CAPAIAN INDIKATOR DESA SIAGA DALAM PENCAPAIAN STRATIFIKASI DESA SIAGA AKTIF DI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016.

1

UNIVERSITAS UDAYANA

APAIAN INDIKATOR DESA SIAGA
CA
GA
CAPAIAN STRATIFIKASI DESA SI
DALAM PENC
SIAGA AKTIF
DI KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2016

NI KADEK WIDYANTI

PROGRAM
SYARAKAT
M STUDI ILMU KESEHATAN MASY
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016


2

UNIVERSITAS UDAYANA

CA
GA
APAIAN INDIKATOR DESA SIAGA
DALAM PENC
SIAGA AKTIF
CAPAIAN STRATIFIKASI DESA SI
DI KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2016

NI KADEK WIDYANTI
NIM. 1420015019

PROGRAM
M STUDI ILMU KESEHATAN MASY
SYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

3

UNIVERSITAS UDAYANA

CA
GA
APAIAN INDIKATOR DESA SIAGA
DALAM PENC
SIAGA AKTIF
CAPAIAN STRATIFIKASI DESA SI
DI KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sal

lar
RJANA KESEHATAN MASYARAKA
SARJ
AT

NI KADEK WIDYANTI
NIM. 1420015019

M STUDI ILMU KESEHATAN MASY
PROGRAM
SYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

4

5

6


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “CAPAIAN INDIKATOR DESA SIAGA DALAM PENCAPAIAN
STRATIFIKASI DESA SIAGA AKTIF DI KABUPATEN BANGLI TAHUN
2016” tepat pada waktunya.
Penelitian ini bisa terselesaikan atas bantuan, dukungan, saran dan bimbingan
dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis. Maka dari itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. I Made Ady Wirawan,MPH, PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH, dosen Pembimbing Skripsi Peminatan
Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan arahan serta
bantuan yang sangat besar sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M selaku kepala bagian Peminatan
Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan sangat besar kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7

5. Teman-teman Matrikulasi IKM 2 tahun (2014) yang dengan segala cara telah
memberikan dukungan dan saran serta kritik demi perbaikan-perbaikan.
6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dan memberikan dukungan
dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan secara rinci.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini akan memberikan manfaat bagi diri
penulis sendiri dan pihak lain yang menggunakannya.

Denpasar,

Juni 2016


Penulis,

8

PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Juni 2016
Ni Kadek Widyanti, Komang Ayu Kartika Sari
Capaian Indikator Desa Siaga dalam Pencapaian Stratifikasi Desa Siaga Aktif di
Kabupaten Bangli Tahun 2016
ABSTRAK
Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Hal ini diwujudkan melalui
Program Desa/Kelurahan Siaga Aktif yaitu desa/kelurahan yang penduduknya dapat
mengakses pelayanan kesehatn dasar, penduduknya mengembangkan UKBM dan
menerapkan PHBS. Seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Bangli tercatat masih
dalam tahap pratama pada Profil Dinas Kesehatan Tahun 2014. Tujuan penelitian ini

adalah mengetahui capaian indikator desa siaga dalam pencapaian stratifikasi desa
siaga aktif di Kabupaten Bangli tahun 2016.
Penelitian deskriptif observasional ini dilakukan pada 72 desa/kelurahan yang
berada di wilayah Kabupaten Bangli pada Bulan Mei sampai dengan Juni 2016. Data
primer dikumpulkan menggunakan instrumen formulir isian desa siaga aktif,
kemudian diolah menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan desa dan kelurahan siaga aktif tahap pratama
sebanyak 87,5% dan tahapan madya sebanyak 12,5%. Terlihat juga 19,5% desa/
kelurahan memiliki kriteria tahap pratama lebih dari 4 kriteria.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar desa/kelurahan di Kabupaten
Bangli berada pada stratifikasi pratama, dan beberapa desa/kelurahan telah mencapai
tahap madya. Disarankan kepada pihak Puskesmas dan aparat desa/kelurahan bahwa
kriteria forum desa/kelurahan, keaktifan UKBM, dukungan dana serta peran serta
masyarakat dan Ormas memerlukan perhatian khusus untuk mencapai tingkatan
stratifikasi yang lebih tinggi.
Kata Kunci : Kriteria/Indikator, Stratifikasi, Desa Siaga

