PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA.

(1)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI

KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh:

AFRIZAL FADHILAH

0705517

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012


(2)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD

UNTUK EVALUASI KESESUAIAN

ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

TEGALLEGA

Oleh Afrizal Fadhilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Afrizal Fadhilah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA AFRIZAL FADHILAH

0705517

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Drs. H. Dede Sugandi, M.Si NIP. 19580526 198603 1 010

Pembimbing II

Lili Somantri, S.Pd, M.Si NIP. 132 314 541

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

ASBTRAK

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN RENCANA

TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA

Oleh : Afrizal Fadhilah NIM : 0705517

Penelitian ini dilatar belakangi oleh saat Kota Bandung yang pada awalnya hanya memiliki luas sekitar 900 ha pada tahun 1906 dan kemudian semakin meluas hingga pada tahun 1949 luas Kota Bandung menjadi 8.000 ha, sampai terkahir bertambah menjadi luas sekitar 16.000 ha. Dengan perubahan luas wilayah Kota Bandung yang semakin meluas, berdampak pula pada tatanan tata ruang wilayah yang ada. Sehingga banyak sektor pembangunan di Kota Bandung mengalami perubahan letak lokasinya secara langsung. Contohnya saja pada sektor industri yang pada saat Kota Bandung memiliki luas 8.000 ha letaknya berada di pinggir Kota Bandung, namun pada saat sekarang yang memiliki luas sekitar 16.000 ha maka letak posisi lokasi industri yang berada di pinggir sebelumnya dengan sendirinya bergeser dan berada di wilayah tengah-tengah Kota Bandung. Pergeseran lokasi secara tidak langsung menimbulkan masalah kesesuaian antara lokasi industri di wilayah Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega. Untuk itu dalam memantau lokasi bangunan industri dapat menggunakan teknik penginderaan jauh, salah satunya menggunakan data penginderaan jauh citra Qucikbird. Citra Quickbird memiliki kelebihan resolusi spasial yang tinggi (60cm).

Metode penginderaan jauh digunakan dalam penelitian ini, karena metode ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain, data relatif cepat, validitas dapat dipercaya dan teknologinya relatif terjangkau

Hasil Uji Ketelitian citra Quickbird dalam meninterpretasi data bangunan industri didapatkan hasil akurasi yaitu sebesar 98,2%, yang artinya data sangat akurat. Kemudian untuk hasil penelitian menunjukkan kesesuaian lokasi antara lokasi industri di Wilayah Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega adalah menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Terbukti dari 114 bangunan industri, hanya 35% atau sekitar 40 bangunan yang berada sesuai ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah. Sisanya sebanyak 74 bangunan menempati lahan yang tidak seharusnya seperti lahan untuk kawasan Ruang Terbuka Hijau atau lahan untuk kawasan permukiman


(5)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

ASBTRACT

QUICKBIRD IMAGE USE TO EVALUATE THE FITNESS INDUSTRY LOCATION WITH REGIONAL SPATIAL PLAN TEGALLEGA

By: Afrizal Fadhilah NIM: 0705517

This research background by at Bandung which was originally just an area of about 900 ha in 1906 and later expanding to the wider City of London in 1949 to 8,000 ha, until last grown to an area of about 16,000 ha. With the change in Bandung area is widespread, impact the spatial arrangements that exist. So many sectors of development in the city of Bandung to change the location of its location directly. For instance in the industrial sector at the Bandung city has an area of 8,000 hectares located in the outskirts of Bandung, but at the present time which has an area of about 16,000 ha of the location of the position location on the edge industry itself shifted earlier and were in the middle- Bandung city center. Shifting the location indirectly raises issues of compatibility between industrial sites in the region Tegallega with the Spatial Plan Tegallega. For that to monitor the location of the building industry can use remote sensing techniques, one of which uses remote sensing data Qucikbird image. Quickbird imagery has the advantages of high spatial resolution (60cm).

Remote sensing methods used in this study, because this method has several advantages such as, data relatively quickly, validity is relatively trustworthy and affordable technology

Accuracy Test Results Quickbird imagery in meninterpretasi industrial building data accuracy results obtained in the amount of 98.2%, which means the data is very accurate. Then to demonstrate the suitability of the location research between industrial sites in the area Tegallega Tegallega Spatial Plan is to deviate from the conditions set by the government. Evident of 114 industrial buildings, only 35% or about 40 buildings that are in accordance with the Spatial Plan. The remaining 74 buildings occupy land that is not supposed to be like the land to the green open space or land for residential areas


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR PETA ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...10

E. Definisi Operasional ...11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...13

A. Industri ...13

1. Definisi dan Pengertian Industri ...13

2. Jenis Jenis Industri ...14

a. Jenis / Macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku ...14

b. Golongan / Macam Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal ...14

c. Jenis / Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ...14

d. Pembagian Industri Berdasakan Pemilihan Lokasi ...15


(7)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

3. Teori Lokasi Industri ...16

a. Teori Lokasi Industri dari Alfred Weber ...17

b. Teori Lokasi Industri Optimal dari Losch ...18

c. Teori Susut dan Ongkos Transport ...19

d. Teori Tempat yang Sentral dari Walter Christaller ...20

4. Syarat Lokasi Industri ...21

a. Menurut Keppres ...21

b. Menurut Griefen ...22

5. Kriteria Lokasi Industri ...22

B. Penginderaan Jauh ...24

C. Penginderaan Jauh Sistem Quickbird Pankromatik ...28

1. Interpretasi Citra ...29

a. Rona atau Warna ...30

b. Bentuk ...30

c. Ukuran ...30

d. Tekstur ...30

e. Pola ...31

f. Bayangan ...31

g. Situs ...31

h. Aosiasi ...31

D. Interpretasi Objek Perkotaan dari Citra Penginderaan Jauh ...32

E. Rencana Tata Ruang Wilayah ...35


(8)

a. Struktur Ruang ...36

b. Pola Ruang ...36

c. Tata Ruang Kota ...36

2. Rencana Tata Ruang Kota ...37

a. Tujuan Penyusunan RTRWK ...37

3. Rencana Tata Ruang Wilayah ...38

F. Penelitian Sebelumnya ...39

G. Kerangka Penelitian ...41

BAB III METODE PENELITIAN ...43

A.Metode Penelitian ...43

B.Variabel Penelitian ...44

C.Populasi dan Sampel ...45

D.Teknik Pengumpulan Data ...45

E. Teknik Pengolahan Data ...47

F. Analisis Data ...49

BAB IV PEMBAHASAN ...53

A.Kondisi Geografis Daerah Penelitian ...53

1. Letak dan Luas ...53

2. Iklim ...54

3. Morfologi ...57

4. Geologi ...57


(9)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur ...62

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...65

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...67

C.Hasil Penelitian ...69

1. Penggunaan Lahan ...69

2. Jaringan Jalan ...76

3. Lokasi Pemasaran ...79

4. Lokasi Sumber Tenaga Kerja ...81

5. Rencana Tata Ruang Kota ...83

6. Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Citra ...90

7. Evaluasi Kesesuaian Lokasi Industri ...93

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...97

A.Kesimpulan ...97

B.Rekomendasi ...98


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bandung merupakan kota kecil yang terletak di sebelah selatan Ibu Kota

Jakarta. Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena

terbendungnya sungai citarum oleh lava gunung tangkuban perahu yang lalu membentuk talaga. Hari ditetapkan berdirinya Kota Bandung yaitu pada tanggal 25 September 1810, kala itu Kota Bandung ditetapkan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda dengan gubernurnya saat itu adalah Herman Willem Daendels yang mengeluarkan surat keputusan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan itu. Sehingga hari itulah yang dianggap sebagai berdirinya Kota Bandung.

Menurut Raksadjaya (2007), Kota Bandung pada awalnya hanya memiliki luas sekitar 900 ha pada tahun 1906 dan kemudian semakin meluas hingga pada tahun 1949 luas Kota Bandung menjadi 8.000 ha, sampai terkahir bertambah menjadi luas sekitar 16.000 ha.

Dengan perubahan luas wilayah Kota Bandung yang semakin meluas, berdampak pula pada tatanan tata ruang wilayah yang ada. Sehingga banyaknya sektor-sektor pembangunan di Kota Bandung mengalami perubahan letak lokasinya secara langsung. Contohnya saja pada sektor industri yang pada saat Kota Bandung hanya memiliki luas 8.000 ha letaknya berada di pinggir kota bandung, namun pada saat sekarang yang memiliki luas sekitar 16.000 ha maka


(11)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

leta posisi lokasi industri yang berada di pinggir sebelumnya dengan sendirinya bergeser dan berada di wilayah tengah-tengah Kota Bandung.

Sektor industri pada umumnya, pertumbuhannya jauh lebih pesat dari sektor pertanian. Oleh karena itu juga tidak mengherankan bahwa peranan sektor industri dalam perekonomian dalam suatu negara lambat laun menjadi semakin penting. Hal ini tercermin pada sumbangan sektor industri, pada Produk Nasional Bruto yang semakin meningkat.

Pembangunan industri merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah pada suatu barang, menyidakan barang dan jasa sehingga mutu menjadi meningkat dan bisa bersaing dengan barang yang berada di pasar dalam dan luar negeri, selain itu juga dapat meningkatkan pertambahan devisa negara. Akan tetapi untuk itu perlu adanya pendayagunaan dengan sebaik-baiknya baik dari sumber daya manusia, sumber alam, teknologi maupun sumber dananya.

Pembangunan dan pengembangan industri di Indonesia tidak hanya cukup menanamkan modal yang besar begitu saja. Hal ini disebabkan latar belakang budaya dan kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia yang masih tergantung pada sektor pertanian, terbukti pada kuartal I tahun 2011 sektor pertanian berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.5% (ArsipBertita.com, 2011). Agar tidak terjadi masalah antara proses industrialisasi dan pembangunan pertanian, maka kedua sektor tersebut diusahakan agar tumbuh secara seimbang.


(12)

Untuk pengembangan suatu kawasan industri diperlukan perencanaan yang tepat dan matang sebagai penentuan lokasi industri, dengan demikian untuk menentukan suatu lokasi yang cocok bagi kawasan industri, diperlukan identifikasi lokasi yang sesuai agar dapat dijadikan sebagai kawasan industri dengan memperhatikan variabel-variabel penentuan lokasi relatif industri. (Waluyo dalam Nugroho, 1996)

Memacu pertumbuhan industri di negara Indonesia ini agaknya memang sulit. Tapi hal itu bahkan tidak disadari oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah ingin bidang industri sebagai penopang ekonomi di Indonesia, tapi nyatanya sejak krisis moneter di indonesia sejak tahun 1996 sampai 1998 lalu, mengakibatkan Sektor Industri di Indonesia tampak loyo. Meskipun setelah tahun 1998 sektor industri cukup berkembang sedikit demi sedikit, tapi hal itu belum bisa mengembalikan sektor industri Indonesia seperti sedia kala. Bahkan di tahun 2008 pemerintah meningkatkan kenaikan pertumbuhan industri hingga 8,6%. (Bayu Mukti, 2008) Penanaman investasi modal ke Indonesia akhir-akhir ini juga semakin menurun. Hal itu disebabkan biaya tinggi dalam proses perizinan, pemasaran produk, stabilitas keamanan di wilayah Indonesia dan kepastian hukum. Banyaknya barang selundupan juga menjadi momok yang menyebabkan barang-barang dalam negeri kalah bersaing. Untuk memacu pertumbuhan perindustrian di Indonesia diperlukan sebuah kerja keras dari semua pihak.

