PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LITERASI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas : X IIS 3 SMAN 3 Cimahi.

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN LITERASI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas : X IIS 3 SMAN 3 Cimahi) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

disusun oleh :

Chintia Ayunda M NIM 1100062

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN LITERASI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas : X IIS 3 SMAN 3 Cimahi)

Oleh :

CHINTIA AYUNDA MUTHIAWATY

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana padaFakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Chintia Ayunda Muthiawaty 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

CHINTIA AYUNDA M

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELLECTUALLY REPETITION UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN LITERASI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas : X IIS 3 di SMAN 3 Cimahi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

Pembimbing II

Dra. Yani Kusmarni, M.Pd NIP. 19660113 199001 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah

Dr.Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002


(4)

iii

ABSTRACT

This thesis entitled "Cultivating Literacy Information Skills Students in Teaching History through Strategy Auditory Intellectually Repetition (Classroom Action Research in class X IIS 3 SMAN 3 Cimahi)". Through the initial observations, it can be seen literacy information skills of the students of class XI IIS 3 is still low. Seen from the level of student only use one source information in the learning

process. Students weas also didn’t do the identification process of the truth source

of information that they use in the learning process. Almost the majority of students copy directly information that they get in their duty. This study uses a classroom action research (PTK) using the design study of Ebbut (Wiriaatmadja, 2012, p. 66). Strategy auditory intellectually repetition can be represented into three main activitities learning. The activities are duty product, duty LKS (Lembar Kerja Siswa) and presentation the results of products. Based on research has done, showed that the implementation of strategy auditory intellectually repetition can improved the skills of literacy information students in teaching history in the class X IIS 3 SMAN 3 Cimahi. This can be seen from the achievement of students in implementing cyclical increased, good work in progress LKS, the duty products and presentation products.

Keywords : classroom action research, strategy auditory intellectually repetition, literacy information skills


(5)

iv ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Untuk Meningkatkan Keterampilan Literasi Informasi Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X IIS 3 SMAN 3

Cimahi)” ini. Melalui observasi awal, dapat dilihat bahwa keterampilan literasi

infomasi yang dimiliki siswa kelas X IIS 3 masih rendah. Terlihat dari siswa hanya terpatok pada satu sumber informasi dalam mencari suatu topik tertentu berkaitan dengan materi ajar. Siswa juga tidak melakukan proses identifikasi terhadap kebenaran sumber informasi yang digunakan untuk menyelesaikan tugasnya. Selain itu, siswa tidak memiliki kemampuan mengolah informasi yang baik. Bahkan hampir sebagian besar siswa menyalin langsung informasi yang didapatkannya dari sumber informasi tertentu untuk menyelesaikan tugasnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian dari Ebbut. Strategi pembelajaran AIR dapat direpresentasikan kedalam tiga kegiatan pokok pembelajaran yakni pengerjaan LKS, pengerjaan produk dan presentasi hasil produk. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa penerapan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition dapat meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi. Hal ini terlihat dari pencapaian siswa dalam setiap pelaksanaan siklus yang mengalami peningkatan, baik dalam pengerjaan LKS, pengerjaan tugas produk dan presentasi produk.

Kata kunci: penelitian tindakan kelas, strategi pembelajaran auditory intellectually repetition (AIR), keterampilan literasi informasi


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 7

1.5. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 2.1. Pembelajaran Sejarah ... 10

2.2. Keterampilan Literasi Informasi dalam Pembelajaran Sejarah... 12

2.3. Strategi Pembelajaran Aktif ... 19

2.4. Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition ... 22

2.5. Strategi Auditory Intellectualy Repetition Upaya Meningkatkan Keterampilan Literasi Informasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah...29

2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1. Lokasi Subjek Penelitian ... 34

3.1.1.Lokasi Penelitian ... 33

3.1.2.Subjek Penelitian ... 33

3.2. Desain Penelitian ... 34

3.3. Metode Penelitian ... 38

3.4. Fokus Penelitian ... 39

3.4.1.Keterampilan Literasi Informasi ... 39

3.4.2.Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition ... 40

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 41

3.5.1.Teknik Pegumpulan Data ... 41

3.5.2.Alat/Instrumen Pengumpulan Data ... 43

3.6. Pengolahan dan Validasi Data ... 45

3.6.1.Pengolahan Data ... 45


(7)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...

4.1. Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 49

4.1.1.Profil SMA Negeri 3 Cimahi ... 49

4.1.2.Deskripsi Pembelajaran Sebelum Dilakukan Tindakan ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

4.2.1.Deskripsi Tindakan Pembelajaran Pada Siklus I (2 Tindakan) ... 53

4.2.1.1.Perencanaan Siklus I ... 53

4.2.1.2.Pelaksanaan Tindakan Ke-1... 56

4.2.1.3.Observasi Tindakan Ke-1 ... 59

4.2.1.4.Refleksi Tindakan Ke-1 ... 68

4.2.1.5.Pelaksanaan Tindakan Ke-2 ... 70

4.2.1.6.Observasi Tindakan Ke-2 ... 73

4.2.1.7.Refleksi Tindakan Ke-2 ... 87

4.2.2. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Pada Siklus II (2 Tindakan) ... 88

4.2.2.1.Perencanaan Siklus II... 88

4.2.2.2.Pelaksanaan Tindakan Ke-1... 89

4.2.2.3.Observasi Tindakan Ke-1 ... 92

4.2.2.4.Refleksi Tindakan Ke-1 ... 102

4.2.2.5.Pelaksanaan Tindakan Ke-2 ... 103

4.2.2.6.Observasi Tindakan Ke-2 ... 107

4.2.2.7.Refleksi Tindakan Ke-2 ... 119

4.2.3. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Pada Siklus III (2 Tindakan) .. 120

4.2.3.1.Perencanaan Siklus III ... 120

4.2.3.2.Pelaksanaan Tindakan Ke-1... 121

4.2.3.3.Observasi Tindakan Ke-1 ... 124

4.2.3.4.Refleksi Tindakan Ke-1 ... 133

4.2.3.5.Pelaksanaan Tindakan Ke-2 ... 134

4.2.3.6.Observasi Tindakan Ke-2 ... 138

4.2.3.7.Refleksi Tindakan Ke-2 ... 151

4.2.4. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Pada Siklus IV (2 Tindakan) .. 152

4.2.4.1.Perencanaan Siklus I ... 152

4.2.4.2.Pelaksanaan Tindakan Ke-1... 153

4.2.4.3.Observasi Tindakan Ke-1 ... 156

4.2.4.4.Refleksi Tindakan Ke-1 ... 164

4.2.4.5.Pelaksanaan Tindakan Ke-2 ... 165

4.2.4.6.Observasi Tindakan Ke-2 ... 168

4.2.4.7.Refleksi Tindakan Ke-2 ... 179

4.3. Analisis Hasil Penelitian ... 180

4.3.1. Merencanakan Rancangan Pembelajaran Menggunakan Strategi AIR Untuk Meningkatkan Keterampilan Literasi Informasi ………...180


(8)

4.3.2. Menerapkan Strategi AIR Untuk Meningkatkan Keterampilan Literasi Informasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah ... 184 4.3.3. Peningkatan Keterampilan Literasi Informasi Siswa dengan

Menerapkan Strategi Pembelajaran AIR ... 4.3.4. Upaya-Upaya yang Dilakukan Guru untuk Mengatasi Kendala dalam

Penerapan Strategi Pembelajaran ... 213 4.4. Analisis Hasil Penerapan Strategi AIR Terhadap Peningkatan Keterampilan

Literasi Informasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah ... 216

BAB V KESIMPULAN DAN S ARAN ... 5.1 Kesimpulan ... 221 5.2 Saran ... 224 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Salah satu dampak adanya era globalisasi ialah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Perkembangan tersebut memberikan perubahan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk bidang pendidikan, khususnya kurikulum dan proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat menuntut kurikulum dan pembelajaran untuk dapat menyesuaikan dan mengantisipasinya (Munir, 2011, hlm. 27). Oleh karena itu, kurikulum perlu dikembangkan dengan berorientasi kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi yang ada saat ini. Kebutuhan tersebut dijawab oleh pemerintah melalui pengimplementasian kurikulum 2013 dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini.

