PEMAKNAAN KARIKATUR KIPAS-KIPAS BARA CENTURY COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Karikatur Cover “Kipas-Kipas Bara Century” Pada Cover Majalah Tempo Edisi 19-25 September 2011 ).

PEMAKNAAN KARIKATUR KIPAS-KIPAS BARA CENTURY
COVER MAJ ALAH TEMPO
(Studi Semiotik Terhadap Karikatur Cover “Kipas-Kipas Bara Century” Pada
Cover Majalah Tempo Edisi 19-25 September 2011 )
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN “Veteran”J awa
Timur

oleh :
AKHMAD
NPM. 0743010023
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ABSTRAK
AKHMAD, PEMAKNAAN KARIKATUR “KIPAS-KIPAS BARA CENTURY”
COVER MAJ ALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatu r
“Kipas-Kipas Bara Century” Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 19-25 September
2011)
Penelitian ini didasarkan pada fenomena bahwa adanya wacana resuffle kabinet
yang akan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat Golkar
melakukan strategi agar posisinya tetap aman di pemerintahan. Salah satunya dengan
melemparkan isu masalah kasus bailout Bank Century. Isu ini banyak diberitakan
dengan berbagai bentuk salah satunya dengan menggunakan karikatur.
Metode yang digunakan untuk mengetahui makna yang ada adalah dengan
menggunakan analisis semiotik yang termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Disini menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda
menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol.
Hasil dari penelitian ini, menurut peneliti, adanya upaya memainkan polemik
Bank Century dengan tujuan untuk mengacaukan stabilitas perpolitikan di Indonesia
khususnya koalisi pimpinan partai Demokrat di saat bergulirnya rencana Presiden SBY
untuk melakukan resuffle kabinetnya.
Kata kunci : Karikatur, semiotik, majalah Tempo, Bank Century, Charles Sanders

Pierce.
ABSTRACT
This research based on the phenomena of that the presence of discourse resuffle
the cabinet to be performed by President Susilo Bambang Yudhoyono make Golkar do
strategy so as to its position kept safe in the government. One of them by throwing the
issue of the problem the case of the bailout bank century. The issues that are exhaled by
the party Golkar make a lot of responses from some other mass media and preached
with any of the various forms of one of them by the use of a caricature of .
Methods used to know the meaning of which there is with using analysis
semiotic included in research descriptive of a qualitative. Here the use of the theory of
semiotik charles sanders peirce , that divides mark into three category the idea of an icon
, an index and a symbol of.
The result of this research , according to researchers, the presence of an effort
plays polemics bank century by means of melamparkan the issue of the gimcrack who
oppositely makes complicated that problem, with the purpose to derange politic stability
in indonesia at special coalition.
Keywords : caricature, semiotic, Tempo Magazine, Century Bank, Charles Sanders
Pierce.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

ix sumber.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji sukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat
dan hidayatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

PEM AKNAAN KARIKATUR KIPAS-KIPAS BARA CENTURY COVER M AJALAH
INTELIJEN (St udi Semiot ik Terhadap Karikat ur Cover “ Kipas-Kipas Bara Cent ury”

Pada

Cover M ajalah Tempo Edisi 19-25 Sept ember 2011 ).

Pada kesempatan ini juga peneliti ingin menyampaikan banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarta MP, selaku rektor UPN “Veteran” Jatim.
2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3. Juwito S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN

“Veteran” Jatim.
4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti, Terima Kasih atas
segala waktu, masukan, bimbingan Bapak terkait penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP hingga
UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
7. Kedua orang tua peneliti yang sangat berjasa bagi peneliti. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya aba dan umi.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8. Resia Nory Fitriani teman terbaik dan sangat kusayang yang selama ini sangat
membantu dan memotivasi peneliti sebelum hingga selesainya penelitian skripsi ini.
9. Teman-teman yang membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini: Doyok, Sigit,
Kancil, Aang, Bryan, Yance, Rara, Braga, Septian teman-teman AK.Upn Radio dan
juga media Ilmu Komunikasi lainnya, Kinne, Xphose, UPN Tv, dan juga temanteman dari komunitas Kinetik Surabaya.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa peneitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu kritik maupun saran selalu peneliti harapkan demi tercapainya hal terbaik

dari skripsi ini. Besar harapan peneliti, semoga penelitian ini dapat memberikan
manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 27 November 2011

