PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012).
PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM”
VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Ver si Proses Per sidangan
Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februar i 2012)
SK RI P SI
Disusun Oleh :
VIKI GUSTI RANDA PUTRA
NPM. 0743010231
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM”
VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET
(Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan
Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012)
Disusun oleh,
VIKI GUSTI RANDA PUTRA
NPM. 0743010231
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 13 Juni 2012
Pembimbing
Tim Penguji :
1. Ketua
Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., Med.
NPTY. 3 7305 99 0170 1
Dra. Sumardjijati, M.Si.
NIP. 196203 23199309 2001
2. Sekr etaris
Drs. Kusnar to, M.Si.
NIP. 195808 01198402 1001
3. Anggota
Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., M.Ed.
NPTY. 3 7305 99 0170 1
Mengetahui,
DEKAN
Dr a. Ec. Hj. Suparwati, M.Si.
NIP. 19550718 1898302 2001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAK
Viki Gusti Randa Putra,
PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” VERSI PROSES
PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan
Karikatur “Oom Pasikom” Ver si Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet
Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Febr uari 2012)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang
dikomunikasikan karikatur “Oom Pasikom” koran Kompas terhadap kasus suap
dan korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring,
Palembang, Sumatera Selatan pada rubrik opini edisi Sabtu, 11 Februari 2012.
Teori – teori yang digunakan antara lain adalah surat kabar atau koran
sebagai wadah komunikasi massa, karikatur sebagai proses komunikasi dan kritik
sosial, teori semiotika dan teori Triangle of Meaning Charles Sanders Pierce.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan memakai pendekatan semiotika. Dengan obyek penelitian adalah karikatur
editorial “oom pasikom” edisi Sabtu, 11 Februari 2012. Corpus pada penelitian ini
adalah gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi Kasus Wisma Atlet Pada Koran
Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah karikatur ini menyinggung tentang
kasus korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring,
Palembang yang menyeret nama – nama petinggi partai Demokrat, salah satunya
adalah Mantan Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat, Angelina Sondakh.
Kata kunci : Teor i Semiotika Charles Sander s Peirce, Kar ikatur Oom
Pasikom, Kasus Korupsi Wisma Atlet.
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
Viki Gusti Randa Putra,
THE MEANING OF COURT PROCCESS ON THE WISMA ATLET CASE
IN “OOM PASIKOM” CARTOON VERSION (Semiotic studies about the
meaning on “Oom Pasikom” cartoon in Kompas Newspaper at, Februar y 11
2012 Edition).
Purpose of this research is to explore about the meaning of “Oom
Pasikom” cartoon to corruption case inside the development of Wisma Atlet SEA
Games at Jakabaring, Palembang, South Sumatera in opinion article edition
Saturday, February 11 2012.
The writer is using the following theories, newspaper as a mass
communication, cartoon picture as a communication proccess and social critic,
semiotic theory and the Triangle of Meaning theory by Charles Sanders Pierce.
The writer is using qualitative-descriptive method by using semiotic
approach in this research with the “oom pasikom” cartoon as research object at
Saturday, February 11 2012 edition. Corpus of this research is “Oom Pasikom”
cartoon at Kompas, Saturday, February 11 2012 edition about the case of Wisma
Atlet
Hypothesis in this research is, this cartoon criticize about corruption case
inside the development of Wisma Atlet SEA Games at Jakabaring, Palembang
which is dragging several names of elites in the Demokratic Party, one of them is
ex-general secretary vice of the democratic party, Angelina Sondakh.
Keywords : Charles Sander s Peirce’s semiotic theory, Oom Pasikom car toon,
Wisma Atlet cor ruption case.
x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta karunia – Nya
kepada penulis sehingga skripsi dengan judul PEMAKNAAN KARIKATUR
“OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA
ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Versi
Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11
Febr uar i 2012) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Zainal Abidin,
S.Sos., M.Si., M.Ed. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis.
Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa
moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak / Ibu Dosen serta staff karyawan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik yang telah memberi banyak dorongan pada saya.
4. Bapak Herwono dan Ibu Rini Sulistyowati sebagai Ayah dan Ibu tercinta,
”You are Heroes in My Life”.
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Adik saya semata wayang Chandra Wijaya Putra.
6. Si peseg Ratih Ardilla Kusumahsari. “You Will be the Last for Me”
7. Teman – teman yang banyak membantu menyemangati penulis : Ardan,
Reza Boncos, Monthario, SwasGono, Rosid, Bang Harik, Diwex, Sober,
Simon, Diaz, Basuki dan teman – teman lain yang belum saya sebutkan
namanya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan dibuatnya skripsi ini. Akhirnya,
dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 13 Juni 2012
Penulis
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN. .........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
viii
ABSTRAK ........................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ .
1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................... .
11
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. .
12
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................... .
12
1.4.1. Kegunaan Teoritis .................................................. .
12
1.4.2. Kegunaan Praktis ................................................... .
12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA .................................................................. ..
13
2.1. Landasan Teori .................................................................... ..
13
2.1.1. Jurnalistik Pers .............................................................. 13
2.1.2. Koran ..................................................................... ..
14
2.1.3. Kartun dan Karikatur ............................................... ..
16
2.1.4. Karikatur dalam Koran ........................................... ..
20
2.1.5. Kritik Sosial ........................................................... ..
21
2.1.6. Font ........................................................................ ..
25
2.1.6.1. Jenis – Jenis Font ...................................... ..
27
2.1.6.2. Karakteristik Jenis Font ............................ ..
28
2.1.7. Korupsi ................................................................. ..
31
2.1.8. Kasus Korupsi Wisma Atlet .................................. ..
32
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.9. Garuda Pancasila (Lambang Negara Indonesia) ..... ..
36
2.1.10. Pendekatan Semiotika ........................................... .
36
2.1.11. Semiotika Charles Sanders Peirce .......................... .
39
2.2. Kerangka Berpikir ............................................................. .
44
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... ..
46
3.1. Metode Penelitian ............................................................. ..
46
3.2. Corpus .............................................................................. ..
47
3.3. Unit Analisis ..................................................................... ..
48
3.3.1. Ikon ......................................................................... ..
48
3.3.2. Indeks ..................................................................... ..
49
3.3.3. Simbol ..................................................................... ..
50
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ ..
51
3.5. Metode Analisis Data ........................................................ ..
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. ..
53
4.1. Gambaran Umum Obyek .................................................. ..
53
4.1.1. Gambaran Umum Koran Kompas ............................ ..
53
4.1.2. Sejarah Koran Kompas ............................................ ..
54
4.1.3. Struktur Organisasi Koran Kompas ......................... ..
58
4.1.4. Visi dan Misi Koran Kompas .................................. ..
59
4.2. Penyajian Data .................................................................. ..
59
4.3. Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus
Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi
Sabtu, 11 Februari 2012 .................................................... ..
60
4.4. Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus
Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi
Sabtu, 11 Februari 2012 Dalam Kategori Tanda Peirce ..... ..
62
4.5. Analisis Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan
Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi
Sabtu, 11 Februari 2012 .................................................... ..