9

STUDY PROGRAM

PUBLIC HEALTH SCIENCE
MEDICAL FACULTY
UDAYANA UNIVERSITY
INTEREST OF HEALTH PROMOTION
Minithesis, June 2016
Ni Kadek Widyanti, Komang Ayu Kartika Sari
Achievement Indicators Alert Village in Achieving Active Standby Stratification
Village in Bangli District 2016
ABSTRACT
In order to achieve public health degree highest, health development should
aim to increase awareness, willingness and ability of healthy life for everyone. This
is realized through the Program / District Village Active Standby, the village / village
whose inhabitants can access basic services kesehatn, population UKBM develop
and implement PHBs. The whole village / villages in Bangli regency recorded still
under pratama in Profiles Health Office 2014. The purpose of this study was to
determine the performance indicator alert village in the achievement of stratification
active standby village in Bangli regency in 2016.
Observational descriptive study was conducted in 72 villages / villages which
are in the district of Bangli in May and June 2016. The primary data was collected
using instruments village entry form active standby, then processed using univariate

analysis.
The results showed villages and villages active standby pratama stage as much
as 87.5% and 12.5% intermediate stages. Visible also 19.5% of villages / wards have
criteria pratama stages over four criteria.
It is concluded that most of the villages / urban villages in Bangli Regency is
located in pratama stratification, and some of the villages / wards have reached the
intermediate stage. It suggested for health centers and village officials / village that
criteria forum villages / wards, liveliness UKBM, financial support and participation
of the community and community organizations require special attention to achieve a
higher level of stratification.
Keywords: Criteria / Indicators, Stratification, Alert Village

10

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DENGAN JUDUL SKRIPSI …………………………

i


HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………

ii

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ……. …………………………

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN …………………………………………….

iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….

v

ABSTRAK ……………………………………………………………………...

vii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… …..

ix

DAFTAR TABEL ...……………………………………………………………

xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… ……

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG …………………………………

xv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….

1

1.1 Latar Belakang …...……………………………………………….

1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………...

3

1.3 Tujuan Penelitian….……………………………………………….

4

1.3.1 Tujuan umum ……………………………………………..

4

1.3.2 Tujuan khusus……………………………………………..

4

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………..

5

1.4.1 Teoritis ..………………………………………………….

5

1.4.2 Praktis ...…………………………………………………..

5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...……………………………………...

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

..…………………………………………

7

2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ...………………………………..

7

11

2.2 Pendekatan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ……

8

2.3 Persiapan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ………………………

10

2.4 Penyelenggaraan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ………………

10

2.5 Pentahapan/ Stratifikasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ……….

11

2.6 Indikator Keberhasilan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ………..

13

BAB III KERANGKA BERPIKIR ...………………………………………...

21

3.1 Kerangka Berfikir ...……………………………………………..

21

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...…………………

22

3.2.1 Variabel penelitian ...…………………………………….

22

3.2.2 Definisi operasional ...…………………………………...

23

BAB IV METODE PENELITIAN ...………………………………………...

25

4.1 Desain Penelitian ...……………………………………………...

25

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...………………………………….

25

4.3 Populasi Penelitian ...…………………………………………….

25

4.4 Sampel Penelitian ...……………………………………………...

25

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...…………………………….

26

4.5.1 Jenis data ...………………………………………………

26

4.5.2 Cara pengumplan data ...…………………………………

26

4.5.3 Instrumen pengumpulan data ...………………………….

26

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ...…………………………………

27

4.6.1 Teknik pengolahan data ...……………………………….

27

4.6.2 Analisis data ...…………………………………………...

27

BAB V HASIL PENELITIAN ……………………………………….............

28

5.1 Gambaran Lokasi Penelitia ……………………………………...

28

5.2 Hasil Penelitian ...………………………………….…………….

29

12

BAB VI PEMBAHASAN ...………………………………….……………….
a.

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Pelaksanaan
Forum Desa/Kelurahan ...……………………………………….

b.

..…………………………………………………

……..………………………………….

…………………

38

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Adanya Peraturan
Desa/ Bupati

h.

37

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Peran Serta
Masyarakat Dan Ormas Desa/Kelurahan

g.

36

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Adanya Dukungan
Dana Pemerintah, Masyarakat Maupun Dunia Usaha ………….

f.

35

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Keaktifan
UKBM …………………………………………………………..

e.

34

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Kemudahan
Akses Pelayanan Dasar

d.

34

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Jumlah Kader
Kesehatan

c.

34

………...………………………………………..

39

Capaian Indikator Desa Siaga Aktif Berdasarkan Pelaksanaan
Pembinaan PHBS di Rumah Tangga

……………………….

