TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN HIBAH TANAH MENURUT ADAT MINANGKABAU DI KABUPATEN AGAM DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH.

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN HIBAH TANAH MENURUT ADAT
MINANGKABAU DI KABUPATEN AGAM DIHUBUNGKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
RAHMAT SHABRAN
AX0050545
ABSTRAK
Keadaan tanah yang terbatas pada dewasa ini dan dengan bertambah
pesatnya pertumbuhan penduduk, sehingga jumlah penduduk yang ingin
mendayagunakan tanah menjadi tidak seimbang dengan keadaan tanahnya,
dalam keadaan demikian tanpa adanya peraturan yang tegas, maka tanah
sering menjadikan malapetaka bagi manusia, disebabkan karena perebutan
hak, yang menimbulkan perselisihan dan pendayagunaan yang salah.
Kesenjangan yang sering timbul diakibatkan salah satu kaum ada yang
merasa dirugikan dan pensertifikatan tanah yang kurang cermat mengenai
asal usul kebenarannya, bahkan mengandung cacat hukum dan luas bidang
tanah yang dimiliki terkadang tidak sesuai dengan yang tertulis pada sertifikat
tanah. Ditambah lagi pelaksanaan hibah tanah tesebut hanya dilakukan
dengan membuat akta dibawah tangan dengan alasan biaya apabila
melibatkan PPAT dan dalam pelaksanaannya ada juga yang dilakukan tanpa
kesepakatan, persetujuan dan pemufakatan. Tujuan penulisan ini untuk

membahas pelaksanaan hibah tanah menurut hukum adat Minangkabau dan
upaya penyelesaian sengketa hibah tanah bagi masyarakat di kabupaten
Agam Sumatera Barat.
Metode yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu penelitian hukum
yang mengutamakan data sekunder sebagai bahan utama, sedangkan
spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis dalam metode pengumpulan
data melalui penelitian data kepustakaan. Sehingga dapat mendapatkan
gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai penelitian yang
dilakukan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tanah menurut adat
Minangkabau tidak boleh diperjualbelikan dan tanah tersebut hanya dapat
diberikan dengan jalan hibah. Upaya dalam penyelesaian hibah tanah, tanah
itu harus didaftarkan demi tercapainya kepastian hukum, jika tanah tersebut
tidak didaftarkan maka hibah tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum dan
pengecualian diberikan dalam keadaan tertentu untuk daerah-daerah
terpencil dan belum ditunjuk PPAT Sementara.

iv

LEGAL REVIEW OF THE CUSTOMARY LAND GRANTS IN DISTRICT AGAM

MINANGKABAU LINKED WITH GOVERNMENT REGULATION NUMBER 24 YEAR
1997 CONCERNING THE REGISTRATION OF LAND

RAHMAT SHABRAN
AX0050545
ABSTRACT

Ground state is limited to today and with the rapid growth of population
increases, so the number of people who want to utilize the land be out of balance with
the terrain, in such circumstances in the absence of strict regulations, the land often
make disastrous for humans, caused by the struggle for rights, that give rise to disputes
and utilization of the wrong. Gap that often arise due to the existing one that felt
disadvantaged and poor soil titling careful about the origins of the truth, even a flawed
law and owned vast areas of land are sometimes not as written on the certificate of
land. Plus the implementation of the land grant proficiency level is only done by making
the deed under the hands of the grounds of cost if it involves the implementation of
PPAT and some are done without consent, approval and agreement. The purpose of
this paper to discuss the implementation of the grant of land under customary law and
mediation in the Minangkabau of land grants for communities in Agam regency of West
Sumatra.

The method used is a normative juridical laws that give priority to the research of
secondary data as the main ingredient, while the specification is descriptive analytical
research in the methods of collecting data through a data research literature. So as to
gain a thorough and systematic study.
The results of this study is that the land according to traditional Minangkabau
should not be bought and sold and the land can only be provided by way of grants.
Efforts in the completion of the grant of land, the land must be registered in order to
achieve legal certainty, if the land is not registered then the grant does not have the
force of law and the exemption granted under certain circumstances to remote areas
and have not been designated PPAT meantime.

Dokumen yang terkait

SKRIPSITINJAUAN HUKUM DALAM PENDAFTARAN TANAH HIBAH Tinjauan Hukum Dalam Pendaftaran Tanah Hibah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi Kasus Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta).

0 2 13

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Dalam Pendaftaran Tanah Hibah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi Kasus Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta).

0 3 12

Pembuktian Yuridis Pelaksanaan Hibah Tanah Milik Adat yang Baru Dituliskan di Letter C Setelah Pemberi Hibah Meninggal Dunia Dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

0 0 54

PENYELESAIAN SENGKETA PENDAFTARAN TANAH ADAT MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 DI KOTA BUKITTINGGI.

0 0 6

Pendaftaran Hak-hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

0 0 15

PENDAFTARAN TANAH PUSAKO TINGGI DILINGKUNGAN ADAT MINANGKABAU DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DAN PERATURAN DAERAH SUMATERA BARAT NO 16 TAHUN 2008.

0 2 2

KEKUATAN HUKUM TANAH BEKAS MILIK ADAT ATAU YASAN DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH.

1 1 81

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH

0 5 70

peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 ttg pendaftaran tanah

0 0 41

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DI KABUAPTEN MAJALENGKA

0 0 12