MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS BAGI SISWA KELAS VIII SMP SWASTA PRAYATNA MEDAN T.A 2013/2014.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada
Materi Prisam dan Limas Bagi Siswa kelas VIII SMP Swasta Prayatna Medan
T.A 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Dr. KMS. M Amin Fauzi, M.Pd dan Bapak
Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs.
Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si
selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak
Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA
UNIMED dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Swasta Prayatna Medan,
Bapak A. Kadir Siregar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, guru bidang studi Matematika Ibu Sity Aminah Batubara,
S.Pd dan para guru SMP Swasta Prayatna Medan beserta siswa – siswi kelas VIII6 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembaran Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Diagram
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
6
1.3. Batasan Masalah
7
1.4. Rumusan Masalah
7
1.5. Tujuan Penelitian
8
1.6. Manfaat Penelitian
8
1.7. Defenisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1. Kerangka Teoritis
11
2.1.1. Hakekat Belajat
11
2.1.2. Pembelajaran Matematika
13
2.1.3. Hasil Belajar
14
2.1.4. Aktivitas Belajar
16
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif
21
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe SFAE
26
2.1.6.1. Pengertian Model Pembelajaran SFAE
26
2.1.6.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran SFAE
32
vii
2.2. Materi Prisma dan Limas
36
2.3. Pembelajaran Prisma dan Limas dengan Model Pembelajran SFAE
40
2.4. Penelitian yang Relevan
43
2.5. Kerangka Konseptual
44
2.6. Hipotesis Tindakan
45
BAB III METODE PENELITIAN
46
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
46
3.1.1. Lokasi Penelitian
46
3.1.2. Waktu Penelitian
46
3.2. Subjek dan Objek Penenlitian
46
3.2.1. Subjek Penelitian
46
3.2.2. Objek Penelitian
46
3.3. Jenis Penelitian
46
3.4. Prosedur Penelitian
46
3.5. Alat Pengumpulan data
51
3.5.1. Lembar Observasi
51
3.5.2. Tes
54
3.6. Analisis Data
55
3.6.1. Reduksi Data
55
3.6.2. Interpretasi Hasil
55
3.6.3. Menarik Kesimpulan
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELTIAN
60
4.1. Hasil Penelitian
60
4.1.1. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I
60
4.1.2. Alternatif Pemecahan I
62
4.1.3. Pelaksanaan Penelitian I
62
4.1.4. Analisis Data I
66
4.1.4.1. Hasil Observasi I
66
4.1.4.2. Hasil Tes Belajar I
68
4.1.4.3. Refleksi I
72
viii
4.1.5. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus II
73
4.1.6. Alternatif Pemecahan II
73
4.1.7. Pelaksanaan Penelitian II
74
4.1.8. Analisis Data II
80
4.1.8.1. Hasil Observasi II
80
4.1.8.2. Hasil Tes Belajar II
81
4.1.8.3. Refleksi II
86
4.2. Temuan penelitian
86
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
95
5.1. Kesimpulan
95
5.2. Saran
96
DAFTAR PUSTAKA
97
ix
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator/Aspek yang Diamati pada Aktivitas Siswa
19
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
23
Tabel 2.3. Kelebihan dan Kekurangan Model SFAE
32
Tabel 2.4. Aktivitas dalam Model SFAE
34
Tabel 3.1. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa 53
Tabel 3.2. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran
56
Tabel 3.3. Tingkat Penguasaan siswa
57
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Awal yang Diberikan Kepada Siswa
60
Tabel 4.2. Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran I
66
Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa 67
Tabel 4.4. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siswa I
68
Tabel 4.5. Paparan Nilai Tes Hasil Belajar I
70
Tabel 4.6. Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran II
80
Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa 81
Tabel 4.8. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siswa II
82
Tabel 4.9. Paparan Nilai Tes Hasil Belajar II
83
Tabel 4.10.Rekap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari siklus I ke
siklus II
88
Tabel 4.11.Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II 90
Tabel 4.12 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I ke
Siklus II
Tabel 4.13 Hasil Penelitian dari Siklus I ke Siklus II
91
93
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Segitiga Dedaktis
28
Gambar 2.2. Jaring-jaring Prisma Segitiga
37
Gambar 2.3. Jaring-jaring Limas Segitiga
38
Gambar 2.4. Volume Limas
39
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
51
xi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari Siklus I ke
Siklus II
Diagram 4.2
91
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I
ke Siklus II
92
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
99
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
104
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
108
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV
114
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I
119
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II
125
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III
130
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV
136
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I
141
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II
145
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III
148
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV
152
Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Awal
155
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I
156
Lampiran 15. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II
157
Lampiran 16. Lembar Validitas Soal Tes Awal
158
Lampiran 17. Lembar Validitas Soal Tes Hasil belajar I
161
Lampiran 18. Lembar Validitas Soal Tes Hasil Belajar II
164
Lampiran 19. Tes Awal
167
Lampiran 20. Tes Hasil Belajar I
169
Lampiran 21. Tes Hasil Belajar II
171
Lampiran 22. Pedoman Penskoran Tes Awal
172
Lampiran 23. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I
174
Lampiran 24. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II
176
Lampiran 25. Pedoman Penskoran Aktivitas Belajar Siswa
178
Lampiran 26. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
180
Lampiran 27. Persentase Aktivitas Siswa (Pas) Siklus I
186
Lampiran 28. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
189
xiii
Lampiran 29. Persentase Aktivitas Siswa (Pas) Siklus II
195
Lampiran 30. Lembar Observasi Proses Pembelajaran
198
Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian
206
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mendukung pembangunan
di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut terasa
semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Trianto,
2011:5) mengemukakan bahwa:
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan
para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menduduki peran
penting dalam pendidikan karena dilihat dari waktu yang digunakan dalam
pelajaran matematika disekolah, lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya. Serta pelaksanaan pendidikan diberikan pada semua jenjang
pendidikan yang dimulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Cockroft (dalam
Abdurrahman, 2009: 253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar
matematika:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
2
Kenyataan yang diperoleh berdasarkan hasil kajian Kurniawan (dalam Jurnal PTK
hasil Workshop MGMP Matematika Wilbi 1 Kab. Lebak /www.kompasiana.com)
menyatakan:
Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa
karena matematika merupakan ilmu yang abstrak berdasarkan hal yang
konkrit, yang terstruktur urutan maupun dalam bentuk penyajiannya.
