AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI SEWAKA DANA DI DENPASAR.

SKRIPSI

AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA
KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI
SEWAKA DANA DI DENPASAR

KOMANG GDE SURYA RADIKA
NIM. 1116051032

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN
PADA KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI
SEWAKA DANA DI DENPASAR

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana


KOMANG GDE SURYA RADIKA
NIM. 1116051032

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widi Wasa karena atas berkat rahmatnyalah, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Akibat Hukum Kredit Macet Tanpa Jamian Pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana Di Denpasar”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir
sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi
Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari
sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Maka kritik, saran, dan bimbingan yang sifatnya membangun

dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dari penyempurnaan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dikesempatan yang sangat berharga ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-bersarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,M.H, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH.,M.H, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universita Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,M.H, Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Udayana.

iv

4. Bapak I Wayang Suardana, SH.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
5. Bapak Anak Agung Gede Oka Parwata, SH.,MSi, sebagai Ketua Program
Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.
6. Bapak Anak Agung Ketut Sukranatha, SH.,MH, sebagai Sekertaris Program

Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,M.H, Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
8. Bapak I Nyoman Darmadha, SH.,M.H, Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
9. Bapak A. A. Ketut Sukranatha, SH.,M.H, Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
10. Ibu Anak Agung Sri Utari, SH.,M.H, Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan dorongan, arahan, dan semangat selama penulis
mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah
mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
12. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana
yang telah banyak membantu dalam pengusrusan proses administrasi.
13. Bapak Gede Darmada, SE.,MM, sebagai Ketua Koperasi Serba Usaha
Transportasi Sewaka Dana di Denpasar yang telah membantu memberikan
bahan-bahan yang diperlukan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

v


14. Bapak I Wayan Nurja, sebagai Manager Koperasi Serba Usaha Transportasi
Sewaka Dana di Denpasar yang telah membatu memberikan bahan-bahan
yang diperlukan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
15. Kedua orang tua penulis, Ir. Nyoman Wistar dan Ni Nyoman Suryani SE.,
M.Si dan Kakak penulis Gde Bayu Surya Parwita dan Dama Surya Pardita
yang telah banyak mendukung dan memberikan semangat serta doa kepada
penulis baik di dalam menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas
Udayana maupun di dalam penyelesaian skripsi ini.
16. Kekasih penulis Putu Sri Ariandani, yang selalu menemani dan memberikan
masukan, motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman penulis Gung Darma, Gung Wah Anyo, Adis Suta, Komang
Riandika, Amalia Kurniawan, Putri Pradnya, Ima PS, Rengganis, Lia, Laras
Janitra, Dyah Paramita, serta seluruh angkatan 2011 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi dan
dorongan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan hukum pada khususnya.

Denpasar, Februari 2016

Penulis

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan

1ru

penulis

menyatakan

bahwa

Karya

Ilmiah/Penulisan


Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya

yang

pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila Karya Ilmiah/Penulisan

Hukum/Skripsi ini

terbukti merupakan

duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja
mengajukam karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka
penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/ atau sanksi hukum yang berlaku.
Demikian surat Pemyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah
tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.


Denpasar, 01 Februari 2016

(Komang Ode Surya Radika)
NIM. 1116051032

vii

ABSTRAK
Di indonesia terdapat lembaga keuangan yang memiliki peran dalam
pemberian kredit salah satunya adalah koperasi. berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pada dasarnya pemberian kredit oleh koperasi
dapat diberikan kepada siapa saja yang memiliki kemampuan untuk membayar
kembali dengan syarat melalui suatu perjanjian utang piutang antara kreditur dan
debitur. Dalam peminjaman kredit sangat diperlukan adanya jaminan, baik yang
bersifat kebendaan maupun perorangan yang berguna untuk meyakinkan koperasi
selaku kreditur, bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk mengembalikan kredit

yang diberikan kepada debitur sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit yang
telah disepakati bersama. Namun realita menunjukan bahwa ada pemberian kredit
yang dilakukan tanpa menggunakan jaminan, Mengingat adanya kemudahan dalam
memberikan program kredit tanpa menggunakan jaminan yang diberikan oleh
koperasi, makan tidak dapat dipungkiri dalam pengembalian kredit ada beberapa
debitur yang tidak memenuhi perjanjian dengan baik. permasalahan yang menjadi
pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana akibat hukum dari adanya kredit
macet tanpa jaminan pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dan
bagaimana upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka
Dana dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa menggunakan jaminan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan data primer
dan data sekunder. Data primer data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai
sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara
sedangkan Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
yaitu data yang diperoleh berasal dari beberapa literatur dan peraturan perundangundangan yang ada hubungannya dengan rumusan masalah.
Penelitian ini menunjukan bahwa akibat hukum kredit macet tanpa
menggunakan jaminan pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana adalah
diharuskan membayar ganti kerugian sesuai dengan pinjaman. Dan upaya yang

dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dalam
menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan adalah staff admin melakukan
teguran melalui telepon, pemberian surat peringatan 1 dan 2, memperpanjang jangka
waktu kredit, penurunan suku bunga, pembebasan bunga dan jika langka tersebut
masih belum bisa terselesaikan maka langka terakhir yang ditempuh ialah
pemberhentian dari anggota koperasi.
Kata kunci : Kredit, Jaminan, Koperasi
xii

ABSTRACT
In Indonesia there are financial institutions that have a role in granting credit
one is cooperative. Under article 1 Act Number. 25 of 1992 concerning Cooperativ.
The cooperative is a business entity that consists of persons or legal entities with
cooperative base its activities based on the principle of cooperative movement at the
same time the people's economy, based upon the principle of family. Essentially the
granting of credit by a cooperative can be given to anyone who has the ability to pay
back the debts through an agreement between the creditor and the debtor. In the
presence of badly needed credit loan guarantees, either character or an individual
material useful to convince the cooperative as a creditor, that the debtor has the
ability to restore the credit given to the debtor in accordance with the terms of the

credit agreement and the agreed upon together. But reality shows that there are
granting credit is done without the use of guarantees, given the existence of the ease
in giving credit program without the use of a guarantee given by the cooperative,
eating cannot be denied credit in return there are several debtors who do not meet
the agreement with good. The problem that becomes a discussion in this study is how
the legal consequences of the presence of bad credit without the use of collateral on a
Business Cooperative Transportasi Sewaka Dana in Denpasar and how the efforts
made by the Business Cooperative Transportasi Sewaka Dana in Denpasar in
resolving problematic without using credit guarantees.
The type of research used in this study is the empirical legal research,
because it approaches the problem from the applicable legislation and the reality that
exists in the community. The research of using primary data and secondary data.
Primary data data obtained directly from the community as the source of the first
through direct research by doing the interview while the secondary data is data
obtained through library research, namely data obtained come from some literature
and legislation related to the formulation of the problem.
This research showed that the legal consequences of bad credit without the
use of a guarantee on the Business Cooperative Transportasi Sewaka Dana in
Denpasar is required to pay damages in accordance with the loan. And the efforts
made by the Business Cooperative Transportsi Sewaka Dana in Denpasar in

resolving the bad debt unsecured is the admin staff did reprimand over the phone, the
giving of the warning letter 1 and 2, extend the term of the credit, a decline in interest
rates, the interest exemption and if the rare still can not resolved then the last is rare
is the dismissal of the members of the cooperative
Keywords : Loans, Guarantees, Cooperative

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bagi perkembangan ekonomi suatu negara, uang merupakan suatu
kebutuhan. Bahkan bagi negara maju yang sudah kuat pun, uang sangat berperan
dalam perkembangan ekonomi negaranya. Hal ini disebabkan karena di dalam
mengisi kebutuhan pembangunan ekonomi, uang ini masih dianggap sektor yang
paling vital menurut tinjauan ekonomi. Pembangunan ekonomi sebagai bagian
dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Dalam rangka meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para
pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat memerlukan dana
yang besar. Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya dalam
pembangunan dalam bidang ekonomi, meningkat pula kebutuhan terhadap
pendanaan yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diperoleh melalui pinjam meminjam atau kredit.1
Di indonesia terdapat lembaga keuangan yang juga memiliki peran dalam
pemberian kredit salah satunya adalah koperasi. Secara umum koperasi dipahami
sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk

1

Syekhu,
2010,
Analisis
Yuridis
Pelaksanaan
Pendaftaran
https://jaringskripsi.wordpress.com/tag/fidusia/ diakses tanggal 24 September 2015

