Perisai Suku Dayak Selako Kalimantan Barat.
PERISAI SUKU DAYAK SELAKO KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Rupa
Oleh
Yudarwan
0809497
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
Halaman Hak Cipta
PERISAI SUKU DAYAK SELAKO
KALIMANTAN BARAT
Oleh Yudarwan
0809497
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Seni Dan Desain
© Yudarwan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Skripsi Ini Tidak Boleh Diperbanyak Seluruhya Atau Sebagian, Dengan Dicetak Ulang, Difoto Kopi, Atau Cara Lainnya Tanpa Ijin Dari Penulis.
(3)
PERISAI SUKU DAYAK SELAKO KALIMANTAN BARAT
Oleh Yudarwan
0809497
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I
Drs. Hery Santosa, M.Sn. 196506181992031003
Pembimbing II
Suryadi, S.Pd. M.Sn. 197307142003121001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI
Bandi Sobandi, M.Pd. 197206131999031001
(4)
ABSTRAK
Yudarwan,
PERISAI SUKU DAYAK SELAKO KALIMANTAN BARAT. Skripsi, Departemen Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2015).
Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap perisai yang termasuk salah satu benda budaya suku Dayak khususnya dan benda budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Perisai ini keberadaannya semakin jarang ditemukan khususnya pada masyarakat Dayak yang pada dasarnya pemilik benda seni tersebut. Penulis tertarik mengangkat perisai sebagai bahan penelitian, karena hampir mayoritas generasi muda khususnya generasi suku Dayak dan termasuk penulis sendiri hampir tidak mengetahui sejarah, filosofi, serta makna dari motif-motif yang terdapat pada perisai tersebut. Dari itulah penulis tertarik mengadakan penelitian tentang perisai ini, agar masyarakat suku Dayak pada umumnya dapat mengetahui sejarah benda budaya dari nenek moyang mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung (observasi), wawancara, dokumentasi dan studi pustaka serta analisis data yang dilakukan dengan pendekatan multidisipliner. Pada penelitian ini penulis mencoba mengkaji bagian visual perisai yaitu bentuk dan motif perisai, dan mengkaji simbol-simbol yang terdapat didalam perisai tersebut. Bentuk perisai hampir menyerupai atap rumah, segi enam pada bagian atas dan bawah bentuknya segitiga meruncing. Pada bagian motif terdapat tiga jenis yaitu motif manusia, motif binatang, dan motif tumbuhan. Ketiga unsur motif ini buat dengan cara saling sambung-menyambung sesuai dengan kehidupan masyarakat suku Dayak yang menyatu dengan alam. Pada bagian warna perisai, hanya digunakan empat warna saja, yaitu hitam, putih, merah,dan kuning. Warna tersebut digunakan karena masyarakat Dayak pada zaman dahulu mudah mendapatkan jenis-jenis warna tersebut pada kehidupan sehari-hari mereka dan mereka terapkan pada benda-benda yang mereka anggap berharga, dan warna-warna tersebut juga memiliki filosofi tersendiri yang dipercaya dapat menambah nilai magisnya.
Kata Kunci (KeyWord): Bentuk, Motif, Perisai, Suku Dayak Selako, Nyarumkop.
SHIELD Dayak SELAKO WEST KALIMANTAN . Thesis , Department of Art Education , Faculty of Arts and Design , University of Indonesia. Bandung ( 2015 ) .