Namun lain halnya dengan kota Bandung. Kota Bandung ditunjuk sebagai pilot project kota kreatif se-Asia Timur dan Asia Tenggara berdasarkan pertemuan Yokohama Juli 2007. Selain itu, pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Ekonomi Kreatif Indonesia. Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung pun berlangsung semakin pesat, terutama dalam sektor fesyen, desain, dan musik. Perkembangan industri kreatif tersebut berdampak terhadap produktivitas ekonomi daerah yang juga mengindikasikan peningkatan intensitas sistem kegiatan. (Fahmi, 2009).


(13)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

Seiring dengan berjalannya pembangunan di Kota Bandung, tanpa disadari Bandung telah menjadi sebuah kota yang meningkatkan pendapatan daerahnya melalui sektor indutri. Terbukti dari banyaknya sektor indutri yang tumbuh di kota Bandung, baik itu industri kimia dasar, industri mesin dan logam, industri kecil dan juga industri aneka industri. Berikut ini merupakan daftar persebaran berbagai macam industri di Kota Bandung.

Tabel 1.1 Jenis Industri Kota Bandung

No Nama

Wilayah Jenis Industri Total Jumlah Kimia Dasar Mesin & Logam Dasar

Kecil Aneka Industri

1 Bojonegara 5 33 19 55 112

2 Cibeunying 3 11 15 15 44

3 Tegallega 14 62 33 142 251

4 Karees 21 20 6 85 132

5 Ujungberung 3 11 4 5 23

6 Gedebage 4 21 6 18 49

(Sumber : BPS Kota Bandung, 2009)

Dari tabel jenis industri Kota Bandung dapat terlihat bahwa wilayah Tegallega merupakan daerah dengan lokasi industri terpadat diantara 5 wilayah yang lainnya, yaitu wilayah Bojonegara, Cibeunying, Karees, Ujungberung dan Gedebage. Dengan jumlah total industri yang berada di wilayah Tegallega yaitu sekitar 251 industri, 14 berupa industri kimia dasar, 62 industri mesin dan logam dasar, 33 industri kecil dan sisanya 142 industri aneka industri. Diikuti kemudian


(14)

oleh wilayah Karees dengan jumlah industri yang ada sebesar 132. Sementara wilayah yang memiliki jumlah lokasi industri paling jarang di kota Bandung adalah wilayah Ujungberung, terbukti wilayah Ujungberung hanya memiliki 23 jumlah industri.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang setiap tahunnya memiliki perkembangan, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa alasan mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan yaitu, melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput wilayah yang luas. Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3 dimensi. Seperti yang dikatakan Lillesand dan Kiefer, (1994) Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah. Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik. Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan sebagainya. Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat, tepat dan akurat.


(15)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

Tujuan utama dalam penginderaan jauh yaitu untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungannya. Penginderaan jauh makin sering digunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan seperti, citra dapat dibuat dengan singkat meskipun wilayah yang menjadi sumber merupakan wilayah yang sulit untuk di tempuh, seperti yang dikatakan Mudhofir, (2010) teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi dan perencanaan.

Penginderaan jauh memiliki peranan yang sangat besar dalam sistem informasi data dan pengelolaannya. Peran tersebut antara lain yaitu untuk mendeteksi perubahan data dan pengembangan model di berbagai kepentingan, salah satu contohnya yaitu untuk kepentingan sektor industri.

Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan dalam penyajian data-data yang diperlukan dalam mengevaluasi lokasi industri, contohnya saja dengan penginderaan jauh dapat diperoleh peta kesesuian lahan untuk kawasan industri. Penginderaan jauh merupakan teknologi yang sangat penting dalam pengelolaan kawasan industri. Sehingga pembangunan wilayah-wilayah industri tidak berada di wilayah sembarang lahan, yang mungkin disebabkan masih kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan evaluasi penentuan lokasi industri. Dengan begitu diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor-investor tentang penggunaan lahan yang potensial untuk kawasan industri di Kota Bandung, khususnya wilayah Tegallega.


(16)

Perkembangan teknologi penginderaan jauh memiliki kemajuan yang signifikan, diantaranya perkembangan resolusi citra baik resolusi spasial maupun resolusi spektralnya. Menurut Sudarsono (2006), salah satu citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang tinggi adalah citra QuickBird mempunyai resolusi spasial 0.61 meter akan memberikan gambaran muka bumi yang lebih rinci. Resolusinya yang tinggi menampakan obyek-obyek permukaan yang jelas, seperti jaringan jalan, kepadatan bangunan, pola permukiman, dan sebagainya.

Kemampuan Penginderaan jauh yang menyediakan data spasial berupa citra beresolusi tinggi yaitu Quickbird dan analisis sistem informasi geografi yang akurat dapat digunakan untuk kajian perkotaan. Sehingga dalam proses evaluasi industri di wilayah Tegallega dapat dilakukan dengan baik menggunakan cara tersebut. Pembatasan analisis perkotaan yang akan dilakukan adalah pada permasalahan lokasi industri Kota Bandung dengan memanfaatkan data spasial pada citra Quickbird Kota Bandung tahun 2008. Pengolahan data akan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran industri di Kota Bandung yang ada pada citra Quickbird tersebut sehingga diperoleh data akurat mengenai evaluasi pola persebaran industri di wilayah Tegallega.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Selain berkedudukan sebagai dasar bagi kebijakan pemanfaatan ruang, RTRW juga memiliki kedudukan sebagai penyelaras strategi serta arahan


(17)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

kebijakan penataan ruang wilayah propinsi dengan kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam struktur dan pola tata ruang wilayah kota. Dan juga sebagai pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Selain memiliki kedudukan, RTRW juga memiliki berbagai macam fungsi, yaitu contohnya seperti Perumusan kebijakan pokok pembangunan dan pemanfaatan ruang, Pengarahan dan penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat. Penerbitan perijinan pembangunan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk wilayah yang belum diatur dalam rencana yang lebih rinci, serta sebagai pelaksana pembanguna dalam memanfaatkan ruang dalam kegiatan pembangunan.

