NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Fasciitis Plantaris Dextra Dengan Modalitas Infra Red,Ultra Sound Dan Terapi Latihan Di Rsup Soeradji Tirtonegoro Klaten.

(1)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

FASCIITIS PLANTARIS DEXTRA DENGAN MODALITAS

INFRA RED,ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN

DI RSUP SOERADJITIRTONEGORO KLATEN

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun Oleh : FAJAR TRI ASTUTI

J 100 090 027

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Hari : Senin

Tanggal : 30 juli 2012

Tim Penguji Laporan

Nama terang Tandatangan

Penguji I : Totok Budi S,SST,FT.M Kes ( )

Penguji II : Dwi Rosella,SST.FT.,M.Kes ( )

Penguji III : Sugiono,SST.FT. ( )

Disahkan Oleh

Dekan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta


(3)

PENATALAKSANAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FASCIITIS PLANTARIS

DI RSUP SOERADJITIRTONEGORO KLATEN (Fajar Tri Astuti, 2012, 58 halaman, 2 lampiran )

Latar Belakang; Nyeri pada daerah tumit yang sering disebut fasciitis plantaris. Fasciitis plantris adalah sindroma nyeri tumit berhubungan dengan peradangan pada fascia plantaris yang mengakibatkan kerobekan kecil pada tumit.Nyeri tersebut banyak ditemukan pada usia 40-60 tahun, terutama pada wanita. Peranan fisioterapi dalam kasus ini yaitu mengurangi nyeri, mengurangi oedema, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekeuatan otot. Dengan modalitas yang digunakan yaitu Infra red, ultra sound dan terapi latihan.

Tujuan; Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, mengurangi oedema, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan lingkup gerak sendipada kondisi fasciitis plantaris dengan menggunakan modalitas infra red, ultra sound, dan terapi latihan.

Hasil; Setelah diterapi 6x didapatkan hasiladanya 1) penurunan nyeri pada nyeri tekan To 30 menjadi T6 20 dan nyeri gerak To 80 menjadi T6 60. 2) penurunan oedema pada maleolus ke proksimal To 20 menjadi T6 18.3) adanya peningkatan lingkup gerak sendi yaitu saat dorsal flexi To 20 menjadi t6 25 dan saat palantar flexi To 40 menjadi T6 50. 4) adanya peningkatan kekuatan otot yaitu dorso flexsor To 3 menjadi T6 4 dan plantar flexsor To 3 menjadi T6 4.

Kesimpulan; Infra red. Ultra sound dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, mengurangi oedema, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (Kep.Men.Kes 1363/2001).Fisisoterapi baik secara manual ataupun dengan penggunaan alat guna dapat diaplikasikan pada pasien salah satu penangananya bisa diaplikasikan pada kasus fasciitis palntaris.

Nyeri tumit atau fasciitis plantaris adalah sindroma nyeri tumit berhubungan dengan peradangan atau iritasi pada fascia plantaris. Fascia plantaris adalah bentuk ligament (jaringan yang menghubungakan dua tulang) di bawah kaki yang membentuk lengkungan (arkus). Berorigo pada tulang calcaneous (tulang tumit), dan berinsersio pada caput metatarsale I-V jari kaki dan membentuk lengkungan.

Pain fasciitis palataris dapat disebabkan oleh penurunan kekuatan otot pada betis ,kelebihan berat badan ,overuse lamanya posisi berdiri,sakit tiba tiba.Penyakit ini ditandai adanya keluhan nyeri tumit pada injakan pertama dipagi hari,rasa sakit biasanya dibagian depan dan didasar tumit.(Hudaya,2002)


(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi kasus 1. Definisi

Faciitis Plantaris adalah suatu peradangan pada plantar fascia.”Plantar” adalah telapak kaki.”Fascia” adalah jaringan pita yang sangat tebal (fibrosa) yang membentang dibawah kulit dan membentuk pembungkus bagi otot dan berbagai organ tubuh.”itis” adalah peradangan. Fasciitis Plantaris adalah sindroma nyeri tumit berhubungan dengan peradangan atau iritasi pada fascia plantaris dengan kerobekan kecil pada daerah yang melekat pada tulang tumit.Rasa sakit pada bagian tumit sering tejadi ,dalam pemeiksaan fungsi tidak menunjukaan adanya kelainan tetapi hanya terdapat rasa nyei saat ditekan pada daerah setempat.Fasciitis plantaris yang kronis dapat menyebabkan tebentuknya osteofit pada calcaneus bagian medial (De wo’t,1994).