1

Fidusia,

2

memperjungkan peningkatan kesejahteraaan ekonomi mereka pada suatu
perusahaan yang demokratis.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasrkan atas asas
kekeluargaan.
Dalam kehidupan ekonomi seperti ini koperasi seharusnya memiliki ruang
gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan kehidupan
perekonomian rakyat. Pengembangannya perlu diarahkan agar koperasi benarbenar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaedah usaha ekonomi, dengan
demikian koperasi merupakan organisasi ekonomi yang demokratis, otonom,
patisipatif dan berwatak sosial.
Peran koperasi bila dilihat dari segi fungsinya hampir sama dengan bank,
yaitu mengelola dana dan menyalurkan kredit kepada masyarakat. Peran koperasi
dalam masyarakat sudah tidak diragukan lagi, karena merupakan lembaga
kepercayaan, dimana masyarakat percaya untuk menyimpan dananya. Sebaliknya
ketika masyarakat membutuhkan dana, maka koperasi akan menjadi salah satu
tempat bagi masyarakat memperoleh bantuan dalam bentuk kredit atau pinjaman
tunai.
Kredit atau pinjaman tunai membantu masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan akan kehidupan sehari-hari. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi
tidak sesuai dengan pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena itu

3

menjadi anggota koperasi merupakan satu sarana dalam membantu memenuhi
kebutuhan hidup.

Dengan

bergabungnya

masyarakat

kedalam

koperasi,

masyarakat secara langsung menjadi anggota koperasi dan dapat diberikan
kemudahan dalam mencari dana atau modal usaha dalam bentuk kredit atau
diberikan kesempatan untuk menabung jika anggota koperasi telah memiliki dana
atau uang yang dirasa sudah melebihi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya pemberian kredit oleh koperasi dapat diberikan kepada
siapa saja yang memiliki kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat
melalui suatu perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur.2 Perjanjian
kredit yang dibuat oleh koperasi selaku kreditur kepada anggota koperasi selaku
debitur merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit.
Perjanjian kredit yang merupakan ikatan antara kreditur dan debitur yang isinya
menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan
dengan pemberian kredit.
Di dalam peminjaman kredit sangat diperlukannya jaminan, baik yang
bersifat kebendaan maupun perorangan yang berguna untuk meyakinkan koperasi
selaku kreditur, bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk mengembalikan
kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit
yang telah disepakati bersama. Namun realitas menunjukan bahwa ada
peminjaman kredit yang dilakukan tanpa jaminan. Salah satunya Koperasi
Transportasi Sewaka Dana di Denpasar yang merupakan Koperasi Serba Usaha,
yang memberikan pinjaman kredit tanpa jaminan kepada angota-anggotanya yang
2

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 1

4

memiliki usaha, baik yang termasuk dalam usaha kecil dan usaha menengah.
Koperasi Serba UsahaTransportasi Sewaka Dana memberikan pinjaman kredit
tanpa jaminan pada para anggotanya yang sebagian besar para pedagang bukan
tanpa alasan, salah satu alasan Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana
memberikan pinjaman kredit tanpa jaminan adalah agar para anggotanya mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk membantu pemenuhan modal usaha
mereka.
Mengingat adanya kemudahan dalam memberikan program kredit tanpa
jaminan yang diberikan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di
Denpasar maka tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaan pengembalian kredit itu
ada beberapa debitur yang tidak memenuhi perjanjian dengan baik, karena
disengaja maupun tidak disengaja, sehingga terjadi atau munculnya kredit macet.
Berkaitan dengan persoalan diatas, makadari penjelasan latar belakang
tersebut penulis akan menguraikan dan membahasnya secara mendalam dalam
bentuk skripsi yang berjudul: “Akibat Hukum Kredit Macet Tanpa Jaminan
Pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.”

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi
Sewaka Dana dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan?

5

1.3 Ruang Lingkup Masalah
Pembahasan mengenai permasalahan tersebut hanya dibatasi pada hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan pokok, yaitu: pada permasalahan pertama
mengenai bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, ruang lingkup
permasalahan yang dibahas yaitu: syarat-syarat pemberian kredit tanpa jaminan
pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, prosedur
pemberian kredit pada KSU Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, dan sanksi
bagi debitur yang mengalami kredit macet pada Koperasi Serba Usaha
Transportasi Sewaka Dana di Denpasar. Dan permasalahan kedua bagaimana
upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana
dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan, ruang lingkup
permasalahan yang dibahas yaitu: faktor-faktor terjadinya kredit macet pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, dan upaya
penyelesaian yang ditempuh oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka
Dana dalam mengatasi kredit macet. Sehingga diharapkan diperoleh suatu uraian
yang terarah dan sistematis.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan
hasil karya asli dari penulis, yang merupakan suatu buah pemikiran penulis yang
dikembangkan sendiri oleh penulis. Akan tetapi pernah ada yang meneliti tentang
yang terkait dengan kredit macet. Maka penulis tunjukan orisinalitas dari

6

penelitian yang dibuat dengan menampilkan beberapa judul penelitian terlebih
dahulu sebagai pembanding:
No
1

Judul

Penulis

Rumusan Masalah

Penyelesaian

Nyoman Tri

Kredit Macet Pada

Sutrisna Aryani,

penanggulangan kredit

Bank Perkreditan

Fakultas Hukum,

macet oleh Bank

Rakyat (PT. BPR

Universitas

Perkreditan Rakyat

SARASWATI

Udayana, 2005

Saraswati Ekabumi?

