Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari ODHA di Kota Bandung (2015).

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 3

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat/signifikansi penelitian ... 4

E. Struktur organisasi skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Rasa syukur ... 6

1. Definisi ... 6

2. Karakteristik orang yang bersyukur ... 7

3. Perspektif rasa syukur ... 8


(2)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari ODHA di Kota Bandung (2015)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Komponen rasa syukur ... 9

B. Komitmen pernikahan ... 10

1. Definisi ... 10

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen ... 11

3. Jenis-jenis komitmen ... 11

4. Dimensi komitmen ... 12

C. ODHA ... 13

D. Penelitian sebelumnya yang relevan ... 14

E. Kerangka berpikir ... 15

F. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Desain penelitian ... 18

B. Variabel penelitian dan definisi operasional ... 18

1. Variabel penelitian ... 18

2. Definisi konseptual dan operasional ... 18

C. Populasi dan sampel ... 22

D. Teknik pengumpulan data ... 23

E. Instrumen penelitian ... 23

1. Kuesioner rasa syukur ... 23

2. Kuesioner komitmen pernikahan ... 25

F. Teknik analisis data ... 28

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Gambaran responden ... 29

B. Uji hipotesis, uji korelasi dan uji signifikansi ... 30

C. Gambaran umum rasa syukur pada pasangan dari ODHA ... 31


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37 A. Kesimpulan ... 37 B. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS


(4)

Inatsa Latvia, 2015Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar belakang penelitian

Dari tahun ke tahun, jumlah penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kemenkes RI pada bulan Maret 2013, penderita HIV telah mencapai angka 5.369 orang dan penderita AIDS berjumlah 460 orang. Disisi lain, sejumlah orang menikah dengan penderita HIV dan AIDS. Diantaranya ada yang kemudian memutuskan untuk bercerai dan adapula yang mempertahankan pernikahannya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi perceraian, mulai dari kurangnya perhatian, adanya ketidakcocokan, munculnya kecemburuan dan ketidakpercayaan dari pasangan, perselingkuhan, dan masih banyak lagi (Wijayanti, 2008).

Selain faktor-faktor yang memengaruhi perceraian, adapula faktor-faktor yang dapat memperkuat hubungan sehingga pasangan dari ODHA mempertahankan pernikahannya, salah satunya yaitu rasa syukur (Mitchell, 2010) dan komitmen pernikahan yang tinggi (Bob & Blood, 1995). Menurut Mitchell (2010), rasa syukur dapat memperkuat suatu hubungan karena rasa syukur seseorang dapat membuat pasangannya merasa dihargai dan merasa bahwa pasangannya memperhatikan hubungan mereka.Individu dengan rasa syukur yang tinggi akan terus bersyukur atas apa yang ia dapatkan dalam hidupnya, termasuk atas dengan siapa ia dipasangkan dalam pernikahan di kehidupannya.

Rasa syukur berhubungan dengan religiusitas (Putri, 2014). Semakin tinggi religiusitas pasangan maka semakin tinggi komitmen pernikahan pada pasangan

suami istri (Syifa’a & Herawati, tt). Komitmen pernikahan yang tinggi akan

menunjang keberlangsungan pernikahan, karena komitmen menjaga pasangan untuk tetap kuat dalam menghadapi permasalahan pernikahan yang ada (Bob & Blood, 1955).

Kehidupan pernikahan ODHA mengalami permasalahan lain dibandingkan dengan pernikahan orang bukan ODHA, seperti stigma negatif dan diskriminasi. Pasangan dari ODHA harus memiliki rasa syukur yang tinggi dengan memiliki


(5)

perasaan dan ungkapan terimakasih yang diwujudkan dalam bentuk apresiasi atas manfaat yang telah diterima sebagai pasangan dari ODHA. Dengan demikian ia bisa merasa bahagia dan puas dengan kehidupan pernikahannya sehingga ia ingin mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hubungannya dengan pasangannya, dalam hal ini memperkuat komitmen pernikahannya.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 dan 9 Oktober 2014 di Rumah Cemara kota Bandung pada 2 orang yang merupakan pasangan dari ODHA mengenai kehidupan pernikahannya, didapatkan hasil bahwa alasan mengapa mereka tetap mempertahankan pernikahannya adalah karena mereka memiliki komitmen cukup kuat untuk menikah dengan ODHA. Keduanya mengetahui dari sebelum menikah bahwa pasangan yang akan dinikahinya merupakan ODHA, dan mereka mau menerima status pasangannya tersebut.