39

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ………………………….…………….

43

8.6 Simpulan ………………………………………………………..

43

8.7 Saran …………………………………………………………….

44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

13

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1

Pentahapan Perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Tabel 5.1

Karakteristik Desa dan Kelurahan Menurut
Pentahapan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Tabel 5.2

Desa dan Kelurahan yang Telah Mencapai Tahap Madya
Menurut Kriteria Pentahapan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Tabel 5.3

Desa dan Kelurahan yang Memiliki 1 (Satu) Kriteria Tahap
Pratama Menurut Kriteria Pentahapan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif

Tabel 5.4

Desa dan Kelurahan yang Memiliki Kriteria Tahap Pratama
Lebih dari 4 (Empat) Kriteria Menurut Kriteria Pentahapan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Kriteria

10

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

18

15

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1. Formulir Isian Program Desa/ Kelurahan Siaga
2. Formulir Pencatatan & Pelaporan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
3. Lembar Persetujuan Responden
4. Surat Rekomendasi Penelitian
5. Ethical Clearance
6. Stratifikasi desa/kelurahan di Kabupaten Bangli Tahun 2016
7. Lampiran SPSS

16

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Lambang/ Singkatan

Arti dan Keterangan

APBDes

:Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

APBN

: Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BPD

: Badan Permusyawaratan Desa

dkk

: Dan kawan-kawan

IPM

: Indeks Pembangunan Manusia

Kepmenkes

: Keputusan Menteri Kesehatan

KPM

: Kader Pemberdayaan Masyarakat

Menkes

: Menteri Kesehatan

NKRI

: Negara Kesatuan Republik Indonesia

PHBS

: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PNPM

: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Poskesdes

: Pos Kesehatan Desa

Posyandu

: Pos Pelayanan Terpadu

PTM

: Penyakit Tidak Menular

Puskesmas

: Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu

: Puskesmas Pembantu

RPJPN

: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

SK

: Surat Keputusan

TB

: Tuberkolosis

UKBM

: Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun
2005-2025 adalah “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN
MAKMUR”.

Dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.1529/MENKES/SK/X/2010 menyatakan bahwa untuk mewujudkan visi tersebut
ditetapkan 8 (delapan) arah pembangunan jangka panjang, yang salah satunya adalah
mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan cara mengedepankan pembangunan
sumber daya manusia, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Unsur penting dari peningkatan IPM adalah derajat kesehatan,
tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Derajat kesehatan dan tingkat
pendidikan pada hakekatnya adalah investasi bagi terciptanya sumber daya manusia
berkualitas, yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
menurunkan tingkat kemiskinan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki visi Membangun
Indonesia dari Pinggiran dalam kerangka NKRI. Untuk itu perlu dialokasikan dana
yang lebih besar untuk memperkuat pembangunan daerah dan desa. Alokasi
anggaran tersebut tentunya selaras dengan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, khususnya untuk mendukung sumber pendapatan desa

guna

mendanai

urusan

yang

menjadi

kewenangan

desa

yang

meliputi

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat. (APBN news. 2015)
Gerakan pengembangan dan pembinaan Desa Siaga dimulai pada tahun 2006
yaitu dengan ditetapkannya Kepmenkes Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Data tahun 2009 tercatat 42.295
desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa dan kelurahan yang ada di Indonesia
telah memulai upaya mewujudkan Desa dan Kelurahan Siaga. Namun demikian
banyak dari antaranya yang belum berhasil menciptakan Desa dan Kelurahan Siaga
yang sesungguhnya, yang disebut sebagai Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Hal ini dapat
dipahami, karena pengembangan dan pembinaan Desa/Kelurahan Siaga menganut
konsep pemberdayaan masyarakat memang memerlukan suatu proses.
Pergeseran output program dalam APBN tahun 2015 yang tidak lagi ditentukan
oleh jumlah desa siaga yang ada, namun sudah mengkhusus pada indikator-indikator
dalam stratifikasi desa siaga tersebut. Pada tahun 2015 output yang harus dicapai
salah satunya adalah jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan hai ini
berarti menukik pada indikator desa siaga point 7 (tujuh) yaitu Peraturan Kepala
Desa atau Peraturan Bupati/ Walikota, sehingga untuk mencapai hal tersebut
diperlukan kemampuan khusus petugas dalam hal advokasi demi terciptanya sebuah
kebijakan. Begitu pula dengan indikator lain pada output APBN yang sejalan dengan
indikator desa siaga, selain itu juga pada upaya peningkatan kapasitas petugas
Puskesmas yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dapat lebih terarah apabila
telah diketahui kelemahan-kelemahan pada capaian indikator desa siaga sehingga
pada pelatihan yang diselenggarakan dapat berhasilguna.