Dalam pembangunan kawasan industri, RTRW juga sangat penting peranannya. Dikarenakan agar kawasan industri yang dikembangkan nantinya akan sesuai dengan tata ruang yang ada, sehingga dapat meminimalisasi dampak negatif dan sebaliknya dapat mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Dengan begitu maka sektor industri mampu untuk menarik peluang-peluang investasi yang ada bagi pengembangan industri daerah tersebut. Dengan demikian tujuan yang sebelumnya ditetapkan dalam peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 2009 tentang kawasan industri, seperti mengendalikan pemanfaatan ruang, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri, meningkatkan daya saing investasi, serta memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan pembangunan infrastruktur, yang terkoodinasi antar sektor terkait dapat terlaksana dengan baik dan sebagaimana mestinya yang sudah di tetapkan. (Mohamad, 2010)

Perkembangan suatu kawasan industri terkait dengan adanya pemilihan lokasi kawasan industri yang akan dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yang berada di wilayah lokasi kawasan industri tersebut.


(18)

Selain itu juga akan berdampak pada fungsi-fungi kawasan lainnya yang berada di sekitar lokasi industri tersebut.

Dalam mengembangkan suatu kawasan industri perlu diperhatikan juga kesesuaian tata ruang, karena dalam pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan dalam kawasan industri harus sesuai berdasarkan ketetapan rencana tata ruang wilayah yang ada. sehingga nantinya ada kesesuaian antara rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dengan rencana tata ruang wilayah provinsi. Dan arah pembangunan kawasan industri terebut menjadi pasti perkembangannya ke arah yang diinginkan.

Dengan memperhatikan RTRW dalam pengembangan wilayah industri dapat memberikan efesiensi dalam perkembangannya. Bagi pengguna kaveling akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah tertata dengan baik sehingga memiliki beberapa keuntungan seperti adanya bantuan proses perijinan dan juga tersedianya sarana dan prasarana. Bagi pemerintah sendiri akan menjadi lebih efesien dalam mengembangkan pembangunan prasarana yang mendukung untuk pengembangan wilayah industri.

Sehingga kebijakan struktur tata ruang dapat disusun ke dalam susunan yang dapat menunjang perkembangan kota yang terarah dan juga efesien, serta memiliki tingkatan pelanan yang baik. Sebagai contoh kebijakan struktur tata ruang kota dapat diarahkan dalam rangka mengurangi pemusatan wilayah-wilayah kegiatan di pusat kota.


(19)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis mencoba menarik

suatu masalah mengenai : “Pemanfaatan citra quickbird untuk evaluasi lokasi

industri di wilayah Tegallega berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota

Bandung.”

Dari masalah utama tersebut diperinci kembali menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana akurasi interpretasi lokasi bangunan industri dari citra Quickbird? 2. Bagaimana mengevaluasi kesesuaian antara lokasi industri di wilayah

Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega?

C. Tujuan Penelitian

Segala hal dilakukan tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dengan suatu penelitian yang memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Tujuan penelitian merupakan rumusan yang menunjukan adanya suatu hal yang hendak dicapai setelah penelitian selesai (Arikunto, 1996 : 52)

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis akurasi interpretasi lokasi bangunan industri dari citra Quickbird.

2. Mengevaluasi kesesuaian antara lokasi industri di wilayah Tegallega berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega.


(20)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang manfaat bagi ilmu pengetahuan (manfaat teoritis) serta sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan untuk bahan kajian dalam pembuatan keputusan-keputusan bagi perbaikan penggunaan lahan dimasa yang akan datang (manfaat praktis). Secara terperinci penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

Manfaat Teoritis

a. Sebagai pendalaman materi dan memperkaya pengetahuan penulis mengenai evaluasi lokasi industri.

b. Dapat memberikan sumbangan ilmu dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran Geografi.

Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan lokasi industri.

b. Sebagai informasi bagi perencanaan dan perancang kawasan industri yang berwawasan lingkungan dan mengeuntungkan.

c. Sebagai Aplikasi Penginderaan Jauh bidang perkotaan khususnya kajian industri.


(21)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadi kekeliruan makna bagi yang membaca skripsi ini, maka dari itu penulis membatasi pengertian dari judul yang penulis ambil yaitu sebagai berikut :

1. Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1994). Penginderaan jauh banyak diminati dan berkembang dengan pesat karena dianggap lebih efektif dan efisien dalam menganalisis objek dan fenomena di permukaan bumi.

2. Industri adalah bagian dari proses produksi, yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Perindustrian adalah kegiatan industri secara mekanik ataupun kimia, termasuk reparasi dan asembling atau perakitan. (Wardiatmoko, 2006)

3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Memasuki era otonomi, dimana setiap daerah diberikan kewenangan dalam mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangganya, RTRW sudah seharusnya menjadi dasar pengambilan kebijakan pembangunan pada setiap wilayah. (Rini, 2003)


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa data primer maupun sekunder.

Dalam penelitian ini yang digunakan, yaitu metode penginderaan jauh. Seperti yang diungkapkan Sutanto (1999), metode penginderaan jauh berupa metode analisis manual, yang terdiri atas dua teknik interpretasi yaitu interpretasi secara digital dan interpretasi secara visual. Metode penginderaan jauh dilakukan dengan interpretasi secara visual untuk memperoleh data tentang persebaran industri wilayah Tegallega.

Metode penginderaan jauh dilakukan dengan interpretasi secara visual untuk memperoleh data faktor-faktor persebaran industri di wilayah Tegallega, hal tersebut mempunyai beberapa keunggulan antara lain, data relatif cepat, validitas dapat dipercaya, dan teknologinya relatif terjangkau sehingga sangat baik digunakan untuk kajian perkotaan yang dinamis yang perlu dilakukan pemantauan atau monitoring dan merupakan bagian dari fenomena geografi berbasis spasial serta diharapkan dapat mengkaji masalah yang berhubungan dengan lokasi persebaran industri di wilayah Tegallega.