Walaupun kedua subjek selalu memakai kondom saat berhubungan seksual dengan pasangannya, mereka mengaku sangat puas dengan pernikahan mereka saat ini. Keduanya sebelumnya pernah menikah dengan yang bukan ODHA, dan mereka rasa menikah dengan ODHA membuat mereka merasa lebih baik dengan mendapatkan manfaat seperti bertambahnya teman-teman yang juga merupakan pasangan dari ODHA serta bertambahnya pengetahuan umum tentang HIV/AIDS itu sendiri. Pasangan dari keduanya masih sehat sampai saat ini dan mereka sangat bersyukur akan hal itu. Yang keduanya lakukan adalah menjaga kesehatan pasangannya dan juga selalu mendukung pasangannya agar pasangannya bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-harinya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Anastasia (2009) bahwa diantara banyaknya kasus perceraian yang terjadi pada ODHA, masih ada beberapa orang yang memiliki keinginan untuk tetap mempertahankan pernikahannya meski mengetahui pasangannya telah terjangkit HIV/AIDS. Anastasia (2009) melakukan penelitian tentang kepuasan pernikahan terhadap 2 orang yang merupakan pasangan dari ODHA, dan ia menemukan bahwa ada beberapa area yang terganggu pada aspek kepuasan subjeknya seperti orientasi keagamaan, anak dan pengasuhan anak (pada subjek 1) dan pengelolaan keuangan (pada subjek 2),


(6)

Inatsa Latvia, 2015Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari namun keduanya tetap berusaha untuk mempertahankan pernikahannya. Aspek kepuasan pernikahan dalam penelitian Anastasia yaitu komunikasi, kegiatan di waktu luang, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan, hubungan seksual, anak dan pengasuhan, keluarga dan teman, kepribadian dan kesetaraan peran.

Menurut Rusbult (dalam Wijayanti, 2013), kepuasan adalah salah satu alasan mengapa seseorang tetap bertahan dalam pernikahannya. Selain kepuasan, perbandingan antara pasangannya dengan orang lain dan investasi yang telah ditanamkan dalam pernikahan juga menjadi alasan lain mengapa seseorang bertahan dalam pernikahannya (Rusbult dalam Wijayanti, 2013).

Namun aspek kepuasan dalam penelitian Anastasia dengan yang dimaksud Rusbult berbeda. Jika dibandingkan dengan hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan, ada beberapa persamaan yang menjadikan pasangan dari ODHA tetap bertahan dalam pernikahannya, yaitu kepuasan, hubungan seksual, perbandingan pasangan dengan orang lain, anak dan pengasuhan, keluarga dan teman, orientasi keagamaan dan resolusi konflik.

Beberapa hal diatas merupakan bagian dari komitmen dalam hubungan interpersonal. Komitmen adalah keputusan untuk mempertahankan hubungan dalam jangka panjang (Sternberg, 2001). Hubungan jangka panjang salah satu contohnya adalah pernikahan (Bartlett, et al., 2011). Dalam pernikahan, komitmen merupakan salah satu hal yang memperteguh hubungan dengan pasangan, karena komitmen memperkuat keinginan individu untuk selalu bersama pasangannya. Menurut Fagan dan Churchill (2012), salah satu penyebab perceraian terjadi adalah karena komitmen berhubungan yang rendah.

Melihat banyaknya pasangan dari ODHA yang mempertahankan pernikahannya sementara disisi lain angka perceraian pada ODHA juga tinggi,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara

gratitude (rasa syukur) dengan komitmen pernikahan pada pasangan dari ODHA


(7)

B.

Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

“Apakah terdapat hubungan antara rasa syukur dengan komitmen pernikahan pada pasangan dari ODHA di Kota Bandung?”.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara rasa syukur dengan komitmen pernikahan pada Pasangan dari ODHA di Kota Bandung.