Penetapan pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
perlu dilakukan agar dapat mencapai stratifikasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui stratifikasi, selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap pemenuhan 8 (delapan) kriteria stratifikasi tersebut
sehingga Program Desa dan Kelurahan Siaga Aktif kedepan dapat lebih baik.
Dalam profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014 tercatat bahwa di
Provinsi Bali yang terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 Kota Madya, memiliki 716 desa
dan kelurahan. Desa/Kelurahan Siaga Aktif sebanyak 650 desa/kelurahan (90,78%)
yang terbagi menjadi 4 (empat) strata yaitu pratama sebanyak 530 desa/kelurahan
(81,54%), madya sebanyak 85 desa/kelurahan (13,08%), purnama 42 desa/kelurahan
(6,46%) dan mandiri sebanyak 3 desa/kelurahan (0,45%). Kabupaten Bangli
mewilayahi 4 (empat) Kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Tembuku, Susut dan
Kintamani, terdiri dari 72 desa/kelurahan, seluruh desa/ kelurahan yang ada sudah
menjadi Desa/Kelurahan Siaga Aktif dan hanya berada dalam strata pratama.
Berdasarkan kondisi tersebut maka dipandang perlu mengetahui capaian setiap
indikator desa siaga dalam penentuan stratifikasi desa siaga aktif di Kabupaten
Bangli.

1.2 Rumusan Masalah
Di Provinsi Bali terdapat 9 Kabupaten/ Kota, hanya Kabupaten Bangli yang
mencapai angka 100% Desa/kelurahan Siaga Aktif tahap pratama, sedangkan
kabupaten/ kota lainnya sudah mampu mencapai tahapan yang lebih tinggi,
bervariasi dari tahapan pratama, madya, purnama dan mandiri. Berdasarkan hal

tersebut dapat disusun pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana capaian indikator
desa siaga dalam pencapaian stratifikasi desa siaga aktif di Kabupaten Bangli tahun
2016?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga dalam penentuan stratifikasi
desa siaga aktif di Kabupaten Bangli tahun 2016
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan pelaksanaan
forum desa/kelurahan
2. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan jumlah
kader kesehatan
3. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan kemudahan
akses pelayanan kesehatan dasar.
4. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan keaktifan
UKBM
5. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan adanya
dukungan dana pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha.
6. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan peran serta
masyarakat dan Ormas desa/kelurahan
7. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan adanya
Peraturan Kepala Desa/Bupati

8. Untuk mengetahui capaian indikator desa siaga aktif berdasarkan pelaksanaan
Pembinaan PHBS di rumah tangga

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan suatu informasi tentang
program desa siaga, sehingga dapat menjadi sumbangan ilmiah untuk perkembangan
program kesehatan pada umumnya serta program desa siaga pada khususnya.
1.4.2 Praktis
1. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan untuk pemegang program desa
siaga baik di tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten serta Dinas
Kesehatan

Provinsi

dalam

pengembangan

program

pemberdayaan

masyarakat dan promosi kesehatan.
2. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan untuk penyelenggara
pembinaan terhadap petugas pengelola program desa siaga untuk lebih
menekankan pada indikator-indikator yang masih kurang sehingga lebih
diprioritaskan dan ditekankan.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman dalam pelatihan atau peningkatan
kapasitas kader desa siaga.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada Ilmu Kesehatan Masyarakat yang

berfokus pada Promosi Kesehatan yang dilakukan di Kabupaten Bangli berupa
capaian indikator desa siaga dalam pencapaian stratifikasi desa siaga aktif. Penelitian
ini dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2016.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk
pengembangan dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau
Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau
kelurahan, yang :
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat
Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Masyarakat harus berbagi kemampuan, sumber daya dan pengambilan
keputusan untuk memastikan dan mempertahankan kondisi kesetaraan dan
kesehatan. Selain itu Intervensi untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat harus
didesain berdasarkan permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas dengan

mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.(Kemenkes dan
FKM-UI, 2012)
Peran serta masyarakat dalam Program Desa/ Kelurahan Siaga Aktif sangat
diharapkan dalam upaya mencapai tujuan yang telah tertuang dalam program
tersebut. Keterlibatan Masyarakat secara langsung dalam pengembangan desa/
kelurahan siaga dapat berupa penggerakan dana bersumber dari masyarakat dan
pelaksanaan desa siaga didasarkan pada masalah dan sumber daya di desa.
Peningakatan dana operasional juga dapat dilakukan dengan menggalang kemitraan
dengan pihak pengusaha swasta dan donatur yang difasilitasi dan diarahkan oleh
pemerintah desa. (Misnaniarti, dkk. 2011)
Pelaksanaan program-program desa siaga membutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak antara lain pernagkat desa, tokoh masyarakat, pemuda, LSM dan
seluruh warga masyarakat (Rochmawati, 2010).

2.2 Pendekatan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui
pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa
dan kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatannya. Oleh karena
merupakan upaya pembangunan desa dan kelurahan, maka program ini memerlukan
peran aktif dari berbagai pihak mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kota,
kecamatan, sampai ke desa dan kelurahan seperti yang diuraikan berikut :
1. Urusan wajib pemerintah kabupaten dan pemerintah kota
Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
untuk mengeluarkan kebijakan pemanfaatan alokasi dana desa minimal 10%
untuk UKBM. Penetapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

kabupaten dan kota sebagai tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan daerah kabupaten dan kota.(Kemenkes, 2015)
Pada saat ini pemerintah memberi peran lebih besar kepada
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat serta lebih memahami aspirasi
kebutuhan masyarakat secara langsung. Pendekatan-pendekatan yang sifatnya
top down dan instruksional harus dikurangi.(Permendagri dan Menkes, 2012)
2. Dukungan Kebijakan di tingkat desa dan kelurahan
Pada tingkat pelaksanaan di desa, pengembangan Desa Siaga Aktif
harus dilandasi minimal oleh Peraturan Kepala Desa yang tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang lebih tinggi. Pada
tingkat pelaksanaan di kelurahan, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif mengacu kepada kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh Bupati
atau Walikota (Kemenkes, 2014)
3. Integrasi dengan program pemberdayaan masyarakat
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program
pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya
terintegrasi dengan program-program pemberdayaan masyarakat lain, baik
yang bersifat nasional, sektoral maupun daerah. Salah satu contohnya adalah
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Integrasi ini
merupakan suatu yang sangat penting, karena tujuannya yang sejalan
khususnya pada program yang ada untuk kegiatan-kegiatan di bidang
kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2014)
Dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang paling utama adalah
partisipasi, selain pengetahuan, keterampilan, sumber daya, visi bersama sensitivitas
komunitas dan komunikasi.(Endang, S.S, dkk. 2012)

2.3 Persiapan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Dalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi :
1. Pelatihan fasilitator
2. Pelatihan petugas kesehatan
3. Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
4. Penetapan kader pemberdayaan masyarakat (KPM)
5. Pelatihan KPM dan lembaga kemasyarakatan

2.4 Penyelenggaraan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Kepala Desa dan Perangkat Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) adalah penyelenggara pemerintah desa. Oleh karena itu, kegiatan
memfasilitasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, yang merupakan tugas dari Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)
dan kader kesehatan, harus mendapat dukungan dari Kepala Desa/ Lurah dan BPD,
Perangkat Desa/ Kelurahan, serta lembaga kemasyarakatan yang ada. Kegiatan
berupa langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat desa atau kelurahan (Kemenkes, 2014)
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat Desa/ Kelurahan Siaga Aktif
diselenggarakan melalui berbagai UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat), serta kegiatan kader dan masyarakat, dengan dukungan Puskesmas dan
jajarannya (Kepmenkes, 2010).
Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM difokuskan
kepada upaya surveilans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Surveilans berbasis

masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh
masyarakat (kader) dibantu tenaga kesehatan, melalui kegiatan – kegiatan : (1)
pengamatan dan pemantauan penyakit serta kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan
dan perilaku yang dapatmenimbulkan masalah kesehatan masyarakat, (2) pelaporan
cepat (kurang dari 24 jm) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat, (3)
pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta
(4) pelaporan kematian (Nawalah, 2012).