Dalam pembelajaran matematika terjadi rendahnya hasil belajar siswa
terhadap matematika, selain alasan diatas rendahnya hasil belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor Model pembelajaran dan
metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Faktor guru yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain
penampilan, cara berbicara dan cara mengajarnya yang membosankan
yang secara langsung akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis siswa.
Model pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa karena bila salah memilihnya siswa dapat merasa bosan
bahkan bisa tidak mengerti sama sekali dengan materi yang disampaikan
pada saat pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan karena siswa
menganggap matematika pelajaran yang sulit. Abdurrahman (2009 : 252)
mengungkapkan : “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang paling sulit oleh para siswa, baik yang
berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi yang berkesulitan belajar”.
Kenyataan ini sejalan dengan hasil Pelaksanaan observasi yang
dilaksanakan di SMP Swasta Prayatna Medan. Observasi dilaksanakn pada kelas
VIII-6, Jumlah Siswa sebanyak 40 siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu guru matematika kelas VIII-6
yaitu Ibu Sity Aminah Batubara (dalam wawancara 29 Januari 2014 di SMP
Swasta Prayatna Medan) bahwa : “ Hasil belajar matematika siswa kelas VIII-6
di kategorikan rendah. Salah satu materi dalam matematika yang sulit bagi siswa
kelas VIII-6 adalah Prisma dan Limas”. Ibu Sity Aminah Batubara (dalam
wawancara 29 januari 2014) menyatakan :
Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari prisma dan limas. Siswa
belum dapat memahami konsep prisma dan limas, serta belum dapat
menentukan sifat-sifat prisma dan limas, menentukan jaring-jaring prisma
dan limas, dan menghitung luas permukaan dan volume prisma dan limas.
serta siswa juga masih belum mampu menyelesaikan soal tentang prisma
dan limas. Karena dalam belajar siswa masih kurang termotivasi dan
berminat untuk memepelajari matematika khusunya pada materi prisma
3
dan limas. Sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai nilai ketuntasan
KKM 70.
Berdasarkan hal diatas, peneliti juga mengambil data nilai semester ganjil
kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan melalui guru bidang studi matematika,
didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa masih di kategorikan rendah
berdasarkan nilai semester ganjil terhadap 40 siswa, diperoleh 16 siswa dengan
persentase nilai hasil belajar 40% dari jumlah siswa memperoleh skor sangat
rendah, 21 siswa dengan persentase 52,5% dari jumlah siswa memperoleh skor
rendah, 3 siswa dengan persentase 7,5% dari jumlah siswa memperoleh skor
sedang, dan tidak ada siswa yang memperoleh skor tinggi. Dengan nilai rata-rata
51,38. Sedangkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, serta
nilai itu belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara klasikal yaitu sekitar
85% dari keseluruhan siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII-6 masih sangat rendah dan kurang baik.
Dalam serangkaian proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang penting, hal itu berarti berhasil atau tidaknya
tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas. Diharapkan dengan proses belajar mengajar
matematika siswa yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa tersebut.
Namun, permasalahan yang sering muncul sampai saat ini adalah ketidak
aktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah.
Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam
kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan dari siswa
kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Keinginan dan
aktivitas siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar cenderung menurun dan
kurang diperhatikan.
Kondisi seperti ini membuat siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran
matematika, padahal beberapa faktor yang mempengaruhi siswa tertarik pada
matematika adalah minat, hasrat dan cita–cita siswa itu sendiri, kemudian disusul
4
faktor–faktor berikutnya yaitu faktor guru di dalam mengajar, kelengkapan buku–
buku yang dimiliki siswa, kondisi siswa, kondisi kelas, serta dorongan orang tua.
Kondisi siswa merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar untuk dapat mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini kondisi siswa yang dimaksud adalah aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Ahmad (2004:6) menyatakan bahwa :
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik
yang memiliki aktivitas psikis ( kejiwaan ) adalah, jika daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran.
Hal diatas senada dengan pendapat Sardirman (2009:97) bahwa “Dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas proses belajar tidak
mungkin berlansung dengan baik”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta
didik dalam kegiatan belajar memiliki aktivitas fisik dan psikis yang baik.
Kenyataan yang diperoleh dari hasil wawancara oleh guru matemtika yaitu
ibu Sity Aminah Batubara menyatakan bahwa :” Aktivitas belajar matematika
siswa VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan masih rendah kebanyakan siswa hanya
memperhatikan tanpa mau bertanya”.
Hal diatas didukung ketika peneliti observasi di kelas VIII-6 SMP Swasta
Prayatna Medan melihat berbagai aktivitas mereka ketika proses belajar mengajar
berlansung. Mayoritas siswa tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan
didepan. Siswa tersebut memilih dengan kegiatan mereka masing-masing seperti
berbicara dengan teman sebangkunya atau mencatat yang mengakibatkan siswa
cenderung menjadi pasif. Dengan kondisi kelas kurang kondusif, hanya siswa
yang berada duduk didepan dapat mengikuti proses pembelajaran yang
berlansung. Dari keseluruhan siswa dalam satu kelas hanya 5 orang yang mampu
mengerjakan soal yang diberikan guru di papan tulis.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas siswa rendah
adalah model pembelajaran. Model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil
belajar dan aktivitas siswa, jika seorang guru kurang tepat menggunakan model
5
pembelajaran dalam belajar, maka akan berdampak pada siswa, seperti: hasil
belajar dan aktivitas siswa yang tidak memuaskan, pasifnya siswa dalam belajar,
kurangnya siswa untuk berpikir dalam belajar. Semua itu terjadi karena siswa
merasa bosan dengan model pembelajaran dan materi yang diajarkan guru tidak
sesuai.
Hal di atas sejalan dengan hasil wawancara oleh seorang guru matematika
kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna medan, menyatakan: ”selama ini guru
melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan metode ceramah dan Tanya
jawab. Guru juga menyuruh siswa mencatat dan mengerjakan soal saja dan guru
juga mengatakan bahawa metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)
belum pernah beliau terapkan dalam proses KBM ”.
Penerapan metode dan model pembelajaran yang tepat sangat diperlukan
demi keberhasilan proses pendidikan dan usaha pembelajaran di sekolah. Seperti
diungkapkan Slameto (2010 : 65) mengemukakan :
Metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap
mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga kurang senang terhadap
pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar dan mencatat
materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Sejalan dengan itu dari observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa,
diperoleh minat yang sangat kurang dan perhatian pada pelajaran matematika
yang rendah. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika,
kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah, dengan membagikan angket.
Dari 40 orang siswa yang mengisi angket diperoleh data sebagai berikut: Pendapat
siswa tentang mata pelajaran matematika yakni, 30 orang siswa kurang
menggemari pelajaran matematika,13 orang menyatakan matematika merupakan
pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan dan 15 siswa menyatakan biasa
saja. Sedangkan pendapat siswa mengenai pelajaran matematika selama ini
dilakukan dengan mencatat dan mengerjakan soal terdapat 38 siswa.
6
Jika permasalahan tersebut masih terus berlangsung, maka akan
mengakibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar menjadi terhambat. Siswa
akan beranggapan bahwa belajar matematika bukanlah kebutuhan, melainkan
hanya sebagai tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan
makna dari pelajaran matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan agar menjadi lebih aktif dengan menjadikan setiap
siswa sebagai fasilitator dan penjelas pada setiap pencapaian kompetensi yang
sebelumnya guru jelaskan. Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah
model pembelajaran yang menempatkan siswa untuk mempresentasikan ide pada
siswa lainnya, sehingga setiap siswa dapat melatih kecakapan berbicara secara
individu dan memberikan ide-ide baru dari siswa yang dapat melatih dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah di uraikan diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN AKTIVITAS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI PRISMA
DAN LIMAS BAGI SISWA KELAS VIII SMP SWASTA PRAYATNA MEDAN
T.A 2013/2014”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1.
Hasil belajar matematika siswa masih rendah berdasarkan nilai matematika
semester ganjil siswa kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan.
2.
Aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna
Medan masih rendah kebanyakan siswa hanya memperhatikan tanpa mau
bertanya.
7
3.
Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa kelas
VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan.
4.
Siswa masih belum mampu menyelesaikan soal prisma dan limas serta
memahami konsep sifat-sifat, luas, dan volume prisma dan limas.
5.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining
(SFAE) dalam mata pelajaran matematika belum pernah diterapkan di
kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan.
1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
permasalahan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran pada materi prisma dan
limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) untuk
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah :
1.
Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada
materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan T.A
2013/2014?
2.
Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada
materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan T.A
2013/2014 ?
3.
Bagaimana peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining
(SFAE) pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna
Medan T.A 2013/2014 ?
8
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua
permasalahan pokok penelitian yaitu :
1.
Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Facilitator
and
Explaining
(SFAE)
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII6 SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2013/2014.
2.
Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Facilitator
and
Explaining
(SFAE)
dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6
SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2013/2014.
3.
Untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and
Explaining (SFAE) pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta
Prayatna Medan T.A 2013/2014.
1.6.Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya
sebagai berikut :
1.