Peneliti

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN J UDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJ UAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
ABSTRAKSI ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2

Perumusan Masalah .................................................................. 13

1.3

Tujuan Penelitian ...................................................................... 13

1.4

Kegunaan Penelitian ................................................................. 14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ............................................................................. 15
2.1


Landasan Teori .......................................................................... 15
2.1.1 Media Cetak .............................................................. 15
2.1.2 Majalah ..................................................................... 16
2.1.3 Cover atau Sampul .................................................... 17
2.1.4 Komunikasi Politik .................................................... 17
2.1.5 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ...... 18
2.1.6 Seni Dalam Politik ..................................................... 19
2.1.8 Pemaknaan Warna ..................................................... 23

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

2.1.9 Konsep Bank Century ................................................ 28
2.1.10 Konsep Partai Politik ................................................. 35
2.1.11 Peran dan Fungsi Partai Politik .................................. 44
2.1.12 Konsep Partai Golkar ................................................. 45
2.1.13 Konsep Bayangan ...................................................... 52
2.1.14 Makna Busana Jas ...................................................... 52

2.1.15 Makna Busana Dasi ................................................... 53
2.1.16 Makna Busana Kemeja .............................................. 54
2.1.17 Makna Kipas Anyaman .............................................. 54
2.1.18 Makna Bola Api......................................................... 55
2.1.19 Karikatur ................................................................... 55
2.1.20 Karikatur dalam Media Massa.................................... 56
2.1.21 Karikatur Sebagai Krtik Sosial ................................... 58
2.1.22 Komunikasi Non Verbal ............................................ 59
2.1.23 Pendekatan Semiotika ................................................ 61
2.1.24 Semiotika Charles S Pierce ........................................ 63
2.2

Kerangka Berpikir ..................................................................... 65

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 68
3.1

Metode Penelitian ...................................................................... 68

3.2


Korpus ................................................................................. ...... 69

3.3

Definisi Konseptual ............................................................. ......70
3.3.1 Ikon (Icon).............................................................. ......71
3.3.2 Indeks (Index)......................................................... ......71
3.3.3 Simbol (Symbol) ..................................................... ......71

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

BAB IV

3.4

Metode Pengumpulan Data ........................................................ 73


3.5

Metode Analisis Data .................................................................. 73

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian
Data

……………………………………………...

74

4.1.1. Pemaknaan Terhadap Karikatur “Kipas-Kipas
Bara Century”

...............................................


74

4.1.2. Majalah Tempo .................................................

77

4.2

Penyajian Data

78

4.3

Analisis pemaknaan karikatur “Kipas-Kipas
Bara Century”

4.4

...........................................................

.............................................................

81

4.3.1

Ikon

……...................................................

81

4.3.2

Indeks ...........................................................

84

4.3.3

Simbol .........................................................

85

Makna keseluruhan Pemaknaan Karikatur “KipasKipas Bara Century” dalam Model Triangle Meaning
Pierce

BAB V

.........................................................................

86

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan

...........................................................

89

5.2

Saran

........................................................................

91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92
LAMPIRAN……………………………………………………………………......94

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi
memandang bahwa dalam komunikasi anta manusia, maka media yang paling
dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan
telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran
manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum
dinyatakan dalam tindakan. Media yang dimaksud ialah media yang digolongkan
atas empat macam yakni media antar pribadi, media kelompok, media publik, dan
meedia massa.
Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa elektronik.
Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, buku. Sedangkan media
massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain-lain. Media
cetak seperti majalah, surat kabar, dan buku justru mampu memberikan
pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang
mendalam dibanding media lainnya ( Cangara, 2005:128 ).
Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi
antar manusia media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca
indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan.
Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi utama yaitu
memberikan informasi kepada khalayak. Media cetak khususnya majalah
berbentuk seperti buku, memiliki kualitas yang baik dan dapat disimpan dalam
waktu yang cukup lama. Sehingga informasi yang terkandung didalamnya dapat
dibaca berulang kali.
Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai
kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media
mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan
dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan
banyak faktor-faktor kepentingan yang lain. Media massa merupakan bidang
kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media
yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang
menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang
menggunakan

