UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.2 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal penggunaan media pembelajaran juga dalam penggunaan metode pembelajar. Hal ini membawa siswa ke dalam situasi belajar yang bervariasi sehingga siswa terhindar situasi pembelajaran yang membosankan. Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) difokuskan pada fenomena empirik yang terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran IPS harus memudahkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional dan membuat siswa dapat menggunakan konsep-konsep dalam pelajaran untuk menganalisis persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-sehari.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang tinggi memungkinkan pencapaian pencapaian hasil belajar yang tinggi. Aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada aktivitas yang disebut on task (kegiatan yang mendukung pembelajaran) seperti bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan teman, memberikan


(8)

2 pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru, ketepatan dalam mengumpulkan tugas.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru IPS yang mengajar di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013, masih banyak siswa yang aktivitas belajarnya belum nampak atau bisa dikatakan masih rendah. Hal tersebut terlihat pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, keluar masuk kelas, mengantuk, dan ketika guru memberikan kesempatan bertanya hanya sedikit yang memanfaatkan hal tersebut. Kemudian, hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan indikator keberhasilan atau masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) mata pelajaran IPS di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

No. Rentang nilai

Frekuensi Persentase

(%) Keterangan

I II I II

1. 75 – 84 3 3 8,33 8.33 Baik 2. 65 – 74 5 7 13,89 19,44 Lebih dari cukup 3. 55 – 64 9 10 25 27,78 Cukup 4. 45 – 54 12 10 33,33 27,78 Kurang 5. 35 – 44 9 8 19,44 16,67 Kurang sekali

Jumlah 38 38 100 100

Sumber : Dokumen SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013


(9)

3 Berdasarkan Tabel 1. di atas, telihat nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang mendapat nilai ≥ 65 dari pada Ulangan Harian I sebesar 22,22% dan pada Ulangan Harian ke II sebesar 27,77. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 masih di bawah standar nilai kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar ≥65.

Hal ini didukung oleh Djamarah (2002: 18), Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukan belum optimalnya kualitas proses belajar mengajar. Hal ini di duga karena dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan metode mengajar yang tepat, sehingga tidak menarik minat siswa untuk belajar dan dapat berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa.

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 9 23,68

Siswa yang belum aktif 29 76,32

Jumlah 38 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 9 siswa dari 38 siswa (23,68%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 29 siswa dari 38 siswa (76,32%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.


(10)

4 Berdasarkan uraian di atas, rendahnya aktivitas dan hasil belajar diduga karena guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining.

Penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining untuk mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS. Peneliti memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Dimyati dan Mujiono, 1999: 4). Dalam model pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul Laporan Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII.2 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(11)

5 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Siswa kurang respon terhadap pelajaran dan kurang bersemangat dalam belajar di kelas.

2. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam memberikan pelajaran sehingga siswa menjadi kurang bersemangat.

3. Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan atau bertanya.

4. Guru cenderung masih dominan dalam kelas, kurang memberi kesempatan pada siswa.

5. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, guru menjelaskan pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Hasil belajar IPS siswa masih ada yang belum mencapai standar ketuntasan belajar KKM (Kriteria Kelulusan Minimum).

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII.2 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(12)

6 1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran IPS di kelas VIII.2 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013? 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran IPS di kelas VIII.2 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran IPS di kelas VIII.2 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran IPS Di Kelas VIII.2 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana langkah dapat menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student


(13)

7 Facilitator and Explaining. Selain daripada itu, hasil penelitian ini dpat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru tentang implementasi pemebelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sebagai berikut. 1. Bagi Guru

Dapat memeberikan pengetahuan tambahan tentang variasi model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif.

2. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Dapat memberikan variasi dalam proses pembelajaran. 3. Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan modal dan stratego pembelajaran di sekolah yang inovatif, kreatif, dan produktif. G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Student Facilitator and Explaining untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.


(14)

8 Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.2 yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining. 3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Waktu Penelitian


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial (Suyatna, 2008: 64).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan sejumlah disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan apa yang disebut dengan “sipil” perlu ditekankan (Fajar, 2009: 31).

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman (Ahmadi dan Amri, 2011: 10).

Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science) atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu yang membahas hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial


(16)

9 (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 35). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat dalam situasi global saat ini dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan keberadaannya dalam mengajarkan ilmu sosial didominasi oleh proses belajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2009: 32).

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan (Suyatna, 2008: 65).