EKABUMI)

1. Bagaimanakah upaya

2. Bagaimanakah bentuk
penyelesaian terhadap
kredit macet oleh
Bank Perkreditan
Rakyat Saraswati
Ekabumi?

2

Pelaksanaan

Made Bagus Galih

1. Apakah yang menjadi

Perjanjian Kredit

Adi Pradana,

faktor hambatan dalam

di Koperasi Dana

Fakultas Hukum

pelaksanaan perjanjian

Mukti Singaraja

Universitas

kredit di Koperasi

Udayana, 2015

Dana Mukti
Singaraja?
2. Bagaimanakah akibat
hukum dari

7

pelaksanaan perjanjian
kredit di Koperasi
Dana Mukti
Singaraja?
3

Penyelesaian

I Gede Perdana

1. Bagaimanakah

Kredit Macet Atas

Artha, Program

penyelesaian kredit

Kredit Tanpa

Ekstensi Fakultas

macet di LPD Desa

Jaminan Pada LPD

Hukum Universitas

Adat Kubu, dalam hal

Desa Adat Kubu,

Udayana, Denpasar

kredit tersebut

Kabupaten Bangli

2005

diberikan tidak disertai
dengan jaminan?
2. Ketika kredit yang
disalurkan oleh LPD
tidak disertai dengan
jaminan, apakah harta
benda milik debitur
dapat disita untuk
pelunasan hutangnya?

1.5 Tujuan Penelitian
Setiap uaha dan kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai sesuatu
yang harus dicapai, oleh karena itu tujuan itu yang dapat memberikan pedoman

8

segala kegiatan yang dilaksanakan. Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan umum
1. Untuk mengetahui akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menyelesaiakan kredit
bermasalah.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk memahami akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.
2. Untuk

memahami

tentang

upaya

yang

dilakukan

koperasi

dalam

menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1

Manfaat teoritis

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bidang hukum mengenai
kredit macet
2. Untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian lapangan
3. Untuk menerapkan ilmu secara teoritis dan menghubungkannya dengan
data yang diperoleh dari penelitian lapangan.
1.6.2

Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan beranfaat sebagai masukan dan informasi
yang jelas tentang akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan
pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.

9

2. Selain itu diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai
upaya yang dilakukan Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana
dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.
1.7 Landasan Teoritis
Landasan atau teori berguna untuk menunjang pembahasan pokok
permasalahan. Berdasarkan landasan tersebut, maka akan diuraikan beberapa
pengertian-pengertian yang akan dipakai untuk membahas permasalahan
penelitian.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling
berjanji untuk melakukan suatu hal atau persetujuan yang dibuat oleh dua pihak
atau lebih, yang masing-masing bersepakat akan menaati apa yang ada dalam
persetujuan itu3. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat terlihat timbulnya
perikatan antara hubungan dua orang terebut. Berdasarkan peristiwa tersebut
timbullah suatu hubungan antara dua orang atau atau dua pihak yang
membuatnya4.
Dalam KUHPerdata Pasal 1313 menjelaskan “perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang
lain atau lebih”. Dari ketentuan pasal ini jelaslah untuk didapatkan adanya suatu
perjanjian paling sedikitnya harus ada dua pihak sebagai subyek hukum, dimana
masing-masing pihak sepakat untuk mengikat dirinya dalam suatu hal tertentu.

3

Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, h. 71
4
Dhaniswara K. Harjono, 2009, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Pusat Pengembangan Hukum
dan Bisnis Indonesia, Jakarta, h. 7

10

Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. 5
Sedangkan Edy Putra The Aman, secara lengkap menguraikan pendapat
beberapa ahli tentang pengertian perjanjian sebagai berikut:
1. Menurut Tirtoningrat, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum
berdasarkan kata sepakat diantara dua atau lebih untuk menimbulkan
kata sepakat diantara dua atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat
hukuman yang diperkenankan oleh undang-undang.
2. Wiryo Projodikoro menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu
hubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak,
dalam mana satu pihak berjanji atau tidak untuk melakukan suatu hal,
sedangkan pihak lain berhak menuntu perjanjian itu.6
Perjanjian dinyatakan sah apabila memenuhi 4 syarat yang ada dalam
Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
1.