media

untuk

mendapatkan

informasi,

ada

juga

yang

menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu. Media
cetak bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang
spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah berbentuk seperti buku
yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa disimpan dalam waktu yang
lama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah
mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam
bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya. Maka
saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik. Karena
dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat
ini saangat beaneka ragam seperti majalah anak-anak, remaja, dewasa, olahraga,
keluarga, politik, laki-laki dan perempuan. Semakin banyak jumlah majalah
yang beredar di masyarakat secara otomatis akan membuat pembaca menjadi
selektif dalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka akan
informasi dan hiburan.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya
meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto, 2002:32).
Majalah mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada disekitar
lingkungan masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik dalam bentuk
tekstual atau visual seperti gambar kartun maupun karikatur. Dalam buku
Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi
adalah cara atau sarana untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas
secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang
untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan
mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar
merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi
bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap
gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah
dikenal (Waluyanto, 2000:128).
Buku yang tesusun dari lembaran kertas berjilid dan berbentuk persegi
panjang itu umumnya kurang menarik, yang menarik yang sering mempesona
justru sampulnya atau biasa disebut cover. Walaupun orang sering mengatakan “
Jangan melihat atau menilai sebuah buku hanya dari sampulnya atau covernya
“,namun kekuatan sampul / cover sebagai daya tarik dari sebuah buku atau
majalah juga tidak dapat dipungkiri. Sampul merupakan bagian yang tidak dapt
dipisahkan dari sebuah buku dan memiliki peranan penting karena pada saat akan
membeli atau membaca buku, yang pertama kali diperhatikan adalah sampul dan
ilustrasi gambarnya. Karena melalui ilustrasi sampul, seorang penulis dapat
menuangkan ide dan kreatifitasnya dari karya sastra yang dihasilkan. Sehingga
sampul buku dibuat untuk membuat calon pembeli atau pembaca tertaik dalam hal
pemahaman pesan.
Cover / sampul juga perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu
menarik perhatian khalayak untuk membaca atau membelinya. Pemilihan judul
(teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat
menginformasikan isi yang terkandung dalam buku atau majalah tersebut
(Pudjiastuti, 1999 : 29). pada sebuah cover / sampul, ilustrasi digunakan sebagai
gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk
grafis yang memikat. Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik
perhatian) yang palimg efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut
juga mampu menunjang pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah
mengingat gambar dari pada kata – kata.
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial sering kali kita temui
didalam berbagai media cetak, didalam media ini karikatur menjadi cover berita
utama, pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya.
Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai
penyejuk setelah para pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel – artikel yang
lebih serius dengan sederet huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran.
Meskipun sebenarnya pesan -pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur
sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan lewat artikel dan berita,
namun pesan – pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang
menghibur. Seringkali gambar terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat
kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahsa simbol
atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non verbal
dalam karikatur diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh pembaca
secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur
tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan
pandangan – pandangan seorang karikaturis, namun akan dapat berkembang
secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam maknanya.
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur
kecerdasaan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif melalui