D.Manfaat/signifikansi penelitian

Penelitian tentang hubungan rasa syukur dengan komitmen pernikahan pada pasangan dari ODHA di Kota Bandung memiliki beberapa manfaat, yaitu:

a. memperkaya pengetahuan mengenai rasa syukur dan komitmen pernikahan b. menambah wawasan tentang kehidupan pernikahan pasangan dari ODHA di


(8)

Inatsa Latvia, 2015Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari E.Struktur organisasi skripsi

Skripsi ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang berisikan hal-hal yang mendasari penelitian ini seperti latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Merupakan kajian pustaka yang juga landasan teori penelitian yang berisikan hal-hal yang melandasi penelitian seperti pembahasan mengenai Rasa syukur, Komitmen pernikahan, ODHA, Kerangka berpikir, Hipotesis dan Penelitian Sebelumnya. Pembahasan mengenai rasa syukur terdiri dari Definisi, Karakteristik orang yang bersyukur, Perspektif rasa syukur, Faktor yang memengaruhi rasa syukur dan komponen rasa syukur. Pembahasan mengenai Komitmen pernikahan terdiri dari Definisi, Faktor-faktor yang memengaruhi komitmen, Jenis-jenis komitmen dan Dimensi komitmen.

BAB III METODE PENELITIAN

Merupakan metodologi dari penelitian yang berisikan Desain penelitian, Variabel penelitian dan Definisi operasional, Populasi dan Sampel, Teknik pengumpulan data, Instrumen penelitian dan Teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Merupakan hasil dari penelitian berupa pengolahan statistik dan analisis data berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk pasangan dari ODHA, dan peneliti selanjutnya.


(9)

(10)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2006). Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu variabel rasa syukur dan komitmen pernikahan.

Metode korelasional digunakan dalam penelitian ini dikarenakan rasa syukur dan komitmen pernikahan hubungannya setingkat dan sama-sama memengaruhi pernikahan. Sehingga penelitian dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara Rasa Syukur dengan Komitmen Pernikahan.

B.Variabel penelitian dan definisi operasional 1. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini adalah rasa syukur (V1) dan komitmen pernikahan (V2).

2. Definisi konseptual dan operasional a.Syukur

Definisi konseptual dari rasa syukur menurut Emmons, Mc Cullough dan Tsang (dalam Lopez & Snyder, 2004) rasa syukur adalah perasaan takjub yang membekas (di hati), ungkapan terimakasih, dan bentuk apresiasi atas manfaat yang diterima. Ada tiga hal dari rasa syukur berdasarkan pengertian diatas yaitu: 1) Perasaan takjub yang membekas (di hati) atas manfaat yang diterima

2) Ungkapan terimakasih atas manfaat yang diterima 3) Bentuk apresiasi atas manfaat yang diterima

Rasa syukur dalam penelitian ini adalah perasaan takjub yang membekas (di hati), rasa terimakasih, dan apresiasi subjek atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA. Rasa syukur dalam penelitian ini dapat dilihat dari individu


(11)

merasa takjub atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA, individu mengungkapkan rasa terimakasih atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA, dan individu mengapresiasi atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA.

Rasa syukur adalah jumlah skor keseluruhan yang diperoleh individu dari dari individu merasa takjub atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA, individu mengungkapkan rasa terimakasih atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA, dan individu mengapresiasi atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA.

b. Komitmen pernikahan

Menurut Stanley dan Markman (1992), komitmen meliputi dua konstruk yaitu dedikasi pribadi (keinginan individu untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas atau hubungannya untuk kepentingan bersama) dan

constraint commitment (kekuatan individu untuk mempertahankan hubungan

terlepas dari dedikasi pribadi mereka terhadap hubungan mereka). Ada 2 dimensi menurut Stanley dan Markman (1992), yaitu:

1) Dedikasi pribadi

Dedikasi pribadi mengacu pada keinginan individu untuk memelihara atau meningkatkan kualitas hubungannya untuk kepentingan bersama. Adapun komponen dari dedikasi pribadi menurut Stanley dan Markman (1992), yaitu: a) Relationship agenda, yaitu keinginan untuk berhubungan terus-menerus, dalam

jangka panjang.

