Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komodifikasi Budaya Jawa (Wayang) Dalam Program Acara Opera Van Java di Trans 7 T1 362008021 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Raymond Williams mendefinisikan budaya sebagai struktur keluarga,
struktur masyarakat dan organisasi produksi yang mengekspresikan serta
mengatur hubungan sosial serta bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi
dalam masyarakat itu. Disnilah manusia sebagai subyek utama dalam
kebudayaan memegang peran yang sangat penting. Pada diri manusia ini
ide-ide

serta

pemikiran-pemikiran

terus

dikembangkan

hingga

menghasilkan karya-karya baik benda berwujud (culture materielle)

maupun benda yang tidak berwujud (culture immaterial). Benda berwujud
(culture material) ini sering disebut dengan hasil budaya material seperti
alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, dan
sebagainya. Sedangkan benda yang tidak berwujud (culture immaterial )
sering disebut sebagai hasil budaya immaterial misalnya:

kesenian,

kepercayaan, nilai, moral, religi, etika, sistem kekerabatan dan masih
banyak lagi (Purwasito, 2003:96).
Berbagai macam kebudayaaan lokal yang ada di Indonesia salah
satunya adalah kebudayaan Jawa. Dalam kehidupan masyarakat Jawa,
yang menjadi nilai tertinggi dalam kehidupan bersama orang Jawa adalah
keselarasan. Keselarasan disini dipahami sebagai suatu kondisi dimana
masyarakat berada dalam keadaan rukun dan tentram. Kondisi ini dapat
tercipta apabila setiap orang mempunyai tempat dan kedudukan yang
tepat. Karena prinsip hidup inilah untuk menciptakan suatu kondisi dimana
masing-masing orang menempati tempat dan kedudukan yang tepat sesuai
dengan perannya di masyarakat (Suseno, Magnis 1995: 70).
Untuk menciptakan keselarasan ini, H Geertz (1991) dalam Frans MagnisSuseno (1995:70) terdapat dua tuntutan dalam masyarakat Jawa, yaitu:

pertama, setiap orang diakui dan dihormati sesuai dengan kedudukannya.
Oleh karena itu setiap orang harus menduduki tempat yang tepat. Dalam

1

berbicara dan membawa diri harus sesuai dengan tata karma. Selain itu
dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, pembawaan diri
dan cara bersikap harus sesuai dengan tata krama yang disepakati bersama.
Kedua, agar semua orang selalu membawa diri secara rukun. Rukun
dipahami sebagai usaha terus menerus oleh semua anggota masyarakat
untuk bersikap tenang satu sama lain dan untuk menyingkirkan keinginankeinginan yang dapat menimbulkan perselisihan dan keresahan.
Keselarasan dan kerukunan menjadi tujuan yang utama dari
kehidupan orang Jawa yang terus dijunjung tinggi dan diperjuangkan.
Karena falsafah hidup dan prinsip hidup orang Jawa inilah yang sering kali
falsafah ini disebut falsafah yang Adiluhung.
Hal tersebut dapat terwujud dalam kesenian yang ada, yang merupakan
salah satu unsur penting dari sebuah kebudayaan Jawa. Nilai dan norma
yang menjadi unsur budaya dari suatu masyarakat akan menentukan
bentuk kesenian seperti apa yang akan tercipta.
Diantara sekian banyak seni budaya Jawa, ada budaya wayang dan

seni pendalangan yang bertahan dari masa ke masa. Wayang telah ada,
tumbuh dan berkembang sejak lama, hingga kini melintasi perjalanan
panjang sejarah Indonesia. Budaya wayang dan seni pendalagan itu
memang unik dan canggih, karena dalam pergelarannya mampu
memadukan dengan serasi beraneka ragam seni, seperti seni drama, seni
suara, seni sastra, seni rupa, dan sebagainya, dengan sentral seorang
dalang. Dalang dengan para seniman pendukungnya yaitu, pengrawit,
swarawati, dan lain- lainnya, mampu menampilkan sajian seni yang sangat
menarik. Wayang hadir dalam wujudnya yang utuh baik dalam estetika,
etika, maupun falsafahnya. (Ensiklopedia 1999: 21).
Dalam pertunjukan wayang itu peranan dalang sentral dan strategis.
Disebut sentral karena seluruh pentas wayang yang menggabungkan
pelbagai seni itu digerakan dan diarahkan oleh dalang. Juga strategis
karena sebagai tokoh sentral, kualitas seni pedalangan itu sangat
ditentukan oleh kemampuan dalang. Wayang terus berkembang dan setia