B. ETIOLOGI

Terjadinya pain fasciitis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor manifestasinya antara lain

1. Obesitas

Berat badan yang berlebihan akan mengakibatkan kerja kaki sangat berat sehingga menyebabkan kelekahan dan trauma pada kaki.

2. Umur


(6)

tersebut terjadi kemunduran semua organ tubuh. 3. Jenis kelamin

Kebanyakan fasciiti plntris mudah terjadi pada perempuan namun bisa juga terjadi pada laki laki karena pada perempuan banyak dipengaruhi oleh hormone,kehamilan dan proses monopose(Aplley.1995).

C. PATOFISIOLOGI

Pain fasciitis plantris disebabkan oleh perubahan atau peningkatan topangan pada telapak kaki,kurangnya kelenturan otot-otot betis,kelebihan berat badan ,luka tiba-tiba.Penyakit ini ditandai adanya keluhan pada tumitpada injakan pertama pada pagi hari,rasa sakitnya dibagian depan dan dasar tumit (Hudaya,2002).

Penyebab lain plantar fasciitis dapat diakibatkan:

1. Aktivitas fisik yang berlebihan. Plantar fasciitis umum dijumpai pada pelari-pelari jarak jauh. Jogging, berjalan atau naik tangga juga dapat menyebabkan stress yang terlalu banyak pada tulang tumit dan jaringan lunak.

2. Arthritis. Beberapa tipe arthritis dapat menyebabkan peradangan pada tendon dari telapak kaki, yang dapat menyebabkan plantar fasciitis.

3. Diabetes. Meskipun tidak diketahui mekanismenya, akan tetapi plantar fasciitis terjadi lebih sering pada orang dengan diabetes.

4. Mekanik kaki yang abnormal. Lengkung telapak kaki yang datar atau terlalu melengkung atau pola berjalan yang abnormal dapat mengakibatkan distribusi berat badan kita tidak seimbang diterima oleh kedua kaki, dan menyebabkan stress tambahan paa plantar fascia.


(7)

5. Sepatu yang tidak cocok. Sepatu yang solnya tipis, longgal atau tidak ada dukungan untuk lengkung kaki atau tidak ada kemampuan untuk menyerap hentakan tidak melindungi kaki kita. Jika secara teratur memakai sepatu dengan tumit tinggi maka tendon Achilles – yakni tendon yang melekat pada tumit dapat berkontraksi atau tegang dan memendek, menyebabkan strain pada jaringan di sekitar tumit (Widodo.1998).

D. TANDA dan GEJALA

Plantar fasciitis menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau rasa terbakar yang biasanya bertambah buruk pada pagi hari karena fascia mengencang (berkontraksi) sepanjang malam. Segera setelah kita berjalan-jalan beberapa saat, nyeri yang disebabkan oleh plantar fasciitis ini biasanya berkurang, tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk.

E. PENYEBAB

Dalam keadaan normal, plantar fascia kita bekerja seperti sebuah serabut-serabut penyerap kejutan (shock-absorbing bowstring), menyangga lengkung dalam kaki kita. Tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar, maka dapat terjadi beberapa robekan kecil di serabut-serabut tersebut.

F. FAKTOR RESIKO

Risiko pain plantar fasciitis meningkat jika anda:

1. Aktif dalam olahraga. Aktifitas yang menempatkan sejumlah stress pada tulang tumit anda dan jaringan yang melekat di sekitar tumit adalah yang paling sering menyebabkan plantar fasciitis. Ini antara lain berlari, dansa balet, dan aerobik.


(8)

2. Kaki datar atau mempunyai lengkung tinggi. Orang-orang dengan kaki datar mempunyai penyerapan kejutan yang kurang, yang mana hal ini meningkatkan peregangan dan tegangan pada plantar fascia. Orang-orang dengan lengkung kaki yang tinggi mempunyai jaringan plantar yang lebih ketat, yang juga menyebabkan penyerapan kejutan yang kurang.

3. Usia paro baya atau lebih tua. Nyeri tumit cenderung lebih umum dijumpai oleh karena penuaan menyebabkan lengkung kaki mulai mendatar, menimbulkan stress pada plantar fascia.