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan Negara. Pada hakikatnya, Pengatahuan Sosial dan ilmu- ilmu sosial sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat bagi siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Siapa diri saya ditengah atau dihadapan orang laian dan masyarakat? 2. Pada masyarakat apa saya berada?

3. Persyartan- persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?


(17)

10 5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu

ke waktu berikutnya? (Fajar, 2009: 105).

IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu- ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial (Suyatna, 2008: 64). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berdasarkan Kurikulum 2004 mengalami perubahan nama atau sebutan yakni menjadi mata pelajaran Pengetahuan sosial (PS) untuk pendidikan dasar dan ilmu-ilmu sosial untuk pendidikan menengah (Fajar, 2009: 104).

Kajian yang dipelajari dalam Ilmu Sosial sebagai berikut.

1. Sosiologi mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan dan lain- lain.

2. Ilmu ekonomi mempelajari proses, perkembangan dan permasalahan yang berhubungan dengan ekonomi.

3. Segala aspek psikologi yang berhubungan dengan sosial dipelajari dalam ilmu psikologi sosial.

4. Aspek budaya perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi.

5. Aspek sejarah yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita dipelajari dalam sejarah.

6. Aspek geografi yang memberi efek ruang terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam geografi.

7. Aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik (Ahmadi dan Amri, 2011: 8).

Beberapa pembagian Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu sebagai berikut.

1. Psikologi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari proses mental dan tingkah laku.

2. Pendidikan, suatu perlakuan atau proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.

3. Antroplogi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari asal-usul perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan serta tingkah laku manusia. 4. Etnologi, suatu studi Antropogi dari aspek sistem sosio-ekonomi dan


(18)

11 pertumbuhan perkembangan kebudayaan, serta perubahannya dalam masyarakat primitif.

5. Sejarah, suatu pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara, atau individu.

6. Ekonomi, suatu Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi, pengelolaan dalam ruang lingkup rumah tangga, perusahaan atau negara.

7. Sosiologi, suatu studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal-usul organisasi, instuisi, dan perkembangan masyarakat manusia (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 36).

Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu- ilmu sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi- Antropologi) antara lain sebagai berikut.

1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu.

2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, yang berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. 3. Pengambangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan

pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. 4. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan menempatkan siswa dalam konteks kebudayaannya, sehingga pelajaran IPS diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis.

5. Siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun antar- personal (Fajar, 2009: 107- 108).

IPS memiliki lima tujuan sebagai berikut.

1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial jika nantinya masuk ke perguruan tinggi.

2. IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.

3. IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara satu dan dua tersebut di atas.

4. IPS mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum.

5. Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka sasaran seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah pada dua hal yaitu pembinaan warga negara Indonesia dan sikap sosial yang rasional dalam kehidupan (Ahmadi dan Amri, 2011: 9).


(19)

12 Pembelajaran IPS Terpadu dengan guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan sebagai berikut.

1. IPS merupakan satu mata pelajaran.

2. Guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru lain oleh karena itu maka tanggung jawab dipikul guru sendiri (Suyatna, 2008: 79).

Strategi pembelajaran IPS Terpadu berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator (Ahmadi dan Amri, 2011: 21). Standar kompetensi lintas kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan ilmu-ilmu sosial merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dilakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar kompetensi lintas kurikulum IPS tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.

2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.

3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep- konsep, teknik- teknik, pola, struktur, dan hubungan.

4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber.

5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

6. Berpartisipasi, berinteraksi aktif dalam masyarakat.

7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual.

8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.


(20)

13 9. menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan

bekerja sama dengan orang lain (Fajar, 2010: 106).

B.Hasil Belajar 1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). “ Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan” (Hakim, 2005: 1).

Pengertian di atas sangat jelas untuk dapat mengetahui tujuan belajar. Tujuan belajar hakikatnya adalah proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Amri, 2011: 1). Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance) (Walgito, 2010: 185). Belajar harus dihayati oleh orang yang sedang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 37). Belajar juga memiliki tiga unsur diantaranya sebagai berikut.

1. Motif untuk belajar. 2. Tujuan yang akan dicapai.


(21)

14 Suryabrata (2002: 231) belajar yang sebaik- baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.

Lima prinsip belajar sebagai berikut.

1. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita. 2. Kenalilah kepribadian diri sendiri.

