PENETRASI PERKUTAN IN VITRO DISPERSI PADAT PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN PENGOMPLEKS HIDROKSIPROPIL BETA SIKLODEKSTRIN DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METIL SELULOSE.

(1)

PENETRASI PERKUTAN

IN VITRO

DISPERSI PADAT

PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN PENGOMPLEKS

HIDROKSIPROPIL BETA SIKLODEKSTRIN DALAM SEDIAAN

GEL HIDROKSIPROPIL METIL SELULOSE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta

Oleh:

ADHITYA ALFIA MAHATVA YODHA

K 100040184

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SURAKARTA MUHAMMADIYAH

SURAKARTA


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pentagamavunon-0 (PGV-0) merupakan senyawa sintetik turunan kurkumin yang berkhasiat sebagai antiinflamasi yang cukup poten. PGV-0 mempunyai sifat praktis tidak larut dalam air (Kurniawati, 1999) sehingga absorbsinya kecil. Obat golongan anti inflamasi berkaitan dengan penghambatan enzim siklooksigenase dalam proses timbulnya tukak,akibat penghambatan tersebut, skresi asam lambung meningkat sehingga lambung mengalami perdarahan. Hasil penelitian Retnayu pada tahun 2000, menunjukkan tingkat keparahan ulkus dan perdarahan pada lambung paling tinggi disebabkan oleh asetosal. Untuk mengatasi hal tersebut, pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan membuat sediaan transdermal, yaitu sistem penghantaran yang memanfaatkan kulit sebagai tempat masuknya obat.

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat/bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik, baik bersifat lokal maupun sistemik (Aiache, 1993). Salah satu syarat yang harus dimiliki oleh suatu bahan obat agar dapat berpenetrasi melalui kulit adalah harus dalam keadaan larut. Metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan kelarutan dapat dilakukan dengan


(3)

penambahan surfaktan, pembentukan garam, penggunaan bentuk amorf, pembentukan campuran eutektik dan pembentukan kompleks yang larut air (Wahyuningsih, 2003).

Pembentukan kompleks inklusi fenobarbital dengan Hidroxypropil Beta Cyclodextrin (HPBCD) mampu meningkatkan kelarutan fenobarbital, semakin meningkatnya kadar HPBCD meningkat pula kelarutan fenobarbital (Isadiartuti dan Martodihardjo, 2000). Siklodekstrin berfungsi melarutkan obat yang bersifat lipofilik dalam pembawa berair dan menghantarkan obat pada permukaan penghalang dimana kompleks berdisosiasi dan obat berpenetrasi melalui membran (Jug et al., 2005).

Pemanfaatan Hidroksipropil Metil Selulose (HPMC) sebagai basis gel memiliki daya adhesi kuat pada kulit sehingga meningkatkan waktu kontak antar sediaan dengan kulit. Sifat gel yang elastis dan dingin, serta bahan padat pada gel yang terdispersi dalam sejumlah besar cairan, menyebabkan gel bersifat lebih padat. Kandungan air yang tinggi dalam gel dapat membantu meningkatkan hidrasi pada kulit sehingga meningkatkan permeabilitas yang akan mempermudah penetrasi obat.

Penetrasi perkutan dari sediaan obat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat yaitu, interaksi obat dengan basis, interaksi obat dengan kulit, interaksi basis dengan kulit. Pembentukan dispersi padat PGV-0 dengan pengompleks HPBCD diharapkan dapat meningkatkan jumlah obat yang terlarut dalam basis gel, sehingga dapat meningkatkan jumlah obat yang berpenetrasi melalui kulit.


(4)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pembentukan kompleks PGV-0 dengan HPBCD terhadap kelarutan PGV-0 ?

2. Bagaimana pengaruh pembentukan kompleks PGV-0 dengan HPBCD terhadap penetrasi perkutan PGV-0 melalui membran kulit marmot?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pembentukan kompleks PGV-0 dengan HPBCD terhadap kelarutan PGV-0.

2. Mengetahui pengaruh pembentukan kompleks PGV-0 dengan HPBCD terhadap penetrasi perkutan PGV-0 melalui membran kulit marmot.