2.5 Pentahapan/ Stratifikasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah ditetapkan,
maka perlu dilakukan pentahapan/ stratifikasi dalam pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagai berikut :
1. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya
3. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama
4. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri
Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pentahapan Perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
PENTAHAPAN
DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

KRITERIA

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

1. Forum Desa/
Kelurahan

Ada, tetapi
belum berjalan

Berjalan, tetapi
belum rutin
setiap triwulan

Berjalan
setiap
triwulan

Berjalan setiap
bulan

2. KPM/ Kader
Kesehatan

Sudah ada
minimal 2
orang

Sudah ada 3-5
orang

Sudah ada 6-8
orang

Sudah ada 9
orang atau
lebih

3. Kemudahan
Akses Pelayanan
Kesehatan Dasar
4. Posyandu &
UKBM lainnya
aktif

Ya

Ya

Ya

Ya

Posyandu ya,
UKBM lainnya
tidak aktif

Posyandu & 2 Posyandu & 3
UKBM lainnya UKBM
aktif
lainnya aktif

Posyandu & 4
UKBM lainnya
aktif

5. Dukungan dana
untuk kegiatan
kesehatan di
Desa dan
Kelurahan :
Pemerintah Desa
dan Kelurahan
Masyarakat
Dunia Usaha
6. Peran serta
masyarakat dan
Organisasi
Kemasyarakatan

Sudah ada dana
dari Pemerintah
Desa dan
Kelurahan serta
belum ada
sumber dana
lainnya

Sudah ada
dana dari
Pemerintah
Desa dan
Kelurahan
serta satu
sumber dana
lainnya

Sudah ada
dana dari
Pemerintah
Desa dan
Kelurahan
serta dua
sumber dana
lainnya

Sudah ada
dana dari
Pemerintah
Desa dan
Kelurahan
serta dua
sumber dana
lainnya

Ada peran aktif
masyarakat dan
tidak ada peran
aktif ormas

Ada peran aktif
masyarakat
dan peran aktif
satu ormas

Ada peran aktif
masyarakat
dan peran aktif
lebih dari dua
ormas

7. Peraturan Kepala
Desa atau
Peraturan
Bupati/ Walikota
8. Pembinaan
PHBS di Rumah
Tangga

Belum ada

Ada, belum
direalisasikan

Ada peran
aktif
masyarakat
dan peran
aktif dua
ormas
Ada, sudah
direalisasikan

Pembinaan
PHBS kurang
dari 20% rumah
tangga yang ada

Pembinaan
PHBS minimal
20% rumah
tangga yang
ada

Pembinaan
PHBS
minimal 40%
rumah tangga
yang ada

Pembinaan
PHBS minimal
70% rumah
tangga yang
ada

Ada, sudah
direalisasikan

Dengan ditetapkannya tingkatan atau strata tersebut diatas, maka Desa dan
Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi untuk
menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau sudah
dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tingkatan/ kategori Desa dan Kelurahan
siaga Aktif. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang ada
(Kemenkes, 2014)

2.6 Indikator Keberhasilan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Keberhasilan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di suatu desa
atau kelurahan dapat dilihat dari:
1. Keberadaan dan keaktifan Forum Desa atau Kelurahan.
Forum yang dibentuk di tingkat desa/ kelurahan dan tingkat
kecamatan yang terdiri atas para pemangku kepentingan. Susunan Forum di
tingkat desa dan kelurahan adalah:
Ketua : Kepala Desa/Lurah atau pihak lain yang ditunjuk
Wakil Ketua/Sekretaris : Sekretaris Desa/Kelurahan atau pihak lain yang
ditunjuk
Anggota : Perangkat Pemerintahan Desa/ Kelurahan, Unsur Lembaga
Kemasyarakatan seperti Tim Penggerak PKK, LPM Desa/ Kelurahan dan
tokoh masyarakat atau pihak lain yang terkait
Struktur diperlukan

agar terdapat

pembagian pekerjaan

dan

memudahkan bagi para anggota yang terlibat didalam pelayanan kesehatan
pada forum ini, melaksanakan tugas sebagaimana tugas yang diberikan
kepada mereka yang telah diputuskan secara bersama pada pertemuan
musyawarah masyarakat desa.