Kurikulum 2013 dikembangkan sebagai jawaban atas tuntutan perubahan didalam masyarakat. Kurikulum tersebut mencoba memanfaatkan perkembangan teknologi untuk diimplementasikan ke dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di Kurikulum 2013. Pendekatan ini meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengolah informasi/menalar dan mengkomunikasikan (Dwi, B, dkk, 2014, 196). Proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific menuntut siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan baru bagi mereka secara mandiri. Siswa tidak lagi mengandalkan guru sebagai pusat sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran, melainkan mereka mencari sendiri informasi untuk membangun pengetahuan baru bagi dirinya. Siswa dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Teknologi informasi seperti media internet dapat memudahkan siswa dalam menyediakan informasi untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka. Dengan demikian, proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific pada kurikulum 2013 secara


(10)

tidak langsung menuntut siswa agar dapat menguasai teknologi informasi sebaik mungkin untuk menunjang setiap kegiatan pembelajaran mereka.

Pendekatan scientific pada kurikulum 2013 diintegerasikan kedalam semua mata pelajaran, tidak terkecuali dalam pembelajaran sejarah. Pendekatan scientific dalam pembelajaran sejarah menuntut siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mencari informasi berkaitan dengan materi sejarah. Sementara itu, dari sekian banyak informasi yang bisa didapatkan siswa melalui pemanfaatan teknologi informasi, ternyata tidak semua informasi dapat dipertanggungjawabkan perihal kebenarannya. Banyak informasi berkaitan dengan materi sejarah di luar sana yang tidak sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka siswa membutuhkan suatu keterampilan khusus untuk mendukung proses kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Keterampilan yang dimaksud ialah keterampilan mengemas informasi atau dikenal dengan istilah literasi informasi.

Keterampilan literasi informasi merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sejarah seperti yang dikemukakan oleh Hasan (http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1944031019

67101-SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Beberapa_Problematik_Dalam_Pendidi kan_Sejarah.pdf, diunduh 12 Desember 2014) mengenai potensi yang dapat dikembangkan di dalam pembelajaran sejarah yakni,

potensi yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sejarah ini antara lain yakni, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan sikap kepahlawanan, mengembangkan semangat kebangsaan, mengembangkan kepedulian sosial, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas dan mengomunikasikan informasi. (hlm. 5).

Pembelajaran sejarah pada dasarnya merupakan pembelajaran yang memaparkan fakta dengan didasarkan pada bukti-bukti sejarah. Dalam mempelajari sejarah, siswa diharuskan untuk menggunakan informasi yang sesuai dengan fakta sejarah. Dengan memiliki keterampilan literasi informasi, siswa dapat menyeleksi informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan fakta sejarah. Dengan demikian, pembelajaran sejarah dapat dijadikan sebagai salah satu wahana yang dapat mengembangkan keterampilan literasi informasi.


(11)

Sementara itu, keterampilan mengemas informasi atau biasa digunakan dengan istilah literasi informasi menurut Breivik (dalam Zulaikha, 2011, hlm.1) dapat didefinisikan sebagai keterampilan mengetahui kapan informasi dibutuhkan, mengevaluasi informasi yang dibutuhkan, mengolah informasi yang dibutuhkan, dan menggunakan informasi secara seefektif untuk penyelidikan suatu masalah. Keterampilan literasi informasi pada dasarnya merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengemas sebuah informasi agar informasi tersebut dapat menjadi sebuah pengetahuan baru bagi orang tersebut. Berikut merupakan manfaat dari keterampilan literasi informasi yang dikemukakan oleh Supriatna (2007) yakni,

Keterampilan mencari, memilih, mengolah, dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warganegara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global. (hlm. 129)

Menurut Supriatna, literasi informasi secara umum merupakan sebuah keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi kemajuan teknologi yang semakin canggih. Hal ini ditujukan untuk menyiapkan siswa agar dapat berartisipasi aktif di era global. Pendapat tersebut juga turut didukung oleh pendat Griffin (2012) yang menyatakan bahwa literasi informasi merupakan salah satu dari 10 keterampilan (creativity and innovation , critical thinking , metacognition, communication, collaboration (teamwork), information literacy, ICT literacy, citizenship – local and global, Life and career, personal and social responsibility) yang harus dimiliki seseorang di abad ke-21 ini. Literasi informasi akan melindungi siswa dari infornasi yang tidak bertanggungjawab sehingga siswa diharapkan dapat menjadi warganegara yang dewasa dan dapat berpartisipasi aktif di era global. Sementara dalam pembelajaran sejarah, keterampilan literasi informasi dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap kritis pada siswa agar mereka tidak mudah menerima dan percaya begitu saja terhadap berbagai macam informasi berkaitan dengan materi pembelajaran sejarah yang didapatkannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi, peneliti menemukan permasalahan berkaitan dengan minimnya keterampilan literasi informasi yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran


(12)

sejarah. Pertama, kurangnya usaha siswa dalam mencari dan mengumpulkan beberapa sumber informasi untuk kebutuhan belajarnya. Hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan tugas yang mendorong siswa untuk mencari bahan ajar secara mandiri dari berbagai literatur, mayoritas siswa hanya mengandalkan satu sumber informasi untuk menyelesaikan tugas tersebut. Kedua, siswa tidak melakukan proses identifikasi terhadap kebenaran informasi dari sumber informasi tertentu sebelum menggunakan informasi tersebut. Hal ini dapat dilihat ketika berlangsungnya proses tanya jawab dengan guru, terdapat beberapa orang siswa yang salah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa berdalih bahwa jawaban yang mereka kemukakan tersebut berasal dari suatu sumber informasi tertentu. Ini menjadi bukti bahwa siswa tidak melakukan proses identifikasi terhadap kebenaran setiap informasi yang mereka dapatkan. Ketiga, siswa tidak pernah mencantumkan setiap sumber informasi yang mereka gunakan dalam setiap tugas yang diberikan oleh guru. Keempat, siswa tidak melakukan kegiatan pengolahan infomasi. Ketika siswa dihadapkan pada sebuah tugas yang mendorongnya untuk mencari bahan ajar secara mandiri dari berbagai literatur, siswa langsung menyalin-menempel atau (copy-paste) informasi yang baru saja mereka dapatkan di dalam lembar jawaban tugasnya. Kelima, siswa mengkomunikasikan informasi yang tidak mereka pahami terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat ketika siswa sedang melakukan kegiatan presentasi, hampir seluruh siswa tergantung pada teks tugasnya. Siswa membacakan langsung informasi dari tugas yang telah mereka kerjakan sebelumnya.

Melihat betapa pentingnya keterampilan literasi informasi yang harus dimiliki siswa, maka peneliti berusaha untuk memecahkan permasalahan tersebut. dan memilih strategi pembelajaran auditory intellectually repetition sebagai solusinya. Strategi pembelajaran tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Meier. Strategi pembelajaran yang kemudian disingkat menjadi AIR ini menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif apabila memperhatikan tiga hal yakni auditory, intellectually dan repetition. Kegiatan auditory digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sementara kegitan intellectual perlu dilatih melalui kegiatan mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan.


(13)

Repetition dalam pembelajaran merujuk pada pendalaman, perluasan dan pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis (Huda,M, 2014, hlm. 291).

