Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Guru SD Negeri "X" Lembang.

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai work

engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang. Sesuai dengan tujuan penelitian

ini, maka rancangan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan target populasi yaitu seluruh populasi dengan jumlah 32 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dari UWES (Utrecht Work Engagement Scale) yang dikembangkan oleh Schaufeli dan terdiri dari 17 item. Berdasarkan uji validitas dengan mengunakan Rank Spearman dan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, diperoleh 17 item valid dengan validitas sebesar 0,341 sampai dengan 0,867 dan reliabilitas sebesar 0,855. Data diolah secara statistik melalui distribusi frekuensi dan tabulasi silang faktor yang memengaruhi dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS 20.0.

Hasil pengolahan data memerlihatkan bahwa 56,25% guru memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi dan 43,75% guru lainnya tergolong rendah. Guru-guru dengan derajat work engagement yang tergolong tinggi memiliki derajat yang tinggi pada ketiga aspek vigor, dedication dan absorption, sedangkan guru dengan derajat work engagement yang tergolong rendah memiliki derajat yang bervariasi pada setiap aspek work engagement.

Saran yang diajukan oleh peneliti kepada SD Negeri “X” Lembang yaitu

memberikan feedback dengan cara mengadakan rapat rutin mengenai kinerja para guru selama beberapa waktu misalnya satu bulan sekali. Saran selanjutnya yaitu menyediakan fasilitas agar guru-guru dapat memperdalam bidang pelajarannya dengan diskusi dan pelatihan, baik di dalam maupun di luar sekolah.


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research is conducted to determine an illustration about work

engagement in SD Negeri “X” Lembang teachers. In regard of the objectives of this

research, therefore research method used is descriptive method with survey technique. Sample selection in this research uses population target, with overall population of 32 teachers.

Measurement tool used in this research is questionnaire adapted from UWES (Utrecht Work Engagemet Scale) which was developed by Schaufeli and stand for 17 items. Based on validity test using Spearman Rank and reliability test using Alpha Cronbach formula, 17 items are found valid with validity score of 0,341 to 0,867 and reliability score of 0,855. Data is processed statistically by frequency distribution and cross tabulation factor.that influences using IBM SPSS 20.0.

The result of data processing shows that 56,25% of the teachers have work engagement level that are high and the other 43,75% are classified as low. Teachers with high work engagement levelhave high level of 3 aspects, vigor, dedication and absorption, while teachers with low work engagement level have varied level in every aspect of work engagement.

Suggestions proposed by the writer to SD Negeri “X” Lembang is to give feedback by held a routine meeting about teacher’s performance once a month. The next suggestion is to serve facilities so teachers can steeped their lesson by discussion and training both inside or outside school.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pikir ... 11


(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Work Engagement ... 20

2.1.1 Pengertian Work Engagement ... 20

2.1.2 Aspek-aspek Work Engagement ... 20

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Work Engagement ... 21

2.1.4 Ciri-ciri dari Work Engagement ... 26

2.1.5 Work Engagement dan Performance ... 27

2.2 Guru ... 30

2.2.1 Pengertian Guru ... 30

2.2.2 Peran dan Fungsi Guru ... 30

2.2.3 Kompetensi Guru ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 33

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.3.1 Variabel Penelitian ... 33

3.3.2 Definisi Konseptual ... 34

3.3.3 Definisi Operasional ... 34

3.4 Alat Ukur ... 35

3.4.1 Cara Skoring Kuesioner Work Engagement ... 36

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang... 37

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 38


(5)

xii

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.6.1 Populasi Sasaran ... 40

3.7 Teknis Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 41

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 42

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menjadi Guru SD Negeri “X” Lembang ... 43

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Gambaran Derajat Work engagement ... 43

4.2.2 Gambaran Derajat Aspek-aspek Work engagement ... 44

4.2.2.1 Gambaran Derajat Aspek Vigor ... 44

4.2.2.2 Gambaran Derajat Aspek Dedication ... 44

4.2.2.3 Gambaran Derajat Aspek Absorption ... 45

4.2.3 Tabulasi Silang Work engagement dengan Aspek ... 45

4.3 Pembahasan ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

5.2.1 Saran Teoritis ... 56


(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 57 DAFTAR RUJUKAN ... 58 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Work Engagement ... 36

Tabel 3.2 Cara Skoring Alat Ukur Work Engagement ... 37

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Table 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Tahap Perkembangan Hurlock (1978) ... 42

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 42

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menjadi Guru ... 43

Tabel 4.5 Gambaran Derajat Work engagement ... 43

Tabel 4.6 Gambaran Derajat Aspek Vigor ... 44

Tabel 4.7 Gambaran Derajat Aspek Dedication ... 44

Tabel 4.8 Gambaran Derajat Aspek Absorption ... 45


(8)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 19 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 33


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Letter of Concent dan Alat Ukur ... L-1 Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... L-16 Lampiran 3 Hasil Penelitian ... L-18 Lampiran 4 Frekuensi, Tabulasi Silang Data Utama & Penunjang ... L-28 Lampiran 5 Analisis Item ... L-34 Lampiran 6 Profil Sekolah ... L-39 Lampiran 7 Biodata Peneliti ... L-41


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Muljadi, 2012).

Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dan dibagi dalam beberapa jenjang. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa jenjang pendidikan dibagi berdasarkan tingkatan usia dan kemampuan peserta didik. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi. Dengan pengaturan jenjang pendidikan seperti ini memudahkan dalam pengelompokan peserta didik dan target serta kebijakan dan hal-hal lain mengenai pendidikan (Noviana, 2014).