3. Rekam semua informasi dalam kata. 4. Belajar bersama orang lain.

5. Hargai diri sendiri (Hamzah, 2006: 184).

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu (Irwanto, 2002: 105). Beberapa prinsip belajar menurut Hakim (2005: 2) adalah sebaagai berikut.

a. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

b. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.

c. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.

d. Belajar merupakan proses yang kontinu. e. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.

f. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.

g. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar dengan terbagi- bagi.

h. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

i. Belajar memerlukan kesesuaian antara guru dan murid.

j. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

Senada dengan prinsip yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) sebagai berikut.

a. Perhatian dan motivasi b. Keaktifan

c. Berpengalaman d. Pengulangan e. Tantangan


(22)

15 f. Balikan dan penguatan

g. Perbedaan individual.

Belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, sebagai berikut.

a. Faktor-faktor stimuli belajar. b. Faktor- faktor metode belajar.

c. Faktor- faktor individual (Soemanto, 2010: 113).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak alain adalah hasil belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar itu suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006: 105).

2. Hasil Belajar

Hamalik (2001: 31) menyatakan bahwa hasil- hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, abilitas, dan keterampilan. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Sedangkan menurut Kusnandar (2009: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur, seperti tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.


(23)

16 Darmadi (2010: 186) mengemukakan ciri-ciri perubahan tersebut sebagai berikut.

a. Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktik latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.

b. Perubahan bersifat positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipendang dari segi peserta didik maupun segi guru.

c. Perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah.

Hasil belajar sebuah proses pembelajaran adalah suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar yang diakhiri dengan evaluasi hasil belajar dan diperolehnya kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat hasil belajar adalah dengan evaluasi. Menurut Kukuh (2010: 32) menyatakan: evaluasi adalah pengumpulan kanyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil keterampilan (Nasution, 2006: 69).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap proses pembelajaran akan terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar seseorang, artinya merupakan hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan atau


(24)

17 dikerjakan. Dilihat dari sudut pandang guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sudut pandang siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengruhi keberhasilan belajar juga dikemukakan oleh Hakim (2005: 6) sebagai berikut.

a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu itu sendiri.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar individu yang bersangkutan.

Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik (Darmadi, 2010: 187).

Djamarah (2010: 108) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar diantaranya sebagai berikut.

a. Tujuan. b. Guru. c. Anak didik.

d. Kegiatan pengajaran. e. Bahan dan alat evaluasi.


(25)

18 Menurut Niken (2009: 66) pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh bebarapa faktor yaitu sebagai berikut.

a. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi awal kegiatan belajar baik kesiapan fisik maupun kesiapan psikologis.

b. Motivasi

Motivasi merupakan motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

c. Keaktifan siswa

Siswa yang melakukan belajar adalah siswa yang harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

d. Mengalami sendiri

Siswa hendaknya tidak hanya tau secara teoritis, tetapi juga secara praktis sehingga akan diperoleh pemahaman yang mendalam.

e. Pengulangan

Agar materi semakin mudah di ingat perlu diadakan latihan yang berarti siswa mengulang materi yang dipelajari.

f. Balikan dan penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasiluntuk melakukan sesuatu perbuatan belajar.

Menurut Kukuh (2010: 34) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat

jdiklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis yang dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis diantaranya yaitu: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan


(26)

19 untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai satu materi atau belum (Kusnandar, 2009: 277).

Beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Menurut Nasution (2006: 65) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.

a. Informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya.

b. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran.

c. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori.

d. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.

e. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi).

f. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.


(27)

20 C.Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah (2003: 5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan

keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri atau melakukan aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner (2009: 38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.


(28)

21 Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat

dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar. Menurut Winkel (2003: 6) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Dieriech (2001: 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis sebagai berikut.

1. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,

2. Oral activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat,

3. Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato,

4. Writing activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket,

5. Drawing activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram,

6. Motor activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak,

7. Mental activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan, dan

8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),


(29)

22 4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama

tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Rohani (2004: 6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.


(30)

23 D.Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode dan teknik. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Trianto (2009 : 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut.

(1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.

(2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Suatu model pembelajaran, menurut Trianto (2009 : 24-25) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

(1) Valid (Sahih), yaitu model yang dikembangkan didasarkan pada rasional yang kuat dan terdapat konsistensi internal.

(2) Praktis, yaitu para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan.