Terdapat beberapa kegiatan pokok dalam strategi AIR seperti kegiatan memecahkan masalah, kegiatan mencari sumber informasi, kegiatan mengidentifikasi sumber informasi, dan kegiatan menggunakan informasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dirasa dapat mendorong keterampilan literasi informasi pada siswa. Adapun alur strategi pembelajaran AIR ialah dimulai dari keterlibatan siswa dalam kegiatan auditory-intellectually, dalam tahap ini siswa secara berkelompok dihadapkan oleh suatu permasalahan yang menuntun siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber informasi yang relevan. Kemudian siswa berkomunikasi dengan teman sekelompoknya untuk menentukan informasi mana yang relevan dan bisa dipertanggungjawabkan untuk nantinya digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut. Informasi tersebut kemudian mereka olah menggunakan bahasa mereka sendiri. Selanjutnya, guru memberikan repetition atau pengulangan, dalam tahap ini siswa diberikan penugasan yang dapat melatih siswa agar terbiasa dengan kegiatan pengemasan informasi yang efektif dan efisien. Tugas repetition tersebut kemudian dipresentasikan oleh siswa didalam kelas. Perlu diketahui bahwa mengkomunikasikan informasi secara lisan melalui kegiatan presentasi merupakan salah satu indikator dari keterampilan literasi informasi yang dikembangkan oleh peneliti.

Strategi pembelajaran AIR pada dasarnya merupakan strategi pembelajaran aktif dengan pendekatan berbasis masalah. Salah satu kegiatan utama dalam strategi pembelajaran ini ialah memberikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar kepada siswa. Siswa dituntut untuk menjawab permasalahan tersebut dengan cara melakukan kegiatan pencarian informasi secara mandiri. Siswa kemudian mengidentifikasi kebenaran setiap informasi yang mereka terima untuk selanjutnya informasi tersebut mereka olah dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Melalui hal ini, siswa akan terbiasa melakukan kegiatan pengemasan informasi untuk menjawab suatu permasalahan


(14)

yang berkaitan dengan materi ajar sehingga akan terbentuk pula sebuah keterampilan pada diri siswa tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Strategi Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Untuk Meningkatkan Keterampilan Literasi Informasi

Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas X IIS 3 di SMAN 3 Cimahi)”

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa melalui penerapan Strategi Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dalam pembelajaran sejarah?

Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini, yakni :

1. Bagaimana merencanakan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi peserta didik di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi?

2. Bagaimana melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi peserta didik di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan literasi informasi peserta didik di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi setelah diterapkannya strategi pembelajaran auditory intellectually repetition?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam penerapan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi?


(15)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni,

1. Mengkaji langkah-langkah perencanaan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi peserta didik di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi

2. Memaparkan tahapan-tahapan pelaksanaan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi peserta didik kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi

3. Menganalisis hasil peningkatan keterampilan literasi informasi peserta didik di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi setelah menerapkan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition

4. Mengidentifikasi upaya guru dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah ketika menerapkan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak, baik siswa kelas X IIS III SMAN 3 Cimahi, guru sejarah, dan peneliti sendiri. Adapun manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Dengan diterapkannya strategi pembelajaran auditory intellectually repetition, maka diharapkan siswa dapat memanfaatkan informasi untuk kebutuhan belajarnya secara efektif dan efisien. Selain itu juga siswa mendapatkan pengalaman baru dalam kelas melalui penerapan strategi auditory intellectually repetition. .

2. Bagi Guru Sejarah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan solusi alternatif dalam mengatasi masalah pengemasan informasi siswa dalam sebuah pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah. Mendapat pengalaman dan menambah wawasan mengenai penerapan Strategi auditory intellectually repetition dengan meneliti langsung didalam kelas.


(16)

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran sejarah di SMAN 3 Cimahi. 4. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas dapat menambah wawasan serta keterampilan peneliti dalam menerapkan strategi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan peneliti langsung terlibat dalam proses pembelajaran. Pengalaman langsung dapat menjadi bekal peneliti ketika nanti peneliti menjalani tugas sebagai guru sejarah

1.5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi penulisan skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Sistematika penulisan tersebut yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini berisi uraian terperinci mengenai latar belakang yang menjadi alasan peneliti sehingga merasa perlu untuk mengkaji dan melakukan tindakan penelitian kelas dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Untuk Meningkatkan Keterampilan Literasi Informasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah, identifikasi dan perumusan masalah yang diuraikan melalui beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II merupakan kajian pustaka. Bab ini berisi mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition dan keterampilan literasi informasi. Penjelasan konsep-konsep tersebut diperoleh dari hasil kajian pustaka yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan. Bab III merupakan metode penelitian. Bab ini berisi penjabaran mengenai metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Bab ini mencakup tentang lokasi penelitian, metode penelitian, desain penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan prosedur analisis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang paparan hasil penelitian dan pembahasan seluruh informasi dan data-data yang


(17)

diperoleh peneliti tentang penerapan strategi auditory intellectually repetition upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X IIS III SMAN 3 Cimahi. Bab ini terdiri dari dua komponen utama yakni pengolahan atau analisis data dan deskripsi hasil penelitian.

Bab V merupakan kesimpulan dan saran. Bab ini berisi tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan penelitian mengenai penerapan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi peserta didik dalam pembelajaran sejarah. Hal-hal yang dituliskan dalam kesimpulan ini sekaligus menjawab point-point dari pertanyaan penelitian.


(18)

34 3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ialah di SMAN 3 Cimahi yang berlokasi di Jl. Pesantren No.161 Telp. 022-6652807 Kota Cimahi, Jawa Barat. Lokasi sekolah cukup jauh dari jalan utama sehingga kondisi lingkungan sekolah sangat kondusif.

Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, peneliti melihat bahwa siswa kelas X IIS 3 di SMA 3 Cimahi memiliki keterampilan literasi informasi yang rendah dalam pembelajaran sejarah. Sehingga peneliti berkeinginan untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Mei. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran sejarah di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi.

3.1.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi semester genap tahun ajaran 2014/2015. Jumlah keseluruhan siswa di kelas tersebut ialah 37 orang dengan rincian 22 siswi perempuan dan 15 siswa laki-laki. Berdasarkan observasi awal dan juga hasil wawancara dengan guru mitra, didapatkan gambaran bahwa siswa di kelas X IIS 3 ini memiliki keterampilan literasi informasi yang rendah dalam pembelajaran sejarah. Peneliti berupaya untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi.

3.2. Desain Penelitian

Terdapat beberapa model desain penelitian PTK diantaranya yakni model Kurt Lewin, Kemmis dan Mc Taggart, Elliot, dll. Peneliti menggunakan desain


(19)

Ebbut dalam mengembangkan penelitian ini. Dalam model Ebbut, suatu penelitian tindakan kelas pada setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa tindakan Langkah kerja pengembangan model Ebbut ini hampir sama dengan langkah kerja model lainnya. Langkah kerja model tersebut dimulai dari penemuan masalah kemudian dirancang sebuah rencana yang dianggap mampu untuk memecahkan masalah tersebut. Rencana tersebut kemudian diimplementasikan dalam bentuk tindakan. Setelah itu dilakukanlah monitor untuk mengetahui apakah tindakan sesuaian rencana awal dan selanjutnya dilakukan beberapa tindakan lagi sehingga pada akhirnya model ini akan membentuk sebuah kegiatan yang berulang (siklus). Siklus model Ebbut ini digambarkan sebagai berikut:


(20)

(dalam Putri, A, 2013, hlm.27)

Adapun alasan peneliti menerapkan desain Ebbut didalam penelitian karena desain ini dianggap cocok untuk penerapan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition. Pada dasarnya, strategi pembelajaran AIR ini membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan strategi pembelajaran ini menggabungkan tiga aspek yang diintegrasikan kedalam sebuah pembelajaran. Sehingga pada akhirnya peneliti merancang pembelajaran dengan dua pertemuan dimana pada pertemuan pertama kegiatan difokuskan kepada pengerjaan LKS dan pemberian tugas berupa produk sementara pada pertemuan kedua kegiatan difokuskan kepada presentasi tugas produk. Hal ini membuat setiap siklus tidak hanya dilakukan melalui satu tindakan saja akan tetapi perlu beberapa kali tindakan. Tindakan selanjutnya dalam satu siklus merupakan hasil reconnaissance (pemantauan) dari pelaksanaan tindakan pertama.

