyolali 27.792
183 Kab. Brebes 2.891
184 Kab. Cilacap 38.145
185 Kab. Demak 24.963
186 Kab. Grobogan 2.870
187 Kab. Jepara 24.901
188 Kab. Karanganyar 22.783
189 Kab. Kebumen 28.344
190 Kab. Kendal 26.037
191 Kab. Klaten 26.670
192 Kab. Kudus 19.328
193 Kab. Magelang 20.761
194 Kab. Pati 31.505
195 Kab. Pekalongan 23.307
196 Kab. Pemalang 2.659
197 Kab. Purbalingga 22.373
198 Kab. Purworejo 23.138
199 Kab. Rembang 20.398
200 Kab. Semarang 22.298
201 Kab. Sragen 20.789
202 Kab. Sukoharjo 20.568
203 Kab. Tegal 16.378
204 Kab. Temanggung 16.754
205 Kab. Wonogiri 30.921
206 Kab. Wonosobo 23.675
207 Kota Magelang 10.470
208 Kota Pekalongan 13.801
209 Kota Salatiga 10.629
210 Kota Semarang 10.764
211 Kota Surakarta 12.877
212 Kota Tegal 12.754
XV Provinsi DI Yogyakarta 76.618
214 Kab. Bantul 19.689
215 Kab. Gunung Kidul 23.694
216 Kab. Kulon Progo 18.178
217 Kab. Sleman 2.598
218 Kota Yogyakarta 12.459
XVI Provinsi Jawa Timur 718.087
(21)
21
221 Kab. Banyuwangi 26.335
222 Kab. Blitar 29.418
223 Kab. Bojonegoro 2.758
224 Kab. Bondowoso 13.433
225 Kab. Gresik 11.931
226 Kab. Jember 27.665
227 Kab. Jombang 14.508
228 Kab. Kediri 2.709
229 Kab. Lamongan 35.190
230 Kab. Lumajang 18.415
231 Kab. Madiun 18.409
232 Kab. Magetan 21.017
233 Kab. Malang 45.252
234 Kab. Mojokerto 25.914
235 Kab. Nganjuk 30.205
236 Kab. Ngawi 25.088
237 Kab. Pacitan 23.493
238 Kab. Pamekasan 27.976
239 Kab. Pasuruan 37.506
240 Kab. Ponorogo 28.447
241 Kab. Probolinggo 17.896
242 Kab. Sampang 29.827
243 Kab. Sidoarjo 2.484
244 Kab. Situbondo 18.280
245 Kab. Sumenep 2.778
246 Kab. Trenggalek 24.143
247 Kab. Tuban 10.986
248 Kab. Tulungagung 26.301
249 Kota Blitar 12.294
250 Kota Kediri 8.245
251 Kota Madiun 9.855
252 Kota Malang 11.789
253 Kota Mojokerto 10.249
254 Kota Pasuruan 16.912
255 Kota Probolinggo 11.711
256 Kota Surabaya 2.455
257 Kota Batu 11.787
XVII Provinsi Kalimantan Barat 217.375
259 Kab. Bengkayang 15.499
260 Kab. Landak 17.839
261 Kab. Kapuas Hulu 21.419
262 Kab. Ketapang 18.683
263 Kab. Pontianak 22.951
264 Kab. Sambas 19.207
265 Kab. Sanggau 23.390
(22)
22
267 Kota Pontianak 15.727
268 Kota Singkawang 15.257
269 Kab. Sekadau 14.483
270 Kab. Melawi 13.475
XVIII Provinsi Kalimantan Tengah 183.213
272 Kab. Barito Selatan 13.826
273 Kab. Barito Utara 12.949
274 Kab. Kapuas 20.179
275 Kab. Kotawaringin Barat 16.860
276 Kab. Kotawaringin Timur 7.404
277 Kota Palangkaraya 15.813
278 Kab. Barito Timur 12.306
279 Kab. Murung Raya 8.201
280 Kab. Pulang Pisau 14.454
281 Kab. Gunung Mas 12.435
282 Kab. Lamandau 10.964
283 Kab. Sukamara 12.041
284 Kab. Katingan 13.001
285 Kab. Seruyan 12.780
XIX Provinsi Kalimantan Selatan 190.633
287 Kab. Banjar 22.963
288 Kab. Barito Kuala 21.040
289 Kab. Hulu Sungai Selatan 18.972
290 Kab. Hulu Sungai Tengah 20.155
291 Kab. Hulu Sungai Utara 13.905
292 Kab. Kota Baru 7.187
293 Kab. Tabalong 8.060
294 Kab. Tanah Laut 7.296
295 Kab. Tapin 13.167
296 Kota Banjar Baru 11.753
297 Kota Banjarmasin 20.428
