Kolonisasi Mikoriza Glomus dalam Spora Tunggal dan P4ropagul terhadap Pertumbuhan Bibit Mente (Anacardium occidentale) dalam Rumah Kaca.

Kolonisasi mikoriza Glomus dalam Spora tunggal dan propagul terhadap
pertumbuhan bibit mente (Anacardium occidentale L.) di rumah kaca
Meitini W. Proborini 1, Made Sudana 2 , Wayan Suarna3, N. P. Ristiati 4
1
.Mahasiswa S3 Pertanian Unud, 2. Pertanian Unud, 3. Peternakan Unud,
4
. Undiksa Singaraja

Abstrak
Penelitian skala laboratorium dan rumah kaca tentang pengaruh inokulasi kombinasi spora
Glomus sp dan propagul terhadap pertumbuhan bibit mente (jumlah daun dan tinggi tanaman), persen
kolonisasi, dan serapan P pada jaringan tanaman. telah dilakukan di laboratorium rumah kaca Faperta
Unud dan dilanjutkan di laboratorium Mikologi Jurusan biologi FMIPA Unud. Penelitian dilakukan
sampai tanaman berumur 90 hari (3 bulan)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi spora tunggal Glomus sp dan campuran propagul
menghasilkan pengaruh yang lebih baik dari kontrol terhadap pertumbuhan tanaman mente (tinggi
tanaman dan jumlah daun), berat kering, dan serapan P pada jaringan tanaman. Persen kolonisasi CMA
pada akar antara 71-83 %. Pemberian Glomus sebagai spora tunggal lebih efektif digunakan untuk
pembibitan mente dibanding campuran propagul Glomus.
___________________________________________________________________________________
Kata kunci: Glomus sp, CMA, Kawasan kering, tanaman mente Bali


I.PENDAHULUAN
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) termasuk dalam divisi Zygomycota, famili
Endogonaceae dengan genera terdiri dari Glomus, Entrophospora, Acaulospora, Archaeospora,
Paraglomus, Gigaspora dan Scutellospora (Morton, 1990 ; Brundett, 2008). Spora bergerminasi
dan tumbuh menjadi hifa mengkolonisasi kortek akar inang,sedangkan cabang hifa yang lain
tersebar dalam tanah atau membentuk chlamydospores (Morton, 1990).
Menurut Hapsoh (2008), lebih dari 80% tanaman berpembuluh dapat bersimbiosis
dengan CMA, selanjutnya Smith et.al (2010) mengemukakan bahwa CMA mampu hidup pada
sebagian besar ekosistem alam dan pertanian dan memiliki peranan yang penting dalam
pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman, hal ini disebabkan karena CMA sangat
membantu dalam absorbsi unsur P. N dan K. terutama pada tanah dikawasan marginal yang
miskin akar hara atau nutrien.
Cendawan Endomikoriza Arbuskula (CMA) merupakan mikroorganisme yang bersifat
simbion obligat/simbiosis mutualistik karena tanpa tanaman inang (asimbiotik) hifa cendawan

tersebut hanya mampu bertahan hidup dalam waktu 20-30 hari karena dari inang eksudat akar
diperlukan oleh cendawan tersebut untuk mempercepat pecahnya tabung perkecambahan dan
sumber karbon untuk kelangsungan hidup mikoriza (Smith et al., 2010)
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) akhir–akhir ini mendapat perhatian dari para ahli

lingkungan dan biologis untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Pemanfaatan cendawan ini
dapat meningkatkan pertumbuhan, kualitas dan produktivitas tanaman terutama yang tumbuh
pada daerah marginal baik tanaman semusim atau perennial (Proborini, 2011-upublished data;
Brundrett et.al. 2008). Salah satu aplikasi penggunaan spora dari cendawan endomikoriza dapat
digunakan tanaman perennial, seperti tanaman mete (A. occidentale L)

. Pada akar tanaman

mente (A. occidentale L.) dapat terkolonisasi dengan beberapa jenis CMA seperti Glomus,
Gigaspora dan Acaulospora (Proborini, 2011-unpublished data).