Langkah-langkah penelitian yang akan dikembangkan ialah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam penelitian sebelum dilakukan tindakan dan observasi. Kunandar (2012, hlm. 71) mengemukakan bahwa perencanaan merupakan pengembangan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Tahapan awal yang peneliti lakukan dalam tataran perencanaan ialah mengunjungi sekolah untuk melakukan observasi di dalam kelas. Adapun kelas yang peneliti tentukan untuk dijadikan kelas penelitian ialah X IIS 3 SMAN 3 Cimahi. Peneliti menemukan permasalah berkaitan dengan minimnya keterampilan literasi informasi dalam pembelajaran sejarah. Setelah mengetahui permasalahan di dalam kelas, maka peneliti selanjutnya menetapkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi tersebut ialah dengan menerapkan strategi auditory intellectually repetition (AIR) . Strategi AIR ini merupakan strategi dengan pendekatan berbasis masalah. Dengan memberikan suatu permasalahan materi kepada siswa diharapkan dapat meningkakan keterampilan literasi informasi. Langkah-langkah selanjutnya berkenaan dengan tahapan perencanaan ini yakni,


(21)

 Menyusun kesepakatan dengan kolabolator untuk menentukan waktu dan guru model dalam penelitian

 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan

 Membuat instrumen penelitian yakni lembar observasi, lembar wawancara , catatan lapangan rubrik penilaian

 Merencanakan diskusi dengan para mitra kemudian direfleksikan dan membuat rencana perbaikan

 Menentukan cara pengolahan data yang telah diperoleh 2. Tindakan

Kegiatan ini merupakan implementasi dari apa yang telah dirancang peneliti sebelumnya. Menurut Arikunto,dkk (2011, hlm. 19), hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 pelaksanan ini, guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Tindakan dilakukan dengan menerapkan strategi auditory intellectually repetition dalam proses pembelajaran sejarah oleh guru mitra berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

3. Observasi

Tahapan observasi dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan tindakan. Adapun kegiatan di dalam tahapan ini yakni mengamati kesesuaian strategi auditory intellectually repetition dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa. Kegiatan ini dapat menjadi tolak ukur dalam menilai keefektifan strategi auditory intellectually repetition untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah dan peningkatan pencapaian siswa terhadap indikator literasi informasi pada setiap tindakan. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui catatan lapangan, observasi kelas dan skala penilaian

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan terakhir dalam rangkaian kegiatan penelitian. Refleksi sendiri mengandung makna mengemukakan kembali apa yang telah peneliti kerjakan di lapangan. Peneliti melakukan refleksi bersama dengan


(22)

observer. Hasil dari refleksi ini dapat digunakan untuk perencanaan siklus selanjutnya.

3.3. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti memutuskan untuk mengambil penelitian tindakan kelas (classroom action research) sebagai metode dalam penelitian ini. PTK merupakan salah satu bagian dari penelitian tindakan dengan tujuan spesifik yang berkaitan dengan kelas. Menurut Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2008, hlm. 12) penelitian tindakan merupakan kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tertentu. Menurut pendapat diatas, kunci utama penelitian tindakan ialah memperbaiki kualitas situasi sosial tertentu.

Sementara itu, Kunandar (2012) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian dengan melibatkan kolabolator. Dia mengatakan bahwa,

Penelitian tindakan kelas merupakan tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. (hlm. 45)

Hampir sejalan dengan yang dipaparkan oleh Kunandar, menurut Arikunto,S, dkk (2006, hlm. 58) penelitian tindakan kelas ialah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan meningkatkan/ memperbaiki mutu praktik pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu kajian dengan menggunakan metodologi tertentu untuk memperbaiki ataupun meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Adapun alasan peneliti mengambil metode penelitian tindakan kelas sebagai metode penelitian karena permasalahan yang peneliti temukan berada di dalam kelas. Permasalahan yang diteliti yakni mengenai rendahnya keterampilan pengemasan informasi (literasi informasi) dapat diamati melalui kegiatan siswa di kelas. Penelitian ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi, dengan harapan dapat meningkatkan keterampilan


(23)

literasi informasi peserta didik melalui penerapan strategi auditory intellectually repetition.

Karakteristik PTK menurut Hasan,H dkk (2011) yakni sebagai berikut : 1. Situasional, artinya berkaitan langsung dengan permasalahan kongkret yang

dihadapi guru dan siswa

2. Kontekstual, yang artinya pelaksanaan PTK bersamaan dengan keadaan pembelajaran yang sesungguhnya

3. Kolaboratif, adanya partisipasi antara guru-siswa atau pihak lain yang terlibat membantu proses

4. Self-reflective dan self-evaluative dimana pelaksanaan dan pelaku tindakan serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai.

5. Luwes, dimana guru ataupun siswa tidak merasakan bahwa mereka sedang menjadi objek pengamatan atau penelitian

6. Fleksibel dalam arti memberikan sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah

Karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) seperti yang dipaparkan diatas ini nantinya akan memberikan gambaran mengenai bagaimana prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh peneliti selama penelitian ini.

3.4. Fokus Penelitian

3.4.1. Keterampilan Literasi Informasi

Breivik (dalam Zulaikha, 2011, hlm.1) mendefinisikan literasi informasi sebagai keterampilan mengetahui kapan informasi dibutuhkan, mengevaluasi informasi yang dibutuhkan, mengolah informasi yang dibutuhkan, dan menggunakan informasi secara seefektif untuk penyelidikan suatu masalah. Keterampilan literasi informasi dalam konsep pembelajaran dapat diartikan sebagai keterampilan siswa dalam mencari, menemukan, mengolah dan mengkomunikasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka.

Adapun indikator keterampilan literasi informasi yang dikembangkan dalam penelitian ini yakni,


(24)

 Siswa menggunakan berbagai sumber informasi untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan belajaranya

 Siswa memberikan pandangan mengenai sumber informasi yang digunakan  Siswa menggunakan informasi yang relevan dengan permasalahan yang

dihadapinya

 Siswa menggunakan informasi yang benar/ sesuai dengan fakta sejarah  Siswa mencantumkan sumber informasi yang digunakan di dalam daftar

pustaka

2. Mengolah informasi

 Siswa dapat memadukan berbagai sumber informasi yang di dapat dalam suatu rangkaian kalimat

 Siswa dapat menghubungkan informasi satu dengan informasi yang lainnya dalam suatu rangkaian kalimat

 Siswa dapat memberikan kesimpulan dari berbagai sumber informasi yang didapat

3. Mengomunikasikan informasi

 Siswa dapat mempresentasikan informasi yang didapatnya

 Siswa dapat menuangkan informasi dalam bentuk pengerjaan LKS maupun penugasan harian

3.4.2. Strategi Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Strategi pembelajaran auditory intellectually repetition atau dapat disingkat dengan istilah AIR merupakan strategi pembelajaran yang didasari oleh gaya belajar auditory dan intellectually. Strategi tersebut pada dasarnya ialah pembelajaran yang menuntun siswa untuk dapat mencari sendiri informasi dan saling bertukar informasi dengan temannya sehingga mereka terlibat dalam aktivitas belajar seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan dan sebagainya (Trisna, M, 2012, hlm.24).

Terdapat tiga konsep dasar dalam strategi pembelajaran auditory intellectually repetition ini. Konsep auditory diaplikasikan ke dalam kegiatan mendengar dan berbicara. Konsep intellectually diaplikasikan ke dalam kegiatan memecahkan masalah, menyaring informasi, mengolah informasi dan menerapkan


(25)

gagasan baru. Sementara konsep repetition diaplikasikan ke dalam kegiatan penugasan harian.