D. Tinjauan Pustaka 1. Kulit

Kulit adalah jaringan pelindung yang lentur dan elastis, menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh (Aiache, 1993). Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan, pada umumnya dibagi menjadi tiga lapisan jaringan: epidermis, dermis, dan lapisan lemak di bawah kulit. Lapisan terluar kulit adalah stratum korneum atau lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel padat mati dan sel-sel keratin yang berlapis-lapis. Nilai koefisien difusinya dalam jaringan ini 1000 kali bahkan lebih kecil dari jaringan kulit lainnya, sehingga menghasilkan daya tahan yang lebih tinggi dan umumnya tidak dapat ditembus (Lachman dkk, 1994).


(5)

Ga 2. Gel P untuk tuj kulit ber menemb pemberia bahan ak pembaw dalam ba kelembab G suatu ma yang tin

Polimer-ambar 1. Pe

Penghantaran juan pengob rpenetrasi de us kulit dan an transderm ktif dapat b a dapat mem atas fisiolog ban kulit (A Gel adalah s

atriks polim ngkat ikatan -polimer yan

enampang m

n transderma batan sistemi engan mekan sampai pad mal berkaitan berdifusi den mpengaruhi k gik dan bersi Aiache, 1993) sistem semi mer tiga dime n silang fisik

ng biasa digu

melintang kul

al merupaka ik. Sebagian

nisme difusi a sirkulasi si n dengan pem

ngan mudah keadaan den ifat reversib ).

i padat dim ensi (terdiri knya (atau unakan untuk

lit manusia (

an pengguna n besar obat y

i pasif, jadi istemik. Pen milihan bah h ke dalam ngan mengub bel terutama

mana fase ca dari gom al kadang-kad k membuat g

(Ansel, 1989

aan obat sec yang diberik obat harus nyerapan sen an pembawa struktur ku bah permeab dengan men airnya diben lam atau go dang kimian gel farmaset 9) cara topikal kan melalui s berdisfusi nyawa pada a, sehingga ulit. Bahan bilitas kulit ningkatkan ntuk dalam om sintetis) nya) tinggi. tik meliputi


(6)

gom ala bahan si dan carb yang ter prosedur 1994). H yang bis putih ke memben (95%) d emulgato topical (K 3. Difu T menghas Daerah y topikal t

am tragacan

intetis dan s bapol yang m

ionisasi. Ge r khusus berk

Hidroksiprop sa digunakan ekuningan, t ntuk cairan y

an eter. HP or, suspendin Kibbe, 2004

Gam

usi pada Abs Tujuan umum

silkan efek te yang terken tertentu sepe

nth, pectin,

semi sinteti merupakan p el dibuat den kenaan deng

pil Metil Se n sebagai ba tidak berbau yang kental

MC mempu ng agent dan 4).

mbar 2. Stru

sorbsi Perku m pengguna erapeutik pa na umumnya erti emolien carrageen, s seperti m polimer vini ngan proses gan sifat me

elulose (HPM asis gel. HP

u dan tidak , praktis tid unyai pH 5,

n stabilizing

uktur HPMC

utan aan obat pad ada tempat y a epidermis ns, antimikr

agar, asam metilselulosa, il sintetis de

peleburan, ngembang d

MC) merupa MC merupa k berasa, la dak larut da 5-8,0 biasan

agent dalam

(Kibbe, 200

da terapi der yang spesifik dan dermis oba, dan de

m alginat, se kaboksime engan gugus

atau diperlu dari gel (Lac

akan salah akan serbuk arut dalam alam klorofo

nya digunak m sediaan sal

04).

rmatologi ad k di jaringan s, sedangkan eodorant be

erta bahan-etilselulosa, s karboksil ukan suatu chman dkk, satu bahan putih atau air dingin, orm, etanol kan sebagai lep dan gel

dalah untuk epidermis. n obat-obat


(7)

permukaan kulit saja. Hal ini memerlukan penetrasi difusi dari kulit atau absorbsi perkutan (Lachman dkk,1994).

Absorbsi obat perkutan dapat didefinisikan sebagai absorbsi obat ke dalam stratum corneum (lapisan tanduk) dan berlanjut obat menembus lapisan dibawahnya serta akhirnya obat masuk dalam sirkulasi darah kulit (Aiache, 1993). Pada pemakaian obat secara topikal, obat berifusi dalam pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit (stratum korneum dan sebum) serta obat selanjutnya menembus epidermis.