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam
kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara huoris, tapi
terkadang juga tidak terlalu homuris. Dengan demikian memahami karikatur juga
perlu memiliki referensi – referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang
ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan
kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang
berkembang yang dijadikan headline.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa cover / sampul yang berbentuk
karikatur merupakan salah satu wujud lambang ( simbol ) atau bahasa visual yang
keberadaanya dikelompokkan kedalam kategori non verbal dan dibedakan dengan
bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ungkapan. Karikatur merupakan
ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol
yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan
non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada
isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih
mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah
dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan
menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa
fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar
menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya.
Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula.
Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.
Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal).
Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu
yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya
tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide,
cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.
Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis
menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti di
ungkap maksud dan artinya.
Bank century adalah hasil merger 3 bank yaitu bank CIC, Bank Pikko, dan
Bank Danpac pada Desember 2004. Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko,
Bank Danpac, dan Bank CIC menjadi Bank Century yang sebelum merger ketiga
bank tersebut didahului dengan adanya akuisisi Chinkara Capital Ltd yang
berdomisili hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang saham mayoritas
adalah Rafat Ali Rizvi.
Persetujuan prinsip atas akuisisi diputuskan dalam rapat dewan gubenur
Bank Indonesia pada 27 November 2001 dengan memberikan persetujuan akuisisi
meski Chinkara Capital Ltd tidak memenuhi persyaratan administratif berupa
publikasi atas akuisisi oleh Chinkara Capital Ltd, laporan keuangan Chinkara
untuk tiga tahun terakhir, dan rekomendasi pihak berwenang di negara asal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Chinkara Capital Ltd dan rapat dewan gubenur Bank Indonesia hanya
mensyaratkan agar ketiga bank tersebut melakukan merger, memperbaiki kondisi
bank, mencegah terulangnya tindakan melawan hukum, serta mencapai dan
mempertahankan rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR)) 8%.
Izin akuisisi pada akhirnya diberikan pada 5 Juli 2002 meski dari hasil
pemeriksaan BI terdapat indikasi adanya perbuatan melawan hukum yang
melibatkan Chinkara Capital Ltd, pada Bank CIC akan tetapi Bank Indonesia
tetap melanjutkan proses merger atas ketiga bank tersebut meski berdasarkan hasil
pemeriksaan BI periode tahun 2001 hingga 2003 ditemukan adanya pelanggaran
signifikan oleh ketiga bank tersebut antara lain, pada Bank CIC, terdapat
transaksi Surat-surat berhaga (SSB) fiktif senilai US$ 25 juta yang melibatkan
Chinkara Capital Ltd dan terdapat beberapa Surat-surat berhaga (SSB) yang
berisiko tinggi sehingga bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) yang berakibat rasio kecukupan modal CAR menjadi negatif,
serta pembayaran kewajiban general sales management 102 (GSM 102) dan
penarikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam jumlah besar yang mengakibatkan
bank mengalami kesulitan likuiditas, serta pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN).
pada Bank Pikko terdapat kredit macet Texmaco yang ditukarkan dengan medium
term note (MTN) Dresdner Bank yang tidak punya notes rating dan berkualitas
rendah dibawa masuk dalam merger Bank Century, sehingga bank wajib
membentuk PPAP

yang berakibat CAR menjadi negatif. Proses akuisisi

seharusnya dapat dibatalkan jika mengacu pada persyaratan yang ditentukan oleh
Bank Indonesia dalam persetujuan akuisisi tanggal 5 Juli 2002, persyaratan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

tersebut antara lain menyebutkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap
Bank CIC terbukti bahwa bilamana Chinkara Capital Ltd sebagai pemegang
saham bank melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan
akan tetapi pada 6 Desember 2004, Bank Indonesia malah memberikan
persetujuan merger atas ketiga bank tersebut.
Pemberian persetujuan merger tersebut dipermudah berdasarkan catatan
Direktur Direktorat Pengawasan Bank kepada Deputi Gubernur Bank Indonesia
dan Deputi Gubernur Senior Bani Indonesia pada 22 Juli 2004. Bentuk
kemudahan tersebut adalah berupa SSB pada Bank CIC yang semula dinilai macet
oleh Bank Indonesia menjadi dinilai lancar sehingga kewajiban pemenuhan
setoran kekurangan modal oleh pemegang saham pengendali (PSP) menjadi lebih
kecil dan akhirnya CAR seolah-olah memenuhi persyaratan merger, termasuk
hasil fit and propper test ”sementara” atas pemegang saham dalam hal ini Rafat
Ali Rizvi yang dinyatakan tidak lulus lalu ditunda penilaiannya dan tidak diproses
lebih lanjut. pemberian kelonggaran tersebut tidak pernah dibahas dalam forum
dewan gubenur Bank Indonesia namun hanya dilaporkan dalam catatan Direktur
Direktorat Pengawasan Bank tanggal 22 Juli 2004. Dalam proses pemberian izin
merger terjadi manipulasi oleh Direktur Bank Indonesia yang menyatakan seolaholah Gubernur Bank Indonesia memberikan disposisi bahwa merger ketiga bank
tersebut mutlak diperlukan, kembali Bank Indonesia tidak menerapkan aturan dan
persyaratan dalam pelaksanaan akuisisi dan merger sebagaimana diatur dalam
Surat Keputusan (SK) Direksi BI No 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Umum, SK Direksi BI No 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang
Kualitas Aktiva Produktif demikian pula dengan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No 2/l/PBI/2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang Penilaian Kemampuan
dan Kepatutan (fit and propper test) sebagaimana terakhir diubah dengan PBI No
5/25/PBI/2003