Sepakat mengikat diri

2.

Kecakapan dalam membuat perjanjian

3.

Hal tertentu

4.

Suatu sebab yang halal

Dalam hukum perjanjian mengenal asas-asas yang merupakan dasar dalam
pelaksanaan perjanjian yang merupakan pedoman atau patokan serta menjadi

5
6

R. Subekti, 1979, HukumPerjanjian, PT. Inter Masa, Jakarta, h. 9.
Edy Putra The Aman, 1985, Kredit Perbankan, Liberty, Jakarta, h.18

11

batasan atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat.
Asas-asas yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asas kebebasan berkontrak
Merupakan asas yang menduduki posisi sentral di dalam hukum kontrak,
meskipun asas ini tidak dituangkan menjadi aturan hukum namun
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kontraktual para
pihak. 7
2. Asas mengikat sebagai undang-undang
Bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap
perjanjian harus ditaati dan ditepati.8 Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya dan
perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan para pihak atau karena alasan-alasan yang telah ditetapkan
oleh undang-undang.
3. Asas konsensualisme
Sebagaimana yang tersirat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa sebuah
kontrak sudah terjadi dan karenannya mengikat para pihak dalam kontrak
sejak terjadi kata sepakat

tentang unsur pokok dari kontrak tersebut.

Dengan kata lain, kontrak sudah sah apabila sudah tercapai kesepakatan
mengenai unsur pokok kontrak dan tidak diperlukan formalitas tertentu.

7

Firman Floranta Adonara, 2014, Aspek – Aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung,

h. 89
8

C.S.T. Kansil, 1983, Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka,
Jakarta, h. 48

12

4. Asas itikad baik
Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata.

Yang

menjelaskan

persetujuan-persetujuan

harus

dilaksanakan dengan itikad baik. Akan tetapi dalam pasal tersebut tidak
disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”.
Akibatnya orang akan menemui kesulitan dalam menafsirkan dari itikad
baik itu sendiri. Karena itikat baik merupakan suatu pengertian yang
abstrak yang berhubungan dengan apa yang ada dalam alam pikiran
manusia. Menurut James Gordley, sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan
Khairandy,

memang

dalam

kenyataannya

sangat

sulit

untuk

mendefinisikan itikad baik.9
Perjanjian pinjam meminjam dalam Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu
perjanjian yang menentukan pihak pertama menyerahkan sejumlah barang yang
dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua itu
akan mengembalikan barang kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan
yang sama.
Sehingga suatu perjanjian sah apabila kewajiban-kewajiban yang timbul
dari perjanjian itu dipenuhi, tetapi apabila pihak yang berkewajiban tidak
memenuhi kewajibannya sesuai dengan apa yang diperjanjiakan maka dapat
dikatakan bahwa pihak tersebut telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi adalah

9

M.
Yusrizal,
2011,
Teori
Dalam
Hukum
Kontrak,
URL:http://myrizal76.blogspot.com/2011/03/teori-dalam-hukum-kontrak.html diakses tanggal 19 Juli 2015

13

tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan
dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.10
Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang
di Indonesiakan menjadi kredit, yang mempunyai arti kepercayaan. Seseorang
memperoleh kredit berarti memperoleh kepercayaan. Dengan demikian dasar dari
kredit adalah kepercayaan.11
Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.
Savelberg menyatakan kredit adalah sebagai dasar dari setiap perikatan
dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari yang lain, kredit diartikan pula
sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan
tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.12
Menurut M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran
kemampuan dari seorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis
sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal
tertentu.13

10

Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,
Jakarta, h. 98
11
Edy Putra, 1989, Kredit Perbankan Sebagai Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta, h. 2
12
Muchdarsyah Sinungan, 1990, Kredit Seluk Beluk dan Pengelolaannya, Yagrat, Jakrta, h.12
13
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h. 20

14

Kredit adalah penyediaan uang ataupun tagihan-tagihan yang dapat
disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam anatara Bank
dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam melunsi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.14
Dalam dunia bisnis kredit pada umumnya diartikan sebagai kesanggupan
akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau
memperoleh penyerahan barang atau jasa dengan perjanjian akan membayar
kelak.15
Untuk mengetahui atau menentukan bahwa seseorang dipercaya untuk
memperoleh kredit, pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrumen
analisa yang dikenal dengan prinsip 5C yaitu character (watak), capacity
(kemampuan), capital (modal), collateral (agunan) dan condition of economic
(prospek usaha debitur).16
Istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”
sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam suatu perjanjian
kredit diperlukan adanya jaminan, karena merupakan salah satu syarat untuk
dikabulkannya permohonan pemberian atas permintaan kredit.
Menurut M. Bahasan jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur
dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang - piutang dalam
masyarakat.17