(23)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

B. Variabel Penelitian

Menurut (Arikunto, 1998), variabel adalah “objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Selanjutnya menurut (Bambang, 1987), variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori”.

Jadi variabel penelitian adalah objek kajian yang kita amati berdasarkan berbagai penilaian sehingga ada pembatasan kajian yang menjadi titik pusat. Dalam penelitian yang dilakukan titik pusat yang dijadikan batasan adalah factor-faktor pola persebaran industri di Kota Bandung yang bersumber dari data citra Quickbird tahun 2008. Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang menentukan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor pola persebaran industri di wilayah Tegallega. Sedangakan untuk variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan oleh variabel bebas, yaitu lokasi industri di Wilayah Tegallega.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pemanfaatan Lahan Jaringan Jalan Lokasi Pemasaran

Lokasi sumber tenaga kerja Rencana Tata Ruang Wilayah


(24)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini yakni seluruh industri yang ada di wilayah Tegallega.

2. Sampel

Penarikan sampel pada penelitian ini mengacu kepada peta satuan lahan yang diperoleh dari hasi Overlay dan sampel yang diambil adalah lokasi industri yang berada di wilayah Tegallega.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang digunakan untuk menghimpun data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapu teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain:

a. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data spasial data atribut dari instansi terkait untuk mendapatkan data yang relevan. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh melalui sumber tertulis, berasal dari literatur (kepustakaan) dan studi katalog citra, yang diuraikan sebagai berikut.

b. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mencari teori–teori tentang citra dan pengolahannya dari berbagai sumber baik dari internet, buku, artikel, karya tulis dan lain – lain.


(25)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu c. Studi Katalog Citra

Studi Katalog dimaksudkan untuk mempelajari dan memilih data-data citra yang akan digunakan sebagai data raster dalam pemetaan. Citra yang digunakan sebagai bahan penelitian dipilih citra yang beresolusi spasial tinggi yaitu citra Quickbird karena memudahkan interpreter untuk melihat kondisi jalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran industri yang diteliti dan bisa dipergunakan untuk pemetaan skala besar.

d. Interpretasi Citra Quickbird

Interpretasi citra Quickbird ini dilakukan dengan melakukan interpretasi secara visual pada citra Quickbird tahun 2008 yang meliputi: interpretasi klasifikasi penggunaan lahan dan mengidentifikasi faktor-faktor persebaran industri di Kecamatan Babakan Ciparay juga menghitungnya. Kegiatan interpretasi citra dilakukan berdasarkan delapan unsur interpretasi yaitu rona, bentuk, ukuran, pola, bayangan, tekstur, situs dan asosiasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara interpretasi citra penginderaan jauh dan kerja lapangan. Pengumpulan data dari citra penginderaan jauh diperoleh dari interpretasi on screen citra quickbird wilayah Kecamatan Babakan Ciparay. Interpretasi data penginderaan jauh ini berdasarkan unsur-unsur interpretasi, yairu rona/warna, pola, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, situs dan asosiasi.

Data yang disadap dari citra quickbird meliputi bentuk lahan, penggunaan lahan, kerawanan terhadap bahaya banjir, drainase, kedalaman air tanah, tekstur


(26)

tanah, jarak terhadap pemukiman, jarak terhadap gardu listrik, jarak terhadap jalan utama dan jarak terhadap sungai. Data yang diperoleh dari kerja lapangan yaitu daya dukung tanah. Data kemiringan lereng melalui digitasi garis kontur dari peta rupabumi yang kemudian dibuat model elevation digital. Data jaringan sentral telepon otomatis (STO) dan fasilitas kesehatan diperoleh dari peta tematik. Dipilihnya parameter tersebut dalam penelitian ini karena berasosiasi dengan persyaratan kawasan industri yang tertuang dalam Keppres No. 33 Tahun 1990, Keppres No. 41 Tahun 1996, penelitian Sutanto (1993) dan kriteria industri menurut Griefen (1975).

E. Teknik Pengolahan Data

Di dalam penelitian ini proses pengolahan dan analisis data terdiri atas lima tahap, yaitu.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan pengumpulan citra Quickbird Kota Bandung tahun 2008, data penunjang seperti peta rupa bumi, dan data sekunder. b. Survey Lapangan dan Pengolahan Data

Survey lapangan diadakan untuk mencocokan hasil interpretasi citra Quickbird dengan kenyataan langsung di lapangan. Adapun alat yang digunakan adalah GPS (Global Position System). Lokasi untuk survey diambil berdasarkan hasil interpretasi citra Quickbird terhadap lokasi persebaran industri di Kota Bandung yang dilihat dari faktor-faktornya.


(27)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu c. Reinterpretasi

Berikutnya reinterpretasi (interpretasi ulang) bertujuan untuk menilai ulang dan memperbaiki data awal yang salah setelah pengecekan lapangan serta menambah atribut yang kurang. Kegiatan ini meliputi pengolahan data pengamatan GPS, Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird, interpretasi ulang dan revisi peta-peta tematik dan penambahan informasi baru dari data lapangan dan data sekunder.

1) Pengolahan data pengamatan GPS

Pengolahan data pengamatan GPS secara post processing dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak TripWptManager v.4. Prosedur pengolahannya terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap editing data dan pengolahan. Tahap editing data dilakukan agar data pengamatan GPS tersebut siap digunakan untuk proses pengolahan, sedangkan tahap pengolahan digunakan untuk mendapatkan posisi definitif titik kontrol tanah dalam sistem koordinat UTM. 2) Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird

Uji ketelitian dilakukan dengan membandingkan antara hasil interpretasi citra Quickbird dengan kenyataan yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran lapangan. Ketelitian yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu ketelitian hasil kesesuaian interpretasi dan ketelitian pemetaan dalam penelitian ini menggunakan ketelitian hasil kesesuaian interpretasi. Dalam hal ini yang diuji adalah hasil kesesuaian interpretasi citra Quickbird yang didapat dari survey


(28)

lapangan dengan alat berupa tabel kesesuaian dan bukan luas unitnya. Tabel tersebut berisikan titik lokasi hasil interpretasi, lokasi survei dan koordinat.