298 Kab. Balangan 13.208
299 Kab. Tanah Bumbu 12.499
XX Provinsi Kalimantan Timur 72.490
301 Kab. Berau 2.365
302 Kab. Bulungan 2.327
303 Kab. Kutai Kartanegara 2.433
304 Kab. Kutai Barat 15.344
305 Kab. Kutai Timur 10.879
306 Kab. Malinau 12.105
307 Kab. Nunukan 13.601
308 Kab. Pasir 2.351
309 Kota Balikpapan 2.206
310 Kota Bontang 2.233
311 Kota Samarinda 2.296
(23)
23
313 Kab. Penajam Paser Utara 2.194
XXI Provinsi Sulawesi Utara 184.260
315 Kab. Bolaang Mongondow 22.227
316 Kab. Minahasa 21.624
317 Kab. Sangihe 26.973
318 Kota Bitung 13.627
319 Kota Manado 16.255
320 Kab. Kepulauan Talaud 18.617
321 Kab. Minahasa Selatan 19.709
322 Kota Tomohon 21.603
323 Kab. Minahasa Utara 23.625
XXII Provinsi Gorontalo 73.986
325 Kab. Boalemo 13.726
326 Kab. Gorontalo 17.578
327 Kota Gorontalo 14.659
328 Kab. Pohuwato 13.511
329 Kab. Bone Bolango 14.512
XXIII Provinsi Sulawesi Tengah 166.312
331 Kab. Banggai 18.913
332 Kab. Banggai Kepulauan 17.632
333 Kab. Buol 13.027
334 Kab. Toli-Toli 15.039
335 Kab. Donggala 23.952
336 Kab. Morowali 16.022
337 Kab. Poso 15.158
338 Kota Palu 14.258
339 Kab. Parigi Moutong 17.988
340 Kab. Tojo Una Una 14.323
XXIV Provinsi Sulawesi Selatan 399.754
342 Kab. Bantaeng 14.100
343 Kab. Barru 15.104
344 Kab. Bone 28.328
345 Kab. Bulukumba 19.548
346 Kab. Enrekang 14.656
347 Kab. G o w a 21.154
348 Kab. Jeneponto 14.364
349 Kab. Luwu 19.150
350 Kab. Luwu Utara 17.482
351 Kab. M a r o s 18.096
352 Kab. Pangkajene Kepulauan 19.200
353 Kab. Pinrang 18.409
354 Kab. Selayar 14.849
355 Kab. Sidenreng Rappang 16.484
356 Kab. Sinjai 20.560
357 Kab. Soppeng 15.709
(24)
24
359 Kab. Tana Toraja 22.226
360 Kab. Wajo 22.674
361 Kota Pare-pare 13.563
362 Kota Makassar 8.999
363 Kota Palopo 12.110
364 Kab. Luwu Timur 16.007
XXV Provinsi Sulawesi Barat 77.123
366 Kab. Majene 14.455
367 Kab. Mamuju 19.761
368 Kab. Polewali Mandar 16.791
369 Kab. Mamasa 12.285
370 Kab. Mamuju Utara 13.831
XXVI Provinsi Sulawesi Tenggara 184.428
372 Kab. Buton 21.417
373 Kab. Konawe 19.590
374 Kab. Kolaka 16.735
375 Kab. Muna 23.110
376 Kota Kendari 15.356
377 Kota Bau-bau 13.845
378 Kab. Konawe Selatan 21.391
379 Kab. Bombana 16.261
380 Kab. Wakatobi 23.590
381 Kab. Kolaka Utara 13.133
XXVII Provinsi Bali 137.771
383 Kab. Badung 12.134
384 Kab. Bangli 13.595
385 Kab. Buleleng 19.870
386 Kab. Gianyar 18.826
387 Kab. Jembrana 16.015
388 Kab. Karangasem 19.340
389 Kab. Klungkung 14.686
390 Kab. Tabanan 17.608
391 Kota Denpasar 5.697
XXVIII Provinsi Nusa Tenggara Barat 163.605
393 Kab. Bima 19.909
394 Kab. Dompu 14.579
395 Kab. Lombok Barat 19.499
396 Kab. Lombok Tengah 24.406
397 Kab. Lombok Timur 25.266
398 Kab. Sumbawa 19.815
399 Kota Mataram 14.856
400 Kota Bima 12.577
401 Kab. Sumbawa Barat 12.698
XXIX Provinsi Nusa Tenggara Timur 292.718
403 Kab. Alor 16.799
(25)
25
405 Kab. Ende 19.060
406 Kab. Flores Timur 20.568
407 Kab. Kupang 21.930
408 Kab. Lembata 16.982
409 Kab. Manggarai 25.049