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
66
4.5.1 Ikon ......................................................................... ..
66
4.5.2. Indeks ..................................................................... ..
70
4.5.3. Simbol ..................................................................... ..
72
4.6. Interpretasi Makna Keseluruhan Karikatur “Oom Pasikom”
Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran
Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012
(dalam model Triangle of Meaning Peice) ......................... ..
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... ..
77
5.1. Kesimpulan ....................................................................... ..
77
5.2. Saran ................................................................................. ..
78
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. ..
80
LAMPIRAN ............................................................................................ ..
82
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hubungan Tanda, Obyek dan Interpretan Peirce ................... .
41
Gambar 2.2. Model Kategori Tanda Oleh Peirce ...................................... .
42
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................... .
45
Gambar 4.1. Hubungan Antara Obyek, Tanda dan Interpretan dalam
Semiotik Peirce .................................................................... .
63
Gambar 4.2. Karikatur “Oom Pasikom” dalam Kategori Tanda Peirce . .... .
65
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Media
adalah
alat
atau
sarana
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Pada dasarnya
masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak dan media
massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan
buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film,
internet, dan lain – lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar
justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya,
karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya.
(Cangara, 2005 : 128).
Media massa adalah penyaji realita. Para pengelola media massa
diibaratkan koki yang memproses peristiwa menjadi berita, feature,
investigative reporting, artikel, dialog interaktif, gambar bergerak dan
suara penyiar untuk disajikan kepada khalayak. Sang koki seharusnya
merujuk pada fakta, akurasi, aktualitas, kaidah bahasa dan etika. Namun ia
boleh memasukkan subyektivitas dengan menentukan mana yang
diletakkan pada bagian yang “sangat penting” atau “tidak penting” agar
mendapat perhatian dan minat khalayak. (Pareno, 2005 : 6).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
2
Fungsi media massa sebagai kontrol sosial dan persuasif. Secara
sadar atau tidak, dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir
yang disajikan media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling
penting adalah nilai “kebaruannya”, nilai ini pada media cetak terletak
pada surat kabar. Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru
maka media menyajikan informasi yang berupa visualisasi karikatur.
Informasi yang ringan dan humoris namun tetap kritis dan faktual,
membuat khalayak terhibur dan tertarik dengan informasi tersebut.
(Effendy, 2000 : 92).
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau
energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya.
Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak),
yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan
elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik
yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video,
rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media
elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru
pada umumnya berbentuk digital.
Media elektronik merupakan suatu media yang penyampaian
informasinya lebih cepat dan berteknologi lebih canggih dibandingkan
dengan media cetak. Tanpa media sebagai penyalurnya, komunikasi tidak
dapat berjalan dengan baik, salah satu media penyalur komunikasi adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
media elektronik. Kita telah mengenal banyak sekali media elektronik
yang semakin canggih, semakin banyak dan beragam.
Dimulai dari media yang satu arah. Yang dimaksud dengan media
satu arah adalah media penyalur informasi tanpa perlu adanya feedback
dari si penerima atau dengan kata lain tidak terjadinya suatu interaksi
saling “mengobrol” antara lain seperti televisi, radio ataupun internet.
Namun, disini ada pengecualian untuk internet karena perkembangan
zaman, pemakai internet pun dapat berkomunikasi secara dua arah.
Selain media elektronik, adapula media cetak. Media cetak
merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media
elektronik dan juga media digital. Ditengah dinamika masyarakat yang
demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan
dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski
demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen
yang menantikan informasi yang dibawanya.
Media cetak memiliki keunggulan dibandingkan media elektronik.
Media cetak dapat menyampaikan sebuah informasi secara detail dan
terperinci. Sementara untuk media elektronik lebih mengutamakan
kecepatan informasi, sehingga tak jarang informasi yang disampaikan
lebih bersifat sepotong dan berulang – ulang.
Saat ini pers merupakan media komunikasi massa yang dapat
membantu memenuhi kebutuhan dalam informasi. Tetapi dalam upaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut pers tidak boleh kehilangan
identitas sebagai lembaga yang dinamakan pers. Pers hendaknya jangan
hanya berupaya untuk mendapatkan keuntungan finansial saja. Sebab pers
tanpa idealisme dalam artian hanya mengejar keuntungan saja merupakan
pertanda bahwa pers tidak beda dengan perusahaan yang berorientasi pada
keuntungan semata. (Effendy, 2002 : 82)
Fungsi pers secara keseluruhan yaitu memberikan informasi,
hiburan dan kontrol sosial. Selain sebagai penyedia informasi, fungsi pers
sebagai kontrol sosial juga merupakan yang terpenting karena pada
hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat yakni dapat menjalankan
kontrol masyarakat terhadap pemerintahan, baik berupa dukungan maupun
kritikan.
Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai
pencarian informasi yang utama dalam fungsi – fungsinya, tetapi bisa juga
mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan
untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan
motivasi, mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat
untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita – berita yang ada
didalam media, khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005 : 86).
Seiring dengan perkembangan zaman, surat kabar banyak terdapat
perubahan – perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan sangat
bervariasi, mulai dari informasi berita (baik dalam maupun luar), hiburan,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
gaya hidup, informasi lowongan pekerjaan, iklan dan tips – tips kesehatan.
Koran juga berisi berita – berita terkini dalam berbagai topik diantaranya,
event politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca, komik, opini,
TTS dan hiburan lainnya.
Koran (dari bahasa Belanda : Krant, dari bahasa Perancis :
Courant), atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah
dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas
koran. Kebanyakan negara setidaknya mempunyai satu surat kabar
nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia, contohnya
adalah Kompas. (www.wikipedia.org).
Dalam isi koran juga terdapat kartun. Kartun sendiri merupakan
produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual,
teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun
bagaimana tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian,
tokoh, suatu persoalan, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa
mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini, juga cara dia
mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru
tersenyum. (Sobur, 2003 : 140).
Dalam buku Desain Komunikasi Visual, (Kusmiati, 1999 : 36),
mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat
sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu
menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan membayangkan
atau mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal
gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan
pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan
informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.
Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan
merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal.
Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung)
artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun
tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa
simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar kartun
tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol – simbol pada
gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud)
yang digunakan secara sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka
yang menerimanya. Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang
muncul disetiap penerbitan koran adalah political cartoon (kartun politik)
atau editorial cartoon (kartun editorial), yang biasa digunakan sebagai
visualisasi tajuk rencana surat kabar atau koran dalam versi humor.
Menurut Pramoedjo (2008 : 13), adalah bagian kartun yang diberi
muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau
suatu masalah. Meski dibumbui dengan humor, namun karikatur
merupakan kartun satire yang terkadang malah tidak menghibur, bahkan
membuat seseorang tersenyum kecut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Karikatur (bahasa latin : carricare) sebenarnya memiliki arti
sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan dan dipelototkan secara
karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni
memelototkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke – 17 di Eropa,
Inggris sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan media cetak
pada masa itu. (Pramoedjo, 2008 : 13)
Karikatur membangun masyarakat melalui pesan – pesan sosial
yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya
muatan pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan kedalam karikatur
terlalu banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi
jelek, tidak komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui.
Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari
karikatur dengan serta merta mengabaikan pesan sosial yang disampaikan
oleh karikatur. (www.desaingrafisindonesia.com).
Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda – tanda
komunikatif. Lewat bentuk – bentuk komunikasi itulah pesan tersebut
menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang
ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak sasaran
yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait
dengan judul, sub judul dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi,
logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.
Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda
visual dan tanda verbal dalam iklan layanan masyarakat.
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,
disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian
yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbol.
Oom Pasikom merupakan opini redaksi media Kompas yang
dituangkan dalam bentuk karikatur yang menggambarkan berbagai
permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya,
bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar
tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah
pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang
diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang
ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.
Dalam gambar editorial Oom Pasikom edisi Sabtu, 11 Februari
2012, ditampilkan diantaranya dengan visualisasi gambar seorang pria
yang sedang memikirkan seorang wanita berambut panjang sambil
menaiki mobil sedan dengan kondisi ban kempes bersama seorang sopir
yang juga seorang pria sedang melihat ke tiang arah jalan. Dan sebuah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
tiang arah jalan yang diatasnya terdapat gambar menyerupai setan,
kemudian terdapat sembilan nama jalan, diantaranya : JL. SORGA, JL.
POLITIK, JL. APEL WASHINGTON, JL. APEL MALANG, JL. TAK
ADA UJUNG, JL. SANDIWARA, JL. HUKUM & KEADILAN, JL.
BUNTU, JL. NERAKA.
Peneliti memilih koran Kompas karena merupakan salah satu
saluran komunikasi politik, sekaligus media terbesar di Indonesia yang
khususnya di pulau Jawa. Sebagai koran nasional peredaran Kompas
meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi Market
leader.
Dalam rubrik karikatur Kompas yang disebut “Oom Pasikom”.
Kompas secara kritis menggambarkan situasi sosial yang terjadi di
masyarakat. Segment karikatur pada koran Kompas yaitu Oom Pasikom,
secara berani mengkritisi sosial yang sedang terjadi. Dalam kasus dugaan
korupsi, Kompas berani mengkritik dengan menggunakan sisi lain yaitu
tiang arah jalan yang terdiri dari sembilan nama jalan dan diatasnya
terdapat gambar menyerupai sosok setan dalam gambar karikatur tersebut.
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan studi
Semiotik Peirce pada gambar karikatur tersebut.
Dari beberapa uraian diatas, pemilihan gambar Oom Pasikom
sebagai obyek penelitian karena gambar karikaturnya yang unik, karena
apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan –
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut
pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam
mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti
menggunakan pendekatan Semiotik menurut Charles Sanders Peirce yaitu
tanda atas ikon, indeks dan simbol yang berhubungan dengan acuannya.
Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur “Oom
Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet adalah peneliti
ingin menginterpretasikan gambar karikatur tersebut dengan menggunakan
teori semiotika Charles Sanders Peirce melalui tiga kategori, yaitu ikon,
indeks dan simbol. Disamping itu peneliti menemukan adanya kerusakan
pada keteraturan sosial yang ada terhadap pihak – pihak yang menjadi
sasaran, penggambaran dalam karikatur tersebut yang menyebabkan
keimplisitan pesan, yaitu di dalam gambar karikatur terdapat perubahan
gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli
karena adanya tambahan efek – efek gambar dari kartunis sehingga
karikatur tersebut memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi
bagi pembaca dalam menyikapi gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi
Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet. Karikaturis menciptakan sensasi
melalui gambar tentang sesuatu yang memiliki makna tersembunyi yang
menggelitik bagi pembaca.
Yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif,
makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran
dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
tertentu. Kalau ada makna denotatif yang hampir bisa dimengerti banyak
orang, maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang
jumlahnya lebih kecil. (Sobur, 2003 : 264).
Charles Sanders Peirce merujuk pada doktrin formal tentang tanda
– tanda. Yang menjadi dasar bagi semiotika adalah konsep tentang tanda,
tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda –
tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran
manusia seluruhnya terdiri atas tanda – tanda karena jika tidak, manusia
tidak akan bisa menjalin hubungan yang realistis. Bahasa itu sendiri
merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia,
sedangkan tanda – tanda non verbal seperti gerak – gerik, bentuk – bentuk
pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya dapat
dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda – tanda bermakna
yang dikomunikasikan berdasarkan relasi – relasi. (Sobur, 2003 : 13).
1.2
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana makna karikatur “Oom
Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran
Kompas edisi Sabtu, 11 Februari 2012?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna
yang
dikomunikasikan
karikatur
“Oom
Pasikom”
Versi
Proses
Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran Kompas edisi Sabtu, 11
Februari 2012 dengan menggunakan pendekatan Semiotika.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teor itis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan atas wawasan serta bahan referensi
bagi mahasiswa, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi pada jenis penelitian
semiotika.
1.4.2
Kegunaan Pr aktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
atau pertimbangan untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi
Semiotik, sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Koran
Kompas mengenai makna dari karikatur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teor i
2.1.1
J ur nalistik Pers
Jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan
penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media
massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis
dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu,
jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu
yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau
informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi,
atau memberikan kejelasan.
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Pers selalu
13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
mengambil bentuk dan warna struktur – struktur sosial politik dimana ia
beroperasi. (www.wordpress.com).
Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak
dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan.
Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan
yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna
apabila sajiannya jauh dari prinsip – prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya
jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai
medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk
digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik
kepada khalayak. (Kustadi Suhandang, 2004 : 40).
2.1.2
Koran
Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah
koran. Dengan sendirinya koran juga mempunyai fungsi – fungsi
komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standar
koran.
Koran adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita –
berita, karangan – karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap,
periodik dan dijual untuk umum. Selain itu koran juga mempunyai
beberapa karakteristik. (Assegaf, 1991 : 140).
Karakteristik koran adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
1. Berita merupakan unsur utama yang dominan.
2. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.
3. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.
4. Umpan balik relatif lebih lamban.
5. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.
6. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.
7. Ditentukan oleh jalur distribusi. (Pareno, 2005 : 24).
Ada beberapa alasan orang membaca koran. Diantaranya, untuk
meraih prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat
dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat.
Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan
tentang berbagai masalah publik yang serius. Bagi sebagian yang lain,
koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas.
Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari
kehidupan sehari – hari. (Rivers dan Peterson, 2003 : 313).
Koran adalah media massa yang sangat berpengaruh di tengah
masyarakat. Meski di zaman modern ini sudah banyak media saingan
koran seperti media elektronik (televisi dan radio) dan juga media internet,
akan tetapi koran memiliki pembaca tetapnya sendiri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
Koran adalah media cetak yang ditujukan bagi banyak orang atau
komunitas tertentu untuk memperluas informasi yang berisi berita aktual,
feature (berita ringan misalnya : tentang gaya hidup dan sebagainya),
wawancara tokoh terkenal di masyarakat, surat pembaca, kuis, cerita
bersambung, komik strip (komik gaya koran), opini dan sebagainya. Koran
diterbitkan setiap hari, seminggu sekali atau sebulan sekali.