2. Adanya kader pemberdayaan Masyarakat/ kader kesehatan di Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat
Desa/Kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan
untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan partisipatif di Desa/Kelurahan. Sedangkan
kader kesehatan adalah kader teknis desa dan kelurahan siaga aktif, yaitu
anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
secara sukarela serta telah mengikuti pelatihan di bidang kesehatan. Dalam
Laporan Penelitian Erfan N, dkk (2011) mengungkapkan bahwa sering kali
kegiatan yang dilakukan bidan desa telah melibatkan kader namun tidak
pernah diungkapkan dalam forum desa sehingga ketua desa merasa tidak
dilibatkan dalam kegiatan ini sehingga seluruh kegiatan kesehatan di desa
dianggap harus dilakukan oleh bidan desa. Artinya perlu menjalin
komunikasi yang baik tentang peran dan tugas masing-masing pihak dalam
Program Desa Siaga Aktif (Kemenkes, 2014).
Hasil penelitian Candra D (2013) menyatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan kader ialah ikut berpartisipasi dalam pelatihan kesehatan,
memfasilitasi forum desa/kelurahan, surveilans berbasis masyarakat, gotong
royong dan promosi kesehatan. Faktor-faktor yang mendukung kinerja kader
meliputi kesesuaian peran kader desa siaga dengan tugas mereka sebagai
kader kesehatan, mempunyai pengalaman organisasi, tingkat pendidikan
cukup tinggi (SMA), usia yang produktif, memiliki masa kerja cukup lama,
SK sebagai kader, dukungan dana dari para donator dan dukungan keluarga.

Sedangkan faktor penghambat adalah jumlah indentif yang sedikit, kondisi
kerja yang kurang kondusif, pengetahuan yang rendah, kurang memiliki
motivasi diri dan tidak memiliki skil kesehatan.
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari.
Kemudahan akses desa/kelurahan ke pelayanan kesehatan dasar
adalah tersedianya Poskesdes yang beroperasi atau sarana pelayanan
kesehatan dasar lain di desa/kelurahan yang memberikan pelayanan
kesehatan setiap hari atau terdapatnya Puskesmas, Pustu atau sarana
pelayanan kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan setiap hari
dan secara geografis mudah dicapai oleh masyarakat desa/kelurahan yang
bersangkutan. (Depkes, 2009)
4. Keberadaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dapat

melaksanakan

penanggulangan

bencana dan

kegawatdaruratan

kesehatan, surveilans berbasis masyarakat serta penyehatan lingkungan.
Menurut Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu (2015) Posyandu
merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat. Keaktifan Posyandu merupakan salah satu
kriteria untuk mencapai Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Posyandu dikatakan aktif apabila minimal Posyandu yang ada di desa
atau kelurahan 25 % sudah mencapai tingkat Posyandu Purnama, yaitu
Posyandu yang telah melakukan penimbangan lebih dari 8 kali dalam setahun
dengan rerata kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan sasaran yang
ditimbang, kegiatan KIA, KB dan imunisasi sudah 50% atau lebih, sudah

memiliki kegiatan tambahan namun sasaran yang berpartisipasi dalam dana
sehat kurang dari 50%.
UKBM dikatakan aktif apabila secara rutin melakukan salah satu atau
beberapa dari kegiatan-kegiatan: (1) Pengamatan dan pemantauan penyakit
serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, (2) Pelaporan cepat
(kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat, (3)
Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan,
serta Pelaporan kematian. (Permenkes, 2013)
Adapun jenis-jenis UKBM yang ada di masyarakat seperti :
Poskesdes, Posyandu, Pos Lanjut Usia, Kelompok Pemakai Air, Pos
Pembinaan terpadu PTM, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Pos Malaria Desa, Pos
TB Desa, Pos Kesehatan Pesantren.(Kemenkes, 2014)
5. Adanya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) atau Anggaran
Kelurahan, masyarakat dan dunia usaha.
Dukungan dana adalah pemberian atau penyediaan uang/anggaran
dari

suatu

pihak

kepada

masyarakat

desa/kelurahan

yang

khusus

diperuntukan bagi pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif, yang berasal
dari pemerintah (Pemerintah Desa/Pemerintah Kelurahan) atau sumber lain.
Dana Pemerintah Desa adalah uang/anggaran yang diambil/merupakan
bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa). Sedangkan
Dana Pemerintah Kelurahan adalah uang/anggaran yang diambil/merupakan
bagian

dari

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Daerah

(APBD)