Gambar 3. Skema Absorbsi Perkutan (Banker dan Rhodes ,2002) Sebelum obat memberikan efek, obat perlu dilepaskan dari basisnya. Setelah obat kontak dengan stratum korneum maka obat akan menembus epidermis dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik secara difusi pasif laju


(8)

absorbsi melintasi kulit dan tidak segera tunak, tapi selalu teramati adanya waktu laten.

Gambar 4. Profil Absorbsi Molekul Berdifusi Melalui Kulit (Aiache,1993). Waktu laten mencerminkan penundaan penembusan senyawa ke bagian dalam struktur tanduk dan pencapaian gradient difusi. Waktu tersebut beragam antara satu senyawa dengan senyawa lainnya. Waktu laten ditentukan dengan ekstrapolasi bagian linier kurva sumbu absis (waktu) dan dinyatakan untuk persamaan 1.

T1 =

6D e2

... (1)

T1 = waktu laten

e = tebal membran

D = tetapan difusi molekul dalam struktur kulit

Bila keseimbangan dicapai, jumlah senyawa yang meninggalkan membran permukaan dermik adalah sama dengan senyawa yang menembus lapisan epidermis dalam hal ini difusi mengikuti hukum Fick.

dt dq

= Kp . S . (C1 – C2) ... (2)

dt dq

= jumlah senyawa yang diserap setiap satuan waktu difusi

seimbang

Waktu Waktu laten

Jumla

h

terd

ifu


(9)

Kp = tetapan permeabilitas

S = satuan permukaan membrane

C1–C2 = perbedaan konsentrasi pada kedua sistem membrane

Persamaan 2 dapat ditulis menurut Higuchi:

dt dq

= ( )

e S D Km

2 1 C

C

⋅ ⋅

... (3)

Km = koefisien partisi senyawa terhadap kulit pembawa. Dengan demikian tetapan permeabilitas menjadi:

Kp = e

D Km⋅

... (4)

Tetapan permeabilitas Kp mencerminkan kemampuan menembus suatu senyawa melintasi suatu membran tertentu. Semakin tinggi nilai tetapan tersebut, maka kemampuannya semakin nyata, tetapan permeabilitas suatu senyawa yang berdifusi ke dalam semua lapisan kulit merupakan tetapan permeabilitas molekul dalam lapisan tanduk, epidermis malfigi dan dermis (Aiache, 1993).

4. Pentagamavunon-0 (PGV-0)

PGV-0 dikenal dengan nama kimia 2,5-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidin) siklopentanon. PGV-0 merupakan salah satu modifikasi struktur senyawa kurkumin pada rantai tengah yaitu modifikasi gugus β-diketon diganti dengan siklopentanon (Sardjiman, 1993). PGV-0 memiliki berat molekul (BM) 352,13 dengan titik lebur 211-2130C. Kelarutan PGV-0 di dalam etanol 3,8 mg/5 ml dan dalam metanol 14,9 mg/5 ml (Wahyuni, 1998).


(10)

Dalam p dan stabi sedangka H antifungi antiinflam dengan siklooksi dibandin dengan a spektrofo N dan eti

5. Kom P senyawa mengura komplek pelarut DMS il, sehingga an dalam air

Gamb Hasil modifi i, antibakt masi (Sardj cara pen igenase pada ng dengan k

aspirin (Nurr Metode otometri UV il asetat (Ku

mpleks siklo Pembentukan a yang suk angi penyera ks inklusi

SO (Dimetil untuk keper r sangat suka

bar 5. Strukt fikasi ini tel teri, peng jiman, 1993 nghambatan

a konsentras kurkumin, w rochmad, 19 analisis ku V-Vis mengg urniawati, 19 dekstrin n kompleks kar larut, d apan dengan dengan si

Sulfoksida) rluan analisis ar larut (Kurn

tur Pentagam lah diteliti m ghambatan

3). Aktivita biosintesis si yang sama walaupun po

97).

kuantitatif P gunakan pel 999)

s dapat men dapat digun n perubahan

klodekstrin

) PGV-0 dap s dapat digu niawati, 199 mavunon-0 ( mempunyai siklooksige as PGV-0 s prostagla a (0,6 µM) a otensi ini ma