2

pada misinya dan fungsi yang diemban, sebagai sarana hiburan sekaligus
menyampaikan pesan–pesan keutamaan hidup. Wayang berfungsi sebagai

sarana penerangan, pendidikan, dan komunikasi massa yang sangat akrab
dengan masyarakat pendukungnya. Selain itu, juga kehadiran penonton
merupakan satu kesatuan dalam pergelaran wayang yang tidak saja
disuguhi hiburan yang menarik, melainkan diajak untuk berpikir dengan
kemampuan penalaran, rasa sosial dan filosofis (Ensiklopedia 1999 : 22 –
27).
Di era modern ini, pertunjukan Wayang dikemas sedemikian rupa
menjadi produk tayangan televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan
audiovisual memiliki pengaruh paling kuat dalam pembentukan sikap dan
kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan secara
efektif dengan memusatkan pandangan pemirsa melalui ilustrasi visual,
tata gerak, warna dan berbagai bunyi atau suara (Mulyana, 2008).
Selain memiliki pengaruh yang kuat, menurut Morrisan (2009:199),
acara atau program merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan
dan mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran radio dan
televisi. Maka sebuah stasiun televisi mengemas sedemikian rupa kesenian
daerah menjadi produk yang layak dijual.
Program acara Opera Van Java merupakan program acara dengan
tema wayang yang menarik penonton, bahkan mendapat respon yang
postif terbukti sejak kemunculan pertama yang hanya tayang seminggu

sekali hingga seiring rating yang terus meningkat Opera Van Java kini
tayang lima kali seminggu dari Senin sampai Jumat. Bukti lainnya pada
tahun 2010 memperoleh rating sebesar 32,2 dibandingkan dengan program
di televisi lainnya.1
Program ini menampilkan Wayang versi modern, lengkap dengan
dalang dan sindennya, serta para pemusik tradisional yang menggunakan
alat musik khas Jawa. Opera Van Java sendiri merupakan genre baru
1

Simulasi Opera Van Java Sahur 2010 data ini diperoleh dari salah satu tim Opera Van
Java.
3

dalam komedi, dimana program acara ini tidak mengikuti tatanan komedi
secara umum. Disamping itu OVJ sendiri mengabunggkan antara sinopsis
cerita, gimmick, properti, dan improvisasi para pemain. Dalam Opera Van
Java, Parto berperan sebagai seorang dalang yang mempunyai wewenang
untuk mengatur alur cerita di setiap adegan. Sedangkan para pemain yang
bertindak sebagai wayang, harus menuruti semua perintah yang diucapkan
oleh dalang, oleh karena itu, para pemain dituntut untuk melakukan

improvisasi adegan dan dialog dengan cepat. Selain itu, keunikan program
ini adalah alur ceritanya yang hanya diketahui oleh sang dalang, sehingga
reaksi dan aksi spontan para pemain Opera Van Java ini akan mengalir
dengan sendirinya2. Atas keunikan tersebut pada tahun 2011 Opera Van
Java memperoleh penghargaan dari Indonesia Most Favorite Youth
Brand 2011 oleh Majalah Marketeers & Markplus Insight untuk
kategori program acara pilihan anak muda3.
Pada tayangan Opera Van Java, pertunjukan wayang yang
ditampilkan sangat jauh berbeda dari pertunjukan wayang yang
sebenarnya. Opera Van Java yang mengatas namakan budaya Jawa
seringkali menunjukan adegan kasar dan tidak sesuai dengan kebudayaan
masyarakat Jawa yang sebenarnya. Televisi menjadikan budaya sebagai
komoditi untuk meraih keuntungan. Asalkan penonton bisa tertawa
melihat aksi dari para aktor, itu merupakan keberhasilan tayangan tersebut.
Acara–acara kerohanian, hiburan seperti wayang, ketoprak, tidak lagi
dipertontonkan nilai idealnya, tetapi lebih dipandang sebagai komoditas
yang dapat diperjualbelikan dengan produksi secara masal. Nilai – nilai
yang syarat akan pesan yang terkandung dalam tontonan tidak menjadi
penting, sehingga nilai kesenian wayang yang selama ini dianggap
Adiluhung menjadi hilang. Morrisan (2009:199) menyatakan bahwa hal

yang terpenting adalah para produser dapat menarik iklan sebanyak –
2

Sinopsis Program Acara. http://www.trans7.co.id/frontend/home/category diakses pada
tanggal 2 Desember 2011, pukul 14.00 WIB.
3
Penghargaan. http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/365 diakses pada
tanggal 2 September 2012, pukul 17.51 WIB.
4