Adapun langkah-langkah umum yang peneliti kembangkan dalam upaya menerapkan strategi ini di dalam kelas yakni :

1. Guru menjelaskan garis besar materi ajar (auditory)

2. Guru memberikan latihan soal berupa pengerjaan LKS dan mengintruksikan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber informasi sebagai referensi dalam menjawab pertanyaan LKS tesebut (intellectually)

3. Siswa untuk berdiskusi guna menyelesaikan tugas LKS tersebut (auditory) 4. Guru memberikan penugasan harian berupa produk yang dikerjakan di luar

jam pembelajaran (repetition)

5. Siswa mempresentasikan hasil produk (auditory).

3.5. Teknik dan Alat Pengumpul Data 3.5.1. Teknik Pengumpul Data

Data merupakan informasi utama untuk memberikan gambaran selama kegiatan penelitian. Untuk mengumpulkan data, peneliti perlu menentukan teknik apa yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian karena tanpa menentukan teknik mengumpulkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiono, 2012, hlm. 224). Dengan demikian, teknik pengumpulan data dibutuhkan untuk mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :

3.5.1.1.Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, rasional mengenai berbagai fenomena (Arifin, 2011, hlm.231). Dalam penelitian ini, observasi terfokus digunakan untuk mengamati penerapan strategi auditory intellectually repetition di kelas dan keterampilan literasi informasi peserta didik. Observasi terfokus adalah pengamatan permasalahan yang difokuskan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan


(26)

memberikan respons kepada pertanyaan guru dan aspek-aspek lain (Wiriatmadja, 2010:112)

Pengamatan/observasi dilakukan atas dasar fokus penelitian yang telah dirancang sebelumnya. Berdasarkan indikator penerapan strategi auditory intellectually repetition dalam pembelajaran sejarah, peneliti merancang pengamatan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan strategi auditory intellectually repetition. Berdasarkan indikator keterampilan literasi informasi, peneliti merancang pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas yang mengacu pada peningkatan keterampilan literasi informasi siswa.

3.5.1.2.Wawancara

Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2010, hlm.117) wawancara diartikan sebagai suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Wawancara dilakukan untuk mengetahui respons peserta didik terhadap strategi auditory intellectually repetition dan keterlibatan peserta didik dalam berbagai macam aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan literasi informasi.

3.5.1.3.Studi Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2009, hlm. 221) studi dokumentasi didefinisikan sebagai suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto suasana saat pembelajaran di kelas, laporan hasil diskusi dan tugas, lembar rubrik penilaian dan daftar nilai.

3.5.2. Alat/Instrumen Pengumpul Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data (instrumen). Menurut Sudjana (2009, hlm.97), instrumen penelitian ialah alat pengumpul data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau masalah dan menguji hipotesis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :


(27)

Tabel 3.2. Alat Pengumpul Data

Data Alat Ditujukan Kepada

Strategi Auditory Intellectually Repetition

 Studi Dokumentasi

 Lembar Paduan Observasi Strategi AIR

 Catatan Lapangan Strategi AIR

 Pedoman wawancara

Siswa

Guru dan Siswa

Siswa dan Guru

Siswa dan Guru

Keterampilan Literasi Informasi

 Lembar paduan observasi hasil pengerjaan LKS, presentasi LKS dan penugasan harian

 Rubrik hasil pengerjaan LKS, presentasi LKS dan penugasan harian

Siswa

Siswa

3.5.2.1.Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan observasi (pengamatan). Catatan lapangan dapat menjadi sebuah internal validitas dari sebuah penelitian seperti yang diungkap oleh Wiriaatmadja (2010),

Kekayaan data dalam catatan lapangan ini, yang memuat secara dekriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial, dan nuansa-nuansa lainnya merupakan kekuatan tersendiri dari Penelitian Tinddakan Kelas (PTK) yang beriklim kualitatif secara mendasar (grounded) dan memulai dari akar rumput (grass roots). (hlm.125)

Melalui catatan lapangan, peneliti dapat melihat kesesuaian antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu, data yang diperoleh dari catatan lapangan bisa digunakan untuk melengkapi bahkan


(28)

memperkuat data dari hasil wawancara dan observasi yang kemudian dianalisa dan ditafsirkan.

3.5.2.2.Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pencapaian siswa terhadap indikator keterampilan literasi informasi yang dilihat melalui tugas dan presentasi. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini berfokus pada dua hal, yakni aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas literasi informasi melalui strategi auditory intellectually repetition dan aktivitas siswa dalam mengkomunikasikan tugas melalui presentasi. Lembar observasi berisikan indikator-indikator yang harus diamati untuk melihat pencapaian siswa terhadap indikator keterampilan literasi informasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

3.5.2.3.Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan pada tahap wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yakni pedoman wawancara semi struktur yang berupa kisi-kisi pertanyaan yang disiapkan peneliti sebelum melakukan wawancara. Wawancara semi struktur ini memberikan keleluasaan untuk menerangkan sesuatu yang tidak fokus pada pertanyaan inti. Jawaban dari siswa/guru yang diwawancara semi struktur ini nantinya akan dijadikan bahan refleksi bagi peneliti untuk melakukan perbaikan tindakan selanjutnya.

3.5.2.4.Rubrik

Rubrik pada dasarnya merupakan sebuah kriteria penilaian (Zainul, 2001, hlm.9). Peneliti menggunakan rubrik untuk mendapatkan data berupa nilai literasi informasi yang dicapai siswa melalui penerapan strategi auditory intellectually repetition dalam pembelajaran sejarah.

3.5.2.5.Dokumen-Dokumen yang Berhubungan Dengan Penelitian

Pada penelitian ini, dokumen yang dibutuhkan peneliti untuk kemudian dianalisis dan dipelajari yakni berupa silabus, rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan sebagainya.


(29)

3.6. Pengolahan Data dan Analisis Data 3.6.1. Pengolahan Data

Hatimah (2000, hlm.224) mendefinisikan pengolahan data sebagai suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel yang siap dianalisis. Pengolahan data dalam penelitian ini terbagi dalam dua bagian yakni pengolahan data kuantitatif dan pengolahan data kualitatif.

3.6.1.1.Pengolahan data kuantitatif

Pengolahan data kuantitatif ini dilakukan untuk mengukur tingkat peniningkatan keterampilan informasi yang telah diperoleh peserta didik. Data yang akan diolah ini didapat dari kegiatan-kegiatan siswa yang dapat menunjukkan peningkatan keterampilan literasi informasi pada siswa yakni, 1) Performance yang ditunjukkan melalui presentasi siswa saat

mengkomunikasikan infomasi yang diperolehnya secara lisan. Skor tersebut didapat dengan menjumlahkan semua skor yang diberikan observer untuk setiap bentuk indicator yang diamati di dalam panduan lembar observasi. Adapun jumlah skor maksimal yang dapat diperoleh oleh setiap kelompok ialah 40 (4x10) dan jumlah skor minimal yang dapat diperoleh oleh setiap kelompok ialah 10 (1x10).

Persentase nilai presentasi = jumlah skor total subjek x 100% Jumlah skor total maksimum

2) Product, berupa hasil diskusi Lembar Kerja Siswa (LKS) dan penugasan rumah individu maupun kelompok. Skor didapat dengan menjumlahkan semua skor yang diberikan observer untuk setiap bentuk indicator yang diamati di dalam panduan lembar observasi. Adapun jumlah skor maksimal di dalam lebar observasi tugas rumah yang dapat diperoleh oleh setiap kelompok ialah 40 (4x10) dan jumlah skor minimal yang dapat diperoleh oleh setiap kelompok ialah 10 (1x10). Sementara jumlah skor maksimal di dalam lebar observasi LKS yang dapat diperoleh oleh setiap kelompok ialah 36 (4x9) dan jumlah skor minimal yang dapat diperoleh oleh setiap kelompok ialah 9 (1x9)

Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan skor yakni sebagai berikut.