PGV-0 dap larut antara

ningkatkan nakan untuk

kelarutan z merupakan

pat Larut de unakan pelaru 99) (Sardjiman, aktivitas an enase dan sebagai an andin mela aksi PGV-0 l

asih rendah

pat dilakuk lain etanol,

laju penye k meningka zat aktif. Pem

n salah sa

engan baik ut tersebut, 1993). ntioksidan, n sebagai ntiinflamasi alui jalur lebih tinggi dibanding kan secara NaOH 0,1 rapan dari atkan atau mbentukan atu upaya


(11)

peningkatan kelarutan bahan obat (Aiache, 1993). Siklodekstrin merupakan polimer makrosiklik yang terdiri dari molekul-molekul glucose berbentuk kerucut terpotong yang berikatan secara α 1,4. Bagian luar senyawa ini bersifat hidrofil dan bagian dalam rongganya bersifat hidrofob (Isadiartuti dan Martodiharjo, 2000).

Kompleks inklusi terbentuk karena salah satu komponen senyawa terperangkap dalam struktur kristal terbuka atau menyerupai sangkar untuk komponen lain. Persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh bahan obat agar terbentuk kompleks inklusi adalah ukuran dan bentuk molekul obat tepat masuk atau sebagian masuk ke dalam rongga siklodekstrin dan kompleks inklusi yang terbentuk distabilkan oleh gaya-gaya antar mokelul, seperti gaya van der Waals, ikatan hydrogen, interaksi hidrofob dan pelepasan air energi tinggi (Isadiartuti dan Martodiharjo, 2000).

Senyawa yang dapat membentuk kompleks dengan siklodekstrin sangat tergantung dari kompatibilitas ukuran senyawa dengan dimensi rongga siklodekstrin. Stabilitas pembentukan kompleks juga tergantung oleh sifat molekul tamu antara lain polaritas dan muatan. Stabilitas pembentukan kompleks akan meningkat sebanding dengan sifat hidrofobisitas substituen (Tong, 2000).

HPBCD adalah turunan siklodekstrin berupa serbuk putih yang mempunyai kelarutan dalam air > 50% pada suhu 25 oC dan toksisitasnya rendah untuk pemakaian secara parenteral (Bekers dkk, 1991).


(12)

P kelarutan lebih bai (HPBCD mempun dan Mar fenobarb meningk semakin PGV-0 d apabila k berpenet P dapat me meningk Gam Pentagamavu n kecil dalam ik adalah di D). HPBCD nyai kelaruta rtodihardjo bital dengan katkan kelaru meningkat dengan HPB kelarutan PG trasi melalui Pembentukan eningkatkan katkan penetr

bar 6. Struk E. L unon-0 (PGV m air. Salah ibuat komple D merupak an besar dal tahun 2000 n Hidroxypr utan fenoba pula kelaru BCD dihara GV-0 dalam kulit juga m

F n kompleks kelarutan P rasi perkutan ktur HPBCD Landasan Te V-0) merupa satu upaya u eks dengan kan senyaw

lam air. Pen 0, diketahui ropil Beta arbital, sema utan fenobarb

apkan dapat m basis gel m

meningkat. F. Hipotesis

PGV-0 den PGV-0 dalam

n.

D (Kibbe , 20 eori akan senyaw untuk menda Hidroksipro wa turunan nelitian yang i pembentuk Cyclodextr akin mening bital. Pembe meningkatk meningkat m

s

ngan pengom m basis gel H

004).

wa obat yang apatkan kela opil Beta Sik n siklodeks g dilakukan kan komple rin (HPBCD gkatnya kada entukan disp kan kelaruta maka jumlah mpleks HPBC HPMC sehin g memiliki arutan yang klodekstrin strin yang Isadiartuti eks inklusi D) mampu ar HPBCD persi padat an PGV-0, obat yang CD diduga ngga dapat


(1)

permukaan kulit saja. Hal ini memerlukan penetrasi difusi dari kulit atau absorbsi perkutan (Lachman dkk,1994).

Absorbsi obat perkutan dapat didefinisikan sebagai absorbsi obat ke dalam stratum corneum (lapisan tanduk) dan berlanjut obat menembus lapisan dibawahnya serta akhirnya obat masuk dalam sirkulasi darah kulit (Aiache, 1993). Pada pemakaian obat secara topikal, obat berifusi dalam pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit (stratum korneum dan sebum) serta obat selanjutnya menembus epidermis.

Gambar 3. Skema Absorbsi Perkutan (Banker dan Rhodes ,2002) Sebelum obat memberikan efek, obat perlu dilepaskan dari basisnya. Setelah obat kontak dengan stratum korneum maka obat akan menembus epidermis dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik secara difusi pasif laju


(2)

absorbsi melintasi kulit dan tidak segera tunak, tapi selalu teramati adanya waktu laten.

Gambar 4. Profil Absorbsi Molekul Berdifusi Melalui Kulit (Aiache,1993). Waktu laten mencerminkan penundaan penembusan senyawa ke bagian dalam struktur tanduk dan pencapaian gradient difusi. Waktu tersebut beragam antara satu senyawa dengan senyawa lainnya. Waktu laten ditentukan dengan ekstrapolasi bagian linier kurva sumbu absis (waktu) dan dinyatakan untuk persamaan 1.

T1 = 6D

e2

... (1)

T1 = waktu laten e = tebal membran

D = tetapan difusi molekul dalam struktur kulit

Bila keseimbangan dicapai, jumlah senyawa yang meninggalkan membran permukaan dermik adalah sama dengan senyawa yang menembus lapisan epidermis dalam hal ini difusi mengikuti hukum Fick.

dt dq

= Kp . S . (C1 – C2) ... (2)

dt dq

= jumlah senyawa yang diserap setiap satuan waktu

difusi seimbang

Waktu Waktu laten

Jumla

h

terd

ifu


(3)

Kp = tetapan permeabilitas

S = satuan permukaan membrane

C1–C2 = perbedaan konsentrasi pada kedua sistem membrane Persamaan 2 dapat ditulis menurut Higuchi:

dt dq

= ( )

e S D Km

2

1 C

C

⋅ ⋅

... (3)

Km = koefisien partisi senyawa terhadap kulit pembawa. Dengan demikian tetapan permeabilitas menjadi:

Kp = e

D Km⋅

... (4)

Tetapan permeabilitas Kp mencerminkan kemampuan menembus suatu senyawa melintasi suatu membran tertentu. Semakin tinggi nilai tetapan tersebut, maka kemampuannya semakin nyata, tetapan permeabilitas suatu senyawa yang berdifusi ke dalam semua lapisan kulit merupakan tetapan permeabilitas molekul dalam lapisan tanduk, epidermis malfigi dan dermis (Aiache, 1993).

4. Pentagamavunon-0 (PGV-0)

PGV-0 dikenal dengan nama kimia 2,5-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidin) siklopentanon. PGV-0 merupakan salah satu modifikasi struktur senyawa kurkumin pada rantai tengah yaitu modifikasi gugus β-diketon diganti dengan siklopentanon (Sardjiman, 1993). PGV-0 memiliki berat molekul (BM) 352,13 dengan titik lebur 211-2130C. Kelarutan PGV-0 di dalam etanol 3,8 mg/5 ml dan dalam metanol 14,9 mg/5 ml (Wahyuni, 1998).


(4)

Dalam p dan stabi sedangka H antifungi antiinflam dengan siklooksi dibandin dengan a spektrofo N dan eti

5. Kom P senyawa mengura komplek pelarut DMS il, sehingga an dalam air

Gamb Hasil modifi i, antibakt masi (Sardj cara pen igenase pada ng dengan k

aspirin (Nurr Metode otometri UV il asetat (Ku

mpleks siklo Pembentukan a yang suk angi penyera ks inklusi

SO (Dimetil untuk keper r sangat suka

bar 5. Strukt fikasi ini tel teri, peng jiman, 1993 nghambatan

a konsentras kurkumin, w rochmad, 19 analisis ku V-Vis mengg urniawati, 19 dekstrin n kompleks kar larut, d apan dengan dengan si

Sulfoksida) rluan analisis ar larut (Kurn

tur Pentagam lah diteliti m ghambatan

3). Aktivita biosintesis si yang sama walaupun po

97).

kuantitatif P gunakan pel 999)

s dapat men dapat digun n perubahan

klodekstrin

) PGV-0 dap s dapat digu niawati, 199 mavunon-0 ( mempunyai siklooksige as PGV-0 s prostagla a (0,6 µM) a otensi ini ma

PGV-0 dap larut antara

ningkatkan nakan untuk

kelarutan z merupakan

pat Larut de unakan pelaru 99) (Sardjiman, aktivitas an enase dan sebagai an andin mela aksi PGV-0 l

asih rendah

pat dilakuk lain etanol,

laju penye k meningka zat aktif. Pem

n salah sa

engan baik ut tersebut, 1993). ntioksidan, n sebagai ntiinflamasi alui jalur lebih tinggi dibanding kan secara NaOH 0,1 rapan dari atkan atau mbentukan atu upaya


(5)

peningkatan kelarutan bahan obat (Aiache, 1993). Siklodekstrin merupakan polimer makrosiklik yang terdiri dari molekul-molekul glucose berbentuk kerucut terpotong yang berikatan secara α 1,4. Bagian luar senyawa ini bersifat hidrofil dan bagian dalam rongganya bersifat hidrofob (Isadiartuti dan Martodiharjo, 2000).

Kompleks inklusi terbentuk karena salah satu komponen senyawa terperangkap dalam struktur kristal terbuka atau menyerupai sangkar untuk komponen lain. Persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh bahan obat agar terbentuk kompleks inklusi adalah ukuran dan bentuk molekul obat tepat masuk atau sebagian masuk ke dalam rongga siklodekstrin dan kompleks inklusi yang terbentuk distabilkan oleh gaya-gaya antar mokelul, seperti gaya van der Waals, ikatan hydrogen, interaksi hidrofob dan pelepasan air energi tinggi (Isadiartuti dan Martodiharjo, 2000).

Senyawa yang dapat membentuk kompleks dengan siklodekstrin sangat tergantung dari kompatibilitas ukuran senyawa dengan dimensi rongga siklodekstrin. Stabilitas pembentukan kompleks juga tergantung oleh sifat molekul tamu antara lain polaritas dan muatan. Stabilitas pembentukan kompleks akan meningkat sebanding dengan sifat hidrofobisitas substituen (Tong, 2000).

HPBCD adalah turunan siklodekstrin berupa serbuk putih yang mempunyai kelarutan dalam air > 50% pada suhu 25 oC dan toksisitasnya rendah untuk pemakaian secara parenteral (Bekers dkk, 1991).


(6)

P kelarutan lebih bai (HPBCD mempun dan Mar fenobarb meningk semakin PGV-0 d apabila k berpenet P dapat me meningk Gam Pentagamavu n kecil dalam ik adalah di D). HPBCD nyai kelaruta rtodihardjo bital dengan katkan kelaru meningkat dengan HPB kelarutan PG trasi melalui Pembentukan eningkatkan katkan penetr

bar 6. Struk E. L unon-0 (PGV m air. Salah ibuat komple D merupak an besar dal tahun 2000 n Hidroxypr utan fenoba pula kelaru BCD dihara GV-0 dalam kulit juga m

F n kompleks kelarutan P rasi perkutan ktur HPBCD Landasan Te V-0) merupa satu upaya u eks dengan kan senyaw

lam air. Pen 0, diketahui ropil Beta arbital, sema utan fenobarb

apkan dapat m basis gel m

meningkat. F. Hipotesis

PGV-0 den PGV-0 dalam

n.

D (Kibbe , 20 eori akan senyaw untuk menda Hidroksipro wa turunan nelitian yang i pembentuk Cyclodextr akin mening bital. Pembe meningkatk meningkat m

s

ngan pengom m basis gel H

004).

wa obat yang apatkan kela opil Beta Sik n siklodeks g dilakukan kan komple rin (HPBCD gkatnya kada entukan disp kan kelaruta maka jumlah mpleks HPBC HPMC sehin g memiliki arutan yang klodekstrin strin yang Isadiartuti eks inklusi D) mampu ar HPBCD persi padat an PGV-0, obat yang CD diduga ngga dapat