14

Santosa Sambiring, 2000, Hukum Perbankan, Madar Maju, Bandung, h. 51
MunirFaudy, 2002, Hukum Perkreditan Kotemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5
16
Sutarno, 2009, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandug, h. 93
17
M. Bahasan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta,
h. 148
15

15

Menurut Mariam Darus Badrulzalman jaminan adalah suatu tanggungan
yang diberikan oleh seorang debitur dengan dan atau pihak ketiga kepada kreditur
untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.18
Adapun fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno
yaitu:
1.

Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut.

2.

Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk
membiayai usaha atau proyeknya sehingga kemungkinan untuk
meninggalkan

usaha

dengan

merugikan

diri

sendiri

atau

perusahaannya dapat dicegah .
3.

Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit.
Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syaratsyarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang
telah dijaminkan kepada bank.19

Pengertian koperasi dapat di definisikan sebagai perkumpulan atau
organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan
yang ada dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha
dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan para anggotanya20.

Frieda Husni Hasbulah, 2002, Hukum Kebendaan Perdata, Hak –hak yang Memberi
Jaminan, jilid III, Ind-Hill-Co, Jakarta, h. 6
19
Thomas Suyatno, 2003, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka, Jakrta, h. 16
20
R.T. Sutantyo Rahardja Hadikusuma, 2009, Hukum Koperasi Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 1
18

16

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus ssebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Fungsi dan peran koperasi Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yaitu sebagai berikut :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekeuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tahapan untuk mencari kembali sebuah
kebenaran. Sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mucul
tentang suatu objek penelitian.

17

1.8.1

Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

penelitian hukum Empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundangundangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Penelitian
hukum empiris menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum empiris atau
sosiologis, yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis)
dan penelitian terhadap efektifitas hukum.21
1.8.2

Jenis pendekatan
Dalam penelitian ini dipergunakan Pendekatan Perundang-undangan (The

Statue Approach) dan Pendekatan Fakta (The Fact Approach).
1. Pendekatan perundang-undangan
Pendekatan yang berdasarkan dengan menelaah Undang-Undang, yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.22 Maka UndangUndang dikaitkan dengan permasalahan kredit macet.
2. Pendekatan fakta
Pendekatan fata dengan melihat dan meneliti fakta-fakta yang ada di lapangan
mengenai dasar pertimbangan koperasi dalam memberikan kredit tanpa
jaminan serta upaya hukum yang dilakukan koperasi dalam menyelesaikan
kredit bermasalah tanpa jaminan.

21

Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

h. 51
22

h.93

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

18

1.8.3

Sifat penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.
1.8.4

Sumber data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini didapat dari 2 (dua) sumber

yaitu: Data Primer (field research) dan Data Sekunder (library research). Adapun
kedua sumber data tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Data primer (field research)
Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai
sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara
atau interview. Wawancara atau interview dilakukan terhadap para informan
di lapangan pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder (library research)
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(Library research) yaitu dimana data-data atau bahan penulisan ini diperoleh
dari literatur-literatur dan peraturan Perundang-Undangan yang ada kaitannya
dengan masalah. Data sekunder terdiri atas bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan
hukum yang berupa peraturan Perundang-Undangan. Bahan hukum sekunder
berupa buku-buku, journal hukum, dan lain-lainnya. Sedangkan bahan hukum

19

tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk, penunjang atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dari bahan hukum sekunder.
1.8.5

Teknik pengumpulan data
Setelah data yang penulis

dikumpulkan,

diolah

dan

dapatkan,

selanjutnya data

tersebut

akhirnya dianalisa. Untuk menganalisa data,

tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan
data). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Teknik studi dokumen
Teknik studi dokumen merupakan penelitian yang menggunakan data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier. Yang dilakukan dengan cara mencari dan memepelajari
peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Teknik wawancara
Wawancara ini dilakukan secara semi struktur dengan menggunakan teknik
dan pedoman wawancara.Teknik wawancara adalahteknik atau metode
memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan responden.
1.8.6

Pengolahan data dan analisis data

1. Pengolahan data
Pengolahan data disusun secara sistematis melauli proses editing yaitu
akan merapikan kembali data yang telah diperoleh dengan memilih data
yang sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian sehingga di dapat