(30)

Persentase nilai tugas = jumlah skor total subjek x 100% Jumlah skor total maksimum

3.6.1.2.Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif ini berasal dari catatan lapangan, hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan selama proses penelitian berlangsung. Peneliti selanjutnya menganalisis catatan lapangan, hasil observasi dan wawancara untuk dideskripsikan berdasarkan teori-teori pada kajian pustaka. Adapun teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam Hopkins (2011) dapat dilakukan melalui tiga tahap yakni

 Reduksi data, yang merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyimpulkan, mengabstraksikan, dan mentransformasi data mentah yang muncul dalam catatan-catatan lapangan tertulis

 Tampilan data, yakni penghimpunan informasi secara terorganisir yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan dan melaksanakan tindakan.  Penarikan kesimpulan, yakni menelusuri makna-makna dari data yang

diperoleh, mencatat rutinitas-rutinitas, pola-pola, penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan aliran-aliran kausatif.

3.6.2. Uji Validasi Data dan Interpretasi 3.6.2.1.Validasi Data

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arifin, 2011, hlm.168). Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Kegiatan yang dapat digunakan dalam meningkatkan validitas antara lain yakni :

Member Check

Hasan,dkk (2011, hlm.79) mendefinisikan member check sebagai kegiatan memeriksa kembali keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara apakah keterangan tersebut ajeg/tidak berubah.


(31)

Kegiatan member check dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi data hasil wawancara dan informasi data hasil lembar observasi. Dalam melakukan member check, peneliti mencoba untuk memeriksa kembali informasi data hasil lembar observasi dan data hasil wawancara di setiap tindakan dengan membandingkannya dengan hasil data tesebut pada tindakan sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk melihat apakah data tersebut berubah ataukah stabil. Jika data berubah maka peneliti mencoba menganalisis faktor apa saja yang menjadi penyebab perubahan hasil tersebut. Namun, jika data tersebut stabil/ ajeg dan sudah mencapai data yang diharapkan maka peneliti memutuskan untuk menghentikan tindakan penelitian.

Triangulasi

Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2010, hlm.168) mendefinisikan triangulasi sebagai kegiatan memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, dan analisis kemudian membandingkannya dengan hasil orang lain. Triangulasi ini melibatkan tiga sudut pandang yang berbeda, yakni sudut pandang guru, siswa, dan observer dalam mengumpulkan data mengenai situasi pengajaran tertentu. Dalam melakukan triangulasi, peneliti mencoba untuk melakukan diskusi dengan observer dan kolabolator untuk membahas hasil lembar observasi pada setiap tindakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data akhir mengenai situasi pengajaran menggunakan strategi AIR upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi di setiap tindakan berdasarkan berbagai sudut pandang berbeda.

Expert Opinion

Wiriaatmadja (2010, hlm.171) mengemukakan bahwa melalui expert Opinion akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian. Pakar atau pembimbing akan memeriksa dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian sehingga peneliti dapat melakukan perbaikan berdasarkan arahan pembimbing. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan konsultasi mengenai hasil temuan dilapangan kepada dosen pembimbing. Konsultasi dengan dosen pembimbing dilakukan sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan.


(32)

3.6.2.2.Interpretasi

Interpretasi dilakukan dengan menghubungkan antara data yang diperoleh dari lapangan dengan kajian teoritis kemudian membuat kesimpulan. Hopkins (2011) menyatakan bahwa:

"…interpretasi berarti menggunakan sebuah hipotesis dan

menghubungkannya dengan teori, norma-norma praktik, atau intuisi guru tentang pengajaran yang baik. Hal ini melibatkan mereka untuk memaknai observasi tertentu yang dapat menuntun pada tindakan. Dengan interpretasi, guru berarti tengah memaknai observasi-observasi dan konstruk-konstuk yang terpisah hingga sekarang". (hlm.234-234)

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2012, hlm.253). Data yang diperoleh selama penerapan strategi AIR dimaknai untuk menunjukan peningkatan keterampilan literasi siswa berdasarkan kajian teoritis yang telah diperoleh sebelumnya sehingga dapat memberikan petunjuk untuk melakukan tindakan selanjutnya.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti menuliskan kesimpulan akhir dari penelitian yang telah selesai dilakukan. Peneliti juga menuliskan saran yang ditujukan kepada berbagai pihak berdasarkan hasil yang telah dicapai. Adapun kesimpulan dan saran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan

Penerapan strategi pembelajaran auditory intellectually repetition (AIR) sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menarapkan strategi pembelajaran AIR antara lain, diawali dengan melakukan observasi pra penelitian dalam pembelajaran sejarah di kelas X IIS 3 dan menemukan berbagai permasalahan yang menunjukkan rendahnya keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran tersebut. Selanjutnya, peneliti mulai merencanakan penerapan strategi pembelajaran AIR sebagai cara yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa di kelas X IIS 3. Secara umum, strategi pembelajaran AIR ini terdiri dari tiga konsep yakni konsep auditory, intellectually, dan repetition. Konsep auditory didalam pembelajaran dapat diimplementasikan melalui kegiatan mendengarkan ceramah guru dan presentasi. Konsep intellectually didalam pembelajaran dapat diimplementasikan ke dalam kegiatan diskusi untuk memecahkan suatu permasalahan berkaitan dengan materi ajar. Sementara konsep repetition didalam pembelajaran dapat diimplementasikan melalui kegiatan pengerjaan tugas rumah. Terdapat beberapa kegiatan pokok dalam strategi pembelajaran AIR yang dirasa dapat menunjang keterampilan literasi informasi siswa yakni kegiatan pemecahan masalah, diskusi kelompok, presentasi dan pengerjaan tugas rumah.

Setelah mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran sejarah di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi beserta menentukan solusinya, maka langkah-langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya ialah memilih desain penelitian,


(34)

memilih media pembelajaran, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bervariatif dan menyusun alat evaluasi yang dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan pengemasan informasi secara mandiri. Alat evaluasi yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen dalam mengukur keterampilan literasi informasi pada siswa ialah berupa pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS), pengerjaan tugas berupa produk yang dikerjakan oleh siswa pada setiap siklusnya dan penilaian terhadap presentasi hasil tugas produk siswa. Peneliti menyusun rubrik sebagai pedoman penilaian terhadap alat evaluasi tersebut. Rubrik digunakan untuk mengetahui pencapaian siswa terhadap indikator keterampilan literasi informasi yang dilihat melalui berbagai tugas yang diberikan oleh guru. Kedua, penerapan strategi pembelajaran AIR sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X IIS 3 SMAN 3 Cimahi terdiri dari dua tindakan didalam satu siklus. Pada tindakan pertama, diawali dengan kegiatan guru menjelaskan sekilas mengenai garis besar materi pembelajaran hari itu. Pada setiap siklus guru menggunakan berbagai macam media pembelajaran baik berupa gambar, video maupun powerpoint untuk memberikan penjelasan mengenai materi pembelajaran pada hari itu. Selanjutnya, siswa dihadapkan pada kegiatan auditory-intellectually yang mendorong siswa untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam LKS melalui aktivitas diskusi kelompok. Format tugas LKS dirancang sedemikian rupa untuk mengukur kererampilan siswa dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan informasi secara lisan. Format pada setiap siklus dibuat secara beragam. Setelah itu, guru memberikan repetition berupa produk untuk dikerjakan oleh siswa diluar jam pelajaran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap siklusnya memiliki bentuk yang beragam seperti resume yang dikerjakan secara individu pada siklus I, booklet yang dikerjakan secara berkelompok pada siklus II, biografi yang dikerjakan secara individu pada siklus III dan makalah yang dikerjakan secara berkelompok pada siklus IV. Tugas yang dirancang dalam berbagai bentuk ini ditujukkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam melkasanakan pembelajaran menggunakan strategi AIR sehingga mereka dapat mencapai hasil penilaian maksimal. Sementara pada tindakan kedua, guru


(35)

mengintruksikan siswa untuk mengkomunikasikan hasil hasil pengerjaan produk mereka secara lisan melalui aktivitas presentasi (auditory).