Koran yang memiliki banyak pelanggan dan turut berperan serta
membentuk opini publik di suatu negara adalah koran dengan sejarah
jurnalistik yang panjang. Sehingga umurnya cukup tua bagi suatu media
massa, misalnya di Indonesia kita mengenal koran KOMPAS yang sudah
diterbitkan sejak tahun 1965. Atau di luar negeri ada koran Washington
Post, New York Time dan lain – lain. (www.google.co.id).
2.1.3
Kartun dan Kar ikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya
kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi
adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.
Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut
ini, juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2006 : 140).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar – gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik sehat. Dikatakan
kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar – gambar
lucu dan menarik. (Sobur, 2006 : 140).
Meski terlihat sederhana, sebenarnya karikatur punya fungsi yang
cukup banyak. Ketika membaca koran atau majalah terutama pada edisi –
edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga punya daya
tarik tersendiri. Bahkan bisa menjadi ciri khas dari media tersebut. Dan
selain di majalah atau koran lukisan yang mengandung pesan tertentu ini
juga sering muncul di media lain.
Adapun fungsi dari karikatur, antara lain adalah :
1. Hiburan : Ketika membaca artikel di majalah atau koran orang
sering merasa bosan dan jenuh. Untuk menghilangkan rasa yang
tidak nyaman tersebut mereka selalu melihat karikatur yang ada
untuk menyegarkan pikirannya kembali.
2. Hobi : Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar
dengan kegiatan melukis. Karena membuat karikatur juga tidak
berbeda jauh dengan melukis atau membuat gambar. Bisa
dikatakan perbedaannya cukup kecil sekali.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
3. Kritik : Saat ini banyak orang yang merasa jenuh dengan
kehidupan sosial atau lingkungan disekitarnya. Karena apa yang
dilihatnya sering tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada.
Dan untuk melakukan protes atau sindiran terhadap situasi ini
beberapa orang membuat karikatur sebagai media untuk
menggambarkan isi hatinya tersebut.
Agar bisa menjadi karikatur yang baik, seorang pelukis atau yang
punya kegemaran dan hobi ini perlu memperhatikan beberapa hal yang
antara lain adalah :
1. Tema : Ketika membuat karikatur, pilihlah tema yang saat ini
sedang menjadi trending topik atau bahan perbincangan hangat di
masyarakat. Bila ini dilakukan pasti akan menarik banyak orang
untuk menikmati atau melihat hasil karya kita tersebut.
2. Pembuatan gambar : Gambar atau lukisan yang dibuat untuk
membuat karikatur perlu teknik tersendiri. Karena hal ini berbeda
dengan lukisan yang dibuat untuk hiasan atau pajangan di dinding.
Yang terpenting adalah justru terletak pada karakter lukisan yang
dibuat. Usahakan agar terkesan kuat sehingga pesan yang
disampaikan bisa kena.
3. Ekspresi : Ini merupakan salah satu hal utama yang harus
diperhatikan ketika membuat lukisan karikatur. Karena letak
keistimewaannya juga ada pada ekspresi ini. Terutama untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
wajah, selain itu bentuk tubuh juga harus diperhatikan dengan
seksama. Semua harus mengandung kelucuan dan keunikan, jadi
bukan terletak pada ukuran skalanya.
4. Kalimat
: Karikatur
yang baik adalah ketika
kita bisa
meminimalkan penggunaan kalimat. Karena kekuatan dari lukisan
jenis ini terletak pada pesan dan karakter gambar yang dibuat. Bila
terlalu banyak kalimat orang justru akan tidak tertarik, karena ini
bukan bacaan humor atau cerita bergambar. Namun suatu pesan
yang ingin disampaikan melalui bentuk lukisan yang lucu dan
unik.
5. Media : Misalnya kita membuat karikatur untuk media atau
majalah maupun koran politik.
Maka
jenis pesan yang
disampaikan juga harus bersinggungan dengan kehidupan politik
terkini. Demikian pula bila kita ingin menunjukkan karya tersebut
pada mahasiswa contohnya. Maka buatlah kritik seputar
kehidupan kampus beserta segala yang ada di dalamnya.
Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat
ditangkap pikiran orang, tapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara
lengkap dan tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat
diterima oleh semua kalangan, mulai dari rakyat yang buta huruf sampai
intelektual yang sarat dengan cara pandang kritis. Menurut ketua
PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) Pramono, kartun yang baik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
antara lain memiliki misi pendidikan, yaitu meningkatkan kemampuan
berpikir dan perenungan bagi penikmatnya, meskipun mediumnya berupa
humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang
cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula. (Bintoro, 2002).
2.1.4
Karikatur Dalam Koran
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi
yang dilakukan melalui media cetak seperti majalah, koran, radio, televisi
dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana
penyampaian psan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media cetak.
Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa
menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan
estetika.
Disamping
kadar
humornya,
karikatur
penuh
dengan
perlambangan – perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu
karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam
masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah
gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan
kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang
sedang hangat dipermukaan.
Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di
Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech
(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya
dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat
langsung, seperti humor, gosip, diskusi, argumen, inkritik dan lain – lain.
Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung
dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen dan simbol – simbol
lainnya. (Bintoro dalam Marliani, 2004 : 49).
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan diatas
merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai obyek studi ini.
Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik
yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik – topik isu yang tepat dan masih hangat.
2.1.5
Kr itik Sosial
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,
ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak
tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi dan
internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah
pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan
berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi
pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi.
(Masoed, 1999 : 42).
Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial
yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam
konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada
budaya tulis diatas pembangunan, pengembangan dan penyebaran kritik
sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan dan penyebaran
kritik itu sendiri.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi
negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemunkinan
kata positif yaitu dukungan, usulan, saran dan penyelidikan yang cermat
(Masoed, 1999 : 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one
who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk
dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu.
Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo =
memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti
evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara, sosial adalah suatu
kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan
suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. (Susanto, 1986 : 7).
Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah
salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial
atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan
salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata
lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,
1999 : 47).
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai
dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan –
ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi
sosial melalui berbagai pertunjukkan sosial dan kesenian dalam
komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa. Kritik dari
masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah.
Memang dalam menaggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin
persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari
pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan,
pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya.
Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan
lupa akan balasbudi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program
kerja maka partisipasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya.
(Panuju, 1999 : 49).
Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena
ia mendorong sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat untuk kembali ke
kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris
Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh
konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan – kelemahan pihak
lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik
sosial itu menjadi kabur. (Masoed, 1999 : 71).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Kesan
oposisi
sejauh
mungkin
harus
dapat
dihindarkan,
masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya
“pihak luar” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum
aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan
pemerintah. Padahal, kritik itu mengandung muatan – muatan saling
memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan
dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999 ; 84).
Kritik – kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik dan
budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam
mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik
kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran
kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.
Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik
harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan
supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi
tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.
(Ali, 1999 : 194).
Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja
membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari
kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialisitis yang berpenopang pada budaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
tulis diatas pembangunan, pengembangan dan penyebaran kritik itu
sendiri.
2.1.6
Font
Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan
gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam
penggunaanya senantiasa memperhatikan kaidah – kaidah estetiknya,
kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan
elemen – elemen visual disekitarnya.
Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah “font” atau “typeface”
adalah salah satu elemen terpenting dalam desain grafis karena huruf
merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan be
VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Ver si Proses Per sidangan
Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februar i 2012)
SK RI P SI
Disusun Oleh :
VIKI GUSTI RANDA PUTRA
NPM. 0743010231
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM”
VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET
(Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan
Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012)
Disusun oleh,
VIKI GUSTI RANDA PUTRA
NPM. 0743010231
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 13 Juni 2012
Pembimbing
Tim Penguji :
1. Ketua
Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., Med.
NPTY. 3 7305 99 0170 1
Dra. Sumardjijati, M.Si.
NIP. 196203 23199309 2001
2. Sekr etaris
Drs. Kusnar to, M.Si.
NIP. 195808 01198402 1001
3. Anggota
Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., M.Ed.
NPTY. 3 7305 99 0170 1
Mengetahui,
DEKAN
Dr a. Ec. Hj. Suparwati, M.Si.
NIP. 19550718 1898302 2001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAK
Viki Gusti Randa Putra,
PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” VERSI PROSES
PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan
Karikatur “Oom Pasikom” Ver si Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet
Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Febr uari 2012)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang
dikomunikasikan karikatur “Oom Pasikom” koran Kompas terhadap kasus suap
dan korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring,
Palembang, Sumatera Selatan pada rubrik opini edisi Sabtu, 11 Februari 2012.
Teori – teori yang digunakan antara lain adalah surat kabar atau koran
sebagai wadah komunikasi massa, karikatur sebagai proses komunikasi dan kritik
sosial, teori semiotika dan teori Triangle of Meaning Charles Sanders Pierce.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan memakai pendekatan semiotika. Dengan obyek penelitian adalah karikatur
editorial “oom pasikom” edisi Sabtu, 11 Februari 2012. Corpus pada penelitian ini
adalah gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi Kasus Wisma Atlet Pada Koran
Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah karikatur ini menyinggung tentang
kasus korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring,
Palembang yang menyeret nama – nama petinggi partai Demokrat, salah satunya
adalah Mantan Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat, Angelina Sondakh.
Kata kunci : Teor i Semiotika Charles Sander s Peirce, Kar ikatur Oom
Pasikom, Kasus Korupsi Wisma Atlet.
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
Viki Gusti Randa Putra,
THE MEANING OF COURT PROCCESS ON THE WISMA ATLET CASE
IN “OOM PASIKOM” CARTOON VERSION (Semiotic studies about the
meaning on “Oom Pasikom” cartoon in Kompas Newspaper at, Februar y 11
2012 Edition).
Purpose of this research is to explore about the meaning of “Oom
Pasikom” cartoon to corruption case inside the development of Wisma Atlet SEA
Games at Jakabaring, Palembang, South Sumatera in opinion article edition
Saturday, February 11 2012.
The writer is using the following theories, newspaper as a mass
communication, cartoon picture as a communication proccess and social critic,
semiotic theory and the Triangle of Meaning theory by Charles Sanders Pierce.
The writer is using qualitative-descriptive method by using semiotic
approach in this research with the “oom pasikom” cartoon as research object at
Saturday, February 11 2012 edition. Corpus of this research is “Oom Pasikom”
cartoon at Kompas, Saturday, February 11 2012 edition about the case of Wisma
Atlet
Hypothesis in this research is, this cartoon criticize about corruption case
inside the development of Wisma Atlet SEA Games at Jakabaring, Palembang
which is dragging several names of elites in the Demokratic Party, one of them is
ex-general secretary vice of the democratic party, Angelina Sondakh.
Keywords : Charles Sander s Peirce’s semiotic theory, Oom Pasikom car toon,
Wisma Atlet cor ruption case.
x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta karunia – Nya
kepada penulis sehingga skripsi dengan judul PEMAKNAAN KARIKATUR
“OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA
ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Versi
Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11
Febr uar i 2012) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Zainal Abidin,
S.Sos., M.Si., M.Ed. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis.
Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa
moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak / Ibu Dosen serta staff karyawan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik yang telah memberi banyak dorongan pada saya.
4. Bapak Herwono dan Ibu Rini Sulistyowati sebagai Ayah dan Ibu tercinta,
”You are Heroes in My Life”.
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Adik saya semata wayang Chandra Wijaya Putra.
6. Si peseg Ratih Ardilla Kusumahsari. “You Will be the Last for Me”
7. Teman – teman yang banyak membantu menyemangati penulis : Ardan,
Reza Boncos, Monthario, SwasGono, Rosid, Bang Harik, Diwex, Sober,
Simon, Diaz, Basuki dan teman – teman lain yang belum saya sebutkan
namanya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan dibuatnya skripsi ini. Akhirnya,
dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 13 Juni 2012
Penulis
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN. .........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
viii
ABSTRAK ........................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ .
1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................... .
11
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. .
12
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................... .
12
1.4.1. Kegunaan Teoritis .................................................. .
12
1.4.2. Kegunaan Praktis ................................................... .
12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA .................................................................. ..
13
2.1. Landasan Teori .................................................................... ..
13
2.1.1. Jurnalistik Pers .............................................................. 13
2.1.2. Koran ..................................................................... ..
14
2.1.3. Kartun dan Karikatur ............................................... ..
16
2.1.4. Karikatur dalam Koran ........................................... ..
20
2.1.5. Kritik Sosial ........................................................... ..
21
2.1.6. Font ........................................................................ ..
25
2.1.6.1. Jenis – Jenis Font ...................................... ..
27
2.1.6.2. Karakteristik Jenis Font ............................ ..
28
2.1.7. Korupsi ................................................................. ..
31
2.1.8. Kasus Korupsi Wisma Atlet .................................. ..
32
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.9. Garuda Pancasila (Lambang Negara Indonesia) ..... ..
36
2.1.10. Pendekatan Semiotika ........................................... .
36
2.1.11. Semiotika Charles Sanders Peirce .......................... .
39
2.2. Kerangka Berpikir ............................................................. .
44
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... ..
46
3.1. Metode Penelitian ............................................................. ..
46
3.2. Corpus .............................................................................. ..
47
3.3. Unit Analisis ..................................................................... ..
48
3.3.1. Ikon ......................................................................... ..
48
3.3.2. Indeks ..................................................................... ..
49
3.3.3. Simbol ..................................................................... ..
50
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ ..
51
3.5. Metode Analisis Data ........................................................ ..
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. ..
53
4.1. Gambaran Umum Obyek .................................................. ..
53
4.1.1. Gambaran Umum Koran Kompas ............................ ..
53
4.1.2. Sejarah Koran Kompas ............................................ ..
54
4.1.3. Struktur Organisasi Koran Kompas ......................... ..
58
4.1.4. Visi dan Misi Koran Kompas .................................. ..
59
4.2. Penyajian Data .................................................................. ..
59
4.3. Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus
Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi
Sabtu, 11 Februari 2012 .................................................... ..
60
4.4. Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus
Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi
Sabtu, 11 Februari 2012 Dalam Kategori Tanda Peirce ..... ..
62
4.5. Analisis Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan
Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi
Sabtu, 11 Februari 2012 .................................................... ..