Salah satu jenjang pendidikan yang terpenting adalah jenjang Sekolah Dasar. Pendidikan di Sekolah Dasar dianggap sebagai suatu pendidikan yang mendasar dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya dan perlu disadari tanpa adanya pendidikan Sekolah Dasar tentu saja anak kurang mampu ilmu-ilmu dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Dalam membantu proses belajar dan mengajar


(11)

2 siswa pada jenjang SD diperlukan peran dari guru. Tugas yang diemban para pendidik SD pun sangat sulit karena berhadapan dengan siswa yang sedang mengalami perkembangan dalam berbagai hal meliputi aspek kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosional, dan kemandirian, sehingga guru SD diharapkan mengetahui tahapan perkembangan di usia sekolah agar dapat mengembangkan kemampuan anak didiknya secara keseluruhan. Oleh karena itu, lebih sulit untuk mengajar siswa di pendidikan dasar dibandingkan dengan SMP dan SMA atau SMK. Di sinilah tingkat kesabaran guru diuji. Para guru harus senantiasa sabar dalam mendidik siswa secara perlahan, tidak seperti guru SMP atau SMA, para siswa sudah sangat mudah untuk diajak belajar dan memperdalam suatu pelajaran karena mereka sudah mempunya basic atau ilmu dari sekolah dasar (Mujalid, 2016).

Guru SD juga merupakan tenaga pendidik. Sebagai pendidik, sebenarnya banyak peran yang harus diemban oleh guru antara lain dalam pengertian pendidikan secara luas, yaitu guru berperan sebagai penyelenggara terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara informal seperti mengajarkan nilai-nilai moral pada siswanya. Dalam hal ini, guru dituntut untuk profesional saat menjalankan tugasnya serta senantiasa meningkatkan kualitas sebagai pendidik. Kualitas guru SD merupakan hal yang penting karena berperan dalam mutu pendidikan dan menentukan kualitas sekolah yang baik (Syamsuddin Abin, 2003).

Seorang guru memiliki kualifikasi pendidikan minimum sarjana (S1), tetapi sekarang ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan seluruh guru untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk diberi gelar professional (Gr.) seperti yang tercantum dalam Permendikbud No. 87 Tahun 2013 pasal 14. Seorang sarjana pendidikan (S.Pd) belum bisa dikatakan sebagai guru sebelum lulus dari PPG


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha tersebut. Berdasarkan Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. (Dani Irfan, 2013).

Hal-hal tersebut menggambarkan bahwa menjadi guru SD adalah pekerjaan

yang tidak mudah, begitu pula seperti kondisi yang tergambar pada SD Negeri “X” Lembang ini. SD Negeri “X” Lembang ini merupakan salah satu SD yang berkualitas

karena memiliki akreditasi A. SD Negeri “X” didirikan atas prakarsa dari Yayasan/

Panti asuhan SOS Kinderdorf (sebuah yayasan/ panti asuhan bagi anak anak terlantar), walaupun pendirian sekolah ini dilakukan oleh pihak swasta namun

pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah sehingga SD “X” ini berstatus negeri. SD Negeri “X” Lembang ini memiliki 17 kelas, setiap kelasnya berjumlah ±45

orang, sehingga jika dilihat dari jumlah guru yang mengajar, mereka memiliki tuntutan yang berat karena banyaknya siswa yang mereka ajar.

Pada akhir 2015, SD ini akan menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), namun hal tersebut tidak terealisasikan karena adanya peraturan dari Dinas Pendidikan yang menetapkan bahwa sekolah bertaraf internasional sudah dihapuskan. Sekolah ini banyak menyandang berbagai prestasi baik akademik maupun non akademik seperti pada tahun 2014 mendapatkan juara nasional budaya mutu pembelajaran intrakulikuler. Dengan budaya mutu yang diperolehnya, SD

Negeri “X” ini telah beralih menjadi SD Rujukan di Bandung Barat pada tahun 2016, sehingga tugas guru pada SD Negeri “X” ini pun berubah dan bertambah jika

dibandingkan dengan SD lainnya.

SD Rujukan merupakan SD yang terpilih diantara anggota gugus, yang mempunyai peranan sebagai pusat pengembangan pada tingkat gugus dan secara institusional memiliki sarana dan prasarana serta sebagai tenaga kependidikan/ guru


(13)

4 yang menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Guru yang mengajar di SD ini

berjumlah 32 orang. Saat ini profesi guru di SD Negeri “X” ini memiliki tuntutan

dan perannya masing-masing.

Sebagai sekolah rujukan, maka guru SD Negeri “X” Lembang, lebih berfokus

pada peningkatan kualitas pembelajaran menggunakan multi metode seperti ceramah, diskusi,simulasi, demonstrasi, dan eksperimen. Pemilihan multi metode tersebut dirancang dan dilaksanakan oleh guru berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, ciri utamanya adalah keterlibatan siswa secara aktif baik fisik, mental dan emosional. Lalu, guru juga berhak untuk menentukan pembelajaran dengan menggunakan multimedia seperti memakai media cetak, elektronik, atau audio visual.

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru juga menggunakan multi evaluasi. Bentuk kegiatan multi evaluasi yang dapat dirujuk adalah evaluasi seluruh aspek kepribadian siswa yang meliputi ramah kognitif, ramah afektif, ramah ketrampilan psikomotorik.

Pembelajaran di SD Negeri “X” Lembang ini juga menggunakan pendekatan

“PAKEM“, yang merupakan kepanjangan dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan. Hal ini dilaksanakan untuk menjamin keberhasilan proses pembelajaran. Kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru di kelas harus bisa mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan, maka di SD ini menggunakan pendekatan “PAKEM“.

Aktif yang dimaksud adalah keterlibatan siswa secara fisik, mental dan emosional. Bentuk kegiatannya adalah guru harus membuat siswa aktif bertanya, aktif mengerjakan tugas mandiri/ kelompok, aktif menemukan dan mengklasifikasi data, memberikan sumbangan pikiran, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Lalu, Kreatif yang dimaksud adalah keterlibatan guru yang bisa mendorong para siswanya secara fisik, mental dan emosional. Bentuk kegiatannya adalah guru harus bisa membuat siswa kreatif merancang/ membuat sesuatu, kreatif menulis/ merancang. Selanjutnya, Efektif, guru harus bisa membuat siswa menguasai keterampilan yang diperlukan. Lalu, Menyenangkan, guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang membuat anak berani mencoba/ berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat/ gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain.

Guru juga harus bisa menerapkan pembelajaran yang demokratis, adakalanya guru di depan memberi contoh atau tauladan yang harus diikuti siswa dan untuk menguasai anak didik, adakalanya juga guru ada ditengah-tengah berdampingan dengan siswa untuk dapat mendengar dan mengarahkan siswa, dan adakalanya guru memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak berdasarkan pengetahuan yang telah diberikan.