This study originated from the author 's interest to shield including one particular cultural objects and objects of Dayak culture of Indonesia in general . This shield presence increasingly rare , especially in the Dayak community which is basically the owner of the art object . Authors interested lift the shield as materials research, as almost the majority of the younger generation, especially the generation of Dayak and including the author himself hardly know the history, philosophy, and the meaning of the motifs contained in the shield. From that authors are interested in conducting research on this shield, so that the Dayak community in general can know the history of cultural objects from their ancestors. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data was collected by direct observation (observation), interviews,
(5)
documentation and literature as well as data analysis performed by a multidisciplinary approach. In this study, the authors tried to assess the visual part of the shield is a shield shape and motifs, and examine the symbols contained in the shield. Shield shape is almost like the roof of the house, the hexagon on the top and bottom tapered triangular shape. On the motives there are three types of human motifs, animal motifs and plant motifs. The third element of this motif made by way of a dial-connect with each other in accordance with the Dayak community life that blends with nature. On the color of the shield, used only four colors, namely black, white, red, and yellow. Colors are used for the Dayak community in ancient times easier to get the kinds of colors are on the daily life of them, and they apply to objects that they consider valuable, and these colors also has its own philosophy which is believed to add value to their magical.
(6)
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di desa Nyarumkop, kabupaten Singkawang Timur, provinsi Kalimantan Barat. Alasan dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan di daerah tersebut adalah salah satu tempat tinggalnya masyarakat suku Dayak Selako yang ada di provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2014 dan tuntas pada bulan September 2014.
Penelitian dimulai dari mengunjungi Museum Negeri Kalimantan Barat dan melakukan wawancara mengenai hal yang berhubungan dengan perisai suku Dayak. Selanjutnya mewawancarai salah satu seniman dan sekaligus tokoh masyarakat suku Dayak Kalimantan Barat yakni bapak Kristian Mara, yang bertempat tinggal di jalan Ahmad Yani II, Pontianak. Tahap selanjutnya peneliti mulai mendatangi dan wawancara dengan ketua adat Dayak Selako yang bertempat di desa Nyarumkop kabupaten Singkawang Timur, Kalimantan Barat. Terakhir penelitian ditujukan kepada pengrajin yakni kepada bapak Tri Sitas dan
Ne’ Ubatn yang bertempat di desa Nyarumkop kabupaten Singkawang Timur, Kalimantan Barat. Penelitian kepada pengrajin dibutuhkan waktu yang lumayan lama dan bertahap, hal ini disebabkan karena peneliti harus dapat melihat langsung proses pembuatan perisai dan tahap-tahap yang dilalui. Lokasi penelitian yakni desa Nyarumkop ditempuh peneliti mulai dari rumah hingga sampai di tempat tujuan memakan waktu selama kurang lebih tiga jam dengan menggunakan sepeda motor.
(7)
40
B.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini secara khusus menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran secara umum mengenai bentuk fisik, makna dan fungsi perisai. Bentuk fisik yang kasat mata akan memberikan penjelasan terhadap muatan psikisnya berupa fungsi dan makna dibalik perwujudan yang tampil pada sebuah perisai. Memang merupakan realitas umum, pada setiap karya seni dimana wujud dan makna merupakan satu kesatuan.
Alur penelitian ini dimulai dari pembahasan sejarah propinsi Kalimantan Barat. Hal ini dimaksud untuk mengenal, melestarikan dan mencintai berbagai tradisi budaya yang berkembang, terlebih dahulu harus mengenal latar belakang sejarah. Demikian pula hal yang membicarakan perisai pada masyarakat suku Dayak Selako, tentu sebaiknya harus mengenal pula asal-usul yang melatar belakangi kebudayaan yang berkembang pada saat itu dan saat ini.
Sebagaimana dijelaskan di atas, metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller (Ashari, 2010:43), mendefenisikan bahwa, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanyadan peristilahannya.
Agar dalam proses penelitian dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan hasil yang diharapkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Langkah yang ditempuh dalam penelitian kualitatif ini adalah membuat rancangan yang mendukung dalam tahap-tahap penelitian.
Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2013:13), metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifatseni (kurang berpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.
(8)
41
Dalam penelitian kualitatif, data bersifat deskriptif yang dikumpulkan berupa kata tertulis atau lisan, dokumen resmi, gambar, foto, kutipan-kutipan, dan catatan hasil wawancara baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung seperti catatan pribadi. Dalam penyajiannya banyak menggunakan kutipan-kutipan baik dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka, maupun dokumen lain yang relevan. Dengan demikian, fungsi pendekatan kualitatif jika dihubungkan dengan rumusan masalah, berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti yang bersifat menyeluruh sesuai dengan kajian penelitian, dalam hal ini adalah sejarah perisai dalam masyarakat Dayak Selako yang melekat pada bentuk, motif, makna dan fungsi pada perisai tersebut.