Ketiga, berdasarkan hasil pengamatan terhadap keseluruhan data yang dipaparkan pada bab IV, maka disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran AIR dapat meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Adapun indikator yang dapat diamati sebagai bukti bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah ialah siswa sudah terbiasa dalam mencari lebih dari satu sumber informasi untuk menjawab pemasalahan berkaitan dengan materi pembelajaran, siswa mampu mengidentifikasi sumber informasi yang layak untuk digunakan, siswa terbiasa menuliskan sumber informasi yang mereka gunakan untuk menyelesaikan tugasnya, siswa juga mampu mengolah informasi dari berbagai sumber informasi menggunakan bahasa mereka sendiri dan siswa juga mampu mengkomunikasikan dengan baik informasi yang didapatkannya secara lisan maupun tulisan. Kesimpulan ini berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, observer dan guru mitra dengan menggunakan instrumen penelitian

Keempat, kendala yang dihadapi dalam menerapkan strategi pembelajaran AIR sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa diantaranya ialah alokasi waktu pembelajaran yang terbatas sementara rentetan kegiatan pembelajaran dalam strategi AIR membutuhkan waktu yang cukup lama. Kendala lainnya ialah berkaitan dengan pemanfaatan fasilitas teknologi informasi untuk menunjang kebutuhan belajar siswa ketika diterapkannya strategi pembelajaran AIR. Tidak semua siswa di kelas X IIS 3 memiliki perangkat alat teknologi informasi berupa gadget yang dapat menunjang siswa untuk mencari informasi berkaitan dengan materi pembelajaran. Adapun beberapa siswa yang memiliki gadget namun ternyata mereka menggunakan gadget tersebut bukan untuk kepentingan kegiatan pembelajaran. Kendala yang terakhir ialah berkaitan dengan minimnya minat siswa dalam membaca terutama membaca informasi berkaitan dengan kebutuhan belajar mereka. Sebagian besar siswa mengaku malas untuk membaca informasi dari berbagai sumber informasi sehingga ketika


(36)

mendapatkan informasi dari satu sumber informasi mereka merasa cukup akan informasi tersebut meskipun informasi yang mereka terima belum terjamin kebenarannya.

Kendala-kendala yang telah dipaparkan diatas tentunya akan berpengaruh pada proses pembelajaran, termasuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan strategi pembelajaran AIR ini, yakni meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukanlah upaya untuk mengatasi berbagai kendala agar penelitian dapat berjalan lancar sesuai harapan. Adapun upaya yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang telah dipaparkan sebelumnya antara lain ialah guru harus dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya, guru senantiasa memantau kegiatan siswa dan mengingatkan siswa yang menyalahgunakan gadget untuk kepentingan diluar pembelajaran saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, serta guru juga harus mengingatkan siswa untuk membaca terlebih dahulu informasi yang berkaitan dengan materi sebelum menjawab permasalahan yang terdapat pada LKS. Hal lain yang menjadi upaya untuk mengatasi kendala tersebut ialah guru harus merancang kegiatan pembelajaran berkelompok karena dalam kegiatan berkelompok, siswa tidak memiliki gadget dapat terbantu dengan siswa lain yang memiliki gadget pada saat proses pencarian informasi untuk menjawab permasalahan berkaitan dengan materi ajar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil temuan, terdapat beberapa rekomendasi yang ingin peneliti sampaikan kepada berbagai pihak berhubungan dengan penelitian ini. Rekomendasi tersebut diharapkan dapat membuat pembelajaran sejarah lebih baik dan lebih efektif, sebagai upaya untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di sekolah. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan kembali oleh pihak-pihak terkait dan peneliti selanjtnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan penerapan strategi pembelajaran AIR, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan beberapa rekomendasi, yakni :


(37)

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam penggunaan strategi pembelajaran khususnya penggunaan strategi pembelajaran AIR sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini juga dapat menjadi rujukan bagi peneliti lainnya untuk mengemembangkan strategi pembelajaran AIR di dalam sebuah pembelajaran.

Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, terutama dalam proses pembealajaran sejarah di kelas. Selain itu, penerapan strategi pembelajaran AIR dapat dijadikan suatu alternatif solusi untuk menghadapi masalah pembelajaran yang ada di kelas. Melalui strategi ini, pembelajaran sejarah akan lebih berpusat pada siswa, dan diharapkan dengan keadaan seperti demikian, keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah akan meningkat.

Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran sejarah, umumnya untuk pembelajaran yang lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pembelajaran sejarah di sekolah.

Penelitian ini bukan merupakan hasil yang sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan peneliti dalam mendeskripsikan dan membahas permasalahan dalam penelitian. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan strategi pembelajaran AIR yang dapat dijadikan acuan untuk sekolah, guru, ataupun calon guru yang hendak melakukan kegiatan penelitian ataupun yang mengharapkan meningkatnya keterampilan literasi informasi pada siswa khususnya dalam pembelajaran sejarah.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan khususnya bagi perkembangan pembelajaran sejarah di sekolah, dan umumnya bagi dunia pendidikan.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1983). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: IKIP Bandung Alvite,L dan Leticia, B. (2011). Libraries for Users: Services in Academic

Libraries. UK: Woodhead Publishing Limited

Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak Arifin,Z. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru . Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto,S at all. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. B, Michael dkk. (2004). Info Literacy Essential Skills For Information Age.

London: Greenwood Publishing Group.

DePorter, dkk. (2010). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Dwi, B, dkk. (2014). Ekspedisi Kurikulum 2013. Bandung: CV Alfabeta

Echols, J. (2005). Kamus Inggris-Indonesia : An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Griffin, P. Dkk. (Eds) (2012). Assesment and Teaching of 21st Century Skills. New York : Springer.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Hasan,H at all. (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira. Hergentahn dan H, Matthew. (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana Hopkins,,D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembanngan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.


(39)

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rhineka Cipta Sagala, S (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N, et all (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suherman, E. (2006). Ringkasan Materi Perkuliahan Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: Tidak Diterbitkan

Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Banndung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuaititatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1

Supriatna, N. (2007) Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suryosubroto, B (2002) Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Sofa, N. (2010). Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi. Universitas Indonesia: Tidak Diterbitkan

Uno, H. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Assessment. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zainul,A. (2011). Alternative Assessment. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.


(40)

Zulaikha,S. (2010). Literasi Informasi. Yogyakarta: Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.

Sumber Jurnal/ Makalah :

Ainia, Q, dkk. (2012). Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Terhadap Prestasi Belajar Matematika DItinjau Dari Karakter Belajar Siswa Kelas VII SMA Negeri Se-Kecamatan Kaligesing Tahun 2011/2012. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa”

Baskoro, D. (2011). “Pengaruh Program Pelatihan Literasi Informasi Terhadap Proses, Hasil, Sikap, dan Motivasi Mahasiswa dalam Penulisan Karya Tulis. Visipustaka (Majalah Perpustakaan). 13, (1), 32

Hasugian, J. (2008). Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jurnal Pustaha: Jurnal Studi perpustakan dan Informasi, 4, (2)

Lenox, M dan Walker. (1992). Information Literacy: Challenge For The Future. International Journal of Information and Library Research, 4 (1), 15.

Sumber Skripsi / Tesis / Disertasi :

A, Qurotuh (2012). “Pengaruh Pembelajaran Aktif Auditory Intellectually Repetition (AIR) Upaya Meningkatkan Kemampuan Matematika Kontemporer”. Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Permata, P (2014). Peningkatan Literasi Informasi Melalui Penggunaan Media Internet Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas XI IPS B MAN 1 Bandung). Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Putri, A. (2013). Penerapan Asesmen Kinerja Sebagai Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung). Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan


(41)

Ryndyasari. (2008). Literasi Informasi Guru: Studi Kasus SMA Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu. Skripsi Universitas Indonesia. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Trisna, M. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Pada Materi Operasi Pecahan di Kelas V SDN No. 115479 AEK TAPA Kab. Labuhan Batu Utaara T.A. 2011/2012. Skripsi UNIMED. Medan: Tidak Diterbitkan.