Tugas lainnya yang harus diemban oleh para guru di SD Negeri “X” ini

adalah wajib menguasai IT karena di setiap kelas sudah memakai sistem komputer, mampu berkomunikasi secara aktif dengan negara lain secara profesional karena SD

Negeri “X” ini seringkali kedatangan tamu mancanegara untuk melihat keseniannya,

beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti, disiplin dan suka bekerja mandiri, bersifat nasionalisme yang berwawasan global, dan wajib memiliki inovasi dan pembaharuan. Hal ini sesuai dengan visi sekolah tersebut yaitu STARS’G (Sekolah Sehat, Terampil, Aktif, Religius Santun, dan Berwawasan Global) dan hal ini juga

dilakukan agar SD Negeri “X” Lembang ini tetap dapat mempertahankan status

sekolahnya sebagai SD Rujukan

Guru juga harus mampu menanamkan nilai-nilai moral kepada siswanya misalnya dengan melatih siswa untuk bersikap disiplin dalam hal pengerjaan tugas,


(15)

6 melatih untuk selalu menjaga kebersihan, menjaga sopan santun, melatih agar siswa bisa belajar mandiri, dan hal lainnya yang berhubungan dengan pendidikan karakter. Hal-hal tersebut dilakukan agar siswa mampu mengembangkan karakter yang baik di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Tugas berikutnya guru juga dituntut untuk menjadi pendidik yang bisa menjadi teladan bagi para murid dan guru SD Negeri

“X” Lembang juga dituntut untuk membimbing kegiatan ekstrakulikuler yang ada di

SD tersebut.

Selain tugas-tugas di atas, guru SD Negeri “X” Lembang juga memiliki tugas tambahan yang diberikan oleh Kepala Sekolah seperti memberikan tambahan mata pelajaran pada pukul 06.00-07.00 untuk siswa kelas 6 SD selama 3 bulan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar siswa kelas 6 SD bisa menambah pemahamannya dengan latihan soal yang diberikan, sehingga siswa-siswinya lebih terlatih, lebih siap dalam menghadapi Ujian Nasional, mendapatkan nilai yang baik untuk Ujian Nasional, dan dapat masuk pada sekolah yang mereka inginkan. Lalu, Guru SD

Negeri “X” Lembang juga memiliki tugas untuk memberikan les sepulang sekolah

jika ada siswa yang nilainya masih di bawah KKM, hal ini berdasarkan kesepakatan antara orangtua dan Kepala Sekolah agar setiap siswanya bisa mendapat nilai di atas KKM.

Menurut Kepala Sekolah SD Negeri “X” Lembang, tugas-tugas yang dimiliki

Guru SD Negeri “X” Lembang itu lebih berat jika dibandingkan dengan tugas guru

SD pada umumnya yaitu guru-guru di SD ini mendapatkan tugas khusus sebagai guru SD Rujukan karena status sekolah di SD ini telah berubah menjadi sekolah rujukan. Pengembangan Sekolah Rujukan merupakan sebuah tantangan yang harus dilaksanakan sebagai model bagi sekolah lainnya. Sebagai SD Rujukan sekolah ini


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha harus mampu mewujudkan keunggulannya. Keunggulan tersebut dapat digunakan dan dijadikan sebagai acuan bagi sekolah-sekolah lain.

Semua tugas-tugas yang diemban oleh para guru SD Negeri ”X” Lembang membutuhkan energi, pelibatan diri yang kuat, dan konsentrasi dalam penyelesaiannya. Besarnya energi yang dikeluarkan untuk mengerahkan segala kemampuan untuk mengerjakan tugas, perasaan antusiasme terhadap pekerjaan dan memiliki konsentrasi yang tinggi saat bekerja merupakan suatu konsep yang dikenal sebagai work engagement. Work engagement dibutuhkan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan organisasi, pekerjaan yang berinteraksi dengan customer, klien, pelajar, dan pasien (Bakker, dkk, h. 5).

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan sembilan orang guru SD dari 32

guru SD Negeri “X” Lembang ini, empat (44.4%) guru SD menghayati tuntutan yang

dihadapi selama mengajar sebagai guru SD Negeri “X” Lembang adalah sesuatu

yang berat. Mereka merasa kesulitan dengan perubahan sistem sekolah seperti mewajibkan guru dengan menguasai IT, menguasai bahasa asing, terkadang guru juga merasa kesulitan jika menghadapi siswa yang bersikap pasif terhadap materi yang diberikan, ada juga siswa yang kurang sopan terhadap gurunya. Guru juga merasa khawatir akan status sekolah Rujukan yang takut tidak bisa dipertahankan

Sedangkan lima orang guru SD Negeri “X” Lembang (55.6%) lainnya

menyatakan meskipun banyak tantangan yang dihadapi saat mengajar anak-anak di dalam kelas dan dengan adanya perubahan sistem pembelajaran, mereka tetap merasa menikmatinya dan tidak pernah merasa kesulitan dalam mengajar karena mereka merasa nyaman untuk bekerja sebagai guru SD dan memiliki keinginan yang kuat untuk memajukan anak didiknya sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas pun dapat berjalan dengan lancar.


(17)

8 Work engagement didefinisikan sebagai suatu penghayatan positif, terlibat dengan pekerjaannya yang ditandai oleh aspek-aspeknya yaitu vigor, dedication, dan absorption (Schaufeli et al., 2002: 74). Ketiga aspek tersebut akan saling berkaitan dalam menentukan derajat tinggi rendahnya work engagement seseorang. Aspek vigor ditandai dengan level energi dan resiliensi mental yang tinggi ketika bekerja, kemauan untuk mengerahkan upaya dalam pekerjaan dan persisten walaupun menghadapi kesulitan. Aspek kedua yaitu dedication mengacu pada pelibatan diri yang kuat terhadap pekerjaannya, merasakan keberartian, antusiasme, inspirasi, kebanggaan dan tantangan. Aspek yang terakhir adalah absorption ditandai dengan konsentrasi penuh dan keasyikan bekerja, sehingga merasa waktu cepat berlalu dan sulit untuk berhenti bekerja.