4. Berat badan berlebih. Berjalan-jalan dengan berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lemak di bawah tulang tumit dan menyebabkan nyeri tumit. Orang-orang yang naik berat badannya dengan cepat dapat menderita plantar fasciitis, tetapi tidak selalu.

5. Kehamilan. Berat badan yang bertambah dan pembengkakan yang dialami pada saat hamil dapat menyebabkan ligamen (jaringan pengikat) pada tubuh termasuk di kaki – untuk mengendur. Ini dapat menyebabkan permasalahan mekanikal dan peradangan.

6. Pekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan banyak berjalan atau berdiri pada permukaan yang keras, termasuk pekerja pabrik, guru, dan pelayan restoran, dapat merusak plantar fascia mereka. 7. Mengenakan sepatu dengan support lengkung kaki yang kurang atau alas

sepatu yang kaku.


(9)

G. LARANGAN

1. Penggunaan terlalu besar di bagian tumit atau sudah tua.

2. Memakai sepatu bertumit tinggi (lebih dari 5cm) secara rutin dapat memperpendek otot achilles dan mengencangkan otot betis. Namun Saat ini kita menggantinya dengan sepatu tumit datar justru akan menambah ketegangan pada tumit jadi sepatu yang paling tepat adalah sepatu bertumit rendah.

3. Aktivitas yang berlebihan pada orang dengan sepatu yang kurang tepat misalnya sepatu dengan sol tipis yang kurang bisa mendukung bagian tengah telapak -orang yang sudah berusia lanjut.

4. Pada ibu yang hamil atau sedang menggendong bayinya dengan berdiri lebih dari 20 jam sehari

5. Melakukan pronation yang berlebihan, dimana pronation adalah fase berjalan dan berlari. Pronation dan peregangan yang berlebihan membuat jaringan lunak meradang. Ini bisa membangun cairan dan sel-sel berakumulasi disebuah area yang cedera. Ini menciptakan lingkunagn yang buruk untuk penyembuhan.

6. Terlalu banyak melakukan aktivitas atau olah raga yang terlalu besar memberikan beban pada tumit contohnya seperti berjalan, jogging, berlari atau melompat


(10)

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul pada plantar fasciitis yaitu dapat menyebabkan keadaan yang menahun yang mengganggu aktivitas rutin sehari hari,selain itu juga dapat mengakibatkan masalah-masalah di kaki, lutut, paha atau punggung oleh karena plantar fasciitis dapat mengubah cara berjalan (Widodo,1994).


(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

Pasien dengan nama ny M.umur 50tahun dengan diagbosa fasciitis plantaris dexstra setelah dilakukan terapi 6x didapatkan hasil sebagai berikut;

TABEL 4.1

NYERI DENGAN VISUAL ANALOUG SCALE

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri diam 0 0 0 0 0 0 0

Nyeri tekan 3 3 2 2 2 2 2

Nyeri gerak 8 8 7 7 7 7 6

TABEL 4.2

EVALUASI OEDEMA ANTHROPOMETRI

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Maleolus lateralis

kanan 21 21 9 19 18 18 18

5 cm kedistal 21 20 20 20 20 19 19

5cm ke proksimal 20 20 19 18,5 19 18 18

TABEL 4.3

EVALUASI LINGKUP GERAK SENDI ANKLE KANAN

Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dorsal-plantar (aktif) S 20-0-40 S 20-0-40 S 20-0-45 S 20-0-50 S 25-0-40 S 20-0-40 S 25-0-45 48


(12)

TABEL 4.4

EVALUASI NILAI KEKUATAN OTOT

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dorsal fleksor 3 3 3 3+ 3+ 3+ 4

Plantar fleksor 3 3 3- 3 3- 3 4

ENGAN VISUAL ANALOUG SCALE

TABEL 4.2 B. PEMBAHASAN

1. Terjadi penurunan nyeri

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri setelah dilakukan terapi. Pada T1 terlihat adanya nyeri yang cukup besar pada pasien. Hal tersebut dapat disebabkan karena proses peradangan akut yang pada proses tersebut akan dihasilkan zat – zat kimiawi yang menyebabkan timbulnya nyeri

Modalitas Infra Merah digunakan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi bengkak, mengurangi spasme otot, rileksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Penyinaran dengan Infra Merah merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Rasa nyeri bisa timbul karena adanya akumulasi sisa – sisa hasil metabolisme yang disebut zat “P” yang menumpuk dijaringan. Penyinaran menggunakan


(13)

Infra Merah yang mempunyai efek panas yang dapat memperlancar peredaran darah segingga memberikan nutrisi dan kebutuhan jaringan akan O2 terpenuhi

dengan baik dan pembuangan zat “P” akan lancar. Sehingga rasa nyeri akan berkurang atau hilang. Rasa nyeri juga bisa timbul karena adanya pembengkakan. Penyinaran Infra Merah dapat mengurangi pembengkakan juga akan mengurangi rasa nyeri. Jika rasa nyeri dan bengkak berkurang maka otot – otot relaks dan spasme otot berkurang(Low, 2000). .