Dalam penyusunan skripsi ini langkah kerja penelitian ini dijabarkan ke dalam tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.
C.Instrumen Penelitian
Pembuatan instrumen baik berupa pedoman observasi, wawancara maupun studi dokumentasi merupakan aspek yang harus diperhatikan dan dilakukan dan sebelum dan selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Dalam instrumen penelitan kualitatif, Lincoln and Guba (Sugiyono, 2013:306), menyatakan bahwa, The instrument of choice in naturalistic
inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.
Instrumen pilihan dalam penyelidikan naturalistik adalah manusia . Kita akan melihat bahwa bentuk-bentuk lain dari instrumentasi dapat digunakan pada tahap selanjutnya dari penyelidikan , tetapi manusia adalah andalan awal dan berkelanjutan .
Penelitian kualitatif adalah sebuah jenis penelitian yang tujuannya mengukur tingkat kedalaman dari suatu masalah yang akan diteliti agar lebih jelas
(9)
42
dan terarah. Oleh karena itu, yang akan dijadikan sumber dan jenis data dalam penelitian ini antara lain:
1. Sumber utama, yaitu pengrajin perisai, ketua adat, tokoh masyarakat yang mengetahui asal-usul perisai.
2. Buku-buku yang relevan tentang kerajinan, budaya daerah, kamus, tulisan ilmiah, arsip-arsip, media cetak, serta internet.
3. Hasil kerajinan, berupa satu buah perisai. 4. Foto-foto dari hasil observasi.
TABEL 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
No. Aspek Indikator Metode
1. Sejarah
perkembangan perisai
Perisai suku dayak selako pada awalnya sebagai alat pertahanan diri pada saat melakukan
perburuan/perang, dan bersifat sakral. Akan tetapi seiring berjalannya waktu fungsinya lebih pada benda hias
Wawancara
2. Eksistensi
perisai
Perisai sekarang lebih dikenal oleh kaum masyarakat umum sebagai benda pajangan/hias saja
Wawancara
3. Fungsi perisai Fungsi perisai lebih pada alat pertahanan diri dan sekarang lebih condong pada benda hias
Wawancara
4. Bahan perisai Bahan perisai terbuat dari kayu yang sifatnya ringan dan mempunyai kekuatan yang kuat
Wawancara
D.Teknik Pengumpulan data
Mengenai teknik pengumpulan data penelitian ini, penulis akan menguraikan langkah-langkah pengumpulan data dengan menggunakan
(10)
43
1. Teknik Pengamatan Langsung
Teknik pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan data yang paling banyak dipakai dalam penelitian kualitatif. Teknik observasi merupakan suatu metode dengan cara langsung datang pada objek yang dituju. Pada proses ini, penulis bertindak sebagai pengamat benda budaya khususnya perisai.
Saat observasi berlangsung diperlukan pendekatan tersendiri, agar data yang diharapkan mudah diperoleh. Karena itu, penulis harus banyak terlibat dalam berbagai hal di lapangan. Nasution (Sugiyono 2013:10) menganyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data,yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan seperti daerah tempat produksi perisai dan juga mengunjungi serta mewawancarai orang yang diketahui menyimpan perisai di Nyarungkop, Singkawang, Kalimantan Barat.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang sedang diteliti, dapat memperloleh informasi yang lebih mendalam mengenai masalah yang sedang dikaji.