Berdasarkan hasil wawancara selanjutnya terhadap sembilan guru SD Negeri

“X” Lembang, sebanyak empat orang guru (44.4%) menyatakan akan berusaha

semaksimal mungkin ketika mengalami kesulitan yang dihadapi, ketika mengajari anak didiknya yang memiliki sikap dan kemampuan yang berbeda.

Lalu, lima orang guru SD (55,6%) lagi menyatakan menjadi kesal ketika mengalami kesulitan saat mengajari anak didiknya dan ketika anak didiknya bertindak tidak sopan, bahkan satu orang dari guru tersebut ada yang sampai menangis, dan hanya berusaha semampunya saja ketika mengalami kesulitan. Hal ini menggambarkan aspek pertama dari work engagement yaitu vigor.

Sebanyak tujuh orang guru SD (77.8%) dari sembilan guru SD Negeri “X” Lembang merasa bangga dan berarti dapat menjadi seorang guru SD apalagi sekarang statusnya sudah berubah menjadi SD Rujukan. Mereka merasa tertantang dengan tuntutan guru yang bertambah sesuai dengan adanya perubahan status


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha sekolah, kondisi siswa yang tiap kelasnya berasal dari latar belakang yang berbeda dan merasa antusias dalam mengajar anak-anak didiknya.

Lalu, dua orang guru SD (22.2%) lainnya menyatakan cukup bangga menjadi guru SD karena mereka menyatakan bahwa, mereka akan merasa bangga apabila anaknya berhasil dan mudah untuk diatur saja, namun jika anak-anak didik yang mereka ajar tidak berhasil dan sulit untuk diatur, maka mereka tidak merasa bangga. Hal ini membuat guru SD tersebut kurang antusias dalam menjalani pekerjaannya sebagai guru SD ketika menghadapi kesulitan saat mengajar siswa-siswi. Hal ini menggambarkan aspek kedua dari work engagement yaitu dedication.

Lalu didapat informasi sebanyak dua orang (22.2%) dari sembilan orang guru

di SD Negeri “X” Lembang ini menyatakan bahwa mereka akan sulit berkonsentrasi

kembali dan waktu mengajar pun terasa lama ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengajar dan ketika anak didiknya bersikap pasif, tidak sopan. Sedangkan tujuh orang guru lainnya (77.8%) mengatakan menikmati menjadi guru SD dan juga memiliki konsentrasi yang tinggi saat mengerjakan tugasnya sehingga mereka merasa waktu berlalu begitu cepat . Hal ini menunjukkan aspek ketiga dari work engagement yaitu absorption.

Dari wawancara yang dilakukan ternyata terdapat penghayatan yang

bervariasi pada guru SD yang bekerja sebagai guru SD di SD Negeri “X” Lembang

ini serta terdapat pula variasi pada aspek-aspek work engagement. Mengingat pentingnya Work Engagement untuk mendapatkan performance dan hasil kerja yang lebih baik, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang.


(19)

10 1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Memeroleh gambaran mengenai work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran mengenai derajat work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang berdasarkan aspek-aspek dari work engagement serta faktor-faktor yang memengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Menjadikan masukan bagi ilmu Psikologi khususnya bidang Industri dan Organisasi mengenai derajat work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang.

2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik meneliti mengenai work engagement dan mengembangkannya melalui penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik ini.


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada guru SD Negeri “X” Lembang mengenai gambaran work engagement yang dimiliki sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kinerja para guru SD dalam mengajar serta dapat meningkatkan kinerja para guru SD dengan cara mengikuti pelatihan terkait dengan work engagement.

2. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SD Negeri “X” Lembang mengenai gambaran work engagement guru SD Negeri “X” Lembang sehingga Kepala Sekolah dapat memotivasi guru SD Negeri “X” yang kurang engaged dengan pekerjaannya dengan cara mengadakan evaluasi mengenai kinerja para guru SD.

3. Dengan adanya guru yang engage, maka akan menciptakan situasi yang nyaman saat di kelas dan membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan. 4. Menjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan guru mengenai sistem

pembelajaran di kelas agar orangtua dapat membantu anak-anaknya.

1.5 Kerangka Pikir

Guru yang merupakan pendidik profesional dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari membutuhkan pengerahan energi, dedikasi, serta konsentrasi yang tinggi. Hal-hal tersebut diperlukan, baik dalam merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), melaksanakan KBM maupun dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Menurut Schaufeli et. al, (2010) pengerahan energi, dedikasi serta konsentrasi dalam suatu pekerjaan disebut dengan work engagement. Guru yang engaged terhubung dengan peran kerja mereka secara fisik, kognitif, dan emosional. Mereka merasa penuh dengan energi yang didedikasikan untuk mencapai tujuan pekerjaan mereka


(21)

12

dan sering ‘tenggelam’ sepenuhnya dalam pekerjaan mereka (Bakker, 2010, hlm.

268).

Work engagement didefinisikan sebagai suatu penghayatan positif dan rasa terpenuhi pada pekerjaan yang ditandai oleh adanya vigor, dedication, dan absorption. (Schaufeli et. al., 2002:74). Smulder (2006, dalam Schaufeli 2011) mengemukakan bahwa ada beberapa pekerjaan yang menuntut work engagement yang tinggi, diantaranya guru, enterpreuneur,dan perawat. Pekerjaan-pekerjaan tersebut memiliki satu kesamaan, yaitu pekerjaan yang melibatkan kualitas pelayanan sebagai modal utamanya.

Dalam pekerjaanya sebagai guru SD Negeri “X” Lembang, pada dasarnya

mereka memiliki hakekat yang menyatu dengan pekerjaannya itu sendiri yaitu resources dan demands. Resources ada dua yaitu personal resources dan job resources. Personal resources adalah sumber daya yang ada di dalam diri guru tersebut yang dibentuk dari psychological capital.

Personal resources ini merupakan keadaan psikologis positif yang berkembang dalam diri guru, yang dikarakteristikkan oleh self-efficacy, optimism, resiliensi dan hope. Guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki self-efficacy yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang memadai dalam mencapai atau memenuhi tuntutan dalam mengajar dan mendidik siswa-siswinya. Merekapun akan merasa

bangga dan berarti menjadi guru SD Negeri “X” Lembang sehingga dapat

meningkatkan keyakinannya untuk menghadapi tuntutan dan hambatan yang ada.

Guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki optimisme dapat tergambar

melalui kepercayaan mereka akan mendapatkan hasil yang optimal, dengan itu dalam menghadapi tuntutan yang ada mereka akan lebih merasa tertantang dan bersemangat. Reciliency yang dimiliki guru SD Negeri “X” Lembang adalah mampu


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha untuk bertahan dalam mengatasi masalah ataupun kesulitan dalam pekerjaannya sebagai guru. Mereka akan merasa terinspirasi dan antusias serta tidak ingin berhenti bekerja untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dan hambatan-hambatan yang ada pada pekerjaannya sebagai guru.

Para guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki hope, akan berusaha

dengan gigih dalam mencapai tujuannya, hope dapat memungkinkan guru untuk lebih tekun dan memiliki perlibatan diri yang kuat terhadap tujuan yang ingin dicapainya sebagai seorang guru.

Pada dasarnya, guru SD Negeri “X” Lembang tidak hanya memiliki personal resources saja tetapi guru juga memiliki sumber-sumber yang diperoleh dari pekerjaannya, hal ini disebut job resources.

Job resources ini adalah aspek-aspek dari pekerjaan yang fungsional untuk mencapai tujuan, meminimalkan tuntutan pekerjaannya sebagai guru (job demands) atau menstimulasi personal growth (Bakker, 2010, hlm.153). Job resources dapat

memungkinkan guru SD Negeri “X” Lembang untuk meminimalkan tuntutan

pekerjaannya dan kerugian secara mental, fisik, maupun psikis ketika bekerja, berfungsi untuk mencapai tujuan saat mengajar, menstimulasi perkembangan dalam

hal pembelajaran, dan pengembangan diri guru SD Negeri “X” Lembang. Sumber-

sumber pekerjaan atau job resources yang dimiliki guru SD Negeri “X” Lembang meliputi autonomy, performance feedback dan social support.

Guru SD Negeri “X” Lembang memiliki kebebasan untuk menggunakan cara

apa yang akan dipakai dalam menjalankan tugasnya, kebebasan ini disebut dengan autonomy. Seperti memilih metode demonstrasi saat akan menyampaikan materi terhadap para siswanya sehingga para guru akan lebih antusias dan merasa tertantang dalam menjalaninya.


(23)

14 Kemudian, performance feedback yang diperoleh guru SD Negeri “X” Lembang adalah dari sesama guru dan juga Kepala Sekolah. Guru juga mendapatkannya dari para siswa saat proses KBM berlangsung, para siswa tersebut dapat mengerti atau tidak apa yang disampaikan oleh para guru sehingga para guru lebih merasa yakin atas kemampuannya dalam mendidik siswanya, bisa dilihat juga apakah siswa bersikap aktif terhadap materi yang diajarkan, jika siswa aktif, maka guru akan merasa lebih bersemangat dalam memberikan materi yang akan disampaikan kepada siswanya.

Social support para guru SD Negeri “X” Lembang berasal dari rekan-rekan kerjanya yaitu sesama guru yang ada di SD Negeri “X” Lembang, kemudian dari orangtua siswa yang ikut mendukung guru dalam pembuatan program tambahan seperti memberikan les setelah pulang sekolah yang kemudian akan meningkatkan usaha guru untuk memajukan anak didiknya.

Job resources dan personal resources guru SD Negeri “X” Lembang ini akan

saling terkait dan saling mendukung untuk mengurangi tuntutan guru SD Negeri “X”

Lembang, sehingga dalam kondisi ini dapat membantu guru dalam menghadapi tuntutan pada pekerjaannya untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru,

sehingga pekerjaannya tidak menjadi tuntutan untuk guru SD Negeri “X” Lembang

itu sendiri melainkan sebagai tantangan, dalam menghadapinya guru tidak mudah menyerah, merasa antusias, bangga dan sulit untuk lepas dari pekerjaannya.

Tuntutan tersebut dapat disebut sebagai job demands yaitu tuntuntan-tuntutan yang berasal dari pekerjaan mereka sebagai seorang guru SD Negeri “X” Lembang. Job demands guru SD Negeri “X” Lembang hanya dapat dipenuhi oleh job resources dan personal resources yang dimiliki guru (Bakker&Demerouti, 2007, 2008). Hal ini kemudian akan menjadi faktor yang memengaruhi terbentuknya work engagement


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

guru SD Negeri “X” Lembang, tergantung dari seberapa mampu guru dalam

menghadapi job demands yang didukung oleh job resources dan personal resources guru. Semakin tinggi derajat job resources dan personal resources guru maka akan semakin menunjang dalam meminimalkan job demands guru SD Negeri “X” Lembang (Bakker&Demerouti, 2007, 2008). Job demands guru SD Negeri “X” Lembang yaitu work pressure, emotional demands, mental demands, dan physical demands.

Work pressure yaitu tekanan dalam pekerjaan. Work pressure guru SD Negeri

“X” Lembang yaitu para guru memiliki beban kerja 36 jam tatap muka dan sudah

menyelesaikan satu bab selama satu minggu penuh, kemudian karena adanya perubahan pendekatan pembelajaran menjadi “PAKEM”, mereka dituntut untuk mengerjakan banyaknya administrasi sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar mulai dari persiapan materi atau tugas terstruktur dan tugas mandiri, kemudian saat proses KBM guru harus menilai dengan menguraikan penilaian tersebut, dan juga evaluasi pembelajaran.

Selain itu, guru SD Negeri “X” Lembang juga merasakan adanya emotional

demands yaitu tuntutan perasaan emosional yang dimiliki guru dalam bekerja. Para

guru di SD Negeri “X” Lembang harus bersikap ramah dan santai sekaligus tegas

serta memiliki kedekatan secara personal dengan para siswanya, guru juga harus mampu menghadapi siswa-siswi yang memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.

Para guru juga merasakan adanya mental demands yang merupakan demands yang terletak dalam sisi kognisi sebagai seorang guru dalam mengerjakan tugasnya, yaitu dalam melaksanakan proses KBM guru wajib mengembangkan wawasannya dengan cara mencari informasi terkait dengan ilmu pengetahuan yang ingin mereka


(25)

16 dapatkan. Kemudian juga terdapat peraturan pemerintah bahwa para guru harus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi akademik dengan mengambil jenjang yang lebih tinggi untuk menjadi profesi guru. Selain itu, guru juga harus memertahankan prestasi atau kualitas sekolah dan siswa-siswinya.

Physical demands pada guru SD Negeri “X” Lembang merupakan tuntutan guru harus memiliki keadaan tubuh yang sehat dan memiliki stamina yang baik. Dalam melaksanakan proses mengajar, guru harus dalam keadaan yang sehat karena guru membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengajar dan menjalankan pekerjaannya, baik pada kegiatan di dalam maupun kegiatan di luar kelas.

Untuk mengukur derajat tinggi rendahnya work engagement pada guru SD

Negeri “X” Lembang dilihat dari tiga aspeknya yaitu vigor, dedication, dan

absorption. Aspek pertama yaitu vigor dintandai dengan level energi yang tinggi dan resiliensi mental dalam bekerja, kemauan mengerahkan upaya dan tetap bertahan atau tekun saat menghadapi kesulitan atau hambatan dalam bekerja.

Guru yang memiliki tingkat vigor yang tinggi akan selalu bersemangat, melakukan apa saja dalam mencapai tujuannya walaupun terdapat hambatan dan kesulitan yang besar. Guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki vigor yang tinggi, akan mengerahkan energinya dengan melakukan usaha yang maksimal untuk

memertahankan status Rujukan di Sekolah SD Negeri “X” Lembang, mampu

menghadapi sistem sekolah yang sudah berubah dan menjadikan perubahan tersebut sebagai tantangan dalam dirinya, sehingga guru akan merasa bersemangat untuk mengajar. Sedangkan guru yang memiliki tingkat vigor yang rendah akan mudah menyerah dan cepat merasa kurang bersemangar serta kelelahan ketika dihadapkan dengan hambatan dan kesulitan.


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha Aspek kedua yaitu dedication yang ditandai dengan pelibatan diri yang kuat terhadap pekerjaan, dan merasakan keberartian (significance), antusiasme (enthusiasm), inspirasi (inspiration), kebanggaan (pride) dan tantangan (challenge).

Guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki tingkat dedication yang tinggi akan

merasa bangga dalam melakukan pekerjaannya sebagai guru dan merasa bahwa pekerjaannya menginspirasi dirinya untuk dapat bekerja lebih optimal meskipun dihadapkan dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan yang ada di dalamnya, merasa antusias saat mengajar para siswanya, seperti guru yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswanya aktif selama berada di dalam kelas sedangkan guru dengan dedication yang rendah tidak merasa bangga dan terinspirasi pada pekerjaannya sebagai guru.

Aspek yang ketiga yaitu absorption ditandai dengan konsentrasi penuh dan keasyikan ketika bekerja, waktu berlalu begitu cepat, dan tidak ingin berhenti bekerja. Guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki tingkat absorption yang tinggi akan berkonsentrasi penuh dan keasyikan saat menyampaikan materi sehingga para guru merasa waktu berlalu dengan cepat dan sulit berhenti bekerja, guru terus menyampaikan materi tanpa menyadari bahwa jam pelajarannya sudah habis, sedangkan guru yang memiliki absorption dengan tingkat yang rendah, tidak berkonsentrasi penuh saat bekerja, merasa waktu berjalan lama sehingga cepat menyerah dalam bekerja, guru mudah terganggu dengan siswa yang tidak dapat diam di kelas seperti mengobrol, maka guru akan sulit berkonsentrasi kembali saat akan menyampaikan materi, sehingga guru pun merasa waktu menjadi begitu lama.

Ketiga aspek ini akan saling berkaitan dan membentuk tinggi atau rendahnya work engagement yang dimiliki guru SD Negeri “X” Lembang, jadi untuk


(27)

18 mengetahui derajat work engagement guru SD Negeri “X” Lembang harus dilihat dari secara keseluruhan vigor, dedication, dan absorption.

Guru SD Negeri “X” Lembang dengan derajat work engagement yang tinggi

akan mengerahkan energinya dalam bekerja untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan juga tidak mudah untuk menyerah ketika ada kesulitan. Hal ini didukung oleh personal resources pada diri dan job resources yang ada pada pekerjaannya, ketika sumber-sumber tersebut derajatnya tinggi maka para guru akan merasa berarti dan bangga atas pekerjaannya, tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan, terdapat perasaan antusias serta menganggap pekerjaannya sebagai tantangan sehingga sulit melepaskan pekerjaannya sebagai guru.

Sedangkan, guru SD Negeri “X” Lembang dengan derajat work engagement

yang rendah akan mudah menyerah saat mengahadapi hambatan atau kesulitan dalam pekerjaannya. Hal ini tidak lepas dari personal resources yang berada pada derajat yang rendah dan job resources yang tidak memadai dalam pekerjaannya. Ketika sumber-sumber tersebut derajatnya rendah maka para guru tidak merasa berarti dan bangga terhadap pekerjaannya, mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan karena menganggap tuntutan yang ada itu sebagai beban dan tidak adanya perasaan antusias sehingga tidak merasa terkait dengan pekerjaannya sebagai guru.


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha Bagan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

1.6 Asumsi Penelitian

1. Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru SD Negeri “X” Lembang dibutuhkan pengerahan energi yang tinggi yang disebut sebagai vigor.

2. Sebagai seorang guru SD yang memiliki tuntutan tugas yang banyak diperlukan adanya pelibatan diri untuk melakukan dan menyelesaikan tugas tersebut, hal ini disebut sebagai dedication.

3. Ketika seorang guru SD Negeri “X” Lembang melakukan proses belajar mengajar serta mengerjakan administrasi dibutuhkan konsentrasi yang tinggi yang disebut sebagai absorption.

4. Derajat work engagement yang dimiliki oleh guru SD Negeri “X” Lembang berbeda-beda yang dilihat dari vigor,dedication, dan absorption.