2. Terjadi penurunan odem

Oedema diukur dengan antropometri yang berupa lingkar segmen pada tungkai bawah kanan dan kaki kanan dengan titik referensi pada maleolus lateralis kanan dengan hasil terjadi penurunan oedema dari T1-T6 untuk lebih jelas lihat tabel 4.2.

Terapi latihan yang digunakan untuk mengurangi oedem yaitu gerak aktif , static contraction dan juga positioning yang berupa elevasi tungkai bawah. Proses pengurangan oedem dengan menggunakan gerak aktif pada prinsipnya adalah memanfaatkan sifat vena yang dipengaruhi oleh pumping action otot sehingga dengan kontraksi yang kuat maka otot akan menekan vena dan cairan oedem dapat dibawa vena menuju proksimal dan ikut dalam peredaran darah.

3. Terjadi peningkatan lingkup gerak sendi (lgs

Penurunan LGS pada kasus ini dapat terjadi karena adanya nyeri, oedem, spasme otot maupun perlengketan jaringan (Thomson, 1991). Dari data diatas,


(14)

dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan LGS. Hal ini dapat terjadi karena seiring dengan menurunnya nyeri dan oedem serta spasme otot, maka pasien lebih mudah untuk menggerakkan sendi yang semula terbatas karena nyeri, oedem, maupun spasme otot. Terapi latihan yang digunakan untuk meningkatkan LGS yaitu berupa gerak aktif dan hold relaxed. Dengan gerak aktif maka perlengketan jaringan dapat dikurangi (Apley, 1995).

4. . Peningkatan kekuatan otot

Pada kasus ini, setelah dilakukan latihan gerak free aktif dan resisted aktif telah terjadi peningkatan kekuatan otot. Menurut Kisner (1996) jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi maka otot tersebut akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat.


(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Dapat disimpulkan pasien dengan nama ny M umur 50 tahun dengan dx Fascitis Plantaris dexstra setelah diberikan 6 kali terapi dengan menggunakan infra red,ultra sound dan terapi latihan diperoleh hasil melalui evaluasi akhir berupa, penurunan rasa nyeri dari nyeri gerak dan nyeri tekan, bertambahnya lingkup gerak sendi pada gerakan dorsal flexi dan plantar flexi ankle,penurunan oedema, dan terjadi peningkatan kekuatan otot plntar flexsor dan dorsal flexsor.

B. SARAN

Pada akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan menyampaikan sedikit saran demi tercapainya tujuan terapi secara optimal, terutama pada fisioterapi, penderita, dan masyarakat.

1. Bagi Fisioterapis

Untuk senantiasa berusaha meningkatkan pengetahuan, sehingga untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat muncul pada penderita dan dapat melakukan intervensi fioterapi yang tepat untuk keberhasilan terapi dan fisioterapis hendaknya mampu bekerjasama dengan profesi medis yang lain.


(16)

2. Bagi Pasien

Diharapkan ketekunan dan ketelatenan dalam melakukan terapi dan latihan di rumah secara teratur dapat menghasilkan terapi yang optimal. Sehingga permasalahan pasien dapat terpecahkan.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatannya, terutama bila telah menjelang usia lanjut, supaya bila didapatkan keluhan-keluhan pada nyeri tumit dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Fisioterapi Surakarta, (1993); Sumber Fisis, Buku pegangan kuliah

Apley, A. Graham, Louis Solomon, Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995

Buchbinder R. Clinical practice. Plantar fasciitis. N Engl J Med 2004;350(21):2159-2166.5

Daniel and Worthinghams. 1986. Techniques of Manual Examination. 6th Edition,Philadelpia: W.B Saunders Company.

De Wolf And J,M,A Mens, (1994);Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh Diagnostik Fisis Dalam Praktek; Cetakan Kedua, Bohn Stafleu Van Loghum.

Dorland, 1994; Kamus Kedokteran ; Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Dr.R.Setio Widodo, aspek rehabilitasi nyeri pada tumit akibat kalkaneus spur. Warta Kesad NO 59/Th 1998, Hal 55-57

Hudaya, P, 2002; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi; Politeknik Kesehatan Surakarta, Surakarta

Kisner, Carolyn and Lynn Colby. 1996. Theurapetic Exercise Foundation and Techniques. Third edition, Philadelphia: F.A Davis Company.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1363/ MENKES/ SK/ XII/ 2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis: Jakarta.

Pearce Eveli C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.Gramedia,Jakarta,1999.

Platzer, Werner. 1983. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Cetakan Kelima, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Putz, R. dan R. Pabst. 2000. Atlas Anatomi Manusia Sobatta. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.

Sri Surini dan Budi Utomo. 2002. Fisioterapi pada Lansia. Cetakan ke 1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(1)

TABEL 4.4

EVALUASI NILAI KEKUATAN OTOT

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dorsal fleksor 3 3 3 3+ 3+ 3+ 4

Plantar fleksor 3 3 3- 3 3- 3 4

ENGAN VISUAL ANALOUG SCALE

TABEL 4.2 B. PEMBAHASAN

1. Terjadi penurunan nyeri

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri setelah dilakukan terapi. Pada T1 terlihat adanya nyeri yang cukup besar pada pasien. Hal tersebut dapat disebabkan karena proses peradangan akut yang pada proses tersebut akan dihasilkan zat – zat kimiawi yang menyebabkan timbulnya nyeri

Modalitas Infra Merah digunakan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi bengkak, mengurangi spasme otot, rileksasi dan memperlancar sirkulasi darah. Penyinaran dengan Infra Merah merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Rasa nyeri bisa timbul karena adanya akumulasi sisa – sisa hasil metabolisme yang disebut zat “P” yang menumpuk dijaringan. Penyinaran menggunakan


(2)

Infra Merah yang mempunyai efek panas yang dapat memperlancar peredaran darah segingga memberikan nutrisi dan kebutuhan jaringan akan O2 terpenuhi dengan baik dan pembuangan zat “P” akan lancar. Sehingga rasa nyeri akan berkurang atau hilang. Rasa nyeri juga bisa timbul karena adanya pembengkakan. Penyinaran Infra Merah dapat mengurangi pembengkakan juga akan mengurangi rasa nyeri. Jika rasa nyeri dan bengkak berkurang maka otot – otot relaks dan spasme otot berkurang(Low, 2000). .

2. Terjadi penurunan odem

Oedema diukur dengan antropometri yang berupa lingkar segmen pada tungkai bawah kanan dan kaki kanan dengan titik referensi pada maleolus lateralis kanan dengan hasil terjadi penurunan oedema dari T1-T6 untuk lebih jelas lihat tabel 4.2.

Terapi latihan yang digunakan untuk mengurangi oedem yaitu gerak aktif , static contraction dan juga positioning yang berupa elevasi tungkai bawah. Proses pengurangan oedem dengan menggunakan gerak aktif pada prinsipnya adalah memanfaatkan sifat vena yang dipengaruhi oleh pumping action otot sehingga dengan kontraksi yang kuat maka otot akan menekan vena dan cairan oedem dapat dibawa vena menuju proksimal dan ikut dalam peredaran darah.

3. Terjadi peningkatan lingkup gerak sendi (lgs

Penurunan LGS pada kasus ini dapat terjadi karena adanya nyeri, oedem, spasme otot maupun perlengketan jaringan (Thomson, 1991). Dari data diatas,


(3)

dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan LGS. Hal ini dapat terjadi karena seiring dengan menurunnya nyeri dan oedem serta spasme otot, maka pasien lebih mudah untuk menggerakkan sendi yang semula terbatas karena nyeri, oedem, maupun spasme otot. Terapi latihan yang digunakan untuk meningkatkan LGS yaitu berupa gerak aktif dan hold relaxed. Dengan gerak aktif maka perlengketan jaringan dapat dikurangi (Apley, 1995).

4. . Peningkatan kekuatan otot

Pada kasus ini, setelah dilakukan latihan gerak free aktif dan resisted aktif telah terjadi peningkatan kekuatan otot. Menurut Kisner (1996) jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi maka otot tersebut akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Dapat disimpulkan pasien dengan nama ny M umur 50 tahun dengan dx Fascitis Plantaris dexstra setelah diberikan 6 kali terapi dengan menggunakan infra red,ultra sound dan terapi latihan diperoleh hasil melalui evaluasi akhir berupa, penurunan rasa nyeri dari nyeri gerak dan nyeri tekan, bertambahnya lingkup gerak sendi pada gerakan dorsal flexi dan plantar flexi ankle,penurunan oedema, dan terjadi peningkatan kekuatan otot plntar flexsor dan dorsal flexsor.

B. SARAN

Pada akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan menyampaikan sedikit saran demi tercapainya tujuan terapi secara optimal, terutama pada fisioterapi, penderita, dan masyarakat.

1. Bagi Fisioterapis

Untuk senantiasa berusaha meningkatkan pengetahuan, sehingga untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat muncul pada penderita dan dapat melakukan intervensi fioterapi yang tepat untuk keberhasilan terapi dan fisioterapis hendaknya mampu bekerjasama dengan profesi medis yang lain.


(5)

2. Bagi Pasien

Diharapkan ketekunan dan ketelatenan dalam melakukan terapi dan latihan di rumah secara teratur dapat menghasilkan terapi yang optimal. Sehingga permasalahan pasien dapat terpecahkan.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatannya, terutama bila telah menjelang usia lanjut, supaya bila didapatkan keluhan-keluhan pada nyeri tumit dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Fisioterapi Surakarta, (1993); Sumber Fisis, Buku pegangan kuliah

Apley, A. Graham, Louis Solomon, Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995

Buchbinder R. Clinical practice. Plantar fasciitis. N Engl J Med 2004;350(21):2159-2166.5

Daniel and Worthinghams. 1986. Techniques of Manual Examination. 6th Edition,Philadelpia: W.B Saunders Company.

De Wolf And J,M,A Mens, (1994);Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh Diagnostik Fisis Dalam Praktek; Cetakan Kedua, Bohn Stafleu Van Loghum.

Dorland, 1994; Kamus Kedokteran ; Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Dr.R.Setio Widodo, aspek rehabilitasi nyeri pada tumit akibat kalkaneus spur. Warta Kesad NO 59/Th 1998, Hal 55-57

Hudaya, P, 2002; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi; Politeknik Kesehatan Surakarta, Surakarta

Kisner, Carolyn and Lynn Colby. 1996. Theurapetic Exercise Foundation and Techniques. Third edition, Philadelphia: F.A Davis Company.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1363/ MENKES/ SK/ XII/ 2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis: Jakarta.

Pearce Eveli C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.Gramedia,Jakarta,1999.

Platzer, Werner. 1983. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Cetakan Kelima, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Putz, R. dan R. Pabst. 2000. Atlas Anatomi Manusia Sobatta. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.

Sri Surini dan Budi Utomo. 2002. Fisioterapi pada Lansia. Cetakan ke 1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi De Quervain Syndrome Dextra Dengan Modalitas Infra Red, Ultra Sound, Dan Terapi Latihan Di Puskesmas Kartasura.

0 1 15

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi De Quervain Syndrome Dextra Dengan Modalitas Infra Red, Ultra Sound, Dan Terapi Latihan Di Puskesmas Kartasura.

1 15 5

PELAKSANAAN STUDI KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi De Quervain Syndrome Dextra Dengan Modalitas Infra Red, Ultra Sound, Dan Terapi Latihan Di Puskesmas Kartasura.

0 1 12

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi De Quervain Syndrome Dextra Dengan Modalitas Infra Red, Ultra Sound, Dan Terapi Latihan Di Puskesmas Kartasura.

0 2 16

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KARANGANYAR.

0 0 15

PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KARANGANYAR.

0 0 5

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Fasciitis Plantaris Dextra Dengan Modalitas Infra Red,Ultra Sound Dan Terapi Latihan Di Rsup Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 0 13

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Fasciitis Plantaris Dextra Dengan Modalitas Infra Red,Ultra Sound Dan Terapi Latihan Di Rsup Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 0 5

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Paraparese Di Bbrsbd Dengan Modalitas Inrfa Red Dan Terapi Latihan.

0 4 12

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PARAPARESE DI BBRSBD DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Paraparese Di Bbrsbd Dengan Modalitas Inrfa Red Dan Terapi Latihan.

0 4 15