410 Kab. Ngada 19.754
411 Kab. Sikka 18.284
412 Kab. Sumba Barat 17.289
413 Kab. Sumba Timur 16.701
414 Kab. Timor Tengah Selatan 21.675
415 Kab. Timor Tengah Utara 17.346
416 Kota Kupang 13.639
417 Kab. Rote Ndao 15.105
418 Kab. Manggarai Barat 16.445
XXX Provinsi Maluku 131.302
420 Kab. Maluku Tenggara Barat 15.880
421 Kab. Maluku Tengah 21.216
422 Kab. Maluku Tenggara 14.213
423 Kab. Pulau Buru 12.613
424 Kota Ambon 15.120
425 Kab. Seram Bagian Barat 23.441
426 Kab. Seram Bagian Timur 13.842
427 Kab. Kepulauan Aru 14.977
XXXI Provinsi Maluku Utara 119.586
429 Kab. Halmahera Tengah 16.758
430 Kab. Halmahera Barat 14.275
431 Kota Ternate 14.702
432 Kab. Halmahera Timur 13.317
433 Kota Tidore Kepulauan 14.545
434 Kab. Kepulauan Sula 14.858
435 Kab. Halmahera Selatan 14.563
436 Kab. Halmahera Utara 16.568
XXXII Provinsi Papua 306.641
438 Kab. Biak Numfor 20.150
439 Kab. Jayapura 14.430
440 Kab. Jayawijaya 20.534
441 Kab. Merauke 17.476
442 Kab. Mimika 13.912
443 Kab. Nabire 12.793
444 Kab. Paniai 11.172
445 Kab. Puncak Jaya 13.577
446 Kab. Yapen Waropen 15.168
447 Kota Jayapura 19.145
448 Kab. Sarmi 11.504
449 Kab. Keerom 16.189
(26)
26
451 Kab. Pegunungan Bintang 15.959
452 Kab. Tolikara 14.709
453 Kab. Boven Digoel 14.594
454 Kab. Mappi 13.592
455 Kab. Asmat 16.197
456 Kab. Waropen 13.818
457 Kab. Supiori 18.699
XXXIII Provinsi Papua Barat 187.439
459 Kab. Sorong 12.338
460 Kab. Manokwari 15.367
461 Kab. Fak Fak 12.152
462 Kota Sorong 13.914
463 Kab. Sorong Selatan 14.143
464 Kab. Raja Ampat 17.481
465 Kab. Teluk Bintuni 11.796
466 Kab. Teluk Wondama 15.207
467 Kab. Kaimana 12.619
468 Kab. Pidie Jaya 3.485
469 Kota Subulussalam 3.426
470 Kab. Batu Bara 6.327
471 Kab. Empat Lawang 3.241
472 Kab. Bandung Barat 0,000
473 Kab. Kayong Utara 3.210
474 Kab. Konawe Utara 3.845
475 Kab. Buton Utara 3.643
476 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 7.022
477 Kota Kotamobagu 3.670
478 Kab. Bolaang Mongondow Utara 4.018
479 Kab. Minahasa Tenggara 3.508
480 Kab. Gorontalo Utara 2.995
481 Kab. Nagekeo 4.065
482 Kab. Sumba Barat Daya 3.898
483 Kab. Sumba Tengah 3.329
484 Kab. Memberamo Raya 2.740
7.015.420
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Salinan sesuai dengan aslinya.
TTD.
Biro Hukum dan Organisasi
BAMBANG SUDIBYO
Departemen Pendidikan Nasional,Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H. NIP 131479478
(27)
27
SALINAN
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008
KESEPAKATAN BERSAMA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANTARA MENTERI, GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA
Daftar Pembagian Beban Pendanaan Rehabilitasi antara Depdiknas, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
PEMERINTAH
PUSAT
PEMERINTAH PROVINSI
PEMERINTAH KAB/KOTA
NO
PROVINSI/KAB/KOTA
% % %
1 DKI JAKARTA - - -
2 JAWA BARAT 50% 30% 20%
1 Kab. Bogor 50% 30% 20%
2 Kota Bogor 50% 30% 20%
3 Kab. Sukabumi 50% 30% 20% 4 Kota Sukabumi 50% 30% 20% 5 Kab. Cianjur 50% 30% 20% 6 Kab. Bandung 50% 30% 20% 7 Kota Bandung 50% 30% 20% 8 Kab. Sumedang 50% 30% 20%
9 Kab. Garut 50% 30% 20%
10 Kab. Tasikmalaya 50% 30% 20% 11 Kota Tasikmalaya 50% 30% 20% 12 Kab. Ciamis 50% 30% 20% 13 Kab. Kuningan 50% 30% 20% 14 Kab. Majalengka 50% 30% 20% 15 Kab. Cirebon 50% 30% 20% 16 Kota Cirebon 50% 30% 20% 17 Kab. Indramayu 50% 30% 20% 18 Kab. Purwakarta 50% 30% 20% 19 Kab. Subang 50% 30% 20% 20 Kab. Karawang 50% 30% 20% 21 Kab. Bekasi 50% 30% 20% 22 Kota Bekasi 50% 30% 20%
(28)
28
23 Kota Cimahi 50% 30% 20% 24 Kota Depok 50% 30% 20% 25 Kota Banjar 50% 30% 20%
3 JAWA TENGAH 50% 30% 20%
1 Kab. Cilacap 50% 30% 20% 2 Kab. Banyumas 50% 30% 20% 3 Kab. Purbalingga 50% 30% 20% 4 Kab. Banjarnegara 50% 30% 20% 5 Kab. Kebumen 50% 30% 20% 6 Kab. Purworejo 50% 30% 20% 7 Kab. Wonosobo 50% 30% 20% 8 Kab. Magelang 50% 30% 20% 9 Kab. Bonyolali 50% 30% 20% 10 Kab. Klaten 50% 30% 20% 11 Kab. Sukoharjo 50% 30% 20% 12 Kab. Wonogiri 50% 30% 20% 13 Kab. Karanganyer 50% 30% 20% 14 Kab. Sragen 50% 30% 20% 15 Kab. Grobogan 50% 30% 20% 16 Kab. Blora 50% 30% 20% 17 Kab. Rembang 50% 30% 20%
18 Kab Pati 50% 30% 20%
19 Kab. Kudus 50% 30% 20% 20 Kab. Jepara 50% 30% 20% 21 Kab. Demak 50% 30% 20% 22 Kab. Semarang 50% 30% 20% 23 Kab. Temanggung 50% 30% 20% 24 Kab. Kendal 50% 30% 20% 25 Kab. Batang 50% 30% 20% 26 Kab. Pekalongan 50% 30% 20% 27 Kab. Pemalang 50% 30% 20% 28 Kab. Tegal 50% 30% 20% 29 Kab Brebes 50% 30% 20% 30 Kota Magelang 50% 30% 20% 31 Kota Surakarta 50% 30% 20%
(29)
29
32 Kota Salatiga 50% 30% 20% 33 Kota Semarang 50% 30% 20% 34 Kota Pekalongan 50% 30% 20% 35 Kota Tegal 50% 30% 20%
4 DI YOGYAKARTA - - -
5 JAWA TIMUR 50% 30% 20%
6 NANGROE ACEH D. - - -
7 SUMATERA UTARA 50% 30% 20%
1 Kab. Deli Serdang 50% 30% 20% 2 Kab. Serdang Bedagai 50% 30% 20%
3 Kab. Karo 50% 30% 20%
4 Kab. Dairi 50% 30% 20%
5 Kab. Langkat 50% 30% 20% 6 Kab. Pakpak Baharat 50% 30% 20% 7 Kab. Simalungun 50% 30% 20% 8 Kab. Asahan 50% 30% 20% 9 Kab. Labuhan Batu 50% 30% 20% 10 Kab. Tapanuli Utara 50% 30% 20% 11 Kab. Toba Samosir 50% 30% 20% 12 Kab. Hmbang Hasundutan 50% 30% 20% 13 Kab. Samosir 50% 30% 20% 14 Kab. Tapanuli Tengah 50% 30% 20% 15 Kab. Tapanuli Selatan 50% 30% 20% 16 Kab. Mandailing Natal 50% 30% 20%
17 Kab. Nias 50% 30% 20%
18 Kab. Nias Selatan 50% 30% 20% 19 Kota Medan 50% 30% 20% 20 Kota Binjai 50% 30% 20% 21 Kota Tebing Tinggi 50% 30% 20% 22 Kota P. Siantar 50% 30% 20% 23 Kota Tanjung Balai 50% 30% 20% 24 Kota Padang Sidimpuan 50% 30% 20% 25 Kota Sibolga 50% 30% 20%
8 SUMATERA BARAT 60% 20% 20%
(30)
30
2 Kab. Pasaman 60% 20% 20% 3 Kab. 50 Kota 60% 20% 20%
4 Kab. Solok 60% 20% 20%
5 Kab. Padang Pariaman 60% 20% 20% 6 Kab. Pesisir Selatan 60% 20% 20% 7 Kab. Tanah Datar 60% 20% 20% 8 Kab. Sawahlunto SJJ 60% 20% 20% 9 Kab. Kep. Mentawai 60% 20% 20% 10 Kab. Pasaman Barat 60% 20% 20% 11 Kab. Solok Selatan 60% 20% 20% 12 Kab. Dharmasraya 60% 20% 20% 13 Kota Bukit Tinggi 60% 20% 20% 14 Kota Padang 60% 20% 20% 15 Kota Padang Panjang 60% 20% 20% 16 Kota Sawahlunto 60% 20% 20% 17 Kota Solok 60% 20% 20% 18 Kota Payakumbuh 60% 20% 20% 19 Kota Pariaman 60% 20% 20%
9 RIAU 50% 30% 20%
1 Pekanbaru 50% 30% 20%
2 Kampar 50% 30% 20%
3 Pelalawan 50% 30% 20%
4 Kuansing 50% 30% 20%
5 Inhu 50% 30% 20%
6 Inhil 50% 30% 20%
7 Rohul 50% 30% 20%
8 Rohil 50% 30% 20%
9 Bengkalis 50% 30% 20%
10 Siak 50% 30% 20%
11 Dumai 50% 30% 20%
10 JAMBI 50% 20% 30%
11 SUMATERA SELATAN 50% 30% 20%
1 Kota Palembang 50% 30% 20% 2 Kab. Musi Banyuasin 50% 30% 20% 3 Kab. Ogan Komering Ilir 50% 30% 20%
(31)
31
4 Kab. Ogan Komering Ulu 50% 30% 20% 5 Kab. Muara Enim 50% 30% 20%
6 Kab. Lahat 50% 30% 20%
7 Kab. Musi Rawas 50% 30% 20% 8 Kota Prabumulih 50% 30% 20% 9 Kota Pagaralam 50% 30% 20% 10 Kota Lubuk Linggau 50% 30% 20% 11 Kab. Banyuasin 50% 30% 20% 12 Kab. Ogan Ilir 50% 30% 20% 13 Kab. Oku Timur 50% 30% 20% 14 Kab. Oku Selatan 50% 30% 20%
12 LAMPUNG - - -
13 KALIMANTAN BARAT 80% 10% 10%
14 KALIMANTAN TENGAH 60% 20% 20%
1 Kab. Sukamara 60% 20% 20% 2 Kab. Lamandau 60% 20% 20% 3 Kab. Kotawaringin Barat 60% 20% 20% 4 Kab. Seruyan 60% 20% 20% 5 Kab. Kotawaringin Timur 60% 20% 20% 6 Kab. Katingan 60% 20% 20% 7 Kab. Gunung Mas 60% 20% 20% 8 Kab. Pulang Pisau 60% 20% 20% 9 Kab. Kapuas 60% 20% 20% 10 Kab. Barito Timur 60% 20% 20% 11 Kab. Barito Selatan 60% 20% 20% 12 Kab. Barito Utara 60% 20% 20% 13 Kab. Murung Raya 60% 20% 20% 14 Kota Palangkaraya 60% 20% 20%
15 KALIMANTAN SELATAN - - -
16 KALIMANTAN TIMUR 50% 30% 20%
17 SULAWESI UTARA 50% 15% 35%
1 Kab. Kep. Talaud 50% 15% 35%
2 Kab. Kep. Sangihe 50% 15% 35%
3 Kota Manado 50% 15% 35%
(32)
32
5 Kab. Bolaang Mongondaw 50% 15% 35%
6 Kota Biung 50% 15% 35%
7 Kab. Minahasa Selatan 50% 15% 35%
8 Kota Tomohon 50% 15% 35%
9 Kab. Minahasa Utara 50% 15% 35%
18 SULAWESI TENGAH - - -
19 SULAWESI SELATAN 50% 20% 30%
1 Kab. Bantaeng 50% 20% 30% 2 Kab. Sidrap 50% 20% 30% 3 Kab. Soppeng 50% 20% 30% 4 Kab. Jeneponto 50% 20% 30% 5 Kota Pare-pare 50% 20% 30% 6 Kab. Selayar 50% 20% 30%
7 Kab. Gowa 50% 20% 30%
8 Kab. Bone 50% 20% 30%
9 Kab. Luwu Utara 50% 20% 30% 10 Kota Palopo 50% 20% 30% 11 Kab. Pangkep 50% 20% 30% 12 Kab. Bulukumba 50% 20% 30% 13 Kab. Maros 50% 20% 30% 14 Kab. Pinrang 50% 20% 30% 15 Kab. Barru 50% 20% 30% 16 Kota Makassar 50% 20% 30% 17 Kab. Luwu 50% 20% 30% 18 Kab. Sinjai 50% 20% 30% 19 Kab. Enrekang 50% 20% 30% 20 Kab. Tator 50% 20% 30% 21 Kab. Takalar 50% 20% 30%
22 Kab. Wajo 50% 20% 30%
23 Kab. Wulu Timur 50% 20% 30%
20 SULAWESI TENGGARA 50% 15% 35%
1 Kab. Muna 50% 15% 35%
2 Kab. Konawe 50% 15% 35% 3 Kab. Konawe Selatan 50% 15% 35%
(33)
33
5 Kota Bau-bau 50% 15% 35% 6 Kab. Kolaka 50% 15% 35% 7 Kab. Kolaka Utara 50% 15% 35% 8 Kab. Bombana 50% 15% 35% 9 Kab. Wakatobi 50% 15% 35% 10 Kota Kendari 50% 15% 35%
21 MALUKU 60% 20% 20%
1 Kota Ambon 60% 20% 20%
2 Kab. Maluku Tengah 60% 20% 20%
3 Kab. Pulau Buru 60% 20% 20%
4 Kab. Maluku Tenggara 60% 20% 20%
5 Kab. Maluku Tenggara Barat 60% 20% 20%
6 Kab. Seram Bagian Barat 60% 20% 20%
7 Kab. Seram Bagian Timur 60% 20% 20%
8 Kab. Kepulauan Aru 60% 20% 20%
22 BALI 50% 25% 25%
1 Kab. Buleleng 50% 25% 25% 2 Kab. Jembrana 50% 25% 25% 3 Kab. Tabanan 50% 25% 25% 4 Kab. Badung 50% 25% 25% 5 Kab. Gianyar 50% 25% 25% 6 Kab. Klungkung 50% 25% 25% 7 Kab. Bangli 50% 25% 25% 8 Kab. Karangasem 50% 25% 25% 9 Kota Denpasar 50% 25% 25%
23 NUSA TENGGARA BARAT 60% 20% 20%
1 Kota Mataram 60% 20% 20% 2 Kab. Lombok Barat 60% 20% 20% 3 Kab. Lombok Tengah 60% 20% 20% 4 Kab. Lombok Timur 60% 20% 20% 5 Kab. Sumbawa 60% 20% 20% 6 Kab. Sumbawa Barat 60% 20% 20%
7 Kab. Dompu 60% 20% 20%
8 Kab. Bima 60% 20% 20%
(34)
34
24 NUSA TENGGARA TIMUR 60% 20% 20%
1 Kota Kupang 60% 20% 20% 2 Kab. Kupang 60% 20% 20%
3 Kab. TTS 60% 20% 20%
4 Kab. TTU 60% 20% 20%
5 Kab. Belu 60% 20% 20%
6 Kab. Alor 60% 20% 20%
7 Kab. Flores Timur 60% 20% 20% 8 Kab. Lambata 60% 20% 20%
9 Kab. Sikka 60% 20% 20%
10 Kab. Ende 60% 20% 20%
11 Kab. Ngada 60% 20% 20% 12 Kab. Manggarai 60% 20% 20% 13 Kab. Manggarai Barat 60% 20% 20% 14 Kab. Sumba Timur 60% 20% 20% 15 Kab. Sumba Barat 60% 20% 20% 16 Kab. Rote Ndao 60% 20% 20%
25 PAPUA 50% 20% 30%
1 Kab. Jayapura 50% 20% 30% 2 Kab. Biak Numfor 50% 20% 30% 3 Kab. Yapen Waropen 50% 20% 30% 4 Kab. Merauke 50% 20% 30% 5 Kab. Jayawijaya 50% 20% 30% 6 Kab. Nabire 50% 20% 30% 7 Kota Jayapura 50% 20% 30% 8 Kab. Paniai 50% 20% 30% 9 Kab. Puncak Jaya 50% 20% 30% 10 Kab. Mimika 50% 20% 30% 11 Kab. Keerom 50% 20% 30% 12 Kab. Sarmi 50% 20% 30% 13 Kab. Supiori 50% 20% 30% 14 Kab. Waropen 50% 20% 30% 15 Kab. Boven Digul 50% 20% 30% 16 Kab. Asmat 50% 20% 30% 17 Kab. Mappi 50% 20% 30%
(35)
35
18 Kab. Yahukimo 50% 20% 30% 19 Kab. Peg. Bintang 50% 20% 30% 20 Kab. Tolikara 50% 20% 30%
26 BENGKULU - - -
27 MALUKU UTARA - - -
28 GORONTALO 60% 20% 20%
1 Kota Gorontalo 60% 20% 20% 2 Kab. Gorontalo 60% 20% 20% 3 Kab. Bone Bolango 60% 20% 20% 4 Kab. Boalemo 60% 20% 20% 5 Kab. Pohuwato 60% 20% 20%
29 BANTEN 50% 30% 20%
1 Kab. Serang 50% 30% 20% 2 Kota Cilegom 50% 30% 20% 3 Kab. Pandeglang 50% 30% 20%
4 Kab. Lebak 50% 30% 20%
5 Kab. Tanggerang 50% 30% 20% 6 Kota Tanggerang 50% 30% 20%
30 KEPULAUAN BABEL 50% 25% 25%
1 Kab. Bangka - - -
2 Kab. Belitung - - -
3 Kota Pangkal Pinang - - -
4 Kab. Bangka Selatan - - -
5 Kab. Bangka Tengah - - -
6 Kab. Bangka Barat - - -
7 Kab. Belitung Timur - - -
31 RIAU KEPULAUAN 60% 20% 20%
1 Kab. Bintan 60% 20% 20%
2 Kota Batam 60% 20% 20%
3 Kab. Karimun 60% 20% 20% 4 Kota Tanjung Pinang 60% 20% 20% 5 Kab. Natuna 60% 20% 20% 6 Kab. Lingga 60% 20% 20%
32 IRIAN JAYA BARAT
(36)
36
2 Kab. Manokwari - - -
3 Kab. Fak-Fak - - -
4 Kota Sorong - - -
5 Kab. Raja Ampat - - -
6 Kab. Teluk Bintuni - - -
7 Kab. Teluk Wondama - - -
8 Kab. Kaimana - - -
9 Kab. Sorong Selatan - - -
33 SULAWESI BARAT
1 Kab. Majene - - -
2 Kab. Mamuju - - -
3 Kab. Polewali Mamasa - - -
4 Kab. Mamasa - - -
5 Kab. Mamuju Utara - - -
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H.
(1)
31
4 Kab. Ogan Komering Ulu 50% 30% 20%
5 Kab. Muara Enim 50% 30% 20%
6 Kab. Lahat 50% 30% 20%
7 Kab. Musi Rawas 50% 30% 20%
8 Kota Prabumulih 50% 30% 20%
9 Kota Pagaralam 50% 30% 20%
10 Kota Lubuk Linggau 50% 30% 20%
11 Kab. Banyuasin 50% 30% 20%
12 Kab. Ogan Ilir 50% 30% 20%
13 Kab. Oku Timur 50% 30% 20%
14 Kab. Oku Selatan 50% 30% 20%
12 LAMPUNG - - -
13 KALIMANTAN BARAT 80% 10% 10%
14 KALIMANTAN TENGAH 60% 20% 20%
1 Kab. Sukamara 60% 20% 20%
2 Kab. Lamandau 60% 20% 20%
3 Kab. Kotawaringin Barat 60% 20% 20%
4 Kab. Seruyan 60% 20% 20%
5 Kab. Kotawaringin Timur 60% 20% 20%
6 Kab. Katingan 60% 20% 20%
7 Kab. Gunung Mas 60% 20% 20%
8 Kab. Pulang Pisau 60% 20% 20%
9 Kab. Kapuas 60% 20% 20%
10 Kab. Barito Timur 60% 20% 20%
11 Kab. Barito Selatan 60% 20% 20%
12 Kab. Barito Utara 60% 20% 20%
13 Kab. Murung Raya 60% 20% 20%
14 Kota Palangkaraya 60% 20% 20%
15 KALIMANTAN SELATAN - - -
16 KALIMANTAN TIMUR 50% 30% 20%
17 SULAWESI UTARA 50% 15% 35%
1 Kab. Kep. Talaud 50% 15% 35%
2 Kab. Kep. Sangihe 50% 15% 35%
3 Kota Manado 50% 15% 35%
(2)
32
5 Kab. Bolaang Mongondaw 50% 15% 35%
6 Kota Biung 50% 15% 35%
7 Kab. Minahasa Selatan 50% 15% 35%
8 Kota Tomohon 50% 15% 35%
9 Kab. Minahasa Utara 50% 15% 35%
18 SULAWESI TENGAH - - -
19 SULAWESI SELATAN 50% 20% 30%
1 Kab. Bantaeng 50% 20% 30%
2 Kab. Sidrap 50% 20% 30%
3 Kab. Soppeng 50% 20% 30%
4 Kab. Jeneponto 50% 20% 30%
5 Kota Pare-pare 50% 20% 30%
6 Kab. Selayar 50% 20% 30%
7 Kab. Gowa 50% 20% 30%
8 Kab. Bone 50% 20% 30%
9 Kab. Luwu Utara 50% 20% 30%
10 Kota Palopo 50% 20% 30%
11 Kab. Pangkep 50% 20% 30%
12 Kab. Bulukumba 50% 20% 30%
13 Kab. Maros 50% 20% 30%
14 Kab. Pinrang 50% 20% 30%
15 Kab. Barru 50% 20% 30%
16 Kota Makassar 50% 20% 30%
17 Kab. Luwu 50% 20% 30%
18 Kab. Sinjai 50% 20% 30%
19 Kab. Enrekang 50% 20% 30%
20 Kab. Tator 50% 20% 30%
21 Kab. Takalar 50% 20% 30%
22 Kab. Wajo 50% 20% 30%
23 Kab. Wulu Timur 50% 20% 30%
20 SULAWESI TENGGARA 50% 15% 35%
1 Kab. Muna 50% 15% 35%
2 Kab. Konawe 50% 15% 35%
3 Kab. Konawe Selatan 50% 15% 35%
(3)
33
5 Kota Bau-bau 50% 15% 35%
6 Kab. Kolaka 50% 15% 35%
7 Kab. Kolaka Utara 50% 15% 35%
8 Kab. Bombana 50% 15% 35%
9 Kab. Wakatobi 50% 15% 35%
10 Kota Kendari 50% 15% 35%
21 MALUKU 60% 20% 20%
1 Kota Ambon 60% 20% 20%
2 Kab. Maluku Tengah 60% 20% 20%
3 Kab. Pulau Buru 60% 20% 20%
4 Kab. Maluku Tenggara 60% 20% 20%
5 Kab. Maluku Tenggara Barat 60% 20% 20%
6 Kab. Seram Bagian Barat 60% 20% 20%
7 Kab. Seram Bagian Timur 60% 20% 20%
8 Kab. Kepulauan Aru 60% 20% 20%
22 BALI 50% 25% 25%
1 Kab. Buleleng 50% 25% 25%
2 Kab. Jembrana 50% 25% 25%
3 Kab. Tabanan 50% 25% 25%
4 Kab. Badung 50% 25% 25%
5 Kab. Gianyar 50% 25% 25%
6 Kab. Klungkung 50% 25% 25%
7 Kab. Bangli 50% 25% 25%
8 Kab. Karangasem 50% 25% 25%
9 Kota Denpasar 50% 25% 25%
23 NUSA TENGGARA BARAT 60% 20% 20%
1 Kota Mataram 60% 20% 20%
2 Kab. Lombok Barat 60% 20% 20%
3 Kab. Lombok Tengah 60% 20% 20%
4 Kab. Lombok Timur 60% 20% 20%
5 Kab. Sumbawa 60% 20% 20%
6 Kab. Sumbawa Barat 60% 20% 20%
7 Kab. Dompu 60% 20% 20%
8 Kab. Bima 60% 20% 20%
(4)
34
24 NUSA TENGGARA TIMUR 60% 20% 20%
1 Kota Kupang 60% 20% 20%
2 Kab. Kupang 60% 20% 20%
3 Kab. TTS 60% 20% 20%
4 Kab. TTU 60% 20% 20%
5 Kab. Belu 60% 20% 20%
6 Kab. Alor 60% 20% 20%
7 Kab. Flores Timur 60% 20% 20%
8 Kab. Lambata 60% 20% 20%
9 Kab. Sikka 60% 20% 20%
10 Kab. Ende 60% 20% 20%
11 Kab. Ngada 60% 20% 20%
12 Kab. Manggarai 60% 20% 20%
13 Kab. Manggarai Barat 60% 20% 20%
14 Kab. Sumba Timur 60% 20% 20%
15 Kab. Sumba Barat 60% 20% 20%
16 Kab. Rote Ndao 60% 20% 20%
25 PAPUA 50% 20% 30%
1 Kab. Jayapura 50% 20% 30%
2 Kab. Biak Numfor 50% 20% 30%
3 Kab. Yapen Waropen 50% 20% 30%
4 Kab. Merauke 50% 20% 30%
5 Kab. Jayawijaya 50% 20% 30%
6 Kab. Nabire 50% 20% 30%
7 Kota Jayapura 50% 20% 30%
8 Kab. Paniai 50% 20% 30%
9 Kab. Puncak Jaya 50% 20% 30%
10 Kab. Mimika 50% 20% 30%
11 Kab. Keerom 50% 20% 30%
12 Kab. Sarmi 50% 20% 30%
13 Kab. Supiori 50% 20% 30%
14 Kab. Waropen 50% 20% 30%
15 Kab. Boven Digul 50% 20% 30%
16 Kab. Asmat 50% 20% 30%
(5)
35
18 Kab. Yahukimo 50% 20% 30%
19 Kab. Peg. Bintang 50% 20% 30%
20 Kab. Tolikara 50% 20% 30%
26 BENGKULU - - -
27 MALUKU UTARA - - -
28 GORONTALO 60% 20% 20%
1 Kota Gorontalo 60% 20% 20%
2 Kab. Gorontalo 60% 20% 20%
3 Kab. Bone Bolango 60% 20% 20%
4 Kab. Boalemo 60% 20% 20%
5 Kab. Pohuwato 60% 20% 20%
29 BANTEN 50% 30% 20%
1 Kab. Serang 50% 30% 20%
2 Kota Cilegom 50% 30% 20%
3 Kab. Pandeglang 50% 30% 20%
4 Kab. Lebak 50% 30% 20%
5 Kab. Tanggerang 50% 30% 20%
6 Kota Tanggerang 50% 30% 20%
30 KEPULAUAN BABEL 50% 25% 25%
1 Kab. Bangka - - -
2 Kab. Belitung - - -
3 Kota Pangkal Pinang - - -
4 Kab. Bangka Selatan - - -
5 Kab. Bangka Tengah - - -
6 Kab. Bangka Barat - - -
7 Kab. Belitung Timur - - -
31 RIAU KEPULAUAN 60% 20% 20%
1 Kab. Bintan 60% 20% 20%
2 Kota Batam 60% 20% 20%
3 Kab. Karimun 60% 20% 20%
4 Kota Tanjung Pinang 60% 20% 20%
5 Kab. Natuna 60% 20% 20%
6 Kab. Lingga 60% 20% 20%
32 IRIAN JAYA BARAT
(6)
36
2 Kab. Manokwari - - -
3 Kab. Fak-Fak - - -
4 Kota Sorong - - -
5 Kab. Raja Ampat - - -
6 Kab. Teluk Bintuni - - -
7 Kab. Teluk Wondama - - -
8 Kab. Kaimana - - -
9 Kab. Sorong Selatan - - -
33 SULAWESI BARAT
1 Kab. Majene - - -
2 Kab. Mamuju - - -
3 Kab. Polewali Mamasa - - -
4 Kab. Mamasa - - -
5 Kab. Mamuju Utara - - -
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H.