Widyastuti, A. (2007). Pembelajaran Matematika dengan Model SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMA Labschool UPI Bandung Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumber Internet:

Pratama, F. (2013). Meningkatkan Konsep Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dan Model Pembelajaran Course Review Horray Pada Siswa SMA Kelas XI IPA di SMAN 1 Harau. [online]. Tersedia di : https://fandypratama.wordpress.com/2013/01/29/proposal/. (25 Maret 2015)

Hamid, Said. Hasan. (2008). “Problematika Pembelajaran Sejarah”. [online].

Tersedia :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19440310196

7101-SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Beberapa_Problematik_Dalam_Pendidi kan_Sejarah.pdf (12 Desember 2014).


(1)

223

mendapatkan informasi dari satu sumber informasi mereka merasa cukup akan informasi tersebut meskipun informasi yang mereka terima belum terjamin kebenarannya.

Kendala-kendala yang telah dipaparkan diatas tentunya akan berpengaruh pada proses pembelajaran, termasuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan strategi pembelajaran AIR ini, yakni meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukanlah upaya untuk mengatasi berbagai kendala agar penelitian dapat berjalan lancar sesuai harapan. Adapun upaya yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang telah dipaparkan sebelumnya antara lain ialah guru harus dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya, guru senantiasa memantau kegiatan siswa dan mengingatkan siswa yang menyalahgunakan gadget untuk kepentingan diluar pembelajaran saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, serta guru juga harus mengingatkan siswa untuk membaca terlebih dahulu informasi yang berkaitan dengan materi sebelum menjawab permasalahan yang terdapat pada LKS. Hal lain yang menjadi upaya untuk mengatasi kendala tersebut ialah guru harus merancang kegiatan pembelajaran berkelompok karena dalam kegiatan berkelompok, siswa tidak memiliki gadget dapat terbantu dengan siswa lain yang memiliki gadget pada saat proses pencarian informasi untuk menjawab permasalahan berkaitan dengan materi ajar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil temuan, terdapat beberapa rekomendasi yang ingin peneliti sampaikan kepada berbagai pihak berhubungan dengan penelitian ini. Rekomendasi tersebut diharapkan dapat membuat pembelajaran sejarah lebih baik dan lebih efektif, sebagai upaya untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di sekolah. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan kembali oleh pihak-pihak terkait dan peneliti selanjtnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan penerapan strategi pembelajaran AIR, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan beberapa rekomendasi, yakni :


(2)

224

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam penggunaan strategi pembelajaran khususnya penggunaan strategi pembelajaran AIR sebagai upaya meningkatkan keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini juga dapat menjadi rujukan bagi peneliti lainnya untuk mengemembangkan strategi pembelajaran AIR di dalam sebuah pembelajaran.

Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, terutama dalam proses pembealajaran sejarah di kelas. Selain itu, penerapan strategi pembelajaran AIR dapat dijadikan suatu alternatif solusi untuk menghadapi masalah pembelajaran yang ada di kelas. Melalui strategi ini, pembelajaran sejarah akan lebih berpusat pada siswa, dan diharapkan dengan keadaan seperti demikian, keterampilan literasi informasi siswa dalam pembelajaran sejarah akan meningkat.

Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran sejarah, umumnya untuk pembelajaran yang lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pembelajaran sejarah di sekolah.

Penelitian ini bukan merupakan hasil yang sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan peneliti dalam mendeskripsikan dan membahas permasalahan dalam penelitian. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan strategi pembelajaran AIR yang dapat dijadikan acuan untuk sekolah, guru, ataupun calon guru yang hendak melakukan kegiatan penelitian ataupun yang mengharapkan meningkatnya keterampilan literasi informasi pada siswa khususnya dalam pembelajaran sejarah.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan khususnya bagi perkembangan pembelajaran sejarah di sekolah, dan umumnya bagi dunia pendidikan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1983). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: IKIP Bandung Alvite,L dan Leticia, B. (2011). Libraries for Users: Services in Academic

Libraries. UK: Woodhead Publishing Limited

Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak Arifin,Z. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru . Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto,S at all. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. B, Michael dkk. (2004). Info Literacy Essential Skills For Information Age.

London: Greenwood Publishing Group.

DePorter, dkk. (2010). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Dwi, B, dkk. (2014). Ekspedisi Kurikulum 2013. Bandung: CV Alfabeta

Echols, J. (2005). Kamus Inggris-Indonesia : An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Griffin, P. Dkk. (Eds) (2012). Assesment and Teaching of 21st Century Skills. New York : Springer.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Hasan,H at all. (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira. Hergentahn dan H, Matthew. (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana Hopkins,,D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembanngan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.


(4)

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rhineka Cipta Sagala, S (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N, et all (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suherman, E. (2006). Ringkasan Materi Perkuliahan Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: Tidak Diterbitkan

Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Banndung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuaititatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1

Supriatna, N. (2007) Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suryosubroto, B (2002) Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Sofa, N. (2010). Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi. Universitas Indonesia: Tidak Diterbitkan

Uno, H. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Assessment. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zainul,A. (2011). Alternative Assessment. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.


(5)

Zulaikha,S. (2010). Literasi Informasi. Yogyakarta: Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.

Sumber Jurnal/ Makalah :

Ainia, Q, dkk. (2012). Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Terhadap Prestasi Belajar Matematika DItinjau Dari Karakter Belajar Siswa Kelas VII SMA Negeri Se-Kecamatan Kaligesing Tahun 2011/2012. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema

“Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa”

Baskoro, D. (2011). “Pengaruh Program Pelatihan Literasi Informasi Terhadap Proses, Hasil, Sikap, dan Motivasi Mahasiswa dalam Penulisan Karya Tulis. Visipustaka (Majalah Perpustakaan). 13, (1), 32

Hasugian, J. (2008). Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jurnal Pustaha: Jurnal Studi perpustakan dan Informasi, 4, (2)

Lenox, M dan Walker. (1992). Information Literacy: Challenge For The Future. International Journal of Information and Library Research, 4 (1), 15.

Sumber Skripsi / Tesis / Disertasi :

A, Qurotuh (2012). “Pengaruh Pembelajaran Aktif Auditory Intellectually Repetition (AIR) Upaya Meningkatkan Kemampuan Matematika

Kontemporer”. Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Permata, P (2014). Peningkatan Literasi Informasi Melalui Penggunaan Media Internet Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas XI IPS B MAN 1 Bandung). Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Putri, A. (2013). Penerapan Asesmen Kinerja Sebagai Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung). Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan


(6)

Ryndyasari. (2008). Literasi Informasi Guru: Studi Kasus SMA Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu. Skripsi Universitas Indonesia. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Trisna, M. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Pada Materi Operasi Pecahan di Kelas V SDN No. 115479 AEK TAPA Kab. Labuhan Batu Utaara T.A. 2011/2012. Skripsi UNIMED. Medan: Tidak Diterbitkan.

Widyastuti, A. (2007). Pembelajaran Matematika dengan Model SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMA Labschool UPI Bandung Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumber Internet:

Pratama, F. (2013). Meningkatkan Konsep Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dan Model Pembelajaran Course Review Horray Pada Siswa SMA Kelas XI IPA di

SMAN 1 Harau. [online]. Tersedia di :

https://fandypratama.wordpress.com/2013/01/29/proposal/. (25 Maret 2015)

Hamid, Said. Hasan. (2008). “Problematika Pembelajaran Sejarah”. [online].

Tersedia :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19440310196

7101-SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Beberapa_Problematik_Dalam_Pendidi kan_Sejarah.pdf (12 Desember 2014).


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DENGAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 10 222

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Matematika Si

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Matematika Si

0 1 13

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI STRATEGI AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION ( AIR ) UNTUK Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Strategi Auditory Intellectualy Repetition ( Air ) Untuk Meningkatkan Komunikasi Dan Hasil Belajar Matemati

0 1 16

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI STRATEGI AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION ( AIR ) UNTUK Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Strategi Auditory Intellectualy Repetition ( Air ) Untuk Meningkatkan Komunikasi Dan Hasil Belajar Matemati

0 2 12

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (T

0 1 14

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (T

0 3 16

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MTs - Raden Intan Repository

0 0 109