Bagi siswa
Sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran
matematika melalui model Student Facilitator and Explaining (SFAE)
2.
Bagi calon guru / guru matematika
Sebagai bahan informasi mengenai model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining (SFAE)
3.
Bagi pihak sekolah
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan
kualitas kegiatan belajar – mengajar matematika di SMP Swasta Prayatna
Medan.
9
4.
Bagi peneliti
Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam
menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan
datang.
1.7. Definisi Operasional Variabel
1.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu proses
seseorang yang berusaha untuk memperoleh tingkah laku yang relatif
menetap sebagai hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi
dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti
guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi
anak dan pencapaian tujuan belajar dengan menggunakan bahan apersepsi
yaitu telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan
pelajaran baru.
2.
Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut. Aktivitas belajar siswa juga tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik
tetapi juga termasuk meliputi aktivitas yang bersifat psikis dan mental serta
sikap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Peningkatan aktivitas
siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat secara aktif belajar,
bertanya dan menjawab serta saling berinteraksi untuk membahas materi
pembelajaran.
3.
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang
logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat
dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsure yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya
10
adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah
suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4.
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang
sama dan sebangun (kongruen) dan sejajar. Sedangkan limas adalah bangun
ruang yang dibatasi oleh segitiga ataupun segibanyak sebagai alas dan
beberapa bidang berbentuk segitiga sebagai bidang tegak yang bertemu pada
satu titik puncak.
5.
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFAE)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Interaksi siswa
yang maksimal akan mempengaruhi aktivitas siswa dalam pembelajaran,
semakin tinggi aktivitas yang dilakukan siswa maka hal ini akan
memungkinkan semakin tinggi juga tingkat pemahaman siswa terhadap
pelajaran yang telah dipelajarinya. model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining (SFAE) ini adalah model pembelajaran yang dapat melatih
dan
menekankan
keberanian
siswa
untuk
berbicara
menyampaikan
pendapatnya siswa melalui mempresentasekan pendapat / ide / gagsannya
didepan siswa lalu memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan
kepada rekan – rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi
pada siswa.
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diproleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator
and Explaining ditunjukkan dari banyak siswa yang mengalami
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 36 siswa dari
40 siswa atau 90%.
2) Peningkatan aktivitas belajar siswa yang ditunjukan dari pertambahan
persentase siswa yang sekurang-kurangnya berada pada kategori aktif
yaitu sebesar 20% dari 57,5% pada siklus I menjadi 77,5% pada siklus
II. Hal ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang kurang aktif 15
orang dan siklus II jumlah siswa yang kurang aktif tidak ada, untuk
siswa yang cukup aktif pada siklus I ada sebanyak 2 orang dan pada
siklus II ada 9 orang, untuk siswa yang aktif pada siklus I ada 23 orang
dan pada siklus II 26 orang, untuk siswa yang sangat aktif pada siklus I
tidak ada dan pada siklus II ada 5 orang.
3) Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining secara
klasikal sebesar 32,5% dari 55% pada siklus I manjadi 87,5%. Hal ini
dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar ada
sebanyak 22 orang sedangkan pada siklus II ada sebanyak 35 orang.
Sementara itu rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 63,5 dan
meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 71.625.
untuk nilai terendah pada siklus I adalah 37 sebanyak 1 orang dan pada
siklus II nilai terendah adalah 49 sebanyak 1 orang, dan nilai tertinggi
pada siklus II adalah 91 sebanyak 1 orang, sementara pada siklus II
tertinggi adalah 92 sebannyak 1 orang.
96
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan dapat menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining
dengan langakah-langkah pembelajarannya yaitu: penyampaian tujuan
pembelajaran, penyajian materi, memberi kesempatan kepada siswa
menjelaskan
ide
dan
pendapat,
memperhatikan
penjelasan
yang
disampaikan oleh siswa, dan menarik kesimpulan pada materi Prisma dan
Limas atau materi lain dengan memperhatikan yang menjadi kelebihankelibihan atau temuan peneiti agar pembelajaran menjadi lebih menarik
dan
menyenangkan
sehingga
siswa
lebih
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran.
2. Kepala sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan model – model pembelajaran di sekolah dalam bentuk
mini riset untuk dijadikan riset berskala besar.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis diharapkan
mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu mengembangkan
penelitian
dan
mempertimbangkan
mempersiapkan
3
hal
yaitu:
model
pembelajaran
1).Keefisiensian
waktu
dengan
dalam
pengelolahan kelas, 2).Proses pembelajaran yang ideal, dan 3).Ketuntasan
belajar siswa dikelas secara klasikal.
4. Kepada siswa agar lebih aktif selama pembelajaran, dan menunjukkan rasa
percaya diri dan mau bertanya kepada guru atau temannya serta mau
mengulang pelajaran yang telah dipelajari.
ii
RIWAYAT HIDUP
Vera Mitah Ningrum dilahirkan di Pematang Siantar, pada tanggal 02
Januari 1993. Ayah bernama Sizulkirman Chaniago dan Ibu bernama Yuspik
Helmi Koto serta merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997,
penulis masuk di sebuah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Lampahan Aceh Tengah
dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 1
Kutacane dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Kutacane dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu pada
tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Perisai Kutacane dan
lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada
Materi Prisam dan Limas Bagi Siswa kelas VIII SMP Swasta Prayatna Medan
T.A 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Dr. KMS. M Amin Fauzi, M.Pd dan Bapak
Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs.
Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si
selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak
Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA
UNIMED dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Swasta Prayatna Medan,
Bapak A. Kadir Siregar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, guru bidang studi Matematika Ibu Sity Aminah Batubara,
S.Pd dan para guru SMP Swasta Prayatna Medan beserta siswa – siswi kelas VIII6 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembaran Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Diagram
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
6
1.3. Batasan Masalah
7
1.4. Rumusan Masalah
7
1.5. Tujuan Penelitian
8
1.6. Manfaat Penelitian
8
1.7. Defenisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1. Kerangka Teoritis
11
2.1.1. Hakekat Belajat
11
2.1.2. Pembelajaran Matematika
13
2.1.3. Hasil Belajar
14
2.1.4. Aktivitas Belajar
16
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif
21
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe SFAE
26
2.1.6.1. Pengertian Model Pembelajaran SFAE
26
2.1.6.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran SFAE
32
vii
2.2. Materi Prisma dan Limas
36
2.3. Pembelajaran Prisma dan Limas dengan Model Pembelajran SFAE
40
2.4. Penelitian yang Relevan
43
2.5. Kerangka Konseptual
44
2.6. Hipotesis Tindakan
45
BAB III METODE PENELITIAN
46
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
46
3.1.1. Lokasi Penelitian
46
3.1.2. Waktu Penelitian
46
3.2. Subjek dan Objek Penenlitian
46
3.2.1. Subjek Penelitian
46
3.2.2. Objek Penelitian
46
3.3. Jenis Penelitian
46
3.4. Prosedur Penelitian
46
3.5. Alat Pengumpulan data
51
3.5.1. Lembar Observasi
51
3.5.2. Tes
54
3.6. Analisis Data
55
3.6.1. Reduksi Data
55
3.6.2. Interpretasi Hasil
55
3.6.3. Menarik Kesimpulan
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELTIAN
60
4.1. Hasil Penelitian
60
4.1.1. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I
60
4.1.2. Alternatif Pemecahan I
62
4.1.3. Pelaksanaan Penelitian I
62
4.1.4. Analisis Data I
66
4.1.4.1. Hasil Observasi I
66
4.1.4.2. Hasil Tes Belajar I
68
4.1.4.3. Refleksi I
72
viii
4.1.5. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus II
73
4.1.6. Alternatif Pemecahan II
73
4.1.7. Pelaksanaan Penelitian II
74
4.1.8. Analisis Data II
80
4.1.8.1. Hasil Observasi II
80
4.1.8.2. Hasil Tes Belajar II
81
4.1.8.3. Refleksi II
86
4.2. Temuan penelitian
86
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
95
5.1. Kesimpulan
95
5.2. Saran
96
DAFTAR PUSTAKA
97
ix
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator/Aspek yang Diamati pada Aktivitas Siswa
19
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
23
Tabel 2.3. Kelebihan dan Kekurangan Model SFAE
32
Tabel 2.4. Aktivitas dalam Model SFAE
34
Tabel 3.1. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa 53
Tabel 3.2. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran
56
Tabel 3.3. Tingkat Penguasaan siswa
57
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Awal yang Diberikan Kepada Siswa
60
Tabel 4.2. Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran I
66
Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa 67
Tabel 4.4. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siswa I
68
Tabel 4.5. Paparan Nilai Tes Hasil Belajar I
70
Tabel 4.6. Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran II
80
Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa 81
Tabel 4.8. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siswa II
82
Tabel 4.9. Paparan Nilai Tes Hasil Belajar II
83
Tabel 4.10.Rekap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari siklus I ke
siklus II
88
Tabel 4.11.Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II 90
Tabel 4.12 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I ke
Siklus II
Tabel 4.13 Hasil Penelitian dari Siklus I ke Siklus II
91
93
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Segitiga Dedaktis
28
Gambar 2.2. Jaring-jaring Prisma Segitiga
37
Gambar 2.3. Jaring-jaring Limas Segitiga
38
Gambar 2.4. Volume Limas
39
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
51
xi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari Siklus I ke
Siklus II
Diagram 4.2
91
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I
ke Siklus II
92
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
99
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
104
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
108
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV
114
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I
119
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II
125
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III
130
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV
136
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I
141
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II
145
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III
148
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV
152
Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Awal
155
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I
156
Lampiran 15. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II
157
Lampiran 16. Lembar Validitas Soal Tes Awal
158
Lampiran 17. Lembar Validitas Soal Tes Hasil belajar I
161
Lampiran 18. Lembar Validitas Soal Tes Hasil Belajar II
164
Lampiran 19. Tes Awal
167
Lampiran 20. Tes Hasil Belajar I
169
Lampiran 21. Tes Hasil Belajar II
171
Lampiran 22. Pedoman Penskoran Tes Awal
172
Lampiran 23. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I
174
Lampiran 24. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II
176
Lampiran 25. Pedoman Penskoran Aktivitas Belajar Siswa
178
Lampiran 26. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
180
Lampiran 27. Persentase Aktivitas Siswa (Pas) Siklus I
186
Lampiran 28. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
189
xiii
Lampiran 29. Persentase Aktivitas Siswa (Pas) Siklus II
195
Lampiran 30. Lembar Observasi Proses Pembelajaran
198
Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian
206
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mendukung pembangunan
di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut terasa
semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Trianto,
2011:5) mengemukakan bahwa:
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan
para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menduduki peran
penting dalam pendidikan karena dilihat dari waktu yang digunakan dalam
pelajaran matematika disekolah, lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya. Serta pelaksanaan pendidikan diberikan pada semua jenjang
pendidikan yang dimulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Cockroft (dalam
Abdurrahman, 2009: 253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar
matematika:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
2
Kenyataan yang diperoleh berdasarkan hasil kajian Kurniawan (dalam Jurnal PTK
hasil Workshop MGMP Matematika Wilbi 1 Kab. Lebak /www.kompasiana.com)
menyatakan:
Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa
karena matematika merupakan ilmu yang abstrak berdasarkan hal yang
konkrit, yang terstruktur urutan maupun dalam bentuk penyajiannya.