b)Primacy of relationship, yaitu tingkat prioritas hubungan dalam kegiatan

sehari-hari individu.

c) Couple identity, yaitu sejauh mana individu menganggap pasangannya sebagai

satu tim. Dalam teori pertukaran, komitmen membuat individu dengan pasangannya masing-masing berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

d)Satisfaction with sacrifice, yaitu kepuasan atas apa yang ia korbankan untuk


(12)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari e) Alternative monitoring, yaitu semakin individu tertarik dengan potensi yang

dimiliki oleh pasangannya, maka semakin rendah dedikasi pribadinya pada pasangannya.

f) Meta-commitment, yaitu tingkat komitmen yang harus dimiliki oleh individu.

2) Constraint commitment

Sebaliknya, constraint commitment mengacu pada pandangan individu mengenai faktor-faktor yang dapat menghambat ia untuk memutuskan hubungannya, terlepas dari dedikasi pribadinya kepada pasangannya. Faktor-faktor ini mungkin timbul dari tekanan, baik eksternal maupun internal, yang mendukung stabilitas hubungan. Berikut ini komponen dari constraint

commitment, yaitu:

a) Structural investments, yaitu semakin banyak investasi yang ia tanamkan dalam

hubungannya, semakin seseorang berat untuk kehilangan investasinya tersebut. b)Social pressures, yaitu adanya tekanan dari pihak lain, bisa keluarga ataupun

teman, yang menekan individu untuk menjaga keberlangsungan hubungannya. c) Termination procedures, yaitu kesulitan akan langkah-langkah yang harus

diambil untuk bercerai.

d)Unattractiveness of alternatives, yaitu munculnya ketidaksenangan individu

untuk berubah ke kondisi yang berbeda, misalnya perubahan tempat tinggal dan perubahan status ekonomi.

e) Availability of partners, yaitu kecocokan pasangan.

f) Morality of divorce, yaitu penerimaan moral terhadap perceraian.

Dalam penelitian ini, komitmen pernikahan adalah dedikasi pribadi dan

constraint commitment pasangan dari ODHA (baik ia merupakan ODHA ataupun

bukan) terhadap pasangannya atau bahkan terhadap dirinya sendiri untuk mempertahankan hubungan pernikahannya. Komitmen pernikahan diukur dari tingkat komitmen pasangan dari ODHA terhadap pasangannya. Landasan teori yang digunakan adalah teori komitmen dari Stanley & Markman yang memiliki 2 dimensi didalamnya yaitu dedikasi pribadi dan constraint commitment. Dalam


(13)

penelitian ini, subdimensi Termination Procedures dan Unnattractiveness of

Alternatives dalam dimensi constraint commitment tidak digunakan karena kedua

dimensi ini membahas tentang langkah-langkah untuk bercerai dan kondisi yang mungkin dialami setelah bercerai sedangkan status dari subjek penelitian masih menjalani kehidupan pernikahan. Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

(1) Dedikasi pribadi

Dimensi ini berkaitan dengan keinginan untuk selalu bersama pasangan dan menjaga hubungan dengan meningkatkan kualitasnya.

(a) Relationship agenda

Yaitu seberapa besar keinginan yang dimiliki individu untuk bersama pasangannya dalam jangka panjang.

(b) Primacy of relationship

Yaitu seberapa besar individu memprioritaskan hubungannya dengan pasangannya dibandingkan dengan kegiatannya sehari-hari.

(c) Couple identity

Yaitu seberapa kuat individu merasa menjadi satu kesatuan dengan pasangannya.

(d) Satisfaction with sacrifice

Yaitu seberapa besar kepuasan yang dimiliki individu atas apa yang telah ia korbankan untuk kepentingan pasangannya.

(e) Alternative monitoring

Yaitu seberapa besar ketertarikan individu terhadap potensi yang dimiliki pasangannya.

(f) Meta-commitment

Yaitu seberapa tinggi komitmen yang dimiliki individu terhadap pasangannya.

(2) Constraint commitment

Dimensi ini berkaitan dengan kendala-kendala yang menghambat individu untuk memutuskan hubungan dan akhirnya mempertahankannya.