Susan Stainback (Sugiyono 2013:318), mengemukakan bahwa:
interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interprat a situation or phenomenon than can be gained through observation alon.”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Data dengan teknik wawancara ini, berguna untuk melengkapi data hasil observasi di lapangan sebagai pengalaman subjektif. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Kedua, wawancara sebagai
(11)
44
penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis data dan pendokumentasian. Pada teknik ini penulis mewawancarai seseorang yang dapat dijadikan sumber data. Para informan atau manusia sumber yang latar belakangnya memiliki disiplin ilmu yang berkaitan dengan penelitian seperti; orang yang tahu sejarah-sejarah di kampungnya, Ketua Adat, orang yang mempunyai perisai, dan orang yang membuat perisai tersebut.
Sebagai langkah awal, penulis mengunjungi orang yang tahu tentang sejarah-sejarah masyarakat suku Dayak Selako yang ada di dalam satu Nyarumkop. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah teknik wawancara tidak berstruktur artinya, penulis hanya mengajukan sejumlah pertanyaan yang mengundang jawaban subjektif secara bebas. Hal ini dilakukan pada langkah awal, agar suasana tidak kaku dan tidak membuat informasi kaget atau kata-kata yang membingungkan pada saat pertama kali wawancara. Pada saat wawancara, penulis selalu mencoba menciptakan suasana yang kondusif, memberikan penjelasan mengenai fokus yang dibicarakan. Pada saat memasuki inti wawancara, situasi yang kondusif tetap diperlukan. Pada akhir wawancara, penulis mencoba menyimpulkan isi wawancara, kemudian merencanakan jadwal wawancara selanjutnya dan tindak lanjut yang akan dilakukan.
Langkah selanjutnya, penulis mendatangi dan mewawancarai orang yang masih menyimpan benda budaya tersebut. Di sana penulis harapkan banyak mendapatkan informasi data tambahan dari orang yang tahu sejarah-sejarah, yang sebelumnya telah diwawancarai. Setelah mewawancarai orang yang memiliki perisai, selanjutnya penulis pergi ketempat pembuatan perisai dan di sana penulis juga mengharapkan mendapat informasi melalui wawancara. Hasil semua wawancara tersebut penulis analisis, kemudian untuk menambah data yang kurang penulis mencari referensi buku, jurnal, ensiklopedia atau studi pustaka lainnya yang bisa menguatkan, menjelaskan atau mendukung informasi hasil wawancara tersebut.
(12)
45
3. Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan teknik untuk mendapatkan data yang lebih luas mengenai pokok-pokok kajian untuk dijadikan bahan dalam penyusunan data, sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan dan merupakan bukti otentik dalam penyusunan laporan. Sebagai sumber data, dokumentasi berperan penting untuk menguji dan menafsirkan data.
Proses pendokumentasian penelitian ini berupa foto. Penulis memotret perisai secara rinci menurut bagian-bagian perisai secara terpisah yang mengacu pada bagian keseluruhan perisai. Hal itu guna memperjelas bagian-bagian yang penting dalam sebilah perisai dan untuk mempermudah pada tahap analisis data berdasarkan bentuk, pamor, benda yang ditambahkan pada perisai yang diteliti. Selanjutnya, foto tersebut dianalisis satu persatu menurut bagian-bagian perisai secara terpisah-pisah, yang mengacu pada bentuk keseluruhan perisai.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi data primer. Data primer merupakan data pokok dari permasalahan yang sedang dibahas. Data yang diperoleh dari studi kepustakaan merupakan data sekunder yang memperkuat data primer. Data sekunder ini berkaitan dengan masalah-masalah yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data-data tersebut berkaitan dengan budaya, geografis, sejarah, bentuk, fungsi, dan motif hias perisai.
Data yang diperoleh dari studi pustaka ini, lebih efektif dan efisien dari waktu, biaya dan tenaga. Terkagang data hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, banyak terdapat pada saat studi pustaka. Walaupun demikian pengamatan di lapangan harus tetap dilakukan sebagai pelengkap dalam pengumpulan data, agar data yang terkumpul lebih akurat dan ini akan membantu pada saat analisis data. Studi pustaka penelitian ini dilakukan di perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, dan perpustakaan daerah.
Studi pustaka ini melibatkan berbagai literatur disiplin ilmu lainnya, seperti dari berbagai disiplin ilmu sejarah, antropologi-budaya, sastra, sosiologi, politik
(13)
46
dan persenjataan tradisional. Berbagai kajian disiplin ilmu tersebut, penulis klasifikasikan lalu disusun dan dirumuskan selanjutnya dianalisis.
E.Analisis Data
Analisis data merupakan bagian dari proses penelitian. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama penelitian berlangsung, hal ini bertujuan agar data yang terkumpul dapat dengan mudah dianalisis pada akhir penelitian.
Tahap analisis data merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam tahap ini, berbagai sumber data primer dan sekunder (pokok dan tambahan) dirumuskan, lalu sumber data tersebut disusun dan dihubungkan kemudian ditafsirkan. Suatu data dihubungkan dengan data-data lainnya, sehingga menjadi sebuah “rekonstruksi” yang mamuat permasalahan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian, lalu langkah akhir disimpulkan berdasarkan berbagai penafsiran data dari berbagai sumber.
Dalam menganalisis data yang diperoleh di lapangan penulis membagi dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Yang termasuk dat primer atau data pokok yaitu pengamatan lapangan berupa artefak (Perisai), wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa hasil-hasil studi pustaka. Analisis yang utama dalam kajian penelitian ini adalah bentuk perisai yang diindikasi berkembang di Suku Dayak Kalimantan Barat, khususnya pembuatan, bentuk, motif, makna dan fungsi perisai tersebut.
Variabel utama penelitian ini adalah mengenai bentuk perisai Kalimantan
Barat dan yang menjadi indikator variabel adalah wujud rupa perisai Kalimantan Barat. Sedangkan yang menjadi analisis penelitian ini yang mengacu pada
variabel dan indikator penelitian adalah kajian mengenai bentuk fisik dan fungsi
magis perisai.
Langkah pertama tahap analisis ini adalah menganalisis data primer mengenai bentuk fisik perisai lebih didahulukan, karena penulis beranggapan kajian mengenai sejarah perkembangan perisai, dimulai dari masyarakat suku
(14)
47
Dayak, tradisi suku Dayak, pembuatan perisai, bentuk, makna, motif, dan fungsi yang ada dalam perisai tersebut.
Langkah selanjutnya, setelah mengkaji perisai, maka penulis menganalisis fungsi perisai berdasarkan kekuatan magis yang menjadi ciri khas dari setiap perisai tersebut. Dari langkah-langkah tersebut maka akan diketahui bentuk perisai yang berkembang di Kalimantan Barat. Analisis bentuk perisai diperoleh berdasarkan pengamatan langsung, pemotretan, dan wawancara bersama narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Setelah analisis data primer selesai umtuk melengkapi kekurangan yang ada, maka penulis menganalisis data sekunder. Data sekunder yaitu data pelengkap dari data pokok. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini yaitu, studi pustaka. Studi pustaka dilakukan pada saat awal penelitian dan selama penelitian berlangsung.
Proses menganalisis perisai di Kalimantan Barat sangat sulit, di samping kelangkaan artefak, juga referensi yang kurang, karena diperlukan kajian disiplin ilmu lainnya, agar hasilnya dapat akurat dan sesuai dengan rumusan masalah tujuan penelitian. Penulis harus cermat, sabar dan teliti dalam menghubungkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, sehingga dengan demikian akan
ditemukan “benang merah“ dari berbagai data yang beragam.
Untuk mengungkap keberadaan perisai Kalimantan Barat, penulis menganalisis data sekunder dengan menggunakan sudut pandang kajian disiplin ilmu lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Adapun disiplin ilmu tersebut yaitu, sejarah, budaya, sastra, sosiologi, geografi, dan antropologi. Kajian ilmu sejarah Kalimantan Barat. Dari kajian sejarah tersebut maka akan diketahui asal orang yang pertamakali menggunakan perisai.
Menjelaskan keberadaan dan perkembangn perisai tersebut, kajian ilmu sastra sangat menunjang. Yang menjadi acuan ilmu sastra, khususnya bahasa Dayak adalah bahasa Kalimantan Barat. Dari berbagai karya sastra tersebut terdapat informasi mengenai keberadaan perisai pada masyarakat Dayak di Kalimantan Barat zaman dulu.
(15)
48
Keberadaan perisai pada zaman dahulu hingga saat ini tidak terlepas dari pandangan hidup dan adat istiadat masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Pandangan hidup satu bangsa atau etnis tidak terlepas dari pengaruh budaya lainnya, karena lahirnya satu bangsa selalu merupakan akulturasi dari budaya lainnya. Dalam hal ini ilmu budaya, geografi, antropologi, dan sosiologi sangat berkaitan dalam mengkaji keberadaan perisai di Kalimantan Barat. Di dalam adat istiadat dan budaya, kita akan menemukan sistem kepercayaan, pandangan hidup, religi, bahasa, kesenian dan lainnya yang semua itu berkaitan dengan peradaban suatu masyarakat.
Dengan adanya hubungan dari berbagai cabang ilmu tersebut, maka langkah selanjutnya penulis menghubungkannya dengan kajian ilmu yang khusus mempelajari mengenai perisai baik dari sudut pandang eksoteri perisai (wujud bendanya) meliputi bahan, pembuatan, pamor, atau dari sudut pandang isoteri (isi) meliputi tuah, magis, kekuatan atau manfaatnya.
(1)
Teknik pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan data yang paling banyak dipakai dalam penelitian kualitatif. Teknik observasi merupakan suatu metode dengan cara langsung datang pada objek yang dituju. Pada proses ini, penulis bertindak sebagai pengamat benda budaya khususnya perisai.
Saat observasi berlangsung diperlukan pendekatan tersendiri, agar data yang diharapkan mudah diperoleh. Karena itu, penulis harus banyak terlibat dalam berbagai hal di lapangan. Nasution (Sugiyono 2013:10) menganyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data,yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan seperti daerah tempat produksi perisai dan juga mengunjungi serta mewawancarai orang yang diketahui menyimpan perisai di Nyarungkop, Singkawang, Kalimantan Barat.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang sedang diteliti, dapat memperloleh informasi yang lebih mendalam mengenai masalah yang sedang dikaji.
Susan Stainback (Sugiyono 2013:318), mengemukakan bahwa:
interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interprat a situation or phenomenon than can be gained
through observation alon.”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Data dengan teknik wawancara ini, berguna untuk melengkapi data hasil observasi di lapangan sebagai pengalaman subjektif. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Kedua, wawancara sebagai
(2)
penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis data dan pendokumentasian. Pada teknik ini penulis mewawancarai seseorang yang dapat dijadikan sumber data. Para informan atau manusia sumber yang latar belakangnya memiliki disiplin ilmu yang berkaitan dengan penelitian seperti; orang yang tahu sejarah-sejarah di kampungnya, Ketua Adat, orang yang mempunyai perisai, dan orang yang membuat perisai tersebut.
Sebagai langkah awal, penulis mengunjungi orang yang tahu tentang sejarah-sejarah masyarakat suku Dayak Selako yang ada di dalam satu Nyarumkop. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah teknik wawancara tidak berstruktur artinya, penulis hanya mengajukan sejumlah pertanyaan yang mengundang jawaban subjektif secara bebas. Hal ini dilakukan pada langkah awal, agar suasana tidak kaku dan tidak membuat informasi kaget atau kata-kata yang membingungkan pada saat pertama kali wawancara. Pada saat wawancara, penulis selalu mencoba menciptakan suasana yang kondusif, memberikan penjelasan mengenai fokus yang dibicarakan. Pada saat memasuki inti wawancara, situasi yang kondusif tetap diperlukan. Pada akhir wawancara, penulis mencoba menyimpulkan isi wawancara, kemudian merencanakan jadwal wawancara selanjutnya dan tindak lanjut yang akan dilakukan.
Langkah selanjutnya, penulis mendatangi dan mewawancarai orang yang masih menyimpan benda budaya tersebut. Di sana penulis harapkan banyak mendapatkan informasi data tambahan dari orang yang tahu sejarah-sejarah, yang sebelumnya telah diwawancarai. Setelah mewawancarai orang yang memiliki perisai, selanjutnya penulis pergi ketempat pembuatan perisai dan di sana penulis juga mengharapkan mendapat informasi melalui wawancara. Hasil semua wawancara tersebut penulis analisis, kemudian untuk menambah data yang kurang penulis mencari referensi buku, jurnal, ensiklopedia atau studi pustaka lainnya yang bisa menguatkan, menjelaskan atau mendukung informasi hasil wawancara tersebut.
(3)
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan teknik untuk mendapatkan data yang lebih luas mengenai pokok-pokok kajian untuk dijadikan bahan dalam penyusunan data, sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan dan merupakan bukti otentik dalam penyusunan laporan. Sebagai sumber data, dokumentasi berperan penting untuk menguji dan menafsirkan data.
Proses pendokumentasian penelitian ini berupa foto. Penulis memotret perisai secara rinci menurut bagian-bagian perisai secara terpisah yang mengacu pada bagian keseluruhan perisai. Hal itu guna memperjelas bagian-bagian yang penting dalam sebilah perisai dan untuk mempermudah pada tahap analisis data berdasarkan bentuk, pamor, benda yang ditambahkan pada perisai yang diteliti. Selanjutnya, foto tersebut dianalisis satu persatu menurut bagian-bagian perisai secara terpisah-pisah, yang mengacu pada bentuk keseluruhan perisai.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi data primer. Data primer merupakan data pokok dari permasalahan yang sedang dibahas. Data yang diperoleh dari studi kepustakaan merupakan data sekunder yang memperkuat data primer. Data sekunder ini berkaitan dengan masalah-masalah yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data-data tersebut berkaitan dengan budaya, geografis, sejarah, bentuk, fungsi, dan motif hias perisai.
Data yang diperoleh dari studi pustaka ini, lebih efektif dan efisien dari waktu, biaya dan tenaga. Terkagang data hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, banyak terdapat pada saat studi pustaka. Walaupun demikian pengamatan di lapangan harus tetap dilakukan sebagai pelengkap dalam pengumpulan data, agar data yang terkumpul lebih akurat dan ini akan membantu pada saat analisis data. Studi pustaka penelitian ini dilakukan di perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, dan perpustakaan daerah.
Studi pustaka ini melibatkan berbagai literatur disiplin ilmu lainnya, seperti dari berbagai disiplin ilmu sejarah, antropologi-budaya, sastra, sosiologi, politik
(4)
dan persenjataan tradisional. Berbagai kajian disiplin ilmu tersebut, penulis klasifikasikan lalu disusun dan dirumuskan selanjutnya dianalisis.
E.Analisis Data
Analisis data merupakan bagian dari proses penelitian. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama penelitian berlangsung, hal ini bertujuan agar data yang terkumpul dapat dengan mudah dianalisis pada akhir penelitian.
Tahap analisis data merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam tahap ini, berbagai sumber data primer dan sekunder (pokok dan tambahan) dirumuskan, lalu sumber data tersebut disusun dan dihubungkan kemudian ditafsirkan. Suatu data dihubungkan dengan data-data lainnya, sehingga menjadi sebuah “rekonstruksi” yang mamuat permasalahan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian, lalu langkah akhir disimpulkan berdasarkan berbagai penafsiran data dari berbagai sumber.
Dalam menganalisis data yang diperoleh di lapangan penulis membagi dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Yang termasuk dat primer atau data pokok yaitu pengamatan lapangan berupa artefak (Perisai), wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa hasil-hasil studi pustaka. Analisis yang utama dalam kajian penelitian ini adalah bentuk perisai yang diindikasi berkembang di Suku Dayak Kalimantan Barat, khususnya pembuatan, bentuk, motif, makna dan fungsi perisai tersebut.
Variabel utama penelitian ini adalah mengenai bentuk perisai Kalimantan
Barat dan yang menjadi indikator variabel adalah wujud rupa perisai Kalimantan Barat. Sedangkan yang menjadi analisis penelitian ini yang mengacu pada
variabel dan indikator penelitian adalah kajian mengenai bentuk fisik dan fungsi
magis perisai.
Langkah pertama tahap analisis ini adalah menganalisis data primer mengenai bentuk fisik perisai lebih didahulukan, karena penulis beranggapan kajian mengenai sejarah perkembangan perisai, dimulai dari masyarakat suku
(5)
yang ada dalam perisai tersebut.
Langkah selanjutnya, setelah mengkaji perisai, maka penulis menganalisis fungsi perisai berdasarkan kekuatan magis yang menjadi ciri khas dari setiap perisai tersebut. Dari langkah-langkah tersebut maka akan diketahui bentuk perisai yang berkembang di Kalimantan Barat. Analisis bentuk perisai diperoleh berdasarkan pengamatan langsung, pemotretan, dan wawancara bersama narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Setelah analisis data primer selesai umtuk melengkapi kekurangan yang ada, maka penulis menganalisis data sekunder. Data sekunder yaitu data pelengkap dari data pokok. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini yaitu, studi pustaka. Studi pustaka dilakukan pada saat awal penelitian dan selama penelitian berlangsung.
Proses menganalisis perisai di Kalimantan Barat sangat sulit, di samping kelangkaan artefak, juga referensi yang kurang, karena diperlukan kajian disiplin ilmu lainnya, agar hasilnya dapat akurat dan sesuai dengan rumusan masalah tujuan penelitian. Penulis harus cermat, sabar dan teliti dalam menghubungkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, sehingga dengan demikian akan ditemukan “benang merah“ dari berbagai data yang beragam.
Untuk mengungkap keberadaan perisai Kalimantan Barat, penulis menganalisis data sekunder dengan menggunakan sudut pandang kajian disiplin ilmu lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Adapun disiplin ilmu tersebut yaitu, sejarah, budaya, sastra, sosiologi, geografi, dan antropologi. Kajian ilmu sejarah Kalimantan Barat. Dari kajian sejarah tersebut maka akan diketahui asal orang yang pertamakali menggunakan perisai.
Menjelaskan keberadaan dan perkembangn perisai tersebut, kajian ilmu sastra sangat menunjang. Yang menjadi acuan ilmu sastra, khususnya bahasa Dayak adalah bahasa Kalimantan Barat. Dari berbagai karya sastra tersebut terdapat informasi mengenai keberadaan perisai pada masyarakat Dayak di Kalimantan Barat zaman dulu.
(6)
Keberadaan perisai pada zaman dahulu hingga saat ini tidak terlepas dari pandangan hidup dan adat istiadat masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Pandangan hidup satu bangsa atau etnis tidak terlepas dari pengaruh budaya lainnya, karena lahirnya satu bangsa selalu merupakan akulturasi dari budaya lainnya. Dalam hal ini ilmu budaya, geografi, antropologi, dan sosiologi sangat berkaitan dalam mengkaji keberadaan perisai di Kalimantan Barat. Di dalam adat istiadat dan budaya, kita akan menemukan sistem kepercayaan, pandangan hidup, religi, bahasa, kesenian dan lainnya yang semua itu berkaitan dengan peradaban suatu masyarakat.
Dengan adanya hubungan dari berbagai cabang ilmu tersebut, maka langkah selanjutnya penulis menghubungkannya dengan kajian ilmu yang khusus mempelajari mengenai perisai baik dari sudut pandang eksoteri perisai (wujud bendanya) meliputi bahan, pembuatan, pamor, atau dari sudut pandang isoteri (isi) meliputi tuah, magis, kekuatan atau manfaatnya.