Dalam pembelajaran matematika terjadi rendahnya hasil belajar siswa
terhadap matematika, selain alasan diatas rendahnya hasil belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor Model pembelajaran dan
metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Faktor guru yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain
penampilan, cara berbicara dan cara mengajarnya yang membosankan
yang secara langsung akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis siswa.
Model pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa karena bila salah memilihnya siswa dapat merasa bosan
bahkan bisa tidak mengerti sama sekali dengan materi yang disampaikan
pada saat pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan karena siswa
menganggap matematika pelajaran yang sulit. Abdurrahman (2009 : 252)
mengungkapkan : “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang paling sulit oleh para siswa, baik yang
berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi yang berkesulitan belajar”.
Kenyataan ini sejalan dengan hasil Pelaksanaan observasi yang
dilaksanakan di SMP Swasta Prayatna Medan. Observasi dilaksanakn pada kelas
VIII-6, Jumlah Siswa sebanyak 40 siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu guru matematika kelas VIII-6
yaitu Ibu Sity Aminah Batubara (dalam wawancara 29 Januari 2014 di SMP
Swasta Prayatna Medan) bahwa : “ Hasil belajar matematika siswa kelas VIII-6
di kategorikan rendah. Salah satu materi dalam matematika yang sulit bagi siswa
kelas VIII-6 adalah Prisma dan Limas”. Ibu Sity Aminah Batubara (dalam
wawancara 29 januari 2014) menyatakan :
Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari prisma dan limas. Siswa
belum dapat memahami konsep prisma dan limas, serta belum dapat
menentukan sifat-sifat prisma dan limas, menentukan jaring-jaring prisma
dan limas, dan menghitung luas permukaan dan volume prisma dan limas.
serta siswa juga masih belum mampu menyelesaikan soal tentang prisma
dan limas. Karena dalam belajar siswa masih kurang termotivasi dan
berminat untuk memepelajari matematika khusunya pada materi prisma
3
dan limas. Sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai nilai ketuntasan
KKM 70.
Berdasarkan hal diatas, peneliti juga mengambil data nilai semester ganjil
kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan melalui guru bidang studi matematika,
didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa masih di kategorikan rendah
berdasarkan nilai semester ganjil terhadap 40 siswa, diperoleh 16 siswa dengan
persentase nilai hasil belajar 40% dari jumlah siswa memperoleh skor sangat
rendah, 21 siswa dengan persentase 52,5% dari jumlah siswa memperoleh skor
rendah, 3 siswa dengan persentase 7,5% dari jumlah siswa memperoleh skor
sedang, dan tidak ada siswa yang memperoleh skor tinggi. Dengan nilai rata-rata
51,38. Sedangkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, serta
nilai itu belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara klasikal yaitu sekitar
85% dari keseluruhan siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII-6 masih sangat rendah dan kurang baik.
Dalam serangkaian proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang penting, hal itu berarti berhasil atau tidaknya
tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas. Diharapkan dengan proses belajar mengajar
matematika siswa yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa tersebut.
Namun, permasalahan yang sering muncul sampai saat ini adalah ketidak
aktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah.
Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam
kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan dari siswa
kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Keinginan dan
aktivitas siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar cenderung menurun dan
kurang diperhatikan.
Kondisi seperti ini membuat siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran
matematika, padahal beberapa faktor yang mempengaruhi siswa tertarik pada
matematika adalah minat, hasrat dan cita–cita siswa itu sendiri, kemudian disusul
4
faktor–faktor berikutnya yaitu faktor guru di dalam mengajar, kelengkapan buku–
buku yang dimiliki siswa, kondisi siswa, kondisi kelas, serta dorongan orang tua.
Kondisi siswa merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar untuk dapat mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini kondisi siswa yang dimaksud adalah aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Ahmad (2004:6) menyatakan bahwa :
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik
yang memiliki aktivitas psikis ( kejiwaan ) adalah, jika daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran.
Hal diatas senada dengan pendapat Sardirman (2009:97) bahwa “Dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas proses belajar tidak
mungkin berlansung dengan baik”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta
didik dalam kegiatan belajar memiliki aktivitas fisik dan psikis yang baik.