(14)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari Yaitu seberapa besar tekanan eksternal yang memaksa individu untuk menjaga keutuhan hubungan.

(b) Morality of divorce

Yaitu seberapa besar penerimaan moral individu terhadap perceraian. (c) Structural investments

Yaitu seberapa besar investasi yang ia miliki selama pernikahannya dengan pasangannya.

(d)Availability of partners

Yaitu persepsi yang dimiliki individu mengenai kecocokan dia terhadap lawan jenis baik itu dengan pasangan maupun orang lain.

Komitmen pernikahan adalah jumlah skor keseluruhan yang diperoleh individu dari dimensi dedikasi pribadi dan constraint commitment dalam instrumen The Commitment Inventory.

C.Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan dari ODHA di Kota Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 pasangan dari ODHA di LSM Rumah Cemara. Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didalamnya ada pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh peneliti (Riduwan, 2012). Dalam penelitian ini pertimbangannya adalah tidak diketahuinya keseluruhan jumlah subjek yang tersedia dikarenakan kurangnya keterbukaan diri subjek terhadap penelitian ini. Selain itu dibuat karakteristik subjek penelitian ini yang disesuaikan dengan kedua variabel penelitian. Karakteristik tersebut yaitu sudah mengetahui status ODHA pasangan minimal 3 bulan sebelum penelitian dilakukan.

Karakteristik ini dimasukkan ke dalam penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa usia ODHA yang mungkin lebih pendek daripada orang yang bukan ODHA. Namun disisi lain komitmen pernikahan dan rasa syukur tidak akan begitu terlihat jika subjek baru mengetahui status ODHA pasangannya pada saat penelitian dilakukan.


(15)

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada pasangan dari ODHA yang sesuai dengan karakteristik dari kerangka sampel.

E.Instrumen penelitian 1. Kuesioner rasa syukur

a. Spesifikasi instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori Emmons, Mc Cullough dan Tsang (2004). Instrumen ini terdiri dari 10 item dan 3 skala.

b.Pengisian kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari tiga pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari tiga kategori yaitu Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen rasa syukur dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1)Setiap pernyataan dalam kuesioner ini disertai dengan alternatif jawaban yang terdiri dari tiga kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.


(16)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari Tabel 3.1

Penyekoran kuesioner rasa syukur

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan Favorable

Setuju 3

Kurang Setuju 2

Tidak Setuju 1

2)Setelah pernyataan-pernyataan tersebut berisikan jawaban responden, maka selanjutnya jawaban tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor total pada masing-masing instrumen.

3)Menentukan rata-rata dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rata-rata dan standar deviasi tersebut.

d.Kisi-kisi instrumen rasa syukur Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen rasa syukur

Aspek Dimensi Indikator No Item Jumlah

Rasa Syukur

Afeksi

Individu merasa takjub (yang membekas di hati) atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA

1,4,7,10 4

Psikomotor

Individu mengungkapkan rasa terimakasih atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA

2,5,8 3


(17)

sebagai pasangan dari ODHA

Jumlah 10

e. Kategorisasi skor rasa syukur Berikut kategorisasi skor rasa syukur. Tabel 3.3

Kategorisasi rasa syukur

Kategori Rumus

Sangat Tinggi X > 28.142 Tinggi 27.194 < X ≤ 28.142 Sedang 26.245 < X ≤ 27.194 Rendah 25.297 < X ≤ 26.245

Sangat Rendah X ≤ 25.297

2. Kuesioner komitmen pernikahan a. Spesifikasi instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari instrumen

The Commitment Inventory dari Stanley & Markman. Instrumen ini terdiri dari

100 item dan 7 skala, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0.70 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas tinggi. Namun pada penelitian ini digunakan 3 skala disesuaikan dengan kondisi tingkat pendidikan subjek yang kebanyakan rendah (minimal tingkat pendidikan subjek adalah SMP) dan item yang digunakan hanya 60 disesuaikan dengan tujuan penelitian.


(18)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari b.Pengisian kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari tiga pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari tiga kategori yaitu Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari tiga kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.4

Penyekoran kuesioner komitmen pernikahan

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Setuju 3 1

Kurang Setuju 2 2

Tidak Setuju 1 3

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen komitmen pernikahan yang diperoleh responden.