20

suatu kesimpulan akhir secara umum yang nantinya akan dipertanggung
jawabkan sesuai dengan kenyataan yang ada.
2. Analisis data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh selanjutnya dilakukan
analisis data yang didapat dengan mengungkapkan kenyataan-kenyataan
dalam bentuk kalimat, penulis mengunakan metode analisis secara
kualitatif yaitu uraian terhadap data yang terkumpul dengan tidak
menggunakan angka-angka melainkan berdasarkan peraturan PerundangUndangan, pandangan pakar dan pendapat penulis sendiri.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT, JAMINAN, DAN KOPERASI

2.1

Tinjauan Umum Tentang Kredit

2.1.1

Pengertian kredit dan kredit macet
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang

dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang, yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan
atau angsuran sesuai dalam perjanjian. Artinya kredit dapat berbentuk barang
maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya dengan menggunakan
metode angsuran atau cicilan tertentu.23
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, memberi definisi kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga”.
Pengertian kredit menurut para ahli :


Savelberg menyatakan bahwa kredit adalah sebagai dasar dari setiap
perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari yang lain, kredit

23

Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 72

21

22

diartikan pula sebagai jaminan dimana sesorang menyerahkan sesuatu
pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang
diserahkan itu.


M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan
dari seorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomi sebagai
ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal
tertentu.



Selanjutnya Achmad Anwari, memberikan arti kredit sebagai berikut:
kredit adalah suatu prestasi oleh satu pihak kepada pihak lain dan prestasi
(jasa) itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang
dengan disertai suatu kontra prestasi (balas jasa berupa biaya).24
Kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat

dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (dua satu) bulan
atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadian /BUPLN atau telah
diajukan ganti rugi kepada Perusahaan Asuransi Kredit, dengan demikian kredit
macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum / atau tidak
seluruhnya merupakan kredit macet.25
2.1.2

Unsur-unsur kredit
Pemberian kredit berarti memberikan kepercayaan kepada debitur oleh

kreditur meskipun kepercayaan tersebut mengandung resiko yang tertinggi.

24

Achmad Anwari, 1980, Praktek Perbankan di Indonesia (kredit investasi), Balai Aksara,
Jakarta, h. 14
25
HR. Daeng Naja, op.cit, h. 329

23

Karena itu dalam pemberian kredit terdapat beberapa unsur yang sering disebut
sebagai unsur-unsur kredit, yaitu :
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimana yang akan
datang.
2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang.
3. Degree of risk, yaitu adanya tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai
akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan
pengembalian kredit dikemudian hari.
4. Prestasi yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang,
jasa, atau uang.26
2.1.3

Jenis-jenis kredit
Secara umum ada 2 (dua) jenis kredit yaitu kredit ditinjau dari segi tujuan

penggunaannya dan kredit yang ditinjau dari segi jangka waktunya.
Jenis kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa:
1. Kredit produktif

26

Rudyanti Dorotea Tobing, 2014, Hukum Perjanjian Kredit, Laksbang Grafika, Yogyakarta,
h. 182

24

Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang
menghasilkan barang atau jasa sebagai kontribusi dari usahanya. Untuk
kredit jenis ini terdiri dari :
-

Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai
kebutuhan usaha-usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam
rangka peningkatan produksi atau penjualan.

-

Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan utuk pengadaan barang
modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu
barang dan ataupun jasa sebagai usaha yang bersangkutan.

-

Kredit likuiditas yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
membatu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditasnya. Misalnya
kredit likuditas dari bank Indonesia yang diberikan untuk bank-bank
yang memiliki likuditas dibawah bentuk uang.27

2. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang perorangan
untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakat umumnya.
Sedangkan jenis kredit ditinjau dari segi jangka waktunya dapat berupa:
1. Kredit jangka pendek
Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi
jangka waktu satu (1) tahun.
2. Kredit jangka menengah

27

Rahmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, h. 61

25

Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu
lebih dari satu (1) tahun tetapi tidak lebih dari tiga (3) tahun.