Kenyataan yang diperoleh dari hasil wawancara oleh guru matemtika yaitu
ibu Sity Aminah Batubara menyatakan bahwa :” Aktivitas belajar matematika
siswa VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan masih rendah kebanyakan siswa hanya
memperhatikan tanpa mau bertanya”.
Hal diatas didukung ketika peneliti observasi di kelas VIII-6 SMP Swasta
Prayatna Medan melihat berbagai aktivitas mereka ketika proses belajar mengajar
berlansung. Mayoritas siswa tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan
didepan. Siswa tersebut memilih dengan kegiatan mereka masing-masing seperti
berbicara dengan teman sebangkunya atau mencatat yang mengakibatkan siswa
cenderung menjadi pasif. Dengan kondisi kelas kurang kondusif, hanya siswa
yang berada duduk didepan dapat mengikuti proses pembelajaran yang
berlansung. Dari keseluruhan siswa dalam satu kelas hanya 5 orang yang mampu
mengerjakan soal yang diberikan guru di papan tulis.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas siswa rendah
adalah model pembelajaran. Model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil
belajar dan aktivitas siswa, jika seorang guru kurang tepat menggunakan model
5
pembelajaran dalam belajar, maka akan berdampak pada siswa, seperti: hasil
belajar dan aktivitas siswa yang tidak memuaskan, pasifnya siswa dalam belajar,
kurangnya siswa untuk berpikir dalam belajar. Semua itu terjadi karena siswa
merasa bosan dengan model pembelajaran dan materi yang diajarkan guru tidak
sesuai.
Hal di atas sejalan dengan hasil wawancara oleh seorang guru matematika
kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna medan, menyatakan: ”selama ini guru
melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan metode ceramah dan Tanya
jawab. Guru juga menyuruh siswa mencatat dan mengerjakan soal saja dan guru
juga mengatakan bahawa metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)
belum pernah beliau terapkan dalam proses KBM ”.
Penerapan metode dan model pembelajaran yang tepat sangat diperlukan
demi keberhasilan proses pendidikan dan usaha pembelajaran di sekolah. Seperti
diungkapkan Slameto (2010 : 65) mengemukakan :
Metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap
mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga kurang senang terhadap
pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar dan mencatat
materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Sejalan dengan itu dari observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa,
diperoleh minat yang sangat kurang dan perhatian pada pelajaran matematika
yang rendah. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika,
kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah, dengan membagikan angket.
Dari 40 orang siswa yang mengisi angket diperoleh data sebagai berikut: Pendapat
siswa tentang mata pelajaran matematika yakni, 30 orang siswa kurang
menggemari pelajaran matematika,13 orang menyatakan matematika merupakan
pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan dan 15 siswa menyatakan biasa
saja. Sedangkan pendapat siswa mengenai pelajaran matematika selama ini
dilakukan dengan mencatat dan mengerjakan soal terdapat 38 siswa.
6
Jika permasalahan tersebut masih terus berlangsung, maka akan
mengakibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar menjadi terhambat. Siswa
akan beranggapan bahwa belajar matematika bukanlah kebutuhan, melainkan
hanya sebagai tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan
makna dari pelajaran matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan agar menjadi lebih aktif dengan menjadikan setiap
siswa sebagai fasilitator dan penjelas pada setiap pencapaian kompetensi yang
sebelumnya guru jelaskan. Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah
model pembelajaran yang menempatkan siswa untuk mempresentasikan ide pada
siswa lainnya, sehingga setiap siswa dapat melatih kecakapan berbicara secara
individu dan memberikan ide-ide baru dari siswa yang dapat melatih dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah di uraikan diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN AKTIVITAS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI PRISMA
DAN LIMAS BAGI SISWA KELAS VIII SMP SWASTA PRAYATNA MEDAN
T.A 2013/2014”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1.
Hasil belajar matematika siswa masih rendah berdasarkan nilai matematika
semester ganjil siswa kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan.
2.
Aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna
Medan masih rendah kebanyakan siswa hanya memperhatikan tanpa mau
bertanya.
7
3.
Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa kelas
VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan.
4.
Siswa masih belum mampu menyelesaikan soal prisma dan limas serta
memahami konsep sifat-sifat, luas, dan volume prisma dan limas.
5.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining
(SFAE) dalam mata pelajaran matematika belum pernah diterapkan di
kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan.
1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
permasalahan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran pada materi prisma dan
limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) untuk
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah :
1.
Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada
materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan T.A
2013/2014?
2.
Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada
materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna Medan T.A
2013/2014 ?
3.
Bagaimana peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining
(SFAE) pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta Prayatna
Medan T.A 2013/2014 ?
8
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua
permasalahan pokok penelitian yaitu :
1.
Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Facilitator
and
Explaining
(SFAE)
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII6 SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2013/2014.
2.
Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Facilitator
and
Explaining
(SFAE)
dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6
SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2013/2014.
3.
Untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and
Explaining (SFAE) pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Swasta
Prayatna Medan T.A 2013/2014.
1.6.Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya
sebagai berikut :
1.