5. Guru SD Negeri “X” Lembang membutuhkan Work Engagement.

Rendah Tinggi Guru SD Negeri

“X” Lembang. Personal Resources :

Self Efficacy

Optimism

Hope

Resiliency Job Resources :

Autonomy

Performance Feedback

Social Support

Job Demands :

Work Pressure

Emotional Demands

Mental Demands

Physical Demands

Aspek :

Vigor

Dedication

Absorption Work Engagement


(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan mengenai work engagement guru SD Negeri “X” Lembang sebagai berikut:

1. Guru SD Negeri “X” Lembang memiliki derajat work engagement yang hampir sama derajatnya, baik derajat yang tinggi maupun yang rendah.

2. Guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki derajat work engagement yang tinggi, pada umumnya memiliki vigor, dedication, dan absorption yang tinggi pula. Di sisi lain, guru SD Negeri “X” Lembang yang memiliki derajat work engagement rendah, pada umumnya memiliki vigor, dedication, dan absorption yang rendah pula.

3. Aspek dedication dan absorption merupakan aspek yang derajatnya paling tinggi dari seluruh guru SD Negeri “X” Lembang.

4. Job demands yang paling memengaruhi work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang adalah work pressure dan mental demands.

5. Semua Job resources memengaruhi work engagement guru SD Negeri “X” Lembang.

6. Personal resources yang paling memengaruhi work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang adalah self efficacy.


(30)

56

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang dengan menggunakan metode kontribusi untuk memeroleh seberapa besar kontribusi aspek-aspek work engagement pada work engagement guru yang memiliki derajat work engagement yang rendah.

2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pertanyaan job demands, job resources, dan personal resources yang memengaruhi work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang sehingga diperoleh gambaran dinamika yang lebih jelas mengenai work engagement pada guru SD Negeri “X” Lembang.

5.2.2 Saran Praktis

1. Sehubungan dengan sebagian besar guru SD Negeri “X” Lembang memiliki derajat vigor yang rendah, disarankan bagi Kepala Sekolah dan pihak-pihak sekolah yang terkait untuk memberikan dukungan kepada para guru SD Negeri “X” Lembang. Kepala Sekolah atau rekan guru lainnya juga bisa dijadikan teman untuk bercerita mengenai hambatan-hambatan yang guru hadapi ketika melaksanakan tugasnya sebagai guru.

2. Sehubungan sebagian besar guru merasa bahwa work pressure dan mental demands adalah tuntutan yang sangat berat, disarankan bagi Kepala Sekolah dan rekan guru lainnya di SD Negeri “X” Lembang untuk memberikan feedback bagi para guru SD Negeri “X” Lembang mengenai kinerja mereka selama beberapa waktu misalnya seperti 1 minggu sekali.


(31)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT

PADA GURU SD NEGERI “X” LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh: ROSI YULIANA

NRP: 1230158

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(32)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang diajukan unutk menempuh siding sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama penyusunan tugas ini, peneliti cukup banyak mengalami kesulitan. Namun akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan ini karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan pengerjaan penelitian ini, yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang terus memberikan berkat, karunia, kesempatan, serta pendampingan-Nya sehingga saya masih diberikan keberkahan kehidupan dan bisa menyelesaikan Skripsi ini.

2. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

3. Dra. Juliati Ardhi Santoso, M.Psi, Psikolog sebagai dosen pembimbing utama yang selalu menyediakan waktu, memberikan saran, serta selalu memberikan motivasi bagi peneliti agar dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Gianti Gunawan, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing pendamping yang selalu menyediakan waktu, pikiran serta memberikan motivasi bagi peneliti selama penyusunan Skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SD Negeri “X” Lembang yang sudah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan serta memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.


(33)

viii 6. Para guru yang mengajar di SD Negeri “X” Lembang yang sudah membantu peneliti untuk melakukan survei awal dan memberikan informasi yang terkait dengan penelitian ini sehingga membantu peneliti dalam penulisan latar belakang masalah penelitian.

7. Kedua orang tua peneliti dan kakak peneliti yang selalu memberikan dukungan moril, semangat, dan doa kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Amalia Shofiyanti dan Sheren Octavianissa sebagai peneliti work engagement sebelumnya dan menjadi rekan diskusi peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini. 9. Syifa, Disha, Naris, Dila, Tiwi, Nonon, Ayu, Ken, Kintan, Nadia, dan Kak Elsa

selaku sahabat dan teman seperjuangan meraih gelar sarjana psikologi yang senantiasa mendukung peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

10. Widya, Yuda, dan Tika selaku sahabat SMA yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

11. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012, terimakasih atas bantuan, saran, dan dorongannya kepada peneliti.

12. Semua pihak yang memberikan dukungan dan membantu peneliti selama penyelesaian penelitian ini tetapi tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam menyusun penelitian ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima masukan-masukan yang konstruktif dari pembaca mengenai hasil peneltian ini.


(34)

ix Akhir kata, peneliti mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pembaca dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, November 2016

Peneliti


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Baedhowi. (2009). Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta. Bakker, A.B., & Demerouty, E. (2007). The job demands-resources model: state of the

art. Journal of Magerial Psychology, 22, 309-328.

Bakker, A.B., Hanaken, J.J., Demerouti, E., & Xanthopolou, D. (2007). Job resources book work engagement particularly when job demands are high. Journal of Educational Psychology, 99, 274-284.

Bakker, A.B & Leiter, M.P. (2010). Work engagement: a handbook of essential theory and research. New York: Psychology Press.

Demerouti, Evangelia & Bakker, Alnold B. (1994). Towards a model of work engagement. p.209-223.

Hidayat, S., Prasetya, P.H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R.O. (2015). Panduan penelitian skripsi sarjana edisi revisi – juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kumar, Ranjit. (1999). Research methodology: a step-by-step guide for beginners. London: Sage Publication.

Schaufeli, W. & Salanova, M. (2007). Work engagement: an emerging psychological concept and its implication for organization. Managing social and ethical issues in organization, 135-177.

Van den Heuvel, M., Demerouti, E., Bakker, A.B. and Schaufeli, W. B. (2010). Personal resources and work engagement in the face of change, in contemporary occupational health psychology: Global perspectives on research and practice, Volume 1 (eds J. Houdmont and S. Leka). Oxford, UK: Wiley-Blackwell.