3) Menentukan rata-rata dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rata-rata dan standar deviasi tersebut.


(19)

Tabel 3.5

Kisi-kisi instrumen komitmen pernikahan

Aspek Dimensi Subdimensi Indikator No Item Jumlah

Komitmen Pernikahan Dedikasi Pribadi Relationship Agenda

Merencanakan masa depan bersama pasangan 22,25,27,29, 30, 32 6 Primacy of Relationship

Mengutamakan kepentingan pasangan

39, 41, 43, 45, 48, 49

6

Couple Identity Menginginkan identitas yang

kuat sebagai pasangan

34, 38, 40, 42, 44, 60

6

Satisfaction with Sacrifice

Puas dengan pengorbanan yang dilakukan untuk pasangan

46, 47, 50, 51, 58, 59

6

Alternative Monitoring

Tertarik dengan lawan jenis lain selain pasangan

52, 53, 54, 55, 56, 57

6

Meta-Commitment

Menjaga komitmen pernikahan 28, 31, 33, 35, 36, 37

6

Constraint

Commitment Social Pressures

Lingkungan sosial dirasa sangat menekan untuk keberlangsungan pernikahan

5, 8, 15, 18, 20, 23

6

Morality of Divorce

Pernikahan sekali seumur hidup

2, 3, 10, 13, 14, 17

6

Structural Investments

Banyak menginvestasikan uang ke dalam pernikahan

6, 7, 19, 21, 24, 26

6

Availability of Partners

Kesulitan jika harus menemukan pasangan baru

1, 4, 9, 11, 12, 16

6

Jumlah 60

e. Kategorisasi skor komitmen pernikahan Berikut kategorisasi skor komitmen pernikahan.

Tabel 3.6


(20)

Inatsa Latvia, 2015

Hubungan antara Gratitude (Rasa Syukur) dengan Komitmen Pernikahan pada Pasangan dari

Kategori Rumus

Sangat Tinggi X > 95.447 Tinggi 84.389 < X ≤ 95.447 Sedang 73.330 < X ≤ 84.389 Rendah 62.272 < X ≤ 73.330 Sangat Rendah X ≤ 62.272 F.Teknik analisis data

Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah dari penelitian ini dilakukan uji korelasi sederhana dengan teknik Spearman Rank dengan bantuan program SPSS 18.0. Spearman Rank digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara 2 variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) yang berskala ordinal (Riduwan & Akdon, 2010, hlm. 118). Korelasi ini dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila r=-1 artinya korelasinya negatif sempurna; r=0 artinya tidak ada korelasi; dan r=1 berarti korelasinya sangat kuat. Berikut interpretasi koefisien korelasi menurut Riduwan (2009, hlm. 138).

Tabel 3.7

Interpretasi koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0.80-0.100 Sangat Kuat

0.60-0.799 Kuat

0.40-0.599 Cukup Kuat

0.20-0.399 Rendah


(1)

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada pasangan dari ODHA yang sesuai dengan karakteristik dari kerangka sampel.

E.Instrumen penelitian 1. Kuesioner rasa syukur

a. Spesifikasi instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori Emmons, Mc Cullough dan Tsang (2004). Instrumen ini terdiri dari 10 item dan 3 skala.

b.Pengisian kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari tiga pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari tiga kategori yaitu Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen rasa syukur dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1)Setiap pernyataan dalam kuesioner ini disertai dengan alternatif jawaban yang terdiri dari tiga kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.


(2)

Tabel 3.1

Penyekoran kuesioner rasa syukur

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable

Setuju 3

Kurang Setuju 2

Tidak Setuju 1

2)Setelah pernyataan-pernyataan tersebut berisikan jawaban responden, maka selanjutnya jawaban tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor total pada masing-masing instrumen.

3)Menentukan rata-rata dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rata-rata dan standar deviasi tersebut.

d.Kisi-kisi instrumen rasa syukur Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen rasa syukur

Aspek Dimensi Indikator No Item Jumlah

Rasa Syukur

Afeksi

Individu merasa takjub (yang membekas di hati) atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA

1,4,7,10 4

Psikomotor

Individu mengungkapkan rasa terimakasih atas manfaat yang diterima sebagai pasangan dari ODHA

2,5,8 3


(3)

sebagai pasangan dari ODHA

Jumlah 10

e. Kategorisasi skor rasa syukur

Berikut kategorisasi skor rasa syukur.