tanggal

10

November

2003.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Century)
Permasalahan Bank Century hingga saat ini pun belum berakhir. Kasus
terbaru adalah gugatan Rafat Ali Rizvi kepada pemerintah yang dilakukan lewat
pengadilan arbitrase International Center for Settlement of Investment Disputes
(ICSID), Amerika Serikat. Saat ini gugatan tersebut masih belum disidangkan di
pengadilan, namun Bambang Soesatyo salah satu politukus partai Golkar telah
mengeluarkan peryataan pers bahwa Pemerintah Indonesia telah kalah dan harus
mengabulkan gugatan Rafat senilai 4 Triliun Rupiah.
Dalam pembuatan sebuah buku, kedudukan cover / sampul cukup penting
untuk menarik perhatian khalayak. Gagasan menampilkan tokoh, yang realistis,
diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah
dimengerti disbanding dengan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar
merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan
tertentu pada isi pesan. Dan peran gambar dalam sampul sangat besar
pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata – kata, dan paling cepat
untuk pemahaman dan dimengerti maksudnya, karena terkait maksud pesan yang
terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal sebagian besar
dari khalayak sasaran. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitasnya yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan
informasi visual yang diperlukan.
Simbol – simbol atau tanda – tanda pada sebuah ilustrasi baik itu verbal
maupun visual bukanlah tidak berarti apa – apa, di dalamnya ia mengemban
sebuah makna yang dapat digali kandungan faktualnya atau dengan kata lain
bahasa simbolis tersebut menciptakan situasi yang simbolis pula, artinya penuh
dengan tanda tanya atau hal – hal yang mesti diungkap maksud dan arti yang
terkandung dalam simbolnya. Dalam bidan perancangan grafis, kemudian
berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya
dukung gambar sebagai lambing visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi
yang terdapat pada ilustrasi sampul. Upaya mendayagunakan lambing visual,
berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas
untuk

menimbulkan

kesan

tertentu

pada

pengamatanya.

(http

:

//www.fsrd.itb.ac.id/thesis-disertasi/magister-desain-angkatan-2000)
Karena itulah dalam penelitian ini peneliti menaruh perhatian terhadap
pemaknaan “Kipas-Kipas Bara Century” pada sampul depan majalah “Tempo”.
Karena pada sampul majalah tersebut di gambarkan seorang tanpa kepala yang
memakai jas bewarna kuning dan berdasi dengan logo Partai Golkar di bagian
dada sebelah kirinya. Badan tersebut pada tangan kanannya memegang kipas yang
terbuat dari anyaman bambu. Sementara di tangan kirinya ada bola api yang di
dalam bola api tersebut ada logo Bank Century. Background keseluruhan gambar
adalah warna putih yang bergradasi ke warna abu-abu, selain itu juga ada warna
biru dalam gambar tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Hal ini berarti sebuah permasalahan penggambaran partai Golkar yang
mencoba mengipasi polemik Bank Century, sehingga kasus Century ini menjadi
berlarut – larut. Dari permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik untuk
mengungkapkan makna-makna yang terkandung pada ilustrasi cover majalah
Tempo edisi 19-25 September 2011 yang berjudul Kipas-Kipas Bara Century.
Tempo merupakan salah satu Majalah yang mempunyai rubrik khusus
dalam menyajikan karikatur. Majalah yang terkenal dengan pesan-pesannya yang
kritis ini lebih banyak menyajikan topik-topik dalam bidang sosial politik dalam
setiap kali penerbitannya. Akibat kekritisannya tersebut Majalah Tempo juga
pernah di bredel pada tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat Tempo
terus tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan Pers,
Tempo berhasil bangkit dan menerbirtkan kembali sirkulasinya pada tahun 1998
dan berhasil menjadi pemimpin untuk industri penerbitan Majalah di Indonesia
serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar diseluruh wilayah Indonesia.
(www.tempointeractive.com).
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung
didalamnya. Oleh karena itu, pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang
bertujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada
(Sobur, 2006 : 132).
Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui studi
tentang tanda dan yang berhubungan dengannya, baik tanda verbal maupun tanda