(3) Efektif, yaitu secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

E.Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining

Makna dasar dari model pembelajaran ini dalam proses belajar mengajar adalah menyajikan atau mendemonstrasikan materi didepan peserta didik lalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Jadi, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah


(31)

24 rangkai penyajian materi ajar yang diawali dengan menjerlaskannya dengan didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa (Istarani, 2011: 23).

Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa

lainnya, misalnya melalui bagan/ peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.

4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini. 6. Penutup (Istarani, 2011: 24).

Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai berikut.

a. Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit.

b. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi.

c. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah dia dengar.

d. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar.

e. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan (Istarani, 2011: 25).

Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai berikut.

1. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif.


(32)

25 2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran).

3. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil. 4. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi

ajar secara ringkas (Istarani, 2011: 27).

F. Kerangka Pikir

Bagi seorang siswa, keberhasilan belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar baik faktor internal maupun eksternal. Hasil belajar akan optimal jika ada minat dari siswa untuk belajar, karena minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha belajar yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih dan serius serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan karena seseorang yang berminat terhadap aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dan perasaan senang.

Guru dan anak didik adalah padanan frase yang serasi dan seimbang. Keduanya berada dalam hubungan kejiwaan yang saling membutuhkan. Seorang guru tidak hanya dituntut dalam penguasaan materi saja dalam proses pembelajran, namun penting juga seorang guru apabila dapat menguasai kelas dan mengelolanya dengan baik dalam proses pembelajaran baik melalui metode, maupun media yang digunakan. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran seorang guru dalam menentukan proses belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TAI dapat meningkatkan kreativitas siswa seperti keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kreativitas belajar merupakan salah satu kemampuan utama yang


(33)

26 memegang peranan penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Kemampuan ini dilandasi oleh kemampuan intelektual dan juga didukung oleh faktor- faktor afektif dan psikomotor. Dengan demikian bila kreativitas siswa tinggi, maka hasil belajar yang dicapai siswa juga tinggi. Sebaliknya, bila kreativitas belajar siswa rendah, maka hasil belajar yang dicapai siswa pun akan rendah.

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan menjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar atau pembimbing dan siswa sebagai pelajar. Guru harus memperhatikan konsep- konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan suatu pengatahuan atau nilai. Guru hanya memberi acuan agar siswa aktif dan mendominasi dalam pembelajaran.

Tujuan dilakukannya kegiatan belajar mengajar adalah untuk merubah perilaku sikap dan pengetahuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu yang dinyatakan dalam bentuk hasil belajar siswa baik berupa angka (kuantitatif) atau huruf (Kualitatif) yang diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Student Facilitator and Explaining

Aktivitas Belajar Meningkat

Hasil Belajar Meningkat


(34)

27 G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada peningkatan kreativitas siswa setelah menggunakan Model

Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII.2 Semester Genap SMP Negeri 1 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII.2 Semester Genap SMP Negeri 1 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(35)

III. METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas VIII.2 semester genap pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining, sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan penelitian tindakan kelas atau class room action research.

Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII.2 semester genap pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS untuk siswa kelas VIII.2 semester genap pada SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013.


(36)

29 Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

B.Tempat dan Waktu Penetitian 1. Tempat Pengertian

Tempat penelitian adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

3. Subyek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah siswa 38 yang terdiri dan 10 siswa laki- laki dan 28 siswa perempuan.

b. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/ 2013.


(37)

30 4. Rancangan Penetian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan,

c. Pengamatan/ Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining pada mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.

d. Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil dan refleksi adalah


(38)

31 diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam bagan berikut:

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan untuk menyempurnakan siklus II.

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap siklusnya, sebagai berikut.


(39)

32 a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran tipe student facilitator and explainingyang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran tipe student facilitator and explainingberupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VIII. f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran bermain peran (role playing).

g. Mempersiapkan perangkat.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VIII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.


(40)

33 3) Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

b. Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran tipe student facilitator and explainingyang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran tipe student facilitator and explainingberupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VIII. f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran bermain peran (role playing).


(41)

34 2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus II dikelas VIII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

c. Siklus III

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus II meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus II b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran tipe student facilitator and explainingyang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran tipe student facilitator and explainingberupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.


(42)

35 f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran bermain peran (role playing).

g. Mempersiapkan perangkat.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus III dikelas VIII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

5. Prosedur Penelitian a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut. a. Menyusun jadwal penelitian.

b. Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining.