Bagi siswa
Sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran
matematika melalui model Student Facilitator and Explaining (SFAE)
2.
Bagi calon guru / guru matematika
Sebagai bahan informasi mengenai model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining (SFAE)
3.
Bagi pihak sekolah
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan
kualitas kegiatan belajar – mengajar matematika di SMP Swasta Prayatna
Medan.
9
4.
Bagi peneliti
Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam
menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan
datang.
1.7. Definisi Operasional Variabel
1.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu proses
seseorang yang berusaha untuk memperoleh tingkah laku yang relatif
menetap sebagai hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi
dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti
guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi
anak dan pencapaian tujuan belajar dengan menggunakan bahan apersepsi
yaitu telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan
pelajaran baru.
2.
Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut. Aktivitas belajar siswa juga tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik
tetapi juga termasuk meliputi aktivitas yang bersifat psikis dan mental serta
sikap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Peningkatan aktivitas
siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat secara aktif belajar,
bertanya dan menjawab serta saling berinteraksi untuk membahas materi
pembelajaran.
3.
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang
logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat
dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsure yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya
10
adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah
suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4.
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang
sama dan sebangun (kongruen) dan sejajar. Sedangkan limas adalah bangun
ruang yang dibatasi oleh segitiga ataupun segibanyak sebagai alas dan
beberapa bidang berbentuk segitiga sebagai bidang tegak yang bertemu pada
satu titik puncak.
5.
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFAE)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Interaksi siswa
yang maksimal akan mempengaruhi aktivitas siswa dalam pembelajaran,
semakin tinggi aktivitas yang dilakukan siswa maka hal ini akan
memungkinkan semakin tinggi juga tingkat pemahaman siswa terhadap
pelajaran yang telah dipelajarinya. model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining (SFAE) ini adalah model pembelajaran yang dapat melatih
dan
menekankan
keberanian
siswa
untuk
berbicara
menyampaikan
pendapatnya siswa melalui mempresentasekan pendapat / ide / gagsannya
didepan siswa lalu memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan
kepada rekan – rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi
pada siswa.
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diproleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator
and Explaining ditunjukkan dari banyak siswa yang mengalami
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 36 siswa dari
40 siswa atau 90%.
2) Peningkatan aktivitas belajar siswa yang ditunjukan dari pertambahan
persentase siswa yang sekurang-kurangnya berada pada kategori aktif
yaitu sebesar 20% dari 57,5% pada siklus I menjadi 77,5% pada siklus
II. Hal ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang kurang aktif 15
orang dan siklus II jumlah siswa yang kurang aktif tidak ada, untuk
siswa yang cukup aktif pada siklus I ada sebanyak 2 orang dan pada
siklus II ada 9 orang, untuk siswa yang aktif pada siklus I ada 23 orang
dan pada siklus II 26 orang, untuk siswa yang sangat aktif pada siklus I
tidak ada dan pada siklus II ada 5 orang.
3) Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining secara
klasikal sebesar 32,5% dari 55% pada siklus I manjadi 87,5%. Hal ini
dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar ada
sebanyak 22 orang sedangkan pada siklus II ada sebanyak 35 orang.
Sementara itu rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 63,5 dan
meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 71.625.
untuk nilai terendah pada siklus I adalah 37 sebanyak 1 orang dan pada
siklus II nilai terendah adalah 49 sebanyak 1 orang, dan nilai tertinggi
pada siklus II adalah 91 sebanyak 1 orang, sementara pada siklus II
tertinggi adalah 92 sebannyak 1 orang.
96
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan dapat menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining
dengan langakah-langkah pembelajarannya yaitu: penyampaian tujuan
pembelajaran, penyajian materi, memberi kesempatan kepada siswa
menjelaskan
ide
dan
pendapat,
memperhatikan
penjelasan
yang
disampaikan oleh siswa, dan menarik kesimpulan pada materi Prisma dan
Limas atau materi lain dengan memperhatikan yang menjadi kelebihankelibihan atau temuan peneiti agar pembelajaran menjadi lebih menarik
dan
menyenangkan
sehingga
siswa
lebih
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran.
2. Kepala sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan model – model pembelajaran di sekolah dalam bentuk
mini riset untuk dijadikan riset berskala besar.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis diharapkan
mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu mengembangkan
penelitian
dan
mempertimbangkan
mempersiapkan
3
hal
yaitu:
model
pembelajaran
1).Keefisiensian
waktu
dengan
dalam
pengelolahan kelas, 2).Proses pembelajaran yang ideal, dan 3).Ketuntasan
belajar siswa dikelas secara klasikal.
4. Kepada siswa agar lebih aktif selama pembelajaran, dan menunjukkan rasa
percaya diri dan mau bertanya kepada guru atau temannya serta mau
mengulang pelajaran yang telah dipelajari.
ii
RIWAYAT HIDUP
Vera Mitah Ningrum dilahirkan di Pematang Siantar, pada tanggal 02
Januari 1993. Ayah bernama Sizulkirman Chaniago dan Ibu bernama Yuspik
Helmi Koto serta merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997,
penulis masuk di sebuah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Lampahan Aceh Tengah
dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 1
Kutacane dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Kutacane dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu pada
tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Perisai Kutacane dan
lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.