(36)

58

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Augrina, V. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement Pada Animal Keeper Di Taman Safari Indonesi 1. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dani, I. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. (Online). (http://pustaka.pandani.web.id/2013/10/peranan-menteri-pendidikan-dan.html, diakses tanggal 15 Maret 2016).

Mujalid. (2016). Pentingnya pendidikan di sekolah dasar. (Online). (http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/baca/13032/02/02/2016/ pentingnya-pendidikan-di-sekolah-dasar, diakses tanggal 2 Februari 2016). Muljadi. (2012). Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. (Online). (http://muljadithio1.blogspot.co.id/2012/10/pendidikan-merupakan-faktor-utama-dalam.html, diakses tanggal 10 Oktober 2012). Noviana. 2014. Jenjang pendidikan formal di Indonesia menurut undang-undang

sistem pendidikan nasional tahun 2008. (Online). (http://ilmu- pendidikan.net/pendidikan/peraturan/jenjang-pendidikan-formal-di-indonesia-uu-sisdiknas-2003, diakses tanggal 30 Oktober 2014).

Syamsuddin. (2003). Peranan guru SD dalam pendidikan. (Online). (http://www.gurukelas.com/2012/01/peranan-guru-sd-dalam-pendidikan.html, diakses tanggal 16 Januari 2012).


(1)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT

PADA GURU SD NEGERI “X” LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh: ROSI YULIANA

NRP: 1230158

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(2)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang diajukan unutk menempuh siding sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama penyusunan tugas ini, peneliti cukup banyak mengalami kesulitan. Namun akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan ini karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan pengerjaan penelitian ini, yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang terus memberikan berkat, karunia, kesempatan, serta pendampingan-Nya sehingga saya masih diberikan keberkahan kehidupan dan bisa menyelesaikan Skripsi ini.

2. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

3. Dra. Juliati Ardhi Santoso, M.Psi, Psikolog sebagai dosen pembimbing utama yang selalu menyediakan waktu, memberikan saran, serta selalu memberikan motivasi bagi peneliti agar dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Gianti Gunawan, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing pendamping yang selalu menyediakan waktu, pikiran serta memberikan motivasi bagi peneliti selama penyusunan Skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SD Negeri “X” Lembang yang sudah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan serta memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.


(3)

viii 6. Para guru yang mengajar di SD Negeri “X” Lembang yang sudah membantu peneliti untuk melakukan survei awal dan memberikan informasi yang terkait dengan penelitian ini sehingga membantu peneliti dalam penulisan latar belakang masalah penelitian.

7. Kedua orang tua peneliti dan kakak peneliti yang selalu memberikan dukungan moril, semangat, dan doa kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Amalia Shofiyanti dan Sheren Octavianissa sebagai peneliti work engagement sebelumnya dan menjadi rekan diskusi peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini. 9. Syifa, Disha, Naris, Dila, Tiwi, Nonon, Ayu, Ken, Kintan, Nadia, dan Kak Elsa

selaku sahabat dan teman seperjuangan meraih gelar sarjana psikologi yang senantiasa mendukung peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

10. Widya, Yuda, dan Tika selaku sahabat SMA yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

11. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012, terimakasih atas bantuan, saran, dan dorongannya kepada peneliti.

12. Semua pihak yang memberikan dukungan dan membantu peneliti selama penyelesaian penelitian ini tetapi tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam menyusun penelitian ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima masukan-masukan yang konstruktif dari pembaca mengenai hasil peneltian ini.


(4)

ix Akhir kata, peneliti mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pembaca dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, November 2016

Peneliti


(5)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Baedhowi. (2009). Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta. Bakker, A.B., & Demerouty, E. (2007). The job demands-resources model: state of the

art. Journal of Magerial Psychology, 22, 309-328.

Bakker, A.B., Hanaken, J.J., Demerouti, E., & Xanthopolou, D. (2007). Job resources book work engagement particularly when job demands are high. Journal of Educational Psychology, 99, 274-284.

Bakker, A.B & Leiter, M.P. (2010). Work engagement: a handbook of essential theory and research. New York: Psychology Press.

Demerouti, Evangelia & Bakker, Alnold B. (1994). Towards a model of work engagement. p.209-223.

Hidayat, S., Prasetya, P.H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, E., Wardani, R., Rajagukguk, R.O. (2015). Panduan penelitian skripsi sarjana edisi revisi – juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kumar, Ranjit. (1999). Research methodology: a step-by-step guide for beginners. London: Sage Publication.

Schaufeli, W. & Salanova, M. (2007). Work engagement: an emerging psychological concept and its implication for organization. Managing social and ethical issues in organization, 135-177.

Van den Heuvel, M., Demerouti, E., Bakker, A.B. and Schaufeli, W. B. (2010). Personal resources and work engagement in the face of change, in contemporary occupational health psychology: Global perspectives on research and practice, Volume 1 (eds J. Houdmont and S. Leka). Oxford, UK: Wiley-Blackwell.


(6)

58

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Augrina, V. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement Pada Animal Keeper Di Taman Safari Indonesi 1. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dani, I. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. (Online). (http://pustaka.pandani.web.id/2013/10/peranan-menteri-pendidikan-dan.html, diakses tanggal 15 Maret 2016).

Mujalid. (2016). Pentingnya pendidikan di sekolah dasar. (Online). (http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/baca/13032/02/02/2016/ pentingnya-pendidikan-di-sekolah-dasar, diakses tanggal 2 Februari 2016). Muljadi. (2012). Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. (Online). (http://muljadithio1.blogspot.co.id/2012/10/pendidikan-merupakan-faktor-utama-dalam.html, diakses tanggal 10 Oktober 2012). Noviana. 2014. Jenjang pendidikan formal di Indonesia menurut undang-undang

sistem pendidikan nasional tahun 2008. (Online). (http://ilmu- pendidikan.net/pendidikan/peraturan/jenjang-pendidikan-formal-di-indonesia-uu-sisdiknas-2003, diakses tanggal 30 Oktober 2014).

Syamsuddin. (2003). Peranan guru SD dalam pendidikan. (Online). (http://www.gurukelas.com/2012/01/peranan-guru-sd-dalam-pendidikan.html, diakses tanggal 16 Januari 2012).