banyaknya dari sebuah acara sehingga keuntungan mereka bertambah. Hal
inilah yang akan dianalisa oleh peneliti menggunakan teori komodifikasi
budaya untuk menganalisa tentang perubahan yang terjadi pada budaya
lokal (Wayang) dalam tayangan Opera Van Java menjadi budaya massa
yang diperjualbelikan demi keuntungan yang besar.
Pada

penelitian

sebelumnya


yang

pernah

membahas

terkait

komodifikasi dalam program televisi adalah Sumantri (2011) ia
menuliskan bahwa program TV tidak hanya berorientasi pada kepentingan
masyarakat tapi juga kepentingan pasar. Sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti tayangan Opera Van Java yang menjadikan budaya jawa sebagai
komoditas. Tayangan yang akan dijadikan bahan penelitian adalah episode
Petarungan Anak Arjuna, Sayembara Drupadi, dan Wahyu Cakraningrat.
Pemilihan pada episode-episode tersebut karena peneliti ingin melihat
bentuk-bentuk komodifikasi wayang yang ada dalam tayangan Opera Van
Java Trans7.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah

penelitian, sebagai berikut:
Bagaimana komodifikasi budaya Jawa (wayang) dalam program acara
Opera Van Java di Trans7?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
Menjelaskan komodifikasi budaya Jawa (wayang) dalam program
acara Opera Van Java di Trans7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1

Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memperluas ilmu
komunikasi, dan pemahaman mengenai komodifikasi budaya,

5

khususnya budaya Jawa (Wayang) yang dikemas dalam tayangan
komedi atau lawak.
1.4.2


Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberi wacana kepada
masyarakat untuk bersikap kritis terhadap program– program acara
televisi, khususnya tayangan Opera Van Java yang mengangkat
topik-topik budaya.

1.4.3

Konsep – konsep yang Digunakan
Budaya
Kata budaya menurut Koentjaraningrat (1974 dalam buku
Bastomi 1991:1) berasal dari bahasa Sansekert “budhyah”. Kata ini
adalah bentuk jamak dari budhi

yang berarti budi atau akal.

Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Komodifikasi

Komodifikasi menurut Vincent Moscow digambarkan
sebagai cara kapitalisme dengan membawa akumulasi tujuan
kapitalnya atau mudahnya dapat digambarkan sebagai sebuah
perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar.
Kaitannya komodifikasi dan komunikasi, dapat digambarkan dari
dua dimensi hubungan antara lain :
- Proses komunikasi dan terknologi tersebut memiliki kontribusi
terhadap proses umum komodifikasi secara keseluruhan.
- Proses komodifikasi secara keseluruhan menekan proses
komunikasi dan institusinya yang terjadi dalam masyarakat, jadi
perbaikan dan bantahan dalam proses komodifikasi sosial

6

mempengaruhi komunikasi sebagai praktik sosial. Beberapa
bentuk komoditas dalam komunikasi antara lain adalah:
1. Komodifikasi content atau isi media komunikasi
2. Komodifikasi audience
3. Komodifikasi pekerja atau buruh (Febriani Dian, 2012).
Program Acara OVJ
Opera Van Java merupakan acara komedi yang tayang di
stasiun televisi Trans 7 setiap hari Senin sampai Jumat tiap
minggunya yang berdurasi selama kurang lebih 2 jam. Konsep
komedi Opera Van Java terinspirasi dari wayang kulit yang
dimainkan dalang dengan mengubah peran yang dimainkan
wayang kulit menjadi orang sungguhan, yang menonjol dari Opera
Van Java itu sendiri adalah komedi yang berlatar belakang
tradisional (Fahma dalam Intisari, 2012: 41).
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada tayangan Opera Van Java episode Petarungan
Anak Arjuna, Sayembara Drupadi, dan Wahyu Cakraningrat.
Komodifikasi budaya Jawa (Wayang) adalah budaya Jawa (Wayang) yang
dijadikan komoditas dalam bentuk tayangan Opera Van Java, budaya yang
dijadikan komoditas ini adalah budaya massa bentukkan media, dalam hal
tersebut media tentu menyiratkan ideologi-ideologinya. Dengan melihat
konten dari tayangan Opera Van Java ini peneliti akan menggambarkan
komodifikasi budaya Jawa (Wayang) dalam program tersebut.

7