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

visual untuk mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui muatan
isi pesan (verbal dan visual). Selain itu, juga menggunakan warna sebagai acuan
untuk meneliti karikatur karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce,
maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda
yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi
tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi
cover depan majalah Tempo edisi 19-25September 2011.
Peneliti memilih majalah Tempo karena merupakan salah satu majalah
mingguan yang pada umumnya meliput berita dan politik. Pada Majalah Tempo,
terdapat rubrik opini yang menyesuaikan isu-isu hangat tentang politik yang
masih banyak dibicarakan oleh masyarakat luas, salah satunya tentang tokohtokoh politik nasional. Dengan adanya penyampaian pesan lewat karikatur akan
didapatkan presepsi yang berbeda-beda dari khalayak sasaran yang memaknainya.

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah makna “Kipas-Kipas Bara Century” pada sampul depan
majalah “Tempo”?.

1.3.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemaknaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

ilustrasi ”The Kipas-Kipas Bara Century” pada sampul depan majalah “Tempo”.

1.4.

Kegunaan Penelitian
1.

Kegunaan teoritis, memberikan makna pada tanda dan lambang

yang terdapat dalam objek untuk memperoleh hasil dari interpretasi data
mengenai pemaknaan ilustrasi sampul depan buku dengan menggunakan metode
semiotik Peirce.

2.

Kegunaan praktis, untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi

semiotik, sehingga dapat memberi masukan bagi para pembaca buku ini mengenai
makna dari ” Kipas-Kipas Bara Century” pada sampul depan majalah “Tempo “.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,

yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak
digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di
masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,
televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang
melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti
dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis
yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman
putih (Kasali, 1995 : 99).
2.1.2

Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan

berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang

15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya
yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah
tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.
Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi
foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel
utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah
sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan
keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa.
Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk
umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,
komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan
seni.
b. Majalah Khusus
Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidangbidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.1.3

Cover atau Sampul
Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari sebuah majalah. Karena pada saat kita akan membeli atau membaca
dari sebuah majalah yang diperhatiikan pertama kali adalah sampul dan
ilistrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada
ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar
mampu menarik perhatian khalayak atau pembacanya.
Pemilihan judu; atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah
dimengerti dan langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung di
dalamnya.pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran
pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis
yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun
akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang
ingin disampaikan.

2.1.4

Komunikasi Politik
Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu

proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam
hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang
diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif,
yang berarti segala cara orang berrtukar simbol, kata-kata yang dituliskan
dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol,
gagasan,

kepentingan

dan

sebagainya

diantara

sejumlah

pihak.

Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial,
terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan
peran komunikator politik sebagai pemimpin public opinion, karena
mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula di tolak,
kemudian dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam
Marliani, 2004 : 13).

2.1.5

Pembicaraan Poltik Sebagai Kegiatan Simbolik
Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah

berkembang.

Ada

yang

menyangkut

pembicaraan

mereka

yang

melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,
konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut
adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan
lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).
Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang
irasional dengan menganggap seolah-olah ada hubungan antara suatu
lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam
konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang
dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan
perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu
program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses
simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

2.1.6

Seni dalam Politik
Dalam pembicaraan mengenai kaitan antara seni dan politik, tidak

terlepas tentang peran karya seni tersebut dalam hal ini berupa karikatur
terhadap

suatu

kesadaran

politik pada

masyarakat,

sebagaimana

kandungan arti dan makna yang terdapat di dalam karya seni itu.
Sebuah karya seni akan dapat menggugah kesadaran pada
masyarakat jika karya seni itu dapat memberikan pengertian tentang apa
yang disampaikan kepada masyarakat tersebut, dan dapat memberikan
pengertian tentang betapa pentingnya arti dari kekuasaan dalam hal ini
berupa demokratisasi politik.
Peran seni sebagai alat politik dapat dilihat melalui pendekatan
kultur dan sosialisasi politik. Sidney Verba, sebagaimana dikutip oleh
Lucian Pye dalam political culture mendeskripsikan kultur politik sebagai
suatu hal yang terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan empiris,
simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang membatasi keadaan dalam
mana tindakan politik terjadi. Dengan kata lain, konsep kultur politik
menekankan setiap individu mempunyai suatu jenis orientasi kepada dunia
politik, yang dapat ditunjukan melalui perilaku ataupun hanya sekedar
berpendapat atau bersikap. Sementara itu pendekatan sosialisai politik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

menekankan untuk membentuk sebuah kultur politik suatu bangsa, ia
mendorong penduduk atau sebagaian penduduk untuk memandang dan
mengalami kehidupan politik dengan sebuah cara yang baru (Brotoseno
dalam Marliani, 2004 : 31).
Lewat beberapa analisa diatas, dapat kita jelaskan seni dalam hal
ini berupa karikatur “Kipas – Kipas Bara Century” pada rubrik opini
majalah Tempo edisi 19-25 Januari dalam upaya mensosialisasikan
isyarat-isyarat dan informasi-informasi politik yang memperkuat atau
mengubah pola-pola politik, dimana pesan-pesan yang disampaikan
tersebut diterima dan di interpretasikan dalam lingkungan sosialnya
merupakan suatu bentuk seni yang berperan sebagai alat sosialsasi politik.

2.1.7

Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah
mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam.
Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu
dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.
“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti
misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati
makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.
Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi
adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar
dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan
dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)
menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,
(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,
2004 : 258).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep
makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)
sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata
itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita
gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada
dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari katakata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi
emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal
bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan
eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana
terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan
tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang
cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain
yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,
kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah
kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara
berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita
peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat
kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang
benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang
tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang
sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai
tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).

2.1.8

Pemaknaan War na
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,
kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam
Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat
kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan
warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat
dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat
buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat
positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu
yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat
kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 :
25).
Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal,
misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah
darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di
beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi
merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai
hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan
kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu
kebencian dan dendam tergantung dari situasi.
Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam
budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual,
misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna
oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada
suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 :
376).
Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya
“periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan
periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan
mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :
1. Merah.
Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta,
nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras
dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk
menunjuk emosi atau debaran jantung.
2. Oranye.
Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan,
antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan,
keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan
pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu
yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan
dan independent.
3. Kuning.
Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan
toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang,
dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan
optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah
menarik perhatian.

Warna

ini dapat

digunakan untuk

menaikkan metabolisme.
4. Merah Muda.
Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,
keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan
memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengu

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur “Mafia Di Balik Nunun” Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011).

0 2 110

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur "Mafia Di Balik Nunun" Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011).

0 0 110

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011).

2 9 82

PEMAKNAAN KARIKATUR KIPAS-KIPAS BARA CENTURY COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Karikatur Cover “Kipas-Kipas Bara Century” Pada Cover Majalah Tempo Edisi 19-25 September 2011 ).

2 3 99

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI.

2 9 79

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

PEMAKNAAN KARIKATUR KIPAS-KIPAS BARA CENTURY COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Karikatur Cover “Kipas-Kipas Bara Century” Pada Cover Majalah Tempo Edisi 19-25 September 2011 )

0 0 21

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur "Mafia Di Balik Nunun" Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur “Mafia Di Balik Nunun” Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011)

0 0 23