Penelitian dengan

menggunakan spora dan atau campuran propagul jenis-jenis CMA indigenus sebagai pupuk
hayati belum banyak dilakukan sehingga penelitian ini diaplikasikan untuk menguji kemampuan
spora Glomus sebagai spora tunggal atau campuran propagul pada pembibitan mente skala
rumah kaca.
Salah satu kawasan kering di pulau Bali adalah skecamatan Kubu yang memiliki tekstur
tanah berpasir. Salah satu tanaman yang dikembangkan di wilayah tersebut adalah tanaman
mente (Anacardiun accidentale L). Salah satu hambatan yang dihadapai petani jambu mente di

kawasan tersebut adalah rendahnya persentase kemampuan hidup bibit Mente. Berdasarkan
kemampuan CMA yang dapat berasosiasi dengan tanaman di daerah kering/marginal, peneliti
mencoba pengaruh inokulan spora Glomus sp pada pembibitan mente skala rumah kaca

II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas pertanian Unud serta Laboratorium
Mikologi Jurusan Biologi Unud. Waktu penelitian yaitu pada bulan November 2011 sampai
Januari 2012. Gelondong mente (Anacardium occidentale L) yang digunakan diperoleh dari
Dinas.Perkebunan Propinsi Bali.

Inokulum CMA Glomus sp yang digunakan adalah hasil

eksplorasi dari tanah perkebunan mente di desa Sukadana , Kecamatan Kubu Kabupaten
Karangasem, Bali

Media tanam berupa tanah-pasir yang diambil dari Perkebunan mente di desa Sukadana
Kecamatan Kubu Karang Asem Bali. Tiap polibeg diisi tanah sebanyak 2 kg dan disterilkan
menggunakan drum pada suhu 105 0C selama tiga jam.
Perlakuan inokulum yang di coba adalah empat kombinasi propagul spora Glomus sp
dan kontrol (tanpa inokulan). Jumlah spora yang digunakan untuk masing-masing kombinasi

adalah 50 butir. Level kombinasi propagul CMA(hifa+potongan akar jagung) adalah 0,(spora
tunggal), 12, 5 gr, 25 gr dan 37.5 gr.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
ulangan sehingga diperoleh 25 unit percobaan. Masing-masing unit percobaan terdiri dari 3
polybeg sehingga total unit percobaan adalah 75 (5 X 5 X3). Pemeliharaan tanaman dilakukan
dengan penyiraman setiap dua hari sekali, pembersihan gulma, dan pengendalian serangga
pengganggu secara manual sampai dengan umur tanaman 90 hari. Parameter yang diamati
adalah pertumbuhan tanaman, serapan P dan persen kolonisasi CMA Glomus sp pada akar,

Pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan tanaman yang diamati adalah jumlah daun, tinggi tanaman, berat kering
brangkasan (berat kering tanaman tanpa akar) dan berat kering total. Tinggi bibit dan jumlah
daun dihitung pada hari ke 30, 45, 60, 75 dan 90 setelah inokulasi. Pengukuran berat kering
dilakukan pada tanaman yang dipanen setelah berumur 90 hari. Bagian tanaman (akar, batang
dan daun) masing-masing dikeringkan dalam oven bersuhu 60º C sampai diperoleh bobot
konstan (± 4 hari).

Serapan P
Analisis unsur hara P pada jaringan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Analitik
Unud. Metode yang digunakan adalah metode vanadomolybdate-yellow.


Persen Kolonisasi akar
Pengamatan persentase kolonisasi dilakukan pada akar sekunder tanaman umur 90 hari
setelah inokulasi (paska pemanenan) dengan menggunakan metode Koske dan Gemma (1989)
dengan modifikasi. Akar dicuci dengan air lalu dipotong-potong sepanjang satu sentimeter.
Contoh akar diwarnai dengan biru tripan. Pemeriksaan dilakukan terhadap 30 potong akar

menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 100-400 kali. Persentasi kolonisasi CMA dihitung
dengan rumus:

Total akar ber CMA
CMA (%)

=

x100%
Total akar yang diamati

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.HASIL
Jumlah daun
Hasil pengukuran jumlah daun hari ke 30, 45, 60, 75 dan 90 ditampilkan pada grafik 1.
Secara keseluruhan hasil penelitrian menunjukkan bahwa Meskipun secara statistic tidak ada
perbedaan nyata antar perlakuan (P= 0.350), pemberian inokulan Glomus sp menghasilkan ratarata jumlah daun yang lebih baik dari kontrol (tanpa inokulan). Uji komparasi antar perlakuan
menunjukkan bahwa inokulasai Glomus sp tanpa propagul (Glo-0) menghasilkan pengaruh yang
paling baik.