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
66
4.5.1 Ikon ......................................................................... ..
66
4.5.2. Indeks ..................................................................... ..
70
4.5.3. Simbol ..................................................................... ..
72
4.6. Interpretasi Makna Keseluruhan Karikatur “Oom Pasikom”
Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran
Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012
(dalam model Triangle of Meaning Peice) ......................... ..
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... ..
77
5.1. Kesimpulan ....................................................................... ..
77
5.2. Saran ................................................................................. ..
78
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. ..
80
LAMPIRAN ............................................................................................ ..
82
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hubungan Tanda, Obyek dan Interpretan Peirce ................... .
41
Gambar 2.2. Model Kategori Tanda Oleh Peirce ...................................... .
42
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................... .
45
Gambar 4.1. Hubungan Antara Obyek, Tanda dan Interpretan dalam
Semiotik Peirce .................................................................... .
63
Gambar 4.2. Karikatur “Oom Pasikom” dalam Kategori Tanda Peirce . .... .
65
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Media
adalah
alat
atau
sarana
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Pada dasarnya
masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak dan media
massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan
buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film,
internet, dan lain – lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar
justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya,
karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya.
(Cangara, 2005 : 128).
Media massa adalah penyaji realita. Para pengelola media massa
diibaratkan koki yang memproses peristiwa menjadi berita, feature,
investigative reporting, artikel, dialog interaktif, gambar bergerak dan
suara penyiar untuk disajikan kepada khalayak. Sang koki seharusnya
merujuk pada fakta, akurasi, aktualitas, kaidah bahasa dan etika. Namun ia
boleh memasukkan subyektivitas dengan menentukan mana yang
diletakkan pada bagian yang “sangat penting” atau “tidak penting” agar
mendapat perhatian dan minat khalayak. (Pareno, 2005 : 6).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
2
Fungsi media massa sebagai kontrol sosial dan persuasif. Secara
sadar atau tidak, dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir
yang disajikan media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling
penting adalah nilai “kebaruannya”, nilai ini pada media cetak terletak
pada surat kabar. Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru
maka media menyajikan informasi yang berupa visualisasi karikatur.
Informasi yang ringan dan humoris namun tetap kritis dan faktual,
membuat khalayak terhibur dan tertarik dengan informasi tersebut.
(Effendy, 2000 : 92).
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau
energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya.
Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak),
yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan
elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik
yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video,
rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media
elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru
pada umumnya berbentuk digital.
Media elektronik merupakan suatu media yang penyampaian
informasinya lebih cepat dan berteknologi lebih canggih dibandingkan
dengan media cetak. Tanpa media sebagai penyalurnya, komunikasi tidak
dapat berjalan dengan baik, salah satu media penyalur komunikasi adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
media elektronik. Kita telah mengenal banyak sekali media elektronik
yang semakin canggih, semakin banyak dan beragam.
Dimulai dari media yang satu arah. Yang dimaksud dengan media
satu arah adalah media penyalur informasi tanpa perlu adanya feedback
dari si penerima atau dengan kata lain tidak terjadinya suatu interaksi
saling “mengobrol” antara lain seperti televisi, radio ataupun internet.
Namun, disini ada pengecualian untuk internet karena perkembangan
zaman, pemakai internet pun dapat berkomunikasi secara dua arah.
Selain media elektronik, adapula media cetak. Media cetak
merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media
elektronik dan juga media digital. Ditengah dinamika masyarakat yang
demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan
dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski
demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen
yang menantikan informasi yang dibawanya.
Media cetak memiliki keunggulan dibandingkan media elektronik.
Media cetak dapat menyampaikan sebuah informasi secara detail dan
terperinci. Sementara untuk media elektronik lebih mengutamakan
kecepatan informasi, sehingga tak jarang informasi yang disampaikan
lebih bersifat sepotong dan berulang – ulang.
Saat ini pers merupakan media komunikasi massa yang dapat
membantu memenuhi kebutuhan dalam informasi. Tetapi dalam upaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut pers tidak boleh kehilangan
identitas sebagai lembaga yang dinamakan pers. Pers hendaknya jangan
hanya berupaya untuk mendapatkan keuntungan finansial saja. Sebab pers
tanpa idealisme dalam artian hanya mengejar keuntungan saja merupakan
pertanda bahwa pers tidak beda dengan perusahaan yang berorientasi pada
keuntungan semata. (Effendy, 2002 : 82)
Fungsi pers secara keseluruhan yaitu memberikan informasi,
hiburan dan kontrol sosial. Selain sebagai penyedia informasi, fungsi pers
sebagai kontrol sosial juga merupakan yang terpenting karena pada
hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat yakni dapat menjalankan
kontrol masyarakat terhadap pemerintahan, baik berupa dukungan maupun
kritikan.
Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai
pencarian informasi yang utama dalam fungsi – fungsinya, tetapi bisa juga
mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan
untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan
motivasi, mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat
untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita – berita yang ada
didalam media, khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005 : 86).
Seiring dengan perkembangan zaman, surat kabar banyak terdapat
perubahan – perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan sangat
bervariasi, mulai dari informasi berita (baik dalam maupun luar), hiburan,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
gaya hidup, informasi lowongan pekerjaan, iklan dan tips – tips kesehatan.
Koran juga berisi berita – berita terkini dalam berbagai topik diantaranya,
event politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca, komik, opini,
TTS dan hiburan lainnya.
Koran (dari bahasa Belanda : Krant, dari bahasa Perancis :
Courant), atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah
dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas
koran. Kebanyakan negara setidaknya mempunyai satu surat kabar
nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia, contohnya
adalah Kompas. (www.wikipedia.org).
Dalam isi koran juga terdapat kartun. Kartun sendiri merupakan
produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual,
teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun
bagaimana tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian,
tokoh, suatu persoalan, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa
mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini, juga cara dia
mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru
tersenyum. (Sobur, 2003 : 140).
Dalam buku Desain Komunikasi Visual, (Kusmiati, 1999 : 36),
mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat
sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu
menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan membayangkan
atau mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal
gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan
pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan
informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.
Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan
merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal.
Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung)
artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun
tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa
simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar kartun
tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol – simbol pada
gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud)
yang digunakan secara sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka
yang menerimanya. Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang
muncul disetiap penerbitan koran adalah political cartoon (kartun politik)
atau editorial cartoon (kartun editorial), yang biasa digunakan sebagai
visualisasi tajuk rencana surat kabar atau koran dalam versi humor.
Menurut Pramoedjo (2008 : 13), adalah bagian kartun yang diberi
muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau
suatu masalah. Meski dibumbui dengan humor, namun karikatur
merupakan kartun satire yang terkadang malah tidak menghibur, bahkan
membuat seseorang tersenyum kecut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Karikatur (bahasa latin : carricare) sebenarnya memiliki arti
sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan dan dipelototkan secara
karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni
memelototkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke – 17 di Eropa,
Inggris sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan media cetak
pada masa itu. (Pramoedjo, 2008 : 13)
Karikatur membangun masyarakat melalui pesan – pesan sosial
yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya
muatan pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan kedalam karikatur
terlalu banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi
jelek, tidak komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui.
Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari
karikatur dengan serta merta mengabaikan pesan sosial yang disampaikan
oleh karikatur. (www.desaingrafisindonesia.com).
Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda – tanda
komunikatif. Lewat bentuk – bentuk komunikasi itulah pesan tersebut
menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang
ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak sasaran
yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait
dengan judul, sub judul dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi,
logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.
Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda
visual dan tanda verbal dalam iklan layanan masyarakat.
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,
disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian
yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbol.
Oom Pasikom merupakan opini redaksi media Kompas yang
dituangkan dalam bentuk karikatur yang menggambarkan berbagai
permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya,
bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar
tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah
pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang
diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang
ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.
Dalam gambar editorial Oom Pasikom edisi Sabtu, 11 Februari
2012, ditampilkan diantaranya dengan visualisasi gambar seorang pria
yang sedang memikirkan seorang wanita berambut panjang sambil
menaiki mobil sedan dengan kondisi ban kempes bersama seorang sopir
yang juga seorang pria sedang melihat ke tiang arah jalan. Dan sebuah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
tiang arah jalan yang diatasnya terdapat gambar menyerupai setan,
kemudian terdapat sembilan nama jalan, diantaranya : JL. SORGA, JL.
POLITIK, JL. APEL WASHINGTON, JL. APEL MALANG, JL. TAK
ADA UJUNG, JL. SANDIWARA, JL. HUKUM & KEADILAN, JL.
BUNTU, JL. NERAKA.
Peneliti memilih koran Kompas karena merupakan salah satu
saluran komunikasi politik, sekaligus media terbesar di Indonesia yang
khususnya di pulau Jawa. Sebagai koran nasional peredaran Kompas
meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi Market
leader.
Dalam rubrik karikatur Kompas yang disebut “Oom Pasikom”.
Kompas secara kritis menggambarkan situasi sosial yang terjadi di
masyarakat. Segment karikatur pada koran Kompas yaitu Oom Pasikom,
secara berani mengkritisi sosial yang sedang terjadi. Dalam kasus dugaan
korupsi, Kompas berani mengkritik dengan menggunakan sisi lain yaitu
tiang arah jalan yang terdiri dari sembilan nama jalan dan diatasnya
terdapat gambar menyerupai sosok setan dalam gambar karikatur tersebut.
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan studi
Semiotik Peirce pada gambar karikatur tersebut.
Dari beberapa uraian diatas, pemilihan gambar Oom Pasikom
sebagai obyek penelitian karena gambar karikaturnya yang unik, karena
apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan –
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut
pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam
mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti
menggunakan pendekatan Semiotik menurut Charles Sanders Peirce yaitu
tanda atas ikon, indeks dan simbol yang berhubungan dengan acuannya.
Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur “Oom
Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet adalah peneliti
ingin menginterpretasikan gambar karikatur tersebut dengan menggunakan
teori semiotika Charles Sanders Peirce melalui tiga kategori, yaitu ikon,
indeks dan simbol. Disamping itu peneliti menemukan adanya kerusakan
pada keteraturan sosial yang ada terhadap pihak – pihak yang menjadi
sasaran, penggambaran dalam karikatur tersebut yang menyebabkan
keimplisitan pesan, yaitu di dalam gambar karikatur terdapat perubahan
gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli
karena adanya tambahan efek – efek gambar dari kartunis sehingga
karikatur tersebut memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi
bagi pembaca dalam menyikapi gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi
Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet. Karikaturis menciptakan sensasi
melalui gambar tentang sesuatu yang memiliki makna tersembunyi yang
menggelitik bagi pembaca.
Yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif,
makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran
dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
tertentu. Kalau ada makna denotatif yang hampir bisa dimengerti banyak
orang, maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang
jumlahnya lebih kecil. (Sobur, 2003 : 264).
Charles Sanders Peirce merujuk pada doktrin formal tentang tanda
– tanda. Yang menjadi dasar bagi semiotika adalah konsep tentang tanda,
tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda –
tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran
manusia seluruhnya terdiri atas tanda – tanda karena jika tidak, manusia
tidak akan bisa menjalin hubungan yang realistis. Bahasa itu sendiri
merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia,
sedangkan tanda – tanda non verbal seperti gerak – gerik, bentuk – bentuk
pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya dapat
dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda – tanda bermakna
yang dikomunikasikan berdasarkan relasi – relasi. (Sobur, 2003 : 13).
1.2
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana makna karikatur “Oom
Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran
Kompas edisi Sabtu, 11 Februari 2012?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna
yang
dikomunikasikan
karikatur
“Oom
Pasikom”
Versi
Proses
Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran Kompas edisi Sabtu, 11
Februari 2012 dengan menggunakan pendekatan Semiotika.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teor itis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan atas wawasan serta bahan referensi
bagi mahasiswa, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi pada jenis penelitian
semiotika.
1.4.2
Kegunaan Pr aktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
atau pertimbangan untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi
Semiotik, sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Koran
Kompas mengenai makna dari karikatur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teor i
2.1.1
J ur nalistik Pers
Jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan
penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media
massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis
dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu,
jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu
yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau
informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi,
atau memberikan kejelasan.
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Pers selalu
13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
mengambil bentuk dan warna struktur – struktur sosial politik dimana ia
beroperasi. (www.wordpress.com).
Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak
dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan.
Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan
yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna
apabila sajiannya jauh dari prinsip – prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya
jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai
medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk
digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik
kepada khalayak. (Kustadi Suhandang, 2004 : 40).
2.1.2
Koran
Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah
koran. Dengan sendirinya koran juga mempunyai fungsi – fungsi
komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standar
koran.
Koran adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita –
berita, karangan – karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap,
periodik dan dijual untuk umum. Selain itu koran juga mempunyai
beberapa karakteristik. (Assegaf, 1991 : 140).
Karakteristik koran adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
1. Berita merupakan unsur utama yang dominan.
2. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.
3. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.
4. Umpan balik relatif lebih lamban.
5. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.
6. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.
7. Ditentukan oleh jalur distribusi. (Pareno, 2005 : 24).
Ada beberapa alasan orang membaca koran. Diantaranya, untuk
meraih prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat
dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat.
Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan
tentang berbagai masalah publik yang serius. Bagi sebagian yang lain,
koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas.
Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari
kehidupan sehari – hari. (Rivers dan Peterson, 2003 : 313).
Koran adalah media massa yang sangat berpengaruh di tengah
masyarakat. Meski di zaman modern ini sudah banyak media saingan
koran seperti media elektronik (televisi dan radio) dan juga media internet,
akan tetapi koran memiliki pembaca tetapnya sendiri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
Koran adalah media cetak yang ditujukan bagi banyak orang atau
komunitas tertentu untuk memperluas informasi yang berisi berita aktual,
feature (berita ringan misalnya : tentang gaya hidup dan sebagainya),
wawancara tokoh terkenal di masyarakat, surat pembaca, kuis, cerita
bersambung, komik strip (komik gaya koran), opini dan sebagainya. Koran
diterbitkan setiap hari, seminggu sekali atau sebulan sekali.