(43)

36 c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

d. Mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar IPS.

e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining.

f. Menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa mengakomodir aktivitas tanya jawab dengan memgadopsi dan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.

c. Observasi

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain:


(44)

37 Tabel 2. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran

No Per 40 Menit % Ket

1 2 3 4 5 ……

1 2 3 4 5

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task)

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru

2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran 3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama

4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan 5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham

6. Berani memberikan kritik dan saran kepada kelompok yang bernomor lain

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak menulis atau tidak mencatat 3. Mengantuk

4. Tidak mengganggu kelompok lain 5. Mengobrol


(45)

38 d. Refleksi

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

6. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.

a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90% Maka telah masuk dalam kreteria “tinggi”.

b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70% mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik.

7. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.

1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.


(46)

39 8. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. 2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.

9. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.

2. Analisis dan Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

x N N Y

S

 100 %

Keterangan:

Y = Nilai rata-rata kelas

Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa N = jumlah siswa


(47)

40 10. Instrumen tes

a. Uji Syarat lnstrumen Tes 1. lnstrumen Tes (Kognitif)

Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur

tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur


(48)

41 Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.

Tabel 3. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,489 Valid

No. 2 0,444 0,466 Valid

No. 3 0,444 0,495 Valid

No. 4 0,444 0,489 Valid

No. 5 0,444 0,490 Valid

No. 6 0,444 0,463 Valid

No. 7 0,444 0,461 Valid

No. 8 0,444 0,493 Valid

No. 9 0,444 0,470 Valid

No. 10 0,444 0,301 Tidak Valid No. 11 0,444 0,549 Valid No. 12 0,444 0,451 Valid No. 13 0,444 0,128 Tidak Valid No. 14 0,444 0,490 Valid No. 15 0,444 0,303 Tidak Valid No. 16 0,444 0,161 Tidak Valid No. 17 0,444 0,474 Valid No. 18 0,444 0,221 Tidak Valid No. 19 0,444 0,141 Tidak Valid No. 20 0,444 0,221 Tidak Valid

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 7 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 10, 13, 15, 16, 18, 19, 20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,496 Valid

No. 2 0,444 0,475 Valid

No. 3 0,444 0,468 Valid

No. 4 0,444 0,484 Valid

No. 5 0,444 0,446 Valid

No. 6 0,444 0,231 Tidak Valid No. 7 0,444 0,344 Tidak Valid


(49)

42 No. 9 0,444 0,126 Tidak Valid

No. 10 0,444 0,333 Tidak Valid No. 11 0,444 0,479 Valid No. 12 0,444 0,141 Tidak Valid No. 13 0,444 0,030 Tidak Valid No. 14 0,444 -0,078 Tidak Valid No. 15 0,444 0,329 Tidak Valid No. 16 0,444 0,239 Tidak Valid No. 17 0,444 0,498 Valid No. 18 0,444 0,458 Valid No. 19 0,444 0,450 Valid No. 20 0,444 0,449 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 9 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,464 Valid

No. 2 0,444 0,322 Tidak Valid No. 3 0,444 0,112 Tidak Valid

No. 4 0,444 0,452 Valid

No. 5 0,444 0,467 Valid

No. 6 0,444 0,489 Valid

No. 7 0,444 0,449 Valid

No. 8 0,444 0,211 Tidak Valid

No. 9 0,444 0,434 Valid

No. 10 0,444 0,459 Valid No. 11 0,444 0,338 Tidak Valid No. 12 0,444 0,489 Valid No. 13 0,444 0,465 Valid No. 14 0,444 0,119 Tidak Valid No. 15 0,444 0,267 Tidak Valid No. 16 0,444 -0,020 Tidak Valid No. 17 0,444 0,128 Tidak Valid No. 18 0,444 0,465 Valid No. 19 0,444 -0,158 Tidak Valid No. 20 0,444 0,453 Valid


(50)

43 Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 8 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 2,3,4,5,7,11,16,19 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Arikunto (2006 : 101).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p ) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item


(51)

44 Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada siklus I yaitu 0,66, pada siklus II diperoleh 0,69 dan pada siklus III diperolah 0,82.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :


(52)

45 - Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

- Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran

soal

Kategori

2 0,00 – 0,30 Sukar

1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

15,16,17,20 0,31 – 0,70 Sedang

3,14,18,19 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,13,15,

17,20

0,31 – 0,70 Sedang 11,12,14,16,18,19 0,71 – 1,00 Mudah SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar

1,17 0,31 – 0,70 Sedang

2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15,16,18,19,20

0,71 – 1,00 Mudah

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal


(53)

46 tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut. D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali


(54)

47 Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).