Jumlah rata-rata daun

20.0
18.0
16.0
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0

0.0

Kontrol
Glo-0
Glo-12.5
Glo-25
Glo-37.5
30

45

60

75

90

Hari Pengamatan
Grafik 1. Jumlah rata-rata daun pada hari ke 30 – 90


Tinggi Tanaman
Hasil pengukuran tinggi tanaman hari ke 30, 45, 60, 75 dan 90 ditampilkan pada grafik 2.
Secara keseluruhan hasil penelitrian menunjukkan bahwa meskipun secara statistik tidak ada
perbedaan nyata antar perlakuan (P= 0.310), pemberian inokulan Glomus sp menghasilkan rata-

rata tinggi tanaman lebih baik dari kontrol (tanpa inokulan). Uji komparasi antar perlakuan
menunjukkan bahwa inokulasai Glomus sp tanpa propagul (Glo-0) menghasilkan pengaruh yang

Tinggi Tanaman (cm)

paling baik.
45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0

0.0

Kontrol
Glo-0
Glo-12.5
30

45

60

Hari Pengamatan

75

90

Grafik 2. Tinggi tanaman pada hari ke 30 – 90
Serapan P
Pengaruh pemberian inokulan Glomus sp terhadap serapan P menunjukkan bahwa

serapan P kontrol lebih kecil dbanding perlakuan ( table 1)

Persen kolonisasi
Inokulasi spora Glomus sp pada bibit mente menyebabkan kolonisasi jamur pada akar
mente dengan membentuk hifa internal, arbuskula dan vesikula namun pada kontrol hanya
ditemukan hifa internal 1. 67% (table 1)

Tabel 1. Serapan P, Persen kolonisasi, berat kering total dan berat kering brangkasan
Perlakuan
Kontrol
Glo 0
Glo 12.5
Glo 25
Glo 37.5

berat kering
total (gram)
4.88
10.722
7.27

7.14
8.09

berat kering
brangkasan (gram)
3.5
9.48
5.67
4.97
4.47

Serapan P
(gram/kg bk)
4. 05
11.49
9.37
9.54
9.76

% Kolonisasi
1.67
87.88
64.98
67.71
54.67

PEMBAHASAN

:

% Kolonisasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kolonisasi akar mente yang dinokulasi
CMA lebih tinggi dibandingkan dengan control (tanpa inokulasi). Rendahnya kolonisasi pada
kontrol dikarenakan media tanam telah disterilisasi terlebih dahulu sehingga dapat mematikan
spora CMA yang ada di alam. Hasil ini juga membuktikan bahwa tanaman mente dikawasan
penelitian yang tergolong salah satu kawasan kering di Pulau Bali melakukan interaksi dengan
CMA untuk meningkatkan survivalshipnya karena CMA membantu tanaman dalam
meningkatkan penyerapan unsure hara. CMA juga berperan meningkatlkan toleransi tanaman
terhadap penyakit akar, kekeringan dan suhu tanah yang tinggi (Guntoro dkk., 2006).
Terjadinya kolonisasi CMA Glomus sp membentuk hifa internal, eksternal dan struktur
arbuskula pada akar mente menunjukkan terjadinya simbiosis fungsional pada bibit mente.
Semakin tinggi persentase infeksi mengambarkan bahwa semakin banyak spora atau propagul
CMA Glomus sp mampu menginfeksi akar mente. Menurut Smith et al. (2010), simbiosis jamur
endomikoriza dengan akar tanaman dapat meningkatkan absorbsi nutrient seperti P, N, K, Cu,
Mo, Zn. pada tanaman, dilain pihak mikoriza membutuhkan inang untuk mengabsorbsi gula,
sehingga dengan adanya kolonisasi tanaman dengan mikoriza, hifa ekternal mikoriza dapat
membantu akar tanaman dalam absorbsi unsur hara didalam tanah dan selanjutnya dalam kortek
akar hifa mikoriza akan membentuk arbuskula. Smith and Read, (2008) menyatakan bahwa
struktur arbuskula merupakan tempat terjadinya transfer nutrisi dua arah antara cendawan
dengan inang., Selain itu pada akar tanaman yang terkolonisasi mikoriza meningkatkan aktivitas
enzim fosfatase yang membantu mengkatalis hidrolisis kompleks fosfor yang tidak larut dalam
tanah (Widiastuti, 2004).
Pada penelitian ini tingkat infeksi spora Glomus sp sebagai spora tuggal lebih tinggi
dibandingkan campuran spora dan propagul (table 1), Hasil ini berbeda dengan Widiastuti dkk
(2002) yang berpendapat sebaliknya. Hal ini kemungkinan terkait dengan pH dan kecepatan
perkecambahan spora mikoriza, Menurut Douds et al (2010), spora Glomus sp berkecambah
pada pH rendah relative lebih cepat dibanding Gigaspora sehingga akan lebih cepat menginfeksi
inangnya

Serapan P
Pemberian spora Glomus sp baik sebagai spora tunggal maupun campuran propagul
secara nyata meningkatkan serapan P pada bibit mente dibandingkan dengan control. Hasil ini
relevan dengan hasil persentase kolonisasi akar. Kolonisasi akan membantu meningkatkan
penyerapan P oleh tanaman (Smith, 2010). Hifa eksternal mikoriza mampu menjelajah sejumlah
besar volume tanah serta memperbaiki difusi P anorganik yang biasanya sangat lambat di tanah
jika tidak ada mikoriza (Smith and Read, 1997). Hifa eksternal mikoriza mampu menghasilkan
asam organik yang dapat melarutkan P dari bentuk yang tidak tersedia (P-Al, P-Fe, dan P-Ca)
menjadi tersedia, dapat melarutkan dan menyerap P yang terjerat dalam struktur tanah. (Smith et
al., 2010). Hifa external CMA membantu penyerapan P dari dalam tanah dan mengubahnya
menjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal
dan arbskula, di dalam arbuskula dipecah menjadi fosfat organik yang kemudian dilepaskan ke
sell tanaman inang.

Peningkatan penyerapan P akan meningkatkan salah satunya akan

meningkatkan ATP (Simanungkalit, 2003), yang berguna sebagai energi untuk berbagai aktifitas
biologis tanaman yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi CMA Glomus sp memberi pengaruh yang
lebih baik dari kontrol (tanpa inokulasi) terhadap pertumbuhan bibit mente. Inokulasi CMA
Glomus sp tanpa propagul (Glo-0) menghasilkan pertumbuhan (jumlah daun, tinggi tanaman )
yang lebih baik dari perlakuan lainnya. Guntoro dkk (2006) mensarikan bahwa CMA berperan
membantu tanaman dalam penyerapan unsure hara makro seperti N,P, K dan Mg, Fe, Ca, S.
Secara sinergis peningkatan kemampuan penyerapan unsure nutrient tersebut akan meningkatkan
jumlah daun sebagaimana penelitian Maryeni dan Hervani (2008) pada tanaman selasih
(Ocimum sanctum L) dan kandungan khlorophyll.

Sehingga akan meningkatkan akan

meningkatkan kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis. Hal ini juga dikemukakan
oleh Hameeda et al. (2007) , Chalimah dkk. (2007 dan (Smith et al, 2010) bahwa pemberian
spora dan propagul mikoriza akan meningkatkan laju fotosinthesa tanaman sehingga
berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun)
dan serapan P pada jaringan. Selain meningkatkan penyerapan unsure hara dan air dari dalam

tanah, CMA juga dapat membantu tanaman meningkatkan menghasilkan hormon pertumbuhan
tanaman seperti Auxin dan Giberellin (Maryeni dan Hervani (2008).

Berat kering tanaman
Pemberian spora dan propagul Glomus mempengaruhi kenaikan bobot akar mente secara
significant. Hasil ini relevan dengan laju pertumbuhan pada tanaman bibit mente yang diberi
inokulan lebih baik dibandingkan dengan tanpa inokulan (kontrol) karena secara nyata inokulasi
CMA meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman mente yang lebih baik. Sehingga akan
meningkatkan berat kering melalui peningkatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rosliani dkk
(2006) pada tanaman mentimun di tanah masah bahwa inokulasi CMA meningkatkan bobot
kering tanaman sebagaimana pemberian fosfat alam dengan dosis yang lebih besar.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian inokulum Glomus sp. dalam bentuk spora tunggal maupun campuran
dapat meningkatkan pertumbuhan bibit mente (A occidentale L)
2. Pemberian inokulan spora Glomus sp sebagai spora tunggal lebih efektif digunakan
untuk pembibitan mente dibanding campuran propagul-Glomus

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada skala lapangan untuk pengujian
sintasan (survivorship) tanaman mente paska pembibitan yang dikolonisasi mikoriza
Glomus

Pustaka
Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell,. T. Grove, & N. Malajczuk. 2008. working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. Australian Centre
for International Agricultural Research, Canberra
Chalimah, S., Muhadiono, L. Aznam, S. Haran, N., Toruan-Mathius. 2007. Propagation of
Gigaspora sp and Acaulospora by pot culture in green house. Biodiversitas. 7(4):1219.
Danesh, Y.R.; E.M. Goltapeh; A. Alizadek; A. Varma and K.G. Mukerjii. 2007. ArbuscularMycorrhizal Fungi Associated with Alfalfa Rhizosphere in Iran. American-Eurasian J.
Agric. & Environ. Sci. 2(5): 574-580

Douds Jr., D.D., G. Nagahashi, P.R. Hepperly. 2010. On-farm production of inoculum of
indigenous arbuscular mycorrhizal fungi and assessment of diluent of compost for
inoculum production. Bioresource Technology.10 (1). 2326-2330
Guntoro, D,; M.A. Chozin; Budi Tjahjono dan Irdika Mansur.2006. Pemanfaatan Cendawan
Mikoriza Arbuskula dan Bakteri Azospirillum sp untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan pada Turfgrass. Bull.Agron.34(1): 62-70.
Hameeda, B., G. Harini, O.P. Rupela and G. Reddy 2007. Effect of composts or vermicomposts on sorghum growth and mycorrhizal colonization. African Journal of
Biotechnology 6(1): 9 – 12
Hapsoh, 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Budidaya Kedelai di Lahan
Kering. Makalah. Pengukuhan Guru Besar. 14 Juni 2008. Kampus USU. Medan. pp
35
Maryeni, R. dan Dini Hervani; 2008. Pengaruh Jamur Mikoriza Arbuskula terhadap
pertumbuhan tanaman Selasih (Ocium sanctum. L).Jurnal Akta Agrosia 11(1): 7-12
Morton, J. B. and G. L. Benny. 1990. Revised classification of arbuscular mycorrhizal fungi
(Zygomycetes). Mycotaxon. 37 : 471 - 491.
Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Meningkatkan Hasil Tanaman
Jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4).
Proborini,W.P (2011). Eksplorasi Jenis-Jenis Endomikoriza Indigenus Pada Lahan Kering
diBali dan Pemanfaatannya Pada Pembibitan Mente (Anacardium Ocidentale L.).
Laporan Penelitian Hibah Doktor. (Unpublished data)
Rosliani, R. Y. Hilman dan N. Sumarni. 2006. Pemupukan Fosfat Alam, Pupuk Kandang
Domba Dan Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Mentimun Pada Tanah Masam. J. Hort. 16 (1): 21-30
Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan dan
pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi
Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan. pp 11.
Smith, S. E., and D. J. Read. 2008. Mycorrhizal symbiosis, 3rd Ed. Academic Press, San Diego,
CA.
Smith, S.E.; E. Facelli; S. Pope; F.A. Smith. 2010. Plant Performance in stressfull environment:
interpreting new and established knowledge of the roles of arbuscular mycorrizhas.
Plant Soil 326:3-20
Widiastuti H. ;Edi Guhardja; Nampiah Soekarno; L. K. Darusman,; Didiek Hadjar Goenadi dan
Sally Smith. 2002. Optimasi simbiosis cendawan mikoriza arbuskula Acaulospora
tuberculata dan Gigaspora margarita pada bibit kelapa sawit di tanah masam. Menara
Perkebunan. 70(2), 50-57
Widiastuti H. 2004. Biologi Interaksi Cendawan mikoriza Arbuskula Kelapa Sawit pada Tanah
Masam sebagai dasr Pengembangan teknologi Aplikasi Dini. Ringkasan Disertasi.
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor