PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT ADAT SUKU GAYO DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM DI DESA BANDAR JAYA KECAMATAN BENER KELIPAH KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH.

(1)

PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT ADAT SUKU GAYO DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM ( STUDI KASUS DESA BANDAR JAYA

KECAMATAN BENER KELIPAH KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH )

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MIFTAH YANI NIM. 309411004

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

iii ABSTRAK

MIFTAH YANI, NIM 309411004. Pembagian Harta Waris Menurut Adat Suku Gayo Di Tinjau Dari Hukum Islam Di Desa Bandar Jaya Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembagian harta warisan menurut adat suku Gayo di Desa Bandar Jaya Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang di lakukan di Desa Bandar Jaya Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Gayo desa Bandar Jaya yang berjumlah 196 KK. Sampel dalam penelitian ini di ambil secara Purvosive Sampling yang berjumlah 50 orang yaitu tokoh adat Gayo dan tokoh masyarakat Gayo ( imformant kunci ). Teknik pengumpulan dilakukan dengan teknik observasi, angket, dan wawancara. Untuk menganalisis data yang terkumpul menggunakan tabel frekuensi (statistik sederhana).

Dari hasil penelitian di ketahui bahwa pembagian harta warisan menurut adat suku Gayo bertentangan dengan hukum Islam karena anak laki – laki saja yang berhak mendapatkan warisan sedangkan anak perempuan tidak mendapatkan warisan. Sedangkan dalam Islam baik anak laki – laki maupun anak perempuanakan mendapat warisan dari harta yang ditinggalkan orang tuanya, hanya jatah warisannya saja yang berbeda, laki-laki mendapat 2 bahagian dan perempuan mendapat 1 bahagian. Terjadi perbedaan dalam proses pembagian warisan di kalangan masyarakat Gayo. Tidak semuanya masyarakat Gayo patuh terhadap adat istiadat yang selama ini telah diwariskan secara turun-temurun. Umumnya masyarakat Gayo yang memiliki pemahaman agama yang baik yang sering kurang menaati hukum adat yang mengatur pembagian warisan suku Gayo.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahi Rabbil‘alamin, dengan kerendahan hati puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriringkan salam juga penulis persembahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kabar tentang pentingnya ilmu bagi kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat tugas akhir dalam penyelesaian perkuliahan program S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pembagian Harta Warisan Menurut Adat Suku Gayo Di Tinjau Dari Hukum Islam Di Desa Bandar Jaya Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mungkin terdapat kekurangan baik dari segi tehnik penulisan maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini serta menambah pengetahuan penulis.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs. Suady Husin, SH. MS sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi serta memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai pada saat ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.si sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan.


(7)

v

3. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H, selaku ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sekaligus dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis.

4. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Pancuasila dan Kewarganegaraan.

5. Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH, M.Si selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi Penulis.

6. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi Penulis.

7. Para Bapak/Ibu Dosen dan pegawai Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bekal ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya. 8. Bapak Kepala Desa Bandar Jaya Kecamtan Bener Kelipah Kabupaten Bener

Meriah Provinsi Aceh dan seluruh masyarakat Desa Bandar Jaya yang telah membantu kelancaran pengumpulan data yang di butuhkan dalam penelitian. 9. Teristimewa pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

dan rasa hormat kepada Ayahanda Sulaiman S. Pd dan Ibunda Wismayani tercinta yang atas jerih payahnya telah mengasuh dan memberikan bantuan serta dorongan baik moril maupun materil serta doa yang tiada putus-putusnya dalam studi yang sedang penulis jalani.

10. Kepada keluarga besar penulis, Kak Sus/bang dani, Bang Uji/kak fitri, adikku Novita, keponakanku Zikri, Najwa yang sangat saya sayangi, nenek, kakek,


(8)

v

Wak delin yang selalu memberi dorongan dan semangat serta motivasi dan do’a demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

11. Khusus buat bang Ihsan yang telah memberi motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

12. Buat teman-temanku Santi, Ovi, Fitri, Disty, Shopila, Nia, Putri, Zulfadly, Doko, Dana, Ira, Lia yang telah banyak memberikan motivasi serta memberikan dukungan kepada penulis.

13. Rekan-rekan Se-Angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah banyak memberikan bantuan serta informasi dan sebagainya.

14. Buat teman seperjuangan penulis di PPLT 2012 SMA NEGERI 1 HINAI Shela, Mei, Kiki, Diah, Mumut, Ayu, Mawan, Fitri, Ibnu, Andi, Leni, Ami, Bibah, iwan, Satria, Bang Sandi terima kasih atas motivasi yang diberikan selam ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita berserah diri, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2013 Penulis

Miftah Yani NIM. 309411004


(9)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Pemahaman tentang pembagian harta warisan suku Gayo ... 47

Table 2 : Kepatuhan Masyarakat dalam Menjalankan Adat ... 48

Tabel 3 : Pembagian Harta Warisan Menurut Adat Gayo ... 51

Tabel 4 : Sistem Pembagian Harta Warisan Menurut Adat Gayo ... 52

Tabel 5 : Laki-laki dan Perempuan Mempunyai Bagian Yang Sama ... 53

Tabel 6 : Warisan Merupakan Proses Penerusan Atau Peralihan Kekayaan Materil dan Inmateril dari Keturunan – Keturunan ... 54

Tabel 7 : Pembagian Warisan Sesuai Dengan Adat Suku Gayo ... 55

Tabel 8 : Pembagian Harta Warisan Perlu Dipertahankan ... 55

Tabel 9 : Pengaruh Patrilineal dalam Pembagian Warisan ... 56

Tabel 10: Pembagian Harta Warisan Sesuai dengan Perkembangan Zaman... 57

Tabel 11: Pembagian Harta Warisan Bertentangan dengan Hukum Islam ... 57

Tabel 12: Tokoh yang Berperan dalam Pembagian Harta warisan ... 58

Tabel 13: Warisan Menurut Hukum Islam ... 59

Tabel 14: Pembagian Disesuaikan dengan Perkawinan ... 59

Tabel 15: Pembagian Warisan Menurut Adat Suku Gayo Dengan Hukum Islam ... 62

Tabel 16: Persamaan Pembagian Warisan Menurut Adat Suku Gayo Dengan Hukum Islam ... 63

Tabel 17: Hukum Adat Penting Dalam Pembagian Harta Warisan ... 64

Tabel 18: Sistem Pewarisan Sesuai Menurut Adat ... 65

Tabel 19: Pengecualian Dalam Hal Warisan ... 66

Tabel 20: Pembagian Harta Warisan Tidak ... 67

Tabel 21: Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 68


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket 2. Nota Tugas

3. Surat Penelitian dari Fakultas

4. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas 5. Surat Penelitian dari Tempat Penelitian

6. Surat Keterangan Perpustakaan Jurusan PKn 7. Surat Keterangan Perpustakaan Unimed

8. Surat Keterangan Telah Menyerahkan Skripsi dari Tempat Penelitian 9. Daftar Peserta Seminar Proposal Penelitian MahasiswaJurusan PKn 10.Pernyataan Keaslian Tulisan


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terkenal dengan beranekaragam suku bangsa, setiap suku bangsa mempunyai adat dan budaya sendiri. Dimana ada masyarakat maka disana ada adat istiadat. Adat merupakan aspek dari budaya masyarakat. Adat adalah suatu kebiasaan, tata tertib yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang mempunyai ide yang sama. Adat tibul di masyarakat dikarenakan manusia hidup berkelompok-kelompok. Setiap adat yang dimiliki bangsa indonesia tinggi nilainya menjadi suatu kebudayaan bangsa yang beraneka ragam, hal ini menimbulkan konsekuensi perbedaan adat istiadat dan kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai – nilai kebudayaan. Dengan menghargai nilai – nilai kebudayaan antar suku bangsa akan menimbulkan integrasi, komunikasi, solidaritas yang tinggi. Adat menjadi suatu kebiasaan masyarakat Indonesia. adat merupakan salah satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang beragam suku bangsa, dan tiap adat di dunia ini memiliki akebiasaan yang berbeda–beda dengan yang lainnya.

Seperti halnya di Aceh terdapat beberapa suku yakni suku Aceh, Gayo Alas, Gayo Lues, Gayo serbejadi dan beranekaragam suku yang ada di dataran tinggi Gayo yang memiliki budaya yang berbeda, perbedaan itu adalah aset budaya bangsa yang menjadi potensi untuk mengembangkan budaya masyarakat. Orang Gayo berprinsip bahwa harus memegang norma agama, norma kesopanan,


(12)

2

norma kesusilaan, yang merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditinggalakan, sebagai pegangan masyarakat hidup sejahtera seperti menyampaikan “melengkan” ( bahasa puitis ) atau berpesan sebagai suatu amanat dan nasehat orang tua dan sarak opat yang harus di pegang teguh dan dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga norma – norma dan kaidah – kaidah agama serta adat istiadat.

Suku Gayo menjujung tinggi tradisi atau adat yang diturunkan secara turun temurun dari leluhur, seperti kebiasaan yang bersifat seremoni, dalam pergaulan sehari–hari orang Gayo masih tetap menggunakan istilah-istilah atau cara-cara adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan sebagai alat komunikasi. Sistem adat suku Gayo bersumber dari adat lama sejak zaman pra-Islam yang dinamakan “edet” ( system adat yang bersumber dari adat lama) yang menjadi pedoman tingkah laku masyarakat dan memiliki peranan yang jelas dalam memberi acuan kepada prilaku hidup warga masyarakat. Adat istiadat Gayo merupakan suatu peraturan yang wajib di taati dan di patuhi oleh suku itu sendiri sebagaimana adat di daerah lainnya, misalnya dalam Pembagian Harta Warisan menurut suku Gayo mempunyai budaya dan tradisi tersendiri. Pembagian harta warisan suku Gayo tetap berjalan walaupun terkadang terjadi kemunduran, tetapi tidak dapat di katakan sudah punah.

Menurut adat suku Gayo harta warisan wajib di bagi–bagikan kepada ahli waris seperti dalam pribahasa Gayo yaitu : “Tiep–tiep mata itu, tiep–tiep sisir iawal, tiep–tiep benyer i jagong, tiep–tiep keturunan kutoyoh” (warisan itu hanya berlaku dalam keturunan saja, yakni dari ayah kepada anaknya dan dari abang


(13)

3

kepada adiknya). Istilah lain mengatakan : “Ari ulu ku uki, ari amae ku anak ke” (warisan hanya berlaku dalam keturunan dari atas ke bawah atau dari ayah kepada anaknya).

Sejak zaman dahulu pembagian harta warisan menurut adat suku Gayo baru bisa di bagikan seteh anak dewasa atau setelah berumah tangga (menikah) karena pembagian warisan tersebut dilakukan menurut bentuk perkawinan. Pembagian harta warisan pada saat sekarang ini tidak mengalami perubahan namun di dalam pelaksanaannya mengalami perubahan di karenakan tuntutan zaman yang semangkin berkembang.

Pembagian harta warisan menurut suku gayo mempunyai perbedaan dengan pembagian warisan menurut hukum Islam yakni, menurut adat Gayo harta warisan itu baru bias di bagikan setah ahli warisnya semua dewasa atau sudah berkeluarga dan di sesuaikan dengan bentuk perkawinannya hal ini tidak sesuai dengan hukum Islam, sedangkan menurut hukum Islam warisan itu harus segera di bagi setalah pewarisnya meninggal dunia. Namun dengan demikian ada pula persamaan pembagian harta warisan adat Gayo dengan hukum Islam yaitu, Harta warisan itu harus sama – sama dibagi kepada ahli warisnya akan tetapi, dalam pewarisan adat Gayo tidak di tentukan jumlah bagian secara terperinci, sedangkan menurut hukum Islam bahagian – bahagian untuk ahli waris telah ditentukan dan terperinci. Mengenai waktu penyerahanya harta warisan kepada ahli waris yakni sama–sama penyerahanya setelah si anak dewasa.

Adat selaku sumber hukum bagi suku Gayo sejak zaman dahulu, tetapi kini sudah berlangsung lenyap dan sudah jauh ditinggalkan oleh masyarakat Gayo


(14)

4

itu sendiri, hanya di miliki oleh orang tua saja. Maka agama Islam membolehkan adat terus berjalan asal tidak bertentangan dengan Al-quran dan Sunah Rasul. Tidak semua masyarakat Gayo patuh dengan adat istiadat yang selama ini telah diwariskan secara turun temurun. Umumnya masyarakat Gayo yang memiliki pemahaman agama yang baik sering kurang setuju dengan proses pembagian harta waris menurut adat Gayo yang berlaku. akhir – akhir ini banyak orang pendapat bahwa pembagian harta warisan menurut suku Gayo sudah mulai di tinggalkan tidak sesuai dengan budaya aslinya.

Berangkat dari fenomena yang terjadi selama ini menjadi bahan pemikiran penulis, untuk itu penulis ingin mengetahui dan meneliti tentang “Pembagian Harta Warisan Menurut Adat Suku Gayo Di Tinjau Dari Hukum Islam di Desa Bandar Jaya Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah

Provinsi Aceh”.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Cara pembagian warisan menurut adat suku Gayo 2. Penetuan porsi ahli waris menurut adat suku Gayo

3. Hubungan hukum Islam dengan hukum adat masyarakat Gayo 4. Peran ahli waris dalam pembagian warisan adat Gayo


(15)

5

5. Perbedaan dan persamaan pembagian harta warisan adat Gayo dengan hukum Islam

C. Pembatasan Masalah

Dari yang di kemukakan di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini di batasi yaitu :

1. Tata cara pembagian warisan pada masyarakat Gayo

2. Pembagian warisan dilakukan pada masyarakat Gayo ditinjau dari Hukum Islam di Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tata cara pembagian harta warisan menurut adat Gayo di Desa Bandar Jaya Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

2. Bagaimana pembagian harta warisan menurut adat Gayo di tinjau dari hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pembagian harta warisan menurut


(16)

6

2. Untuk mengetahui ada tidaknya persesuaian antara adat masyarakat Gayo dengan Hukum Islam dalam pembagian warisan.

F. Manfaat penelitian

Apabila tujuan penelitian ini telah dicapai di harapkan memberi manfaat besar bagi penulis maupun seluruh lapisan masyarakat dan beberapa pihak yaitu :

1. Untuk penulis penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis tentang pemabagian harta warisan menurut adat Gayo.

2. Untuk masyarakat penelitian ini di harapkan memperhatikan dan menjaga adat istiadat yang telah di wariskan oleh nenek moyang khususnya tentang pembagian warisan tentang adat Gayo.

3. Memberi sumbangan pemikiran bagi orang tua dan masyarakat Gayo 4. Menambah karya ilmiah dan Referensi tambahan di perpustakaan


(17)

71 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Menurut adat Gayo bahwa warisan itu hanya berlaku dalam satu keturunan, selain itu tidak dinamakan warisan. Sedangkan dalam hukum Islam telah tertentu dan terperinci satu persatu.

2. Penentuan porsi untuk ahli waris dalam adat istiadat Gayo jumlah bagian ditentukan menurut bentuk perkawinan, seperti bagian anak perempuan yang kawin (Kerje Juelen) hal ini hilang hak warisanya karena adanya “Tempah” yang diberikan orang tuanya pada waktu anak itu berumah tangga dan itulah sebagai warisan baginya. Sedangkan anak perempuan yang kawinnya “Angkap Nasab” ia berstatus seperti anak laki dan bagiannya sama dengan anak laki-laki dan kadang-kadang melebihi dari anak laki-laki-laki-laki. Di dalam hukum Islam jumlah bagian untuk ahli waris itu telah ditentukan berdasarkan Alquran dan hadits.

3. Pembagian harta warisan adat istiadat Gayo menurut pandangan Islam ada yang tidak sesuai dan tidak mungkin diterima oleh syariat Islam, seperti bentuk kawin Angkap Nasab” yaitu apabila terjadi perceraian (ceria banci) maka suami tidak mendapat warisan dari istrinya, juga apabila istrinya meninggal maka suami tidak boleh membawa harta warisan itu bila ia pergi dari rumah mendiang istrinya.


(18)

72

B. Saran-Saran

1. Kepada warga masyarakat Kabupaten Bener Meriah hendaknya dapat pembagian warisan tetap merujuk kepada aturan yang ditetapkan dalam syariat Islam, sehingga masing-masing pihak tidak ada yang merasa dizhalimi

2. Kepada penegak syariat Islam hendaknya dapat menjelaskan secara rinci kepada ahli waris tentang pembagian harta warisan dan bagian yang diterima oleh ahli waris, sehingga ahli waris merasa puas dengan pembagian yang dilaksanakan.


(19)

(20)

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, H. 2007. Kompilisasi Hukum Islam di Indonesia, cetakan Ke – 1.

Jakarta: Akademika Pressindo

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ahlan, Surini Dkk, 2006. Hukum Waris Perdata. Jakarta: Kencena

Depdiknas, 2005. Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Fakultas Ilmu Sosial. 2006. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Medan : FIS UNIMED Hanafiah, sulaiman. 2001. Sastra Lisan Gayo. Pusat Pembina dan Pengembangan

Bahasa.

Ibrahim, Mahmud. 2007. Mujahid Dataran Tinggi Gayo. Takengon : Yayasan Makamah Mahmuda Takengon.

Mahmud ibrahim dan Hakim Aman Pinan. 2003 . Syariat dan Adat Istiadat. Takengon : Yayasan Makamah Mahmuda Takengon.

Melalatoa , MJ. 2002. Kebudayaan Gayo. Jakarta : Balai Pustaka Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prodjodikoro, Wirjono. 1996. Hukum Waris Indonesia. Bandung: Vikink van Hoeva Pinan, Hakim Aman. Daur Hidup Gayo. Takengon : Sumber Aksara

Rasyid, sulaiman. 2007. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algasindo

SH Tholib, Satuji. 2008. Hukum Kewarisan Islam Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika Sudarsono, 2001. Pokok pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta

Soekanto, Soejono.2003. Hukum Adat Indonesia . Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Sudijono, Anas.2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Yoga, Salman. 2003. Adat Budaya Gayo dalam Lintas Sejara. Takengon : STAI Takengon


(1)

5. Perbedaan dan persamaan pembagian harta warisan adat Gayo dengan hukum Islam

C. Pembatasan Masalah

Dari yang di kemukakan di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini di batasi yaitu :

1. Tata cara pembagian warisan pada masyarakat Gayo

2. Pembagian warisan dilakukan pada masyarakat Gayo ditinjau dari Hukum Islam di Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tata cara pembagian harta warisan menurut adat Gayo di Desa Bandar Jaya Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

2. Bagaimana pembagian harta warisan menurut adat Gayo di tinjau dari hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pembagian harta warisan menurut


(2)

2. Untuk mengetahui ada tidaknya persesuaian antara adat masyarakat Gayo dengan Hukum Islam dalam pembagian warisan.

F. Manfaat penelitian

Apabila tujuan penelitian ini telah dicapai di harapkan memberi manfaat besar bagi penulis maupun seluruh lapisan masyarakat dan beberapa pihak yaitu :

1. Untuk penulis penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis tentang pemabagian harta warisan menurut adat Gayo.

2. Untuk masyarakat penelitian ini di harapkan memperhatikan dan menjaga adat istiadat yang telah di wariskan oleh nenek moyang khususnya tentang pembagian warisan tentang adat Gayo.

3. Memberi sumbangan pemikiran bagi orang tua dan masyarakat Gayo 4. Menambah karya ilmiah dan Referensi tambahan di perpustakaan


(3)

71

1. Menurut adat Gayo bahwa warisan itu hanya berlaku dalam satu keturunan, selain itu tidak dinamakan warisan. Sedangkan dalam hukum Islam telah tertentu dan terperinci satu persatu.

2. Penentuan porsi untuk ahli waris dalam adat istiadat Gayo jumlah bagian ditentukan menurut bentuk perkawinan, seperti bagian anak perempuan yang kawin (Kerje Juelen) hal ini hilang hak warisanya karena adanya “Tempah” yang diberikan orang tuanya pada waktu anak itu berumah tangga dan itulah sebagai warisan baginya. Sedangkan anak perempuan yang kawinnya “Angkap Nasab” ia berstatus seperti anak laki dan bagiannya sama dengan anak laki-laki dan kadang-kadang melebihi dari anak laki-laki-laki-laki. Di dalam hukum Islam jumlah bagian untuk ahli waris itu telah ditentukan berdasarkan Alquran dan hadits.

3. Pembagian harta warisan adat istiadat Gayo menurut pandangan Islam ada yang tidak sesuai dan tidak mungkin diterima oleh syariat Islam, seperti bentuk kawin Angkap Nasab” yaitu apabila terjadi perceraian (ceria banci) maka suami tidak mendapat warisan dari istrinya, juga apabila istrinya meninggal maka suami tidak boleh membawa harta warisan itu bila ia pergi dari rumah mendiang istrinya.


(4)

B. Saran-Saran

1. Kepada warga masyarakat Kabupaten Bener Meriah hendaknya dapat pembagian warisan tetap merujuk kepada aturan yang ditetapkan dalam syariat Islam, sehingga masing-masing pihak tidak ada yang merasa dizhalimi

2. Kepada penegak syariat Islam hendaknya dapat menjelaskan secara rinci kepada ahli waris tentang pembagian harta warisan dan bagian yang diterima oleh ahli waris, sehingga ahli waris merasa puas dengan pembagian yang dilaksanakan.


(5)

(6)

73

Abdurahman, H. 2007. Kompilisasi Hukum Islam di Indonesia, cetakan Ke – 1.

Jakarta: Akademika Pressindo

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ahlan, Surini Dkk, 2006. Hukum Waris Perdata. Jakarta: Kencena

Depdiknas, 2005. Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Fakultas Ilmu Sosial. 2006. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Medan : FIS UNIMED Hanafiah, sulaiman. 2001. Sastra Lisan Gayo. Pusat Pembina dan Pengembangan

Bahasa.

Ibrahim, Mahmud. 2007. Mujahid Dataran Tinggi Gayo. Takengon : Yayasan Makamah Mahmuda Takengon.

Mahmud ibrahim dan Hakim Aman Pinan. 2003 . Syariat dan Adat Istiadat. Takengon : Yayasan Makamah Mahmuda Takengon.

Melalatoa , MJ. 2002. Kebudayaan Gayo. Jakarta : Balai Pustaka Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prodjodikoro, Wirjono. 1996. Hukum Waris Indonesia. Bandung: Vikink van Hoeva Pinan, Hakim Aman. Daur Hidup Gayo. Takengon : Sumber Aksara

Rasyid, sulaiman. 2007. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algasindo

SH Tholib, Satuji. 2008. Hukum Kewarisan Islam Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika Sudarsono, 2001. Pokok pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta

Soekanto, Soejono.2003. Hukum Adat Indonesia . Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Sudijono, Anas.2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Yoga, Salman. 2003. Adat Budaya Gayo dalam Lintas Sejara. Takengon : STAI Takengon