Kabupaten/Kota yang dialokasikan ke kelurahan sebagaimana perangkat

Daerah lainnya. Sumber dana lain adalah sumber dana di luar dari dana
Pemerintah Desa/Kelurahan, yang dapat berupa dana dari masyarakat, dana
dari perusahaan, dana dari organisasi kemasyarakatan, dana dari lembaga
donatur, dan lain-lain yang tidak mengandung ikatan bisnis/komersial,
melainkan disumbangkan untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
6. Adanya peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam
kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Organisasi
kemasyarakatan yang ada di desa/ kelurahan tentunya memiliki keterkaitan
dengan budaya/ tradisi lokal masyarakat setempat.
Anwar. F dan Rahmi. S, (2009). menjelaskan bahwa apabila suatu
program dilaksanakan sesuai dengan tradisi lokal maka akan memiliki
potensi tinggi untuk berlanjut dan merupakan investasi yang sangat berharga
Peran serta aktif masyarakat adalah keterlibatan atau keikutsertaan
sejumlah anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pengembangan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif, di mana setiap orang memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Sedangkan peran serta aktif organisasi kemasyarakatan adalah keterlibatan
atau keikutsertaan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan-kegiatan
pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif, baik dalam bentuk pemikiran,
pendampingan, maupun kontribusi tenaga untuk kegiatan. Dalam pengertian
ini tidak termasuk kontribusi dalam bentuk dana.
Sedangkan yang dimaksud dengan organisasi kemasyarakatan adalah
organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga Negara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi,
agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan

serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
7. Adanya peraturan di desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur
tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Peraturan tentang Desa/Kelurahan Siaga Aktif dapat berupa Peraturan
Kepala Desa atau Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan Kepala Desa adalah
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang
bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini
adalah Keputusan Kepala Desa, yaitu keputusan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa
dan Peraturan Kepala Desa yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Sedangkan Peraturan
Bupati/Walikota adalah peraturan perundang-undangan ditetapkan oleh
Bupati/ Walikota yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan peraturan perundang-undangan yang
lebih

tinggi.

Termasuk

dalam

pengertian

ini

adalah

Keputusan

Bupati/Walikota, yaitu keputusan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang
bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan Bupati/Walikota.
Realisasi peraturan adalah diberlakukannya peraturan dengan
melaksanakan hal-hal yang tercantum dalam peraturan tersebut, baik
sebagian ataupun keseluruhan.

8. Adanya pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah
tangga.
PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Dinkes, 2012).
Pembinaan PHBS adalah upaya untuk menciptakan dan melestarikan
perilaku hidup yang berorientasi kepada kebersihan dan kesehatan di
masyarakat, agar masyarakat dapat mandiri

dalam mencegah dan

menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Oleh karena
itu, pembinaan PHBS dilaksanakan melalui penyelenggaraan promosi
kesehatan, yaitu upaya untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS, melalui
proses pembelajaran dalam mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi, sesuai sosial budaya setempat serta didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. PHBS dapat diterapkan dalam
tatanan manapun, mulai dari tatanan rumah tangga, institusi pendidikan,
tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Keberhasilan PHBS
tatanan rumah tangga menggunakan 10 (sepuluh) indikator

yaitu

(1)

persalinan ditolong tenaga kesehatan, (2) memberikan ASI eksklusif kepada
bayi, (3) menimbang berat badan balita, (4) menggunakan air bersih, (5)
memcuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban
sehat, (7) memberantas jentik nyamuk, (8) mengonsumsi sayur dan buah
setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak merokok di
dalam rumah (Dinkes Bali, 2013).

PHBS merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa
memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua
perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadran sehingga anggota keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan di masyarakat. PHBS
harus diterapkan sedini mungkin agar menjadi kebiasaan positif

dalam

memelihara kesehatan (Proverawati & Rahmawati, 2012).
Banyak faktor yang mempengaruhi PHBS masyarakat, diantaranya,
pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan dan umur masyarakat serta jenis
kelamin. Hasil penelitian Otaya (2012) menyebutkan pengetahuan, sikap dan
tindakan berpengaruh sebesar 74% terhadap penggunaan jamban sehat di
rumah tangga. Mubarak (2007) dalam Irawati Wahyuni (2011) menyebutkan
bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi
pendidikan, pekerjaan dan umur. Pendidikan merupakan salah satu usaha
pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga. Faktor jenis
kelamin dianggap sering memiliki pengaruh dengan pengetahuan seseorang
mengenai PHBS, namun berdasarkan hasil penelitian Khumarya dan Sulisno
(2012) menyebutkan tidak ada perbedaan yang signifikan tentang
pengetahuan PHBS antara santri putra dan putrid di Pondok Pesantren
Darusallam Kabupaten Purworejo, namun ada perbedaan sikap yang
signifikan tentang PHBS.