3. Kredit jangka panjang
Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu
lebih dari tiga (3) tahun.28
2.1.4

Fungsi kredit
Dalam manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini

kredit dalam perekonomian dan perdagangan mempunyai beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang
Dengan adanya kredit dapat meningakatkan daya guna uang maksudnya
jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang
berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.
2. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang
dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh
tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang

28

H.R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandug,
h. 126

26

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Kredit salah satu alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah
barang yang diperlukan oleh masyarakat.
5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas.
6. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Semakin banyaknya kredit disalurkan maka semakin baik terutama dalam
hal meningkatkan pendapatan.
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian
kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.29
2.2

Tinjauan Umum Tentang Jaminan

2.2.1

Pengertian jaminan
Istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”

sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Menurut Pasal 2 ayat (1)

29

Murdansyah Sinangun, 2000, Manajemen Dana Bank, Edisi II, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
h. 211

27

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari
1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit menjelaskan bahwa jaminan adalah suatu
keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan
perjanjian.
Pengertian jaminan menurut para ahli :
1. Menurut M. Bahasan jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur
dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang-piutang dalam
masyarakat.30
2. Menurut Mariam Darus Badrulzalman jaminan adalah suatu tanggungan
yang diberikan oleh seorang debitur dengan dan atau pihak ketiga kepada
kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.31
3. Sedangkan menurut Sutarno menyebutkan bahwa jaminan adalah segala
sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan
janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang debitur berdasarkan
perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan debitur.32
2.2.2

Jenis-jenis jaminan
Pada dasarnya jenis-jenis jaminan kredit terdiri dari 2 (dua) yaitu : jaminan

perorangan dan jaminan kebendaan.
1. Jaminan perorangan

30

M. Bahasan, op. cit, h. 148
Frieda Husni Hasbulah, op. cit, h. 6
32
Sutarno, 2003, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta, h. 142
31

28

Hak jaminan perorangan timbul dari perjanjian jaminan antara kreditur dan
pihak ketiga. Perjanjian jaminan perorangan merupakan hak relatif, yaitu
hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terkait
dalam perjanjian.
Jaminan

perorangan

adalah

jaminan

berupa

pernyataan

kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna menjamin
pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila
debitur yang bersangkutan ingkar janji (wanprestasi).
Menurut Djuhaendah Hasan dengan adanya jaminan perorangan,
kreditur akan merasa lebih aman dari pada tidak ada jaminan sama sekali,
karena dengan adanya jaminan perorangan kreditur dapat menagih tidak
hanya kepada debitur, tetapi juga pada pihak ketiga yang menjamin yang
kadang-kadang terdiri dari beberapa orang.33
2. Jaminan kebendaan
Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda
tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat
diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji.
Jaminan kebendaan adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik
benda maupun hak benda, yang diberikan dengan cara pemisahan bagian
dari harta kekayaan, baik dari si debitur maupun pihak ketiga, guna

33

H.R. Daeng Naja, op. cit, h 210

29

menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur,
apabila debitur yang bersangkutan cidera janji (wanprestasi).
Menurut sifatnya, jaminan kebendaan ini terbagi 2 (dua), yaitu:
a. Jaminan dengan benda berwujud (materiel)
b. Jaminan dengan benda tidak berwujud (imateriel)
Benda berwujud dapat berupa benda/barang bergerak dan atau
benda/barang tidak bergerak. Sedangkan benda/barang tak berwujud yang lazim
diterima oleh bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih debitur
terhadap pihak ketiga.
Barang bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank
dapat berupa kendaraan bermotor, logam mulia, stok banrang, dan sebagainya
yang dapat dinilai, baik secara kuantitatif maupun kulitatif.
Sedangkan barang yang tidak bergerak yang lazim diterima sebagai
jaminan kredit oleh bank dapat berupa tanah, bagunan, dan lain-lain termasuk
mesin-mesin pabrik yang melekat dengan tanah.34
2.2.3

Fungsi jaminan
Fungsi jaminan adalah kepastian hukum pelunasan hutang dalam

perjanjian hutang piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi suatu perjanjian
dengan mengadakan perjanjian peminjam melalui lembaga-lembaga jaminan yang
dikenal dalam hukum Indonesia.

34

H.R. Daeng Naja, op. cit, h. 214

30

Fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno adalah
a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelubasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut, bila mana
nasabah melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali hutangnya
pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
b. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk
membiayai usaha atau proyeknnya, sehingga kemungkinan untuk
meniggalkan usaha dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya
dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat
demikian diperkecil terjadinya.
c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit
khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat
yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah
dijaminkan kepada bank.35
2.3

Tinjauan Umum Tentang Koperasi

2.3.1

Pengertian dan dasar hukum koperasi
Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu

cooperatives merupakan gabungan dua kata co dan operation. Dalam bahasa

35

Thomas Suyatno, op.cit, h. 16

31

belanda disebut cooperatie, yang arinya adalah kerja bersaama. Dalam bahasa
Indonesia dilafalkan menjadi koperasi.36
Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

1992

tentang

Perkoperasian

memberikan definisi “koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip kop