Tabel 7. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori 3,4,7,14,16,18,19 0,00 – 0,20 Jelek 2,5,6,8,9,12,13,20 0,21 – 0,40 Cukup

1,10,15 0,41 – 0,70 Baik

11,17 0,71 – 1,00 Baik Sekali SIKLUS II

6,12,16,19 0,00 – 0,20 Jelek 3,8,9,11,13,18,20 0,21 – 0,40 Cukup 1,2,4,7,10,15,17 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

3,8,14 0,00 – 0,20 Jelek

2,5,7,10,11,12,13,15,17, 18

0,21 – 0,40 Cukup

1,4,9,20 0,41 – 0,70 Baik


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda. Dengan adanya tugas yang berbeda untuk setiap individu, sehingga hal tersebut dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk bertanggung jawab dan lebig meningkatkan aktivitasnya dalam belajar. Maka berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa pada setiap siklusnya. pada siklus I sebesar 40,79% , siklus II sebesar 56,58% dan siklus III sebesar 80,26%. 2. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan suatu

cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan


(56)

80 model Student Facilitator and Explaining siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan. Dengan penerapan Student Facilitator and Explaining, siswa bisa lebih cepat memahami materi yang diberikan oleh guru. Sehingga penerapan Student Facilitator and Explaining pada Siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur dapat meningkatkan hasil belajar Siswa. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 68,42% pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 78,95% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 89,47%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan


(57)

81 dengan pelajaran IPS diantaranya Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny.2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Kooperatif Tipe STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

A. M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 233 hlm.

Ayu Mirnasari, Rosi. 2010. Studi perbandingan hasil belajar akuntansi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kotabumi tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual;Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Stategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina: Surabaya.

Purnamasari, Lora. 2010. Penggunaan Animasi Multimedia Dengan Pembelajaran Tipe Jigsaw dan TSTS Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Dan Hewan. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada: Jakarta.


(59)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada


(1)

47 Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).

Tabel 7. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

3,4,7,14,16,18,19 0,00 – 0,20 Jelek 2,5,6,8,9,12,13,20 0,21 – 0,40 Cukup

1,10,15 0,41 – 0,70 Baik

11,17 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

6,12,16,19 0,00 – 0,20 Jelek

3,8,9,11,13,18,20 0,21 – 0,40 Cukup 1,2,4,7,10,15,17 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

3,8,14 0,00 – 0,20 Jelek

2,5,7,10,11,12,13,15,17, 18

0,21 – 0,40 Cukup

1,4,9,20 0,41 – 0,70 Baik


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda. Dengan adanya tugas yang berbeda untuk setiap individu, sehingga hal tersebut dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk bertanggung jawab dan lebig meningkatkan aktivitasnya dalam belajar. Maka berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa pada setiap siklusnya. pada siklus I sebesar 40,79% , siklus II sebesar 56,58% dan siklus III sebesar 80,26%. 2. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan suatu

cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan


(3)

80

model Student Facilitator and Explaining siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan. Dengan penerapan

Student Facilitator and Explaining, siswa bisa lebih cepat memahami

materi yang diberikan oleh guru. Sehingga penerapan Student Facilitator

and Explaining pada Siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Batanghari

Kabupaten Lampung Timur dapat meningkatkan hasil belajar Siswa. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 68,42% pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 78,95% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 89,47%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan


(4)

81

dengan pelajaran IPS diantaranya Model Pembelajaran Student Facilitator


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny.2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Kooperatif Tipe

STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

A. M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 233 hlm.

Ayu Mirnasari, Rosi. 2010. Studi perbandingan hasil belajar akuntansi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas

XI SMA Negeri 4 Kotabumi tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual;Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Stategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina: Surabaya.

Purnamasari, Lora. 2010. Penggunaan Animasi Multimedia Dengan Pembelajaran Tipe Jigsaw dan TSTS Terhadap Penguasaan Materi Pokok

Sistem Pencernaan Pada Manusia Dan Hewan. Skripsi, FKIP. Universitas

Lampung.

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada: Jakarta.


(6)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

0 5 67

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

0 12 65

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 62

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.2 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN

0 6 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

1 6 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 2 KESUMADADI LAMPUNG TENGAH

2 12 78

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDN 101775 SAMPALI.

0 3 24

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DAN TALKING CHIP PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS IX-2 SMP NEGERI 1 BERASTAGI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 1 29