Menurut Campbell (1983) dalam Danoedoro (2005) nilai ambang akurasi keseluruhan adalah sebesar 85 %. Nilai tersebut digunakan sebagai nilai minimum untuk diterimanya suatu pemetaan penutup/penggunaan lahan berbasis citra penginderaan jauh. Sedangkan ketelitian interpretasi atau klasifikasi menurut Jensen (Sutanto, 1999) merupakan fungsi dari tema studi, kesesuaian lokasi studi, karakteristik objek (jenis, ukuran, bentuk, distribusi), kemampuan sensor dan resolusi, metode klasifikasi.

Uji hasil ketelitian citra dalam penelitian ini menggunakan metode Short (Sutanto, 1999) yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.2. Matriks Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Kategori

Lapangan

Kategori Hasil

Interpretasi Jumlah Omisi Komisi Ketelitian Pemetaan

A B C D

A 25 5 10 3 43 18/43=42% 7/43=16% 25/25+18+7=50%

B 2 50 6 5 63 13/63=42% 11/63=17% 50/50+13+11=68

%

C 3 4 60 5 72 12/72=42% 18/72=25% 60/60+12+18=67

%

D 2 2 2 100 106 6/106=42% 13/106=12% 100/100+6+13=84

% Jumlah 32 61 78 113 284

Sumber : Short dalam Sutanto (1999) dengan perubahan. Keterangan A,B,C,D = Jenis Objek

Omisi = Jumlah semua pixel bukan X pada baris X Komisi = Jumlah semua pixel bukan X pada lajur X


(29)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

F. Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara interpretasi citra penginderaan jauh dan kerja lapangan. Pengumpulan data dari citra penginderaan jauh diperoleh dari interpretasi on screen citra quickbird wilayah Kota Bandung. Interpretasi data penginderaan jauh ini berdasarkan unsur-unsur interpretasi, yairu rona/warna, pola, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, situs dan asosiasi.

Data yang disadap dari citra quickbird meliputi bentuk lahan, penggunaan lahan, jarak ke pusat kota, jarak terhadap pemukimanm jaringan jalan yang melayani, jaringan fasilitas dan prasarana, jarak terhadap sungai atau sumber air bersih, pola tata guna lahan. Data kemiringan lereng melalui digitasi garis kontur dari peta rupabumi yang kemudian dibuat model elevation digital. Dipilihnya parameter tersebut dalam penelitian ini karena berasosiasi dengan persyaratan kawasan industri yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik indonesia Nomor : 35/M-IND/PER/3/2010, penelitian Sutanto (1993) dan kriteria industri menurut Griefen (1975).

Guna mencapai tujuan penelitian, maka analisis data yang digunakan sebagai berikut:

a. Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif merupakan penjabaran atau pemerian dalam arti melakukan penterjemahan faktual dan akurat tentang masalah-masalah dan potensi yang dijumpai atau dikenai dari hasil survey, kajian pustaka, observasi lapangan


(30)

maupun peta yang tersaji. Data yang terkumpul ini kemudian dituangkan dalam bentuk tabel frekuensi.

b. Analisa Peta

Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pola distribusi industri secara keruangan. Untuk mengetahui pola distribusi sentra – sentra industri baik industri besar maupun sedang di Wilayah Tegallega digunakan analisis tetangga terdekat. Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut : a) menentukan batas wilayah yang akan diselidiki ; b) mengubah pola persebaran objek dalam peta menjadi pola persebaran acak ; c) memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara menganalisanya ; d) mengukur jarak yang terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran jarak tersebut ; e) menghitung besar parameter tetangga terdekat (T) dengan menggunakan formula :

T : indeks penyebaran tetangga terdekat

ju : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat (Km)

jh : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random


(31)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

P : Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) sehinga menjadi

Parameter tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pada titik terhadap pola random. Untuk memperoleh u j digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.

Parameter tetangga terdekat (T) dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continum) untuk mempermudah perbandingan antara pola titik, yaitu : T = 0 untuk pola mengelompok

T = 1 untuk pola acak T = 2,15 untuk pola seragam


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Wilayah Tegallega merupakan kawasan perkotaan yang mengalami perubahan fisik yang cepat, seperti halnya kawasan utama perkotaan. Wilayah Tegallega mengalami pertumbuhan kepadatan bangunan yang cepat, khususnya industri. Untuk memantau keberadaan bangunan industri, digunakan data dari penginderaan jauh Citra Quickbird.

Citra Quickbird digunakan dalam penelitian ini karena resolusi spasial 0,6 meter, citra quickbird dapat menunjang dalam mengekstrak data kepadatan bangunan industri, selain mengekstrak data kepadatan bangunan, citra Quickbird juga dapat digunakan dalam mengevaluasi kesesuaian lokasi industri di Wilayah Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang diambil sebagai berikut :

1. Hasil Uji Ketelitian citra Quickbird dalam meninterpretasi data bangunan industri didapatkan hasil akurasi yaitu sebesar 98,2%, yang artinya data sangat akurat.

2. Hasil evaluasi kesesuaian lokasi antara lokasi industri di Wilayah Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega adalah menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Terbukti dari 114 bangunan


(33)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

industri, hanya 35% atau sekitar 40 bangunan yang berada sesuai ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah. Sisanya sebanyak 65% atau sekitar 74 bangunan menempati lahan yang tidak seharusnya seperti lahan untuk kawasan Ruang Terbuka Hijau atau lahan untuk kawasan permukiman

B. Rekomendasi

Setelah menganalisis dari hasil penelitian, maka ada beberapa pendapat yang mungkin bisa dipertimbangkan, yaitu :

1. Data kepadatan bangunan industri dapat diekstrak dari Citra Quickbird, dengan demikian akan memudahkan pihak terkait dalam halnya Dinas Tata Ruang Kota dalam memantau perkembangan bangunan industri yang akan ditempatkan. Sehingga tidak ada penyimpangan dari rencana semula membangun sebuah wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada.

2. Perlunya peningkatan sumber daya manusia dalam hal pemanfaatan teknologi penginderaan jauh, seperti perencanaan tata ruang kota, pengevaluasian kebijakan kebijakan pemerintah setempat. Sehingga masalah yang akan timbul dapat diminimalisirkan dari akarnya.

3. Dalam dunia pendidikan, baiknya setiap penelitian penginderaan jauh digunakan sebagai materi pengayaan untuk materi mata pelajaran geografi di SMA. Sehingga semakin cepat ilmu yang diajarkan akan semakin pula dapat diterapkan aplikasinya dalam kehidupan nyata.


(34)

(35)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Teori Lokasi Industri. Bengkulu. http://geografi-geografi.blogspot.com/ diakses tanggal 8 April 2011

Aini, Anisah, 2007. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. Yogyakarta Bahri, Saiful, 2007. Program Pasca Srajana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan

Kota Universitas Diponegoro. Evaluasi Lokasi Lahan Industri Di Kota Kragilan Kabupaten Serang. Semarang

Fahmi, Fikri Zul, 2009. Dampak Perkembangan Industri Kreatif Terhadap Pola Pembangunan Lahan Di Kota Bandung. http://fikriinformationcenter.wordpress.com/ diakses tanggal 22 Februari 2011

Godam64, 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis Dan Penggolongan Industri Di

Indonesia – Peerekonomian Bisnis. http://organisasi.org/ diakses tanggal 8 April

2011

Hidayat, Mohamad S., 2010. Pedoman Teknis Kawasan Industri. Jakarta

Inkantriani, Betha, P., 2008. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Indusri Genuk Semarang. Semarang

Kamsori, Erik, 2007. Pengembangan Industri Mebel Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Masyarakat Paseh Kabupaten Sumedang. GEA Vol. 7, No. 2. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS. Bandung

Lillesand dan Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. (Alih Bahasa oleh Dulbahri). Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Meurah, Cut, 2004. Penginderaan Jauh. Modul Geo.I.04

Mukti, Bayu, 2008. Memacu Pertumbuhan Industri Di Indonesia. http://www.bayumukti.com/ diakses tanggal 22 Februari 2011

Pemerintah Kota Bandung. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2013. Bandung

Pemerintah Kota Bandung. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung. Bandung

Pemerintah Kota Bandung. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung. Bandung


(36)

Prasetyo, Slamet E., 2007. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Evaluasi Persebaran Industri Di Kota Surakarta. Surakarta

Purwanda, Nanda, 2009. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Kajian Kepadatan Permukiman Di Kota Bandung. Bandung

Puspitosari, Dian, 2007. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pemanfaatan Citra Satelit SPOT5 Dalam Pemetaan Penggunaan Lahan Kecamatan Pedurung Kota Semarang. Semarang

Sajo, Daud, 2009. Klasifikasi Industri. Medan. http//:geografi-bumi.blogspot.com/ diakses tanggal 8 April 2011

Setyawati, Bernadeta, 2005. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penggunaan Citra Ikonos Dan Sistem Informasi Geografis Dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Di Kota Tasikmalaya. Yogyakarta

Sudarsono, D, Bambang, 2006. Ketelitian Citra Satelit Quickbird Untuk Perancangan Prasarana Wilayah. Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 1. Jurusan Teknik, Fakultas Teknik Sipil Unika Soegijapranata

Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh Jilid II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Somantri, Lili, 2008. Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Zonasi Kerentanan Kebakaran Permukiman (Kasus Di Kota Bandung Bagian Barat). Tesis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Undang - Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1984. Tentang Perindustrian. Jakarta DPR RI

Undang - Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Jakarta DPR RI

Waluyo, 2009. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kajian Lokasi Kawasan Industri Besar Dan Persebarannya Di Kota Salatiga. Surakarta


(1)

P : Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) sehinga menjadi

Parameter tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pada titik terhadap pola random. Untuk memperoleh u j digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.

Parameter tetangga terdekat (T) dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continum) untuk mempermudah perbandingan antara pola titik, yaitu : T = 0 untuk pola mengelompok

T = 1 untuk pola acak T = 2,15 untuk pola seragam


(2)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Wilayah Tegallega merupakan kawasan perkotaan yang mengalami perubahan fisik yang cepat, seperti halnya kawasan utama perkotaan. Wilayah Tegallega mengalami pertumbuhan kepadatan bangunan yang cepat, khususnya industri. Untuk memantau keberadaan bangunan industri, digunakan data dari penginderaan jauh Citra Quickbird.

Citra Quickbird digunakan dalam penelitian ini karena resolusi spasial 0,6 meter, citra quickbird dapat menunjang dalam mengekstrak data kepadatan bangunan industri, selain mengekstrak data kepadatan bangunan, citra Quickbird juga dapat digunakan dalam mengevaluasi kesesuaian lokasi industri di Wilayah Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang diambil sebagai berikut :

1. Hasil Uji Ketelitian citra Quickbird dalam meninterpretasi data bangunan industri didapatkan hasil akurasi yaitu sebesar 98,2%, yang artinya data sangat akurat.

2. Hasil evaluasi kesesuaian lokasi antara lokasi industri di Wilayah Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega adalah menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Terbukti dari 114 bangunan


(3)

industri, hanya 35% atau sekitar 40 bangunan yang berada sesuai ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah. Sisanya sebanyak 65% atau sekitar 74 bangunan menempati lahan yang tidak seharusnya seperti lahan untuk kawasan Ruang Terbuka Hijau atau lahan untuk kawasan permukiman

B. Rekomendasi

Setelah menganalisis dari hasil penelitian, maka ada beberapa pendapat yang mungkin bisa dipertimbangkan, yaitu :

1. Data kepadatan bangunan industri dapat diekstrak dari Citra Quickbird, dengan demikian akan memudahkan pihak terkait dalam halnya Dinas Tata Ruang Kota dalam memantau perkembangan bangunan industri yang akan ditempatkan. Sehingga tidak ada penyimpangan dari rencana semula membangun sebuah wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada.

2. Perlunya peningkatan sumber daya manusia dalam hal pemanfaatan teknologi penginderaan jauh, seperti perencanaan tata ruang kota, pengevaluasian kebijakan kebijakan pemerintah setempat. Sehingga masalah yang akan timbul dapat diminimalisirkan dari akarnya.

3. Dalam dunia pendidikan, baiknya setiap penelitian penginderaan jauh digunakan sebagai materi pengayaan untuk materi mata pelajaran geografi di SMA. Sehingga semakin cepat ilmu yang diajarkan akan semakin pula dapat diterapkan aplikasinya dalam kehidupan nyata.


(4)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Teori Lokasi Industri. Bengkulu. http://geografi-geografi.blogspot.com/

diakses tanggal 8 April 2011

Aini, Anisah, 2007. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. Yogyakarta Bahri, Saiful, 2007. Program Pasca Srajana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan

Kota Universitas Diponegoro. Evaluasi Lokasi Lahan Industri Di Kota Kragilan

Kabupaten Serang. Semarang

Fahmi, Fikri Zul, 2009. Dampak Perkembangan Industri Kreatif Terhadap Pola

Pembangunan Lahan Di Kota Bandung. http://fikriinformationcenter.wordpress.com/

diakses tanggal 22 Februari 2011

Godam64, 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis Dan Penggolongan Industri Di

Indonesia – Peerekonomian Bisnis. http://organisasi.org/ diakses tanggal 8 April

2011

Hidayat, Mohamad S., 2010. Pedoman Teknis Kawasan Industri. Jakarta

Inkantriani, Betha, P., 2008. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Indusri Genuk

Semarang. Semarang

Kamsori, Erik, 2007. Pengembangan Industri Mebel Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan

Motivasi Berprestasi Masyarakat Paseh Kabupaten Sumedang. GEA Vol. 7, No. 2.

Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS. Bandung

Lillesand dan Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. (Alih Bahasa oleh Dulbahri). Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Meurah, Cut, 2004. Penginderaan Jauh. Modul Geo.I.04

Mukti, Bayu, 2008. Memacu Pertumbuhan Industri Di Indonesia.

http://www.bayumukti.com/ diakses tanggal 22 Februari 2011

Pemerintah Kota Bandung. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2013. Bandung

Pemerintah Kota Bandung. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung. Bandung

Pemerintah Kota Bandung. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung. Bandung


(6)

Afrizal Fadhilah, 2013

Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega

Prasetyo, Slamet E., 2007. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Evaluasi Persebaran Industri Di Kota Surakarta. Surakarta

Purwanda, Nanda, 2009. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Kajian

Kepadatan Permukiman Di Kota Bandung. Bandung

Puspitosari, Dian, 2007. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Pemanfaatan Citra Satelit SPOT5 Dalam Pemetaan Penggunaan Lahan Kecamatan Pedurung Kota Semarang. Semarang

Sajo, Daud, 2009. Klasifikasi Industri. Medan. http//:geografi-bumi.blogspot.com/ diakses tanggal 8 April 2011

Setyawati, Bernadeta, 2005. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penggunaan Citra Ikonos Dan Sistem Informasi Geografis Dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Di Kota Tasikmalaya. Yogyakarta

Sudarsono, D, Bambang, 2006. Ketelitian Citra Satelit Quickbird Untuk Perancangan

Prasarana Wilayah. Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 1. Jurusan Teknik, Fakultas

Teknik Sipil Unika Soegijapranata

Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh Jilid II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Somantri, Lili, 2008. Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Untuk

Zonasi Kerentanan Kebakaran Permukiman (Kasus Di Kota Bandung Bagian Barat).

Tesis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Undang - Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1984. Tentang Perindustrian. Jakarta DPR RI

Undang - Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Jakarta DPR RI

Waluyo, 2009. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kajian Lokasi

Kawasan Industri Besar Dan Persebarannya Di Kota Salatiga. Surakarta


Dokumen yang terkait

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Industri di Wilayah Pengembangan Industri Kabupaten Karawang.

0 2 15

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Industri di Wilayah Pengembangan Industri Kabupaten Karawang.

0 3 15

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Kota Salatifa Tahun 2010-2014 Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

0 2 15

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Kota Salatifa Tahun 2010-2014 Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

4 9 17

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA.

1 3 30

pemanfaatan citra satelit quickbird untuk evaluasi pelaksanaan rncana detail tata ruang kota yogyaka

0 1 15

Pemanfaatan Citra SatelitWorldview dan SIG untuk Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terhadap Rencana Detail Tata Ruang Sebagian Kota Wates Tahun 2003 - 2013 Kabupaten Kulon Progo

0 0 10

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI DAN PISANG KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN Wisnu Narindra Putra wisnunarindraputrayahoo.com Totok Gunawan totokgunawanyahoo.com Abstract - PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI

0 0 6

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI PERSEBARAN KAWASAN PERUMAHAN TIDAK BERSUSUN OLEH PENGEMBANG TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN Ervan Primanda ervanprimandayahoo.com Suharyadi suharyadirugm.ac.id Iswari Nur

0 1 10

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DAN STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TOLITOLI

0 2 10