Tabel 3.3

Kategorisasi rasa syukur

Kategori Rumus

Sangat Tinggi X > 28.142 Tinggi 27.194 < X ≤ 28.142 Sedang 26.245 < X ≤ 27.194 Rendah 25.297 < X ≤ 26.245

Sangat Rendah X ≤ 25.297

2. Kuesioner komitmen pernikahan a. Spesifikasi instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari instrumen

The Commitment Inventory dari Stanley & Markman. Instrumen ini terdiri dari

100 item dan 7 skala, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0.70 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas tinggi. Namun pada penelitian ini digunakan 3 skala disesuaikan dengan kondisi tingkat pendidikan subjek yang kebanyakan rendah (minimal tingkat pendidikan subjek adalah SMP) dan item yang digunakan hanya 60 disesuaikan dengan tujuan penelitian.


(4)

b.Pengisian kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari tiga pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari tiga kategori yaitu Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari tiga kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.4

Penyekoran kuesioner komitmen pernikahan

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Setuju 3 1

Kurang Setuju 2 2

Tidak Setuju 1 3

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen komitmen pernikahan yang diperoleh responden.

3) Menentukan rata-rata dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rata-rata dan standar deviasi tersebut.


(5)

Tabel 3.5

Kisi-kisi instrumen komitmen pernikahan

Aspek Dimensi Subdimensi Indikator No Item Jumlah

Komitmen Pernikahan Dedikasi Pribadi Relationship Agenda

Merencanakan masa depan bersama pasangan 22,25,27,29, 30, 32 6 Primacy of Relationship

Mengutamakan kepentingan pasangan

39, 41, 43, 45, 48, 49

6

Couple Identity Menginginkan identitas yang

kuat sebagai pasangan

34, 38, 40, 42, 44, 60

6

Satisfaction with Sacrifice

Puas dengan pengorbanan yang dilakukan untuk pasangan

46, 47, 50, 51, 58, 59

6

Alternative Monitoring

Tertarik dengan lawan jenis lain selain pasangan

52, 53, 54, 55, 56, 57

6

Meta-Commitment

Menjaga komitmen pernikahan 28, 31, 33, 35, 36, 37

6

Constraint

Commitment Social Pressures

Lingkungan sosial dirasa

sangat menekan untuk

keberlangsungan pernikahan

5, 8, 15, 18, 20, 23

6

Morality of Divorce

Pernikahan sekali seumur hidup

2, 3, 10, 13, 14, 17

6

Structural Investments

Banyak menginvestasikan uang ke dalam pernikahan

6, 7, 19, 21, 24, 26

6

Availability of Partners

Kesulitan jika harus

menemukan pasangan baru

1, 4, 9, 11, 12, 16

6

Jumlah 60

e. Kategorisasi skor komitmen pernikahan

Berikut kategorisasi skor komitmen pernikahan. Tabel 3.6


(6)

Kategori Rumus Sangat Tinggi X > 95.447

Tinggi 84.389 < X ≤ 95.447 Sedang 73.330 < X ≤ 84.389 Rendah 62.272 < X ≤ 73.330

Sangat Rendah X ≤ 62.272

F.Teknik analisis data

Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah dari penelitian ini dilakukan uji korelasi sederhana dengan teknik Spearman Rank dengan bantuan program SPSS 18.0. Spearman Rank digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara 2 variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) yang berskala ordinal (Riduwan & Akdon, 2010, hlm. 118). Korelasi ini dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila r=-1 artinya korelasinya negatif sempurna; r=0 artinya tidak ada korelasi; dan r=1 berarti korelasinya sangat kuat. Berikut interpretasi koefisien korelasi menurut Riduwan (2009, hlm. 138).

Tabel 3.7

Interpretasi koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0.80-0.100 Sangat Kuat

0.60-0.799 Kuat

0.40-0.599 Cukup Kuat

0.20-0.399 Rendah