Koran yang memiliki banyak pelanggan dan turut berperan serta
membentuk opini publik di suatu negara adalah koran dengan sejarah
jurnalistik yang panjang. Sehingga umurnya cukup tua bagi suatu media
massa, misalnya di Indonesia kita mengenal koran KOMPAS yang sudah
diterbitkan sejak tahun 1965. Atau di luar negeri ada koran Washington
Post, New York Time dan lain – lain. (www.google.co.id).
2.1.3
Kartun dan Kar ikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya
kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi
adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.
Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut
ini, juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2006 : 140).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar – gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik sehat. Dikatakan
kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar – gambar
lucu dan menarik. (Sobur, 2006 : 140).
Meski terlihat sederhana, sebenarnya karikatur punya fungsi yang
cukup banyak. Ketika membaca koran atau majalah terutama pada edisi –
edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga punya daya
tarik tersendiri. Bahkan bisa menjadi ciri khas dari media tersebut. Dan
selain di majalah atau koran lukisan yang mengandung pesan tertentu ini
juga sering muncul di media lain.
Adapun fungsi dari karikatur, antara lain adalah :
1. Hiburan : Ketika membaca artikel di majalah atau koran orang
sering merasa bosan dan jenuh. Untuk menghilangkan rasa yang
tidak nyaman tersebut mereka selalu melihat karikatur yang ada
untuk menyegarkan pikirannya kembali.
2. Hobi : Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar
dengan kegiatan melukis. Karena membuat karikatur juga tidak
berbeda jauh dengan melukis atau membuat gambar. Bisa
dikatakan perbedaannya cukup kecil sekali.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
3. Kritik : Saat ini banyak orang yang merasa jenuh dengan
kehidupan sosial atau lingkungan disekitarnya. Karena apa yang
dilihatnya sering tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada.
Dan untuk melakukan protes atau sindiran terhadap situasi ini
beberapa orang membuat karikatur sebagai media untuk
menggambarkan isi hatinya tersebut.
Agar bisa menjadi karikatur yang baik, seorang pelukis atau yang
punya kegemaran dan hobi ini perlu memperhatikan beberapa hal yang
antara lain adalah :
1. Tema : Ketika membuat karikatur, pilihlah tema yang saat ini
sedang menjadi trending topik atau bahan perbincangan hangat di
masyarakat. Bila ini dilakukan pasti akan menarik banyak orang
untuk menikmati atau melihat hasil karya kita tersebut.
2. Pembuatan gambar : Gambar atau lukisan yang dibuat untuk
membuat karikatur perlu teknik tersendiri. Karena hal ini berbeda
dengan lukisan yang dibuat untuk hiasan atau pajangan di dinding.
Yang terpenting adalah justru terletak pada karakter lukisan yang
dibuat. Usahakan agar terkesan kuat sehingga pesan yang
disampaikan bisa kena.
3. Ekspresi : Ini merupakan salah satu hal utama yang harus
diperhatikan ketika membuat lukisan karikatur. Karena letak
keistimewaannya juga ada pada ekspresi ini. Terutama untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
wajah, selain itu bentuk tubuh juga harus diperhatikan dengan
seksama. Semua harus mengandung kelucuan dan keunikan, jadi
bukan terletak pada ukuran skalanya.
4. Kalimat
: Karikatur
yang baik adalah ketika
kita bisa
meminimalkan penggunaan kalimat. Karena kekuatan dari lukisan
jenis ini terletak pada pesan dan karakter gambar yang dibuat. Bila
terlalu banyak kalimat orang justru akan tidak tertarik, karena ini
bukan bacaan humor atau cerita bergambar. Namun suatu pesan
yang ingin disampaikan melalui bentuk lukisan yang lucu dan
unik.
5. Media : Misalnya kita membuat karikatur untuk media atau
majalah maupun koran politik.
Maka
jenis pesan yang
disampaikan juga harus bersinggungan dengan kehidupan politik
terkini. Demikian pula bila kita ingin menunjukkan karya tersebut
pada mahasiswa contohnya. Maka buatlah kritik seputar
kehidupan kampus beserta segala yang ada di dalamnya.
Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat
ditangkap pikiran orang, tapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara
lengkap dan tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat
diterima oleh semua kalangan, mulai dari rakyat yang buta huruf sampai
intelektual yang sarat dengan cara pandang kritis. Menurut ketua
PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) Pramono, kartun yang baik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
antara lain memiliki misi pendidikan, yaitu meningkatkan kemampuan
berpikir dan perenungan bagi penikmatnya, meskipun mediumnya berupa
humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang
cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula. (Bintoro, 2002).
2.1.4
Karikatur Dalam Koran
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi
yang dilakukan melalui media cetak seperti majalah, koran, radio, televisi
dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana
penyampaian psan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media cetak.
Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa
menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan
estetika.
Disamping
kadar
humornya,
karikatur
penuh
dengan
perlambangan – perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu
karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam
masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah
gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan
kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang
sedang hangat dipermukaan.
Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di
Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech
(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya
dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat
langsung, seperti humor, gosip, diskusi, argumen, inkritik dan lain – lain.
Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung
dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen dan simbol – simbol
lainnya. (Bintoro dalam Marliani, 2004 : 49).
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan diatas
merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai obyek studi ini.
Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik
yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik – topik isu yang tepat dan masih hangat.
2.1.5
Kr itik Sosial
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,
ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak
tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi dan
internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah
pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan
berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi
pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi.
(Masoed, 1999 : 42).
Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial
yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam
konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada
budaya tulis diatas pembangunan, pengembangan dan penyebaran kritik
sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan dan penyebaran
kritik itu sendiri.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi
negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemunkinan
kata positif yaitu dukungan, usulan, saran dan penyelidikan yang cermat
(Masoed, 1999 : 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one
who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk
dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu.
Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo =
memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti
evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara, sosial adalah suatu
kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan
suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. (Susanto, 1986 : 7).
Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah
salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial
atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan
salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata
lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,
1999 : 47).
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai
dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan –
ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi
sosial melalui berbagai pertunjukkan sosial dan kesenian dalam
komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa. Kritik dari
masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah.
Memang dalam menaggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin
persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari
pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan,
pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya.
Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan
lupa akan balasbudi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program
kerja maka partisipasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya.
(Panuju, 1999 : 49).
Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena
ia mendorong sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat untuk kembali ke
kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris
Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh
konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan – kelemahan pihak
lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik
sosial itu menjadi kabur. (Masoed, 1999 : 71).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Kesan
oposisi
sejauh
mungkin
harus
dapat
dihindarkan,
masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya
“pihak luar” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum
aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan
pemerintah. Padahal, kritik itu mengandung muatan – muatan saling
memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan
dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999 ; 84).
Kritik – kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik dan
budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam
mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik
kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran
kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.
Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik
harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan
supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi
tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.
(Ali, 1999 : 194).
Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja
membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari
kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialisitis yang berpenopang pada budaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
tulis diatas pembangunan, pengembangan dan penyebaran kritik itu
sendiri.
2.1.6
Font
Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan
gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam
penggunaanya senantiasa memperhatikan kaidah – kaidah estetiknya,
kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan
elemen – elemen visual disekitarnya.
Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah “font” atau “typeface”
adalah salah satu elemen terpenting dalam desain grafis karena huruf
merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan be