PENGARUH AKTIVITAS FISIK EKSTRA KURIKULER OLAHRAGA DAN NON-OLAHRAGA TERHADAP PENURUNAN OBESITAS SISWA.

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ……… . xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Asumsi ... 15

F. Hipotesis ... 16

G. Metode Penelitian ... 18

H. Variabel Penelitian ... 20

I. Langkah Penelitian ……….. . 21

J. Lokasi Penelitian, Program Latihan dan Pengambilan Data ... 22

BAB II TINJAUAN TEORI A. Obesitas ... 23

1. Pengertian ……… 23

2. Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas………. 27

3. Jenis Obesitas ……….. 34

4. Obesitas Pada Anak ……… 36

5. Identifikasi Obesitas ……… 37

B. Aktivitas Fisik ... 40

1. Pengertian ……… 39

2. Jenis Aktivitas ………. 41

3. Manfaat Kegiatan ……… 44

C. Ekstrakurikuler ... 45

1. Pengertian ……… 45

2. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler………... . 57

3. Materi Kegiatan ……… ... 49

4. Tujuan Kegiatan ………. ... 49

5. Pengembangan Kegiatan. ... 50

D. Diet dan Pola Makan ... 54

E. Olahraga ... 57

1. Pengertian ... 57

2. Intensitas Ltihan Olahraga ... 58


(2)

3. Permasalahan PJOK ... 65

4. Sikap Terhadap Aktivitas Jasmani ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 74

B. Desain dan Langkah Penelitian ... 78

C. Definisi Operasional Variabel ... 84

D. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 87

E. Lokasi Penelitian ... 90

F. Instrumen Penelitian ... 90

G. Program Kegiatan Dan Latihan Ekstra Kurikuler Olahraga ... 92

H. Tehnik Pengumpulan Data ... 93

I. Analisis Data ……… ... 94

J. Hipotesis Data……….. ... 95

K. Deskripsi Data ……… 96

BAB. IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data ……….. 97

2. Uji Normalitas Dan Homogenitas Data……… 100

3. Uji Hipotesis... 106

B. Pembahasan………. 112

BAB. VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan…. ... 118

B. Rekomendasi. ... 118

DAFTAR PUSTAKA. ... 121


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang berisiko pada kesehatan. Obesitas juga merupakan kelainan penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas adalah merupakan penyakit multifaktorial, diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, meliputi aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi, dan nutrisional yang berhubungan dengan perilaku makan.

Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometrik dan atau pemeriksaan laboratoris. Pada umumnya pengukuran berat badan yang dibandingkan tinggi badan seseorang menjadi ukuran dengan standar berat badan ideal, atau dengan pengukuran lemak subkutan dengan skinfold thickness atau lipatan kulit. Obesitas menurut WHO (22 Februari 2011):

Overweight and obesity are defined as abnormal or excessive fat accumulation that person a risk to health. A crude population measure

of obesity is the body mass index (BMI), a person’s weight (in kilograms)

divided by square of his or her height ( in metres). A person with a BMI equal to or more than of 30 or more is generally considered obese. A person with a BMI equal to more than 25 is considered overweight. Overweight and obesity are major risk factor for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer. Once considered a problem only in high income countries,overweight and obesity are now dramatically on the rise in low-and middle-income countries, particularly in urban settings.


(4)

Hal ini berarti kelebihan berat badan manggambarkan keadaan tubuh yang tidak normal sebagai akibat dari kelebihan lemak pada seseorang yang beresiko terhadap kesehatan. Pengukuran secara kasar populasi obesitas dengan menngukur indek masa tubuh, berat badan (kg²) dibagi ¼ tinggi badan (m). Seseorang dengan indek massa tubuh yang sama dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan yang diindikasikan obesitas.

Obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu rangkap, panjang leher yang relatif pendek, dada yang menggembung dengan volume payudara yang membesar karena kandungan lemak berlebihan, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat, kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan lemak suprapubik. (http://www.klikdokter.com/gizi/read/2010/07/05)

Kelebihan berat badan (over weight) merupakan penyebab utama beberapa penyakit kronis termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular dan kanker. Sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, aktivitas, gaya hidup, tingkat sosial ekonomi dan nutrisi atau pola makan. Kriteria berat badan ideal berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), menurut Giriwijoyo, 2007: 654 yaitu :

BB Idaman : IMT = 100% Nilai : 21 BB Kurang : IMT < 90% Nilai : < 18,9

BB Normal : IMT = 90-110% Nilai 18,9 – 23,1 BB Lebih : IMT = 110 – 120% Nilai 23,1 – 25,2 Gemuk/obesitas : IMT = > 120% Nilai > 25,2,


(5)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka seseorang dinyatakan obesitas bila berat badan lebih besar dari 120 % berat badan ideal dengan nilai standar lebih besar dari 23,1.

Obesitas pada remaja saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata, semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah sangat penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih mendalam, mengingat obesitas sering menimbulkan risiko kesehatan lain yang lebih serius. Begitu pentingnya penampilan fisik menurut remaja setidaknya membuat mereka harus mengetahui sejauh mana gangguan penampilan fisik akibat kegemukan. Hal ini penting agar gangguan kelebihan berat badan (overweight) tidak berlanjut. Jika tidak segera ditanggulangi bisa menggangu penampilan bahkan menimbulkan penyakit yang lebih sulit untuk disembuhkan. (http://remajasehat.com/blog Mar/19 th, 2009)

Pola makan yang tidak terkontrol, kemajuan teknologi yang membantu meringankan kerja manusia, menyebabkan terjadinya aktivitas kurang gerak, hal ini ternyata berakibat pada penyakit kegemukan/obesitas. Survey di Korea Selatan pada tahun 1995, melaporkan sebanyak 1,5% penduduknya mengalami obesitas (BMI > 30 kg/m2) dan 20,5% overweight (BMI> 25-29,9 kg/m2). Sedangkan di Thailand sebanyak 4% mengalami obesitas, 16% overweight dan Malaysia 4,7% pria 7,7 % wanita mengalami obesitas. Prevalensi anak obesitas di Malaysia mengalami peningkatan 6,6% pada umur sekitar 7 tahun, 13,8% pada umur 10 tahun, 12,5% pada pria dan 5% pada wanita umur 7-10 tahun (http:/www.who.int/topics/ obesity/en/2011)


(6)

Kondisi di atas juga terjadi di Indonesia, hasil survey Bappenas (2004) mengemukakan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan setiap pada beberapa dasawarsa, pada 1982 prevalensi obesitas pria 4,2% dan wanita 7,1% sedangkan pada 1992 pria 10,8% dan wanita 24,1%. Hasil penelitian pada kelompok sosial menengah ke atas di Medan, pada tahun 2002 prevalensi overweight 54,0% dan obesitas 10,3%. Sedangkan hasil survey terhadap sekitar 4.747 siswa SLTP di Jogyakarta Kabupaten Bantul 2% siwa mengalami obesitas. Beberapa hasil penelitian di Indonesia yang tidak diungkapkan disini, juga menyatakan bahwa usia remaja pada masa sekarang ini rentan terkena penyakit obesitas, yang akibatnya timbul berbagai penyakit lainnya seperti diabetes, jantung dan tekanan darah tinggi. (Imam S, 2005:7).

Obesitas juga menyebabkan gangguan ortopedik yang disebabkan kelebihan berat badan sehingga menyebabkan tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan nyeri panggul. Selain itu obesitas juga menyebabkan

pseudomotor serebri akibat peningkatan tekanan intraknial pada obesitas yang

menyebabkan gangguan jantung dan paru, peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, pupil oedema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.

Melihat begitu besarnya resiko yang timbul akibat obesitas maka diperlukan suatu upaya untuk menurunkan resiko tersebut pada anak, mengingat penyebab obesitas bersifat multi faktor maka upaya-upaya untuk menurunkan obesitas pun seharusnya dilaksanakan secara multi disiplin. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi dan meningkatkan


(7)

keluaran energi, dengan cara peningkatan aktivitas fisik dan mengubah atau memodifikasi pola hidup. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan obesitas.

Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedangkan penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.

Selain aktivitas fisik, faktor nutrisi dan asupan energi dan yang dikeluarkan tidak berimbang hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan berat badan. Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak. penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali, keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy

density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung

protein dan karbohidrat.

Faktor genetik atau keturunan berperan sangat besar terhadap obesitas seseorang dikenal dengan parental fatness, yaitu bila kedua orang tua mengalami obesitas maka 80% kemungkinan anaknya menderita obesitas. Bila salah satu dari orang tua obesitas, maka kemungkinan anaknya mengalami obesitas menjadi


(8)

sebesar 40%. Sedangkan bila kedua orang tua nya tidak menderita obesitas maka kecenderungannya anaknya menderita obesitas menjadi 14%.

(http://remajasehat.com/blog Mar/19 th, 2009).

Semakin sempitnya ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama kaum remaja dengan kebutuhan gerak yang banyak, menyebabkak aktivitas fisik remaja yang terbatas. Hal ini menyebakan asupan energi yang tidak seimbang yang menyebabkan timbunan lemak yang berlebihan dan berakibat terjadinya obesitas dan kelebihan berat badan terutama pada remaja, karena pada dasranya aktivitas dapat membantu penurunan berat badan.

Lebih jauh U.S. Department of Health and Human Services, Office on Women’s Health (2008:5) megungkapkan:

Physical activity can also help you lose weight. If you are overweight or obese, losing weight can lower your risk for many diseases. Being overweight or obese increases your risk of heart disease, high blood pressure, stroke, type 2 diabetes, breathing problems, osteoarthritis, gallbladder disease, sleep apnea (breathing problems while sleeping), and some cancers

Bersadasarkan penjelasan tersebut maka secara jelas aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan, mengurangi berbagai penyakit sebagai akibat kegemukan, menurnkan tekanan darah, diabetes, masalah pernapasan, gangguan tidur dan beberapa penyakit kangker. Dengan demikian sangat jelas banyak dampak negatif yang ditimbulkan akibat obesitas pada anak diantaranya adalah resiko penyakit kardiovaskular yang tidak biasa terjadi pada remaja.

Anak penderita obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Anak anak yang mengalami obesitas, sekitar 20-30%


(9)

menderita hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dan obstructive sleep apnea suatu penyakit yang banyak dijumpai pada anak penderita obesitas yaitu gejala mengorok yang disebabkan oleh penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma sehingga terjadi penurunan tonus otot pada dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2. (Division of Nutrition and Physical

Activity, NCCDPHP, CDC 2008).

Beberapa ahli menjelaskan pengertian mengenai aktivitas fisik, diantaranya adalah:

1. Sunita Almatsier (2003:144) menyatakan: “bahwa aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.” 2. Carl J. Caspersen, PhD. MPH. dkk, dalam Public Health Report (1985:126)

menyatakan: “physical activity is defined as any bodily movement produced by skeletal muscle that results in energy expenditure. they energy expenditure can be measured in kilocalories.” Pernyataan diatas mengandung pengertian bahwa aktivitas fisik adalah gerakan fisik apapun yang dihasilkan oleh otot

skelet yang memerlukan atau membutuhkan pengeluaran energi diatas level

istirahat. Pengeluaran energi tersebut dapat diukur dalam jumlah pengeluaran kalori atau kilokalori (k.kal).

3. WHO, dalam Public Health Report 1985 menjelaskan lebih lanjut bahwa aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga/energi lebih yang penting bagi pemeliharaan kesehatan


(10)

fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat, bugar sepanjang hari (Pusat Promosi DEPKES. RI 2006).

Definisi aktivitas fisik secara luas adalah mencakup semua kegiatan yang disukai seperti berjalan, bersepeda, menari, bermain permainan tradisonal, bertanam, mengerjakan pekerjaan rumah, olah raga dan latihan yang disengaja, sementara hidup aktif adalah suatu jalan hidup yang mengintegrasikan sedikitnya setengah jam sehari menjalankan aktivitas fisik secara rutin (Cavill. et.al.,2006). Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap metabolisme dalam tubuh manusia menjadi lebih baik, latihan fisik yang menunjang terhadap peningkatan kebugaran dan kesehatan tubuh perlu diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan motorik dan kemampuan fisik remaja pada umumya. Aktivitas fisik untuk anak usia 6 - 12 tahun lebih tepat dengan menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.

Berdasarkan ungkapan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik dimaksud adalah aktivitas fisik yang bukan merupakan kegiatan rutinitas sehari-hari tetapi kegiatan dengan tenaga/energi yang dikeluarkan di atas energi/tenaga yang dibutuhkan. Pola aktivitas hidup aktif dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dan terencana seperti ini telah menjadi trend dan banyak dpromosikan di berbagai negara maju. Dosis atau volume aktivitas fisik dapat dikalkulasikan dari frekuensi, durasi (waktu), intensitas dan jenis dari aktivitas fisik. Meskipun aktivitas fisik sering dievaluasi pada terminologi pengeluaran energi, hal tersebut mungkin dapat dilihat sebagai sebuah perilaku


(11)

biokultural yaitu energi dibelanjakan pada perilaku aktif yang terjadi dalam bentuk dan konteks budaya yang berbeda-beda.

Selanjutnya WHO (2009) menjelaskan beberapa manfaat melakukan aktivitas fisik secara teratur sebagai berikut:

1) Membantu orang mengendalikan berat badannya, yang pada akhirnya memungkinkan mereka untuk mempertahankan gaya hidup yang lebih baik dan tetap segar dan waspada selama terjaga.

2) Aktivitas fisik membantu mengurangi resiko penyakit jantung dan gagal jantung, karena otot-otot jantung menjadi lebih kuat.

3) Aktivitas fisik mampu mengurangi resiko diabetes tipe 2 dan kondisi lain yang terkait dengan aktivitas seperti obesitas dan apnea tidur.

4) Aktivitas secara fisik membantumengurangi risiko kanker jenis tertentu. 5) Aktivitas fisik membantu menguatkan tulang menjadi lebih kuat dan otot

menjadi lebih lentur. Hal ini mengurangi terjadinya cedera fisik dan meningkatkan perbaikan jaringan yang lebih cepat.

6) Ketika seseorang aktif secara fisik, ia dapat meningkatkan kesehatan mental mereka dan juga mengendalikan suasana hati lebih stabil.

7) Membantu meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan bagi orang dewasa tua dapatmemberikan kekuatan yang lebih banyak membantu untuk mencegah terjadinya jatuh.

8) Secara keseluruhan, aktivitas fisik membantu kesempatan untuk lebih lama hidup ( panjang umur ).

( WHO, 2009 Physical Activity : Bennefit of Physical Activity)

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat menghasilkan perubahan pada seseorang ke arah derajat kondisi fisik yang lebih baik. Manfaat aktivitas fisik yang rutin dilakukan seperti olahraga kesehatan di sekolah terutama melalui kegiatan ekstrakurikuler akan mampu menghasilkan perubahan-perubahan terhadap aspek jasmani/fisik pelakunya, perubahan-perubahan pada unsur pelaksana gerak (ES.I) dan pada unsur pendukung gerak (ES.II). Perubahan pada kedua ergosistem tersebut akan menyebabkan meningkatnya kemampuan fungsional alat-alat tubuh (Giriwijoyo 2007: 57-64).


(12)

Aktivitas fisik yang dilakukan remaja, menurut dapat dibagi menjadi 3 kelompok yang disesuaikan dengan energi yang dibutuhkannya yaitu :

a. Kegiatan Ringan

Membaca, menulis, makan, menonton televisi, mendengarkan radio, merapikan tempat tidur, mandi, berdandan, berjalan lambat, bermain kartu, dan berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk atau tanpa menggerakan lengan, kebutuhan kalori 60 – 80 k.kal dengan lama aktivitas + 1 - 3 Jam.

b. Kegiatan Sedang

Bermain dengan mendorong benda, bermain tenis meja, menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemurpakaian, berjalan kecepatan sedang, bersepeda santai, serta berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan berdiri atau duduk yang banyak menggerakan lengan, kebutuhan kalori 170 – 240 k.kal dengan lama aktivitas + 4 – 6 Jam.

c. Kegiatan Berat

Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat-angkat benda berat, berlari, berenang, bermain tenis, naik-turun tangga, memenjat, bersepeda, bermain sky, dansa, sepak bola, berkebun, serta bermain dengan banyak menggerakan lengan, kebutuhan kalori >250 k.kal dengan lama aktivitas lebih dari 6 jam.

(Dina Agoes dan Maria Poppy, 2003:42)

Pada dasaranya aktivitas fisik yang bermanfaat erat hubungannya dengan kegiatan olahraga, hal ini dapat dilihat dari pengertian olahraga menurut UURI NO 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menjelaskan

bahwa: “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.” Hal ini sejalan dengan istilah aktivitas fisik yang digunakan WHO yaitu segala bentuk aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari, termasuk bekerja , rekreasi, latihan dan aktivitas olahraga (Thoho Cholik 2007:14).

Pada anak usia sekolah aktivitas fisik yang secara rutin dan terawasi lebih banyak dilaksanakan di sekolah, yaitu pada kegiatan pelajaran Penjasorkes atau


(13)

kegiatan ekstrkurikuler olahraga. Tetapi dengan waktu yang relatif singkat pada pelajaran Penjasorkes (2 x 45 menit/Minggu), dirasakan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan aktifitas rutin melalui kegiatan olahraga, maka dengan kegiatan ekstrakurikuler olahraga, aktivitas bisa meningkat menjadi setara dengan jenis olahraga kesehatan yang dilaksanakan 3–5 kali/minggu ataua dengan olahraga minimal 2 X setiap minggu, dengan intensitas setiap latihan mencapai 60 – 80% denyut nadi maksimal (DNM), (Giriwijoyo, 2007:32). Selain aktivitas fisik yang biasa dilakukan untuk penanggulangan obesitas adalah perubahan perilaku pola makan Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak.

Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan pada masa pertumbuhan remaja. Puasa yang terus menerus juga tidak dianjurkan karena penurunan berat badan dalam hal ini hanyalah berasal dari kehilangan cairan tubuh sehingga tubuh menyebabkan rasa lemas. Modifikasi perilaku digunakan untuk mengatur perilaku pola makan dan aktivitas fisik pada mereka yang sedang melaksanakan terapi obesitas.

Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas. Pemberian obat-obatan anti obesitas juga dapat diberikan atas anjuran dokter. Tindakan pembedahan juga dapat menjadi pilihan apabila semua usaha di atas tidak mampu mengatasinya. Operasi gastric bypass dilakukan dengan cara mengubah


(14)

anatomi system pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yg dimakan dan dicerna (http://www.news-medical.net/news/2007/10/29/65/Indonesian.aspx).

Program kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan diluar kegiatan intrakurikuler. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan di luar jam pelajaran yang termasuk dalam program kegiatan sekolah yang disesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler juga berupa kegiatan pengajaran dan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Kegiatan dimaksudkan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya, Depdikbud (1997:250). Kegiatan yang dimaksud untuk mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan juga dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Salahsatu kegiatan aktivitas fisik siswa di sekolah adalah program kegiatan ekstra kurikuler . Kegiatan ini meliputi kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non-olahraga.

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMA 6 Bandung antara lain meliputi sepak bola, futsal, bola voli, bola basket dan atletik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga meliputi kegiatan PMR, PASKIBRA dan Pramuka. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan kegiatan yang banyak diminati termasuk di SMA Negeri 6 Kota Bandung, program kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan prestasi akademik dan olahraga. Pengaruh yang timbul terhadap kondisi fisik siswa dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga


(15)

yaitu meningkatkan derajat kesehatan siswa, mengurangi resiko penyakit bahkan menghindari kecenderungan kelebihan berat badan pada siswa.

Berdasarakan uraian tersebut maka aktivitas fisik dan pola hidup remaja yang dilakukan secara tepat akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan fisik pada remaja (siswa). Berat badan ideal akan diperolah dengan aktivitas fisik yang tepat, asupan dan pengeluaran energi akan seimbang untuk mencegah obesitas, sehingga dapat menghindari penyakit degeneratif seperti jantung dan tekanan darah tinggi. Dengan tercapainya tujuan kegiatan olahrga, maka tujuan sehat sejahtrera paripurna, sehat jasmani, rohani dan sosial akan tercapai, Grirwijoyo (2007:8).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka peneliti mencoba mengangkat beberapa kondisi yang terjadi pada remaja usia sekolah dan menjadi suatu permasalahan. Kondisi tersebut diantaranya adalah: 1)Adanya kecenderungan malnutrisi pada pelaku aktivitas fisik atau bergerak pada usia anak dan remaja, 2) Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan dapat menimbulkan berbagai penyakit kardiovaskuler obesitas, 3) Obesitas merupakan salah satu faktor atau pemicu yang dapat menimbulkan terjadinya berbagai penyakit, 4) Program Kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga di sekolah merupakan kegiatan yang penting dan sangat bermanfaat bagi kesehatan remaja terutama menyangkut pertumbuhan badan siswa, karena merupakan aktivitas fisik meskipun dengan kebutuhan energi yang berberberbeda.


(16)

Dengan memperhatikan latar belakang penelitian yang diungkapkan, maka penulis merumuskan permasalahan yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap penurunan tingkat obesitas (BMI) siswa di SMA Negeri 6 Kota Bandung. 2. Apakah terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler non olahraga terhadap penurunan tingkat obesitas (BMI) siswa di SMA Negeri 6 Kota Bandung. 3. Apakah terdapat perbedaaan pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga terhadap penurunan tingkat obesitas (BMI) siswa SMA Negeri 6 Kota Bandung.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstra kurikuler olahraga di SMA Negeri 6 Kota Bandung, terhadap penurunan tingkat obesitas.

2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstra kurikuler non olahraga di SMA Negeri 6 Kota Bandung, terhadap penurunan tingkat obesitas. 3. Untuk perbedaaan pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non

olahraga terhadap penurunan tingkat obesitas di SMA Negeri 6 Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap teori-teori yang menerangkan manfaat kegiatan ekstra kurikuler terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan.


(17)

2. Secara praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, kepala sekolah dan orang tua untuk dapat memberikan keleluasaan gerak atau kebebasan gerak untuk melakukan aktivitas jasmani melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga secara maksimal pada anak, selain untuk itu penelitian ini juga berguna untuk perubahan paradigma berfikir tentang pentingnya pembelajaran melalui pendidikan jasmani di sekolah.

E. Asumsi

Asumsi adalah anggapan dasar yang melandasi perumusan hipotesis, beberapa landasan serta asumsi sangat penting dalam perumusan hipotesis. Sebagai landasan dalam pelaksanaan yang mendukung penelitian, berikut ini dikemukakan beberapa asumsi yang merupakan hasil penelitian terdahulu. Mengenai manfaat latihan olahraga terhadap penurunan lemak tubuh, Hardman dan Stensel, (2003:183) mengemukakan :

Exercise can be effective in the treatment of obesity in women as well in men. Hardjilova and colleagues studied 32 obese women over a 45-day period (Hardjilovat et. Al 1982). Participant performed 10 h of exercise per day including walking and long distance races, gymnastic, games, and dancing. Diet was maintained at pre-training levels. Body weight decrease from 95.l to 82.7 kg (only 1.5 kg of this loss was fat free mass) and body fat declined from 38.2% to 30.7%. Although these two studies are extreme example involving considerable amounts of exercise they do show that physical activity can be effective weight-loss strategy, providing that energy expenditure is sufficien.

Hardjilova mempelajari perempuan dan juga pria yang menderita obesitas selama 45 hari peserta melakukan latihan termasuk jalan, lari, senam, dan menari


(18)

ternyata dapat menurunkan masa lemak tubuh dari 38,2% menjadi 30.7% hal ini bias membuktikan bahwa aktivitas fisik yang efektif mampu mengobati atau menurunkan obesitas. Dalam sebuah hasil studi yang dipublikasikan oleh WHO (2009) dan tercantum di dalam menjelaskan bahwa individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai resiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan resiko obesitas yang rendah (OR:0,57), aerobik (OR:0,59) , tetapi untuk olahraga tim dan tennis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.

Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat social ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5 jam per hari mempunyai resiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar disbanding mereka yang nonton TV=2 jam setiap harinya. (www.pediatric.com/bulletin/06224.048qwc.pdf)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mark S. Trembla. Terhadap 6.923 murid kelas 6 SD di daerah New Brunswick Kanada (1996) menyimpulkan ,

Physical activity had negative relationship with body mass index, and a trivial negative relationship with academic achievement. The analysis revealed that both females and males who were more physically active had considerably higher levels of self esteem. The study suggest that the relationship between physical activity and academic achievement is weak. For some children, physical activity may be indirectly related to enhanced academic performance by improving physical health and self esteem.

Artinya adalah aktivitas fisik mempunyai hubungan yang negativ dengan BMI dan academic achievement yang berarti dengan melakukan aktivitas fisik maka tidak terjadi peningkatan indeks massa tubuh (BMI) atau dengan kata lain dengan melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan tingkat obesitas.


(19)

Aktivitas remaja setelah belajar di sekolah, David K. Ahern, PhD, et.all (Childhood Obesity Prevention and Reduction, 2007), menjelaskan hasil penelitiannya :

Other factors affecting PA are childcare responsibilities and after school constraints such as studying and club duties. Also, genetics and biology, personal predisposition, age, gender, and ethnicity can help determine levels of PA in addition to time and physical constraints. A question was raised regarding the difference in absolute energy expenditure between organized sports, where children may spend a lot of time standing or sitting (like in baseball), and free play in the backyard. One panelist pointed out that recommendations for PA can be confusing to both parents and children, making it difficult for parents to model healthy behaviors in the home.

Aktivitas setelah sekolah seperti belajar dan tugas kelompok, genetik dan biologis, kedudukan seseorang, usia jenis kelamin serta turunan dapat membantu menentukan tingkat aktivitas fisik seseorang. Demikian juga dengan waktu dan kesempatan untuk kegiatan fisik lain. Pertanyaan yang timbul adalah mengenai perbedaan jumlah energi yang dipergunakan antara olahraga yang teratur, ketika mereka cukup waktu bergerak. Hal ini sama dengan ketika mereka menggunakan sebagian besar waktunya dengan beraktivitas rutin atau bermain. Panelis menunjukkan rekomendasi yang dapat membingungkan aktivitas fisik yang tepat dan prilaku hidup sehat di rumah. Maka dengan kegiatan estrakurikuler siswa kan melakukan kegiatan yang lebih teratur serta dengan program yang jelas, sehingga tingkat aktivitas dapat diatur sedemian rupa agar mampu memberikan pengaruh terhadap kemampuan dan keterampilan siswa. Semakin tinggi keterampilan gerak siswa dalam beraktivitas, semakin besar energi yang dibutuhkan sehingga asupan dan pengeluaran energi lebih seimbang.


(20)

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan asumsi dasar di atas, maka dapat diajukan hipotesis yang dapat memberi arah penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap penurunan obesitas siswa di SMA Negeri 6 Bandung.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap penurunan obesitas siswa di SMA Negeri 6 Bandung.

3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non-olahraga terhadap penurunan obesitas siswa SMA Negeri 6 Bandung.

G. Metode penelitian

Penggunaan sebuah metode tentunya harus disesuaikan dengan permasalahan yang hendak diungkap, tidak semua metode dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. Riduwan (2010:50)

mengemukakan bahwa, “Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable

yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.” Dengan pendapat tersebut

penulis menganggap bahwa metode eksperimen merupakan cara yang cocok untuk digunakan dalam mengungkapkan permasalahan yang ada.

Sugiyono (2009:72) membagi jenis penelitian eksperimen berdasarkan desain menjadi empat jenis, yaitu Pre-experimental design, True-experimental


(21)

desain penelitian tersebut, peneliti menggunakan jenis pendekatan berdasarkan desain True Experimental Design. Adapun metode eksperimental yang penulis gunakan adalah Pre eksperimental design dengan istilah weak experimental

design. Desain penelitian yang digunakan adalah The Static Group Pretest-Posttest Design, merupakan salah satu desain weak experimental design. Desain

ini dianggap tepat untuk mencari pengaruh dari dua jenis perlakuan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler olah raga dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga. Adapun bentuk dari desain ini adalah pada gambar berikut (Gambar 1:1) :

Gambar. 1.1

Static Group Pretest-Posttest Design Sumber: Fraenkel & Wallen (1993:272) Keterangan :

O = Pretest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti ekstra kurukuler olah raga.

O = Pretest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti ekstra kurikuler non olahraga.

X1 = Posttest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti ekstra kurikuler olahraga.

X2 = Posttest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti ekstra kurikuler non olahraga.

O

X1

O

O

X2

O


(22)

Sugiyono (2010:74) menjelaskan dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H. Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari (Kerlinger, 1973: Sugiyono, 2007:38). Dengan kata lain variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut , kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2007:38). Variabel-variabel yang akan dikaji perlu diberi batasan-batasan terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan dapat mengaburkan (menjadi bias) akan pengertian yang sebenarnya.

Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya dan timbulnya variabel terikat (dependent). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah penurunan tingkat obesitas atau Indeks Masa Tubuh (BMI) pada siswa SMA Negeri 6 Kota Bandung. Secara rinci dapat diidentifikasikan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (independent)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah aktivitas fisik berupa kegiatan ekstra kurikuler olahraga dan aktivitas fisik kegiatan ekstrakurikuler non-olahraga di SMA Negeri 6 Kota Bandung.


(23)

b. Variabel terikat (dependent)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah penurunan tingkat obesitas dan Indek Masa Tubuh (BMI) siswa yang mengalami kelebihan di SMA Negeri 6 Kota Bandung.

I. Langkah Penelitian

Langkah penelitian merupakan garis besar mengenai tahapan pelaksanaa penelitian, hal ini diperlukan agar memberikan kemudahan mengenai apa-apa yang harus dilakukan. Langkah tersebut digambarkan pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Langkah Penelitian

Populasi

Pengolahan & Analisis Data

Kesimpulan Tes Awal

Sampel

Kel. EKSKUL NON OLAHRAGA Kel. EKSKUL

OLAHRAGA

Tretment B.

Tes Awal

Tretment A.


(24)

J. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 6 Kota Bandung yang terletak di jalan Pasirkaliki no 51 Kota Bandung. Adapun populasi dan sampelnya adalah siswa kelas X yang merupakan anggota kelompok ekstra kurikuler olahraga dan non olahraga. Sampel dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian, terutama pada siswa yang termasuk pada kriteria obesitas dan memiliki kelebihan berat badan

(overweight).

K. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Seminar Penelitian 2 Perbaikan

usulan penelitian 4 Penulisan Bab

I,II,III 5 Pelaksanaan

test awal 6 Pelaksanaan

eksperimen 7 Pelaksanaan

test akhir 8 Analisis data 9 Sidang tahap 1 10 Sidang tahap 2

Tabel 1.2


(25)

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Oleh karena itu diperlukan suatu metode tertentu agar data dapat terkumpul dan dapat dianalisis untuk keberhasilan penelitian. Mengenai metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian, biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian. Seperti diungkapkan Surakhmad (1985:131) bahwa : “ Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan.” Penggunaan metode penelitian tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya dan relevansi metode penelitian tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan, dan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan seminimal mungkin tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal.

Sama halnya dengan pengertian tersebut, Sugiyono (2009:2) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut.


(27)

Penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif. Sedangkan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan. Metode penelitian yang digunakan penulis untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian adalah dengan metode penelitian eksperimen. Riduwan (2010:50) mengemukakan bahwa, “Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.”

Bentuk dan jenis dari metode penelitian menurut Tuckman (1982:128) dalam Riduwan (2008:50-51) bahwa, „Terdapat empat bentuk metode yaitu pre experimetal, true experimental, factorial, dan quasy experimental. Senada

dengan Tuckman, Sugiyono (2009:72) membagi empat jenis metode penelitian eksperimen, yaitu “Pre-Experimental, True-Experimental, Factorial Experimental, dan Quasi Experimental.” Sedangkan Fraenkel dan Wallen (1993:245) menyebutkan desain Pre-Eksperimental Design dengan sebutan

Weak Eksperimental Designs. Desain eksperimen yang digunakan tergantung


(28)

lapangan. Adapun jenis metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental Design atau Weak Experimental Design.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen. Pemilihan quasi eksperimen ini adalah suatu situasi yang dijadikan sebagai eksperimen walaupun situasi tersebut tidak dirancang secara keseluruhan, variabel independen tidak boleh dimanipulasi oleh peneliti yang terdiri dari kelompok penanganan dan kontrol.

Quasi eksperimen menggambarkan bahwa kekurangan yang ada pada setiap

variabel kontrol berpengaruh kepada percobaan (penelitian) yang sesungguhnya. Suatu penelitian telah diterapkan namun seluruh variabel ekstra yang ada di dalamnya tidak dikontrol. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:114) :”Quasi eksperimen adalah mempunyai kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol vareiabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.” maka hal ini jelas bahwa dengan pendekatan quasi eksperimen tidak sepenuhnya dapat mengontrol variabel yang mempengaruhinya.

Terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam penggunaan pendekatan quasi eksperimen seperti dikemukakan oleh Sugiyono, 2011:114: ”Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Basarkan pendapat tersebut, maka peneliti berasumsi bahwa penerapan quasi eksperimen dalam penelitian ini dipandang tepat karena memberikan perlakuan terhadap dua kelompok sampel, yakni pada


(29)

ekstrakurikuler olahraga meliputi ekstra kurikuler bola basket, futsal dan bola voli. Sedangkan untuk ekstrakurikuler non olahraga meliputi PASKIBRA, PMR dan Prakmuka. Dalam proses perlakuannya banyak hal yang tidak bisa sepenuhnya terkontrol secara ketat terhadap sampel. Hal tersebut meliputi aktivitas sehari-hari pada saat tidak melaksanakan latihan diantaranya : aktivitas lain yang diikuti, pola makan, alat tranportasi yang digunakan dn lingkungan masyarakat.

Lebih jauh Sugiyono (2009:72) mengemukakan bahwa : “metode penelitian experimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Pada metode eksperimen terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding terhadap kelompok yang diberikan perlakuan (treatment). Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Mengenai metode eksperimen, Riduwan (2008:50) menyatakan bahwa, “Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.” Berdasarkan pernyataan tersebut, maka metode penelitian eksperimen adalah pendekatan yang cocok dalam penelitian penulis. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktivitas kegiatan ekstrakurikuler olahraga, sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat penurunan obesitas siswa.


(30)

Metode eksperimen dalam penelitian ini dipandang merupakan pilihan yang paling tepat, metode ini digunakan karena sifat dari penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui sebab akibat dari sebuah perlakuan (treatment). Disamping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen, Surakhmad (1998:149) menjelaskan bahwa : “ dalam arti kata yang lebih luas. Bereksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil.“ Sedangkan Lutan, Berliana, dan Sunardi (2007:146) menjelaskan bahwa: ”penelitian eksperimen adalah hanya jenis penelitian yang langsung berusaha untuk mempengaruhi variable utama, dan jenis penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis tentang hubungan sebab dan akibat.” Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Dengan metode ini dikaji variable-variabel dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga yang berpengaruh terhadap variable-variabel lainnya yaitu penurunan berat badan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuker tersebut.

B. Desain dan Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang digunakan adalah

The Static Group Pretest-Posttest Design. Mengenai desain The Static Group Pretest-Posttest Design, Fraenkel dan Wallen (1993:247) mengemukakan


(31)

comparison design only in that a pretest is given to both groups.” Static group pretest-posttest design berbeda dari static-group comparison design, pretest atau

tes awal diberikan pada kedua kelompok. Pada penelitian ini kedua kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang berbeda, yaitu kelompok kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga. Pada pelaksanaan desain ini dilakukan dengan cara meneliti terlebih dahulu variabel terikat (Y) melalui pre-test (T1) sebelum mengadakan pengukuran dan pengidentifikasikan variabel bebas (X) setelah melakukan pre-test kemudian dilakukan perlakuan. Hasil perlakuan dilakukan melalui post-test (T2), dan hasil pengukuran pre-test (T1) dibandingkan dengan hasil post-test (T2) untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari munculnya X.

Desain penelitian ini, menggunakan yang merupakan desain penelitian yang menggunakan dua kelompok yang dipilih sesuai dengan tujuan kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal dan dibandingkan dengan sampel setekah diberi perlakuan. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:112) bahwa : ”dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol”. Desain penelitian dapat dilihat dalam gambar 3.1 berikut :

Gambar. 3.1

Static Group Pretest-Posttest Design Sumber: Fraenkel & Wallen (1993:247)

O

X1

O

O

X2

O


(32)

O = Observasi obesitas pada kelompok kegiatan ekstrakurikukler non olahraga sebelum perlakuan.

O= Observasi obesitas pada kelompok pendekatan ekstrakurikuler olahraga sesudah perlakuan.

X1 = Perlakuan (Treatment) kegiatan ekstrakurikuker olahraga. X2 = Perlakuan (Treatment) kegiatan ektrakurikuler non olahraga.

Pada dasarnya terdapat beberapa kelemahan sebagai pengaruh validitas internal dengan pendekatan dengan eksperimen Pretest-Posttest Control Group

Design seperti pada tabel 3 : 1 berikut :

Design Subject Charac ter Mort ality Loca tion Instrum en Decay Data Collect or Charac teristic Data Colle ctor Bias Testi ng Histo ry Matu ratio n Attit ude Of Subj ect Reg ress ion Imp lem enta tion Static Group Compa rison - - + - - + ? + - - - -

++ ( strong kontrol, thereat unlikely to occur) + ( some control, threat may possible occur )

- ( weak control, thereat likely to occur ) ? ( can‟t determine )

Tabel 3:1

Effectiveness of Experimental Design in Controlling Threats To Internal Validity ( Dikutif dari Fraenkel, 1993 : 283)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian dengan menggunakan pendekatan desain Static pretest-posttest Control Group mempunyai beberapa kelemahan seperti yang tergambar dalam tabel di atas, kontrol yang lemah dan memungkinkan terjadi ancaman dari luar. Sedangkan sebagai pengaruh dari validitas eksternal dari penelitian eksperimen menurut W. Lawrence Neuman


(33)

(2003:256) menjelaskan validitas internal dan eksternal sebagai berikut, seperti pada tabel 3:2 berikut :

Internal Validity External Validity and Reactivity Selection Bias

Histiory Effect Maturation Testing

Instrumentation

Experimental mortality Statistical Regession Diffusion of treatment Compensatory Behavior Experimeter expectancy

Experimeter realism Mundane realism Hawthorne effect Demand characteristic Placebo effect

Tabel 3:2

Mayor Internal and External Validity Concern (Lawrence Neuwman, 2003:2006)

Dari gambaran tabel diatas dapat dinyatakan bahwa validitas external mempunyai kemampuan untuk mengeneralisasi temuan eksperimental diluar eksperimen itu sendiri.

2. Langkah Penelitian

Langkah penelitian dibuat merupakan sebagai rencana atau rancangan kerja dalam penelitian. Secara garis besar urutan langkah penelitian dalam penelitian ini terlebih dahulu dengan melakukan identifikasi mengenai permasalahan yang ada, perencanaan pelaksanaan penelitian, pengambilan dan analisis data dan diakhiri dengan menyimpulkan hasil penelitian.Dengan dibuatnya langkah penelitian maka diharapkan dapat mempermudah dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis membuat rencana kerja Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut:


(34)

a. Menentukan populasi yang akan dijadikan objek dalam penelitian.

b. Menentukan jumlah atau ukuran sampel yang akan digunakan, yang dianggap dapat mewakili populasi.

c. Membagi sampel ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga serta kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

d. Memberikan tes awal (pre-test) pengukuran obesitas dan indek massa tubuh pada sampel kelompok eksperimen dan sampel kelompok kontrol

e. Memberikan perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen

f. Pada kelompok kontrol, penulis tidak memberikan perlakuan seperti pada kelompok eksperimen. Artinya untuk kelompok kontrol dibiarkan saja tanpa adanya intervensi yang dilakukan.

g. Melakukan tes akhir (post-test) pengukuran obesisitas dan indek massa tubuh kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan treatment pada kelompok eksperimen.

h. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil pre-test dan hasil

post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

i. Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil pengolahan dan analisis data.

Langkah penelitian adalah urutan pelaksanaan penelitian yang digunakan sebagai acuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Dalam hal ini langkah penelitian akan menjadi patokan urutan kerja dari penelitian. Selain


(35)

sebagai patokan, langkah penelitian juga dapat memberikan kemudahan dalam bekerja menentukan apa yang seharusnya terlebih dahulu dikerjakan dan apa yang harus dilakukan berikutnya. Secara garis besar urutan langkah penelitian dalam penelitian ini terlebih dahulu dengan melakukan identifikasi mengenai permasalahan yang ada, perencanaan pelaksanaan penelitian, pengambilan dan analisis data dan diakhiri dengan menyimpulkan hasil penelitian. Untuk lebih

jelasnya, langkah penelitian atau rancangan kerja dalam penelitian pada gambar 3.2 berikut :

Gambar. 3.2 Langkah Penelitian

Post-Test POPULASI

SAMPEL Kontrol

Pre-Test

Non-Treatment

Post-Test

Pengolahan & Analisis Data

Kesimpulan & Rekomendasi

Eksperimen

Pre-Test


(36)

C. Definisi Operasional Variabel 1. Definisi Oprasional

“Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai „variasi‟ antara satu orang dengan yang lain atau suatu obyek dengan obyek yang lain.” (Hatch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono (2009:60). Variabel dalam penelitian merupakan atribut dalam penelitian. Selanjutnya Sugiyono (2009:60) menyatakan bahwa, “Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang.” Atribut-atribut tersebut dapat menjadi variabel yang bervariasi dalam sebuah penelitian.

Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2009:61) menyatakan bahwa, „variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.‟ Dengan kata lain, variabel adalah berbagai sifat atau sesuatu yang hendak diteliti atau dipelajari oleh peneliti yang ada pada suatu objek, baik itu orang, binatang atau objek lainnya yang memiliki sifat tertentu yang dapat diteliti dan dipelajari. Selanjutnya Kidder (1981) dalam Sugiyono (2009:61) menyatakan bahwa, „variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan

menarik kesimpulannya.‟

Variabel menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lain dalam penelitian terdiri dari, variabel independen, variabel dependen, variabel

moderator, variabel intervening dan variabel kontrol. Dalam penelitian ini

terdiri atas dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Menurut Sugiyono (2009:61) bahwa, “Variabel bebas adalah


(37)

merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).”

Sedangkan mengenai variabel terikat Sugiyono (2009:61) menyatakan bahwa, “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”Pandangan atau penafsiran suatu istilah dapat berbeda-beda, sehingga untuk mencegah terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu untuk mendefinisikan istilah-istilah dari variable yang dipakai dalam penelitian ini dengan mengacu pada pendapat para ahli. Oleh karena itu penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini dengan mengacu kepada literatur.

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang berkuasa atau berkekuatan (Poerwadarminta, 1984:713). Dalam penelitian ini maksud pengaruh berarti daya yang timbul dari proses kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga terhadap kemungkinan timbulnya obesitas/kelebihan berat badan.

2. Siswa yang mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler olahraga.

Siswa yang mengikuti pembelajaran “ekstrakurikuler olahraga” adalah siswa yang menjadi anggota kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang melakukan kegiatan tersebut di sekolah secara reguler. Peserta ekstrakurikuler olahraga yang akan dijadikan subjek dari penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler olahraga kelas X di SMA Negeri 6. 3. Siswa yang mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler non olahraga


(38)

Siswa yang mengikuti pembelajaran “ekstrakurikuler bukan olahraga” adalah siswa-siswa kelas X di SMA Negeri 6.

4. Obesitas

Obesitas merupakan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau sangat berlebihan, hal ini sangat berisiko pada kesehatan. Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)

Badan kesehatan dunia (WHO) 2011, menjelaskan mengenai kelebihan berat badan dan obesiatas :

Overweight and obesity are defined as abnormal or excessive fat accumulation that presents a risk to health. A crude population

measure of obesity is the body mass index (BMI), a person’s weight

(in kilograms) divided by the square of his or her height (in metres). A person with a BMI of 30 or more is generally considered obese. A person with a BMI equal to or more than 25 is considered overweight.Overweight and obesity are major risk factors for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer. Once considered a problem only in high income countries, overweight and obesity are now dramatically on the rise in low- and middle-income countries, particularly in urban settings.

(http://www.who.int/topics/obesity/en/2011)

Obesitas merupakan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau sangat berlebihan, hal ini sangat berisiko pada kesehatan. Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.


(39)

2. Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian di dalam tesis ini adalah sebagai berikut : a. Variabel bebas (Independent Variabel), adalah :

- X1 = siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga (X1) - X2 = siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler non olahraga

(X2)

b. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu: tingkat kegemukan (obesitas) siswaSMA Negeri 6 yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler non olahraga di SMA Negeri 6 kelas X.

D. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data, diperlukan sumber data yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Sumber dari penelitian tersebut bisa dari orang, binatang atau pun benda sesuai dari tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut. Adapun mengenai objek yang hendak diteliti adalah dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian. Mengenai populasi, Arikunto (2002:108) mengatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Mengenai hal yang sama, Sugiyono (2009:117) menjelaskan bahwa, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sesuai dengan penjelasan tersebut dan berdasarkan kebutuhan dalam penelitian, maka yang


(40)

menjadi populasi adalah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 6 Kota Bandung yang berjumlah 20 orang dengan asumsi sebagai berikut:

- Usia siswa berekisar antara 14 16 tahun yang merupakan usia remaja,

sesuai dengan karakter yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai dengan latar belakang penelitian

- Banyak siswa yang memiliki berat badan yang lebih (overweight) dan

terindikasi mengalami obesitas

- Rata-rata siswa merupakan kelompok ekonomi menengah ke atas dan

berangkat sekolah diantar atau memakai kendaraan

- SMA Negeri 6 merupakan sekolah yang memiliki kegiatan ekstra kurikuker

yang beragam sesuai dengan kebutuhan penelitian. 2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian objek yang diambil dari populasi penelitian. Sampel yang diambil harus dapat menggambarkan atau mewakili populasi secara keseluruhan. Mengenai sampel, Sugiyono (2009:118) mengemukakan bahwa, ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jadi dalam hal ini sampel yang diambil dalam penelitian, harus merupakan bagian dari populasi.

Soetrisno (1990:70) mengatakan : “tidak semua populasi harus dijadikan sebagai sampel, sampel bisa diambil mengambil sebagian dari populasi, asal sampel tersebut bisa mewakili populasi.” Selajutnya ampel menurut Sugiyono (2010:80): “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


(41)

oleh populasi tersebut”. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 siswa yang mengalami obesitas.

Siswa yang mengalami obesitas di SMA Negeri 6 Bandung yang aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler olahraga maupun non olahraga berjumlah 20 orang, seperti pada tabel 3.3 berikut :

Klasifikasi Ekstrakurikuler Olahraga

Ekstrakurikuler Non-Olahraga

Pre-Obesitas 2 1

Obesitas Kelas I

8 7

Obesitas Kelas II 1 1

Jumlah 11 9

Tabel. 3.3

Sampel Siswa Yang Mengalami Obesitas

Dalam hal ini penulis menggunakan Purposive sampel yaitu pemilihan sampel berdasarkan pengetahuan sebelumnya dari populasi yang tersedia yang ditujukan khusus untuk penelitian ini. Para peneliti yang menggunakan teknik ini beranggapan bahwa mereka dapat menggunakan pengetahuannya tentang populasi untuk menilai sesuai atau tidak sampel tertentu menjadi wakil dalam penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (2007 : 100) :

On occasion, based on previous knowledge of population and the specific purpose of the research, investigators use personal judgement to select a sample. Researchers assume they can use their knowledge of the population to judge wether or not a particular sample will be representative.


(42)

Berdasarkan pendapat tersebut, maka siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non-olahraga yang dinilai mempunyai kelebihan berat badan atau overweight di SMA Negeri 6 Bandung dijadikan sebagai sampel penelitian.

E.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah daerah Jalan Pasirkaliki no 51 di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Kota Bandung, merupakan salahsatu sekolah dengan siswa yang reltif memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas dengan aktivitas fisik sehari- hari yang lebih ringan. Penelitian ini dilakukan 3 kali dalam satu minggu selama 16 kali pertemuan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen memiliki peran penting dalam sebuah penelitian. Sugiyono (2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Dengan kata lain, sebuah alat ukur harus dapat dipercaya dan diakui

oleh banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan untuk mengukur. Instrumen berperan dalam memperoleh data yang dinginkan dari sebuah penelitian, untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulannya sebagai hasil penelitian. Arikunto (1997:23) menyatakan bahwa “Setelah peneliti mengetahui dengan pasti apa yang akan diteliti dan dari mana data bisa diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa data akan


(43)

dikumpulkan. ”Kebutuhan instrumen disesuaikan dengan permasalahan yang hendak diungkap. Mengenai instrumen, Arikunto (1997:138) menerangkan sebagai berikut:

”Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.”

Adapun instrumen yang digunakan adalah :

1. Skinfold-callipers : alat untuk mengukur lemak tubuh dengan satuan

milimeter yang dilakukan pada daerah Subscapular skinfold, Abdominal

skinfold, Suprailiac/supraspinale skinfold, Iliac crest skinfold, Midaxillary skinfold, Medial calf skinfold, Front thigh skinfold, Triceps skinfold, Biceps skinfold, Chest skinfold.

Gambar. 3.3


(44)

2. Pengukur Berat Badan (timbang badan)

Gambar 3.4

Pengukur Berat Badan 3. Meter Ukur Tinggi Badan

Gambar 3.5

Meter Ukur Tinggi Badan

G. Program Kegiatan Dan Latihan Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non Olahraga

Kegiatan ekstrkurikuler olahraga dan non olahraga di SMA Negeri 6 Bandung dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, pada dasarnya kegiatan tersebut merupakan pengembangan intrakurikuler sesuai dengan KTSP yang telah disepakati olaeh seluruh dewan guru. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan yang banyak melibatakan siswa termasuk yang mengalami obesitas dengan kriteria yang berbeda. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :


(45)

1. Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga :

- Futsal - Sepak Bola - Bola Voli - Basket Ball - Atletik

- Pencinta Alam

2. Kegiatan Ekstrakurikuler Non-Olahraga:

- PASKIBRA - PMR

- Pramuka - Fotografi

H. Teknik Pengumpulan Data

Pada pembahasan metode penelitian yang digunakan telah dijelaskan, bahwa metode yang digunakan adalah Weak Eksperimental Designs dengan desain The Static Group Pretest-Posttest Design. Langkah awal yang ditempuh adalah menentukan sampel kelompok ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga. Untuk memperoleh data penelitian diawali dengan memberikan tes awal (pretest) kepada kedua kelompok untuk mengetahui kondisi awal self-esteem sampel. Tes awal dilakukan dengan memberikan instrumen yang telah diujicobakan sebelumnya dan diuji validitas dan reliabilitasnya.


(46)

Berikut ini penulis uraikan langkah dan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian yaitu:

1. Melakukan tes (pretest) indek masa tubuh (BMI) tubuh kepada kedua kelompok sampel

2. Memberikan perlakuan (treatment) kepada sampel yang termasuk pada peserta kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

3. Memberikan perlakuan (treatment) kepada sampel yang termasuk pada peserta kegiatan ekstra kurikuler non-olahraga.

4. Pada akhir perlakuan dilakukan tes akhir (pos tes) indek masa tubuh (BMI) untuk memperoleh data hasil selama pelaksanaan perlakuan (treatment). 5. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan

menggunakan statistik.

I. Analisis Data

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen. Pemilihan quasi eksperimen ini adalah suatu situasi yang dijadikan sebagai eksperimen walaupun situasi tersebut tidak dirancang secara keseluruhan, variabel independen tidak boleh dimanipulasi oleh peneliti. Quasi eksperimen menggambarkan bahwa kekurangan yang ada pada setiap kontrol berpengaruh kepada percobaan (penelitian) yang sesungguhnya. Suatu penelitian telah diterapkan namun seluruh variabel ekstra yang ada didalamnya tidak dikontrol.


(47)

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data terhadap hasil uji coba instrumen dengan menggunakan program SPSS Seri 17. Adapun urutan langkah pengujiannya adalah:

1. Melakukan pengukuran kadar lemak pada bagian perut, paha, dada, lengan dan bagian leher.

2. Memberikan skor hasil pengujian kadar lemak pada masing-masing alternatif jawaban responden sesuai dengan patokan yang telah dibuat. 3. Melakukan input data pada program Microsoft Excell.

4. Melakukan penghitungan comparativ dengan SPSS Seri 17

J. Hipotesis Data

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil tes sikap sebelum dan sesudah perlakuan (pre-test dan post-test). Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah terhadap penurunan obesitas/lemak tubuh.

Untuk menguji data antara hasil pre-test dan hasil post-test digunakan penghitungan uji rata-rata sampel berpasangan, yang dalam analisis statistik SPSS dinamakan dengan Paired Sample t-test. Adapun output yang dihasilkan terdiri dari deskripsi data dan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) antara pretest dan hasil posttest. Kedua hasil uji dibandingkan dengan tabel dan probabilitas (Sig.)


(48)

Selain itu pengujian juga dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test antara kelompok sampel eksperimen dan kelompok sampel kontrol, serta membandingkan hasil post-test kelompok sampel eksperimen dan kelompok sampel kontrol. Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis, apakah terdapat perbedaan yang signifikan sikap terhadap penurunan obesitas/lemak tubuh jasmani antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok sampel, digunakan analisis dengan independent sampel t-test. Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f (Varians) dan uji-t (Uji kesamaan dua rata-rata).

K. Deskripsi Data

Dalam kegiatan analisis dan deskripsi data yang dilakukan adalah menganalisis serta mendeskripsikan angka-angka yang ada, hasil dari penghitungan statistik. Angka atau nilai yang dihasilkan bisa dibandingkan dengan angka tabel atau dideskripsikan secara langsung dengan berbagai pertimbangan dan ketentuan statistik.

Analisis didasarkan pada hipotesis yang dibuat untuk dapat memaknai nilai dan angka yang dihasilkan dari penghitungan. Selain itu juga dibahas berbagai temuan selama pelaksanaan penelitian di lapangan, serta dianalisis berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian yang ada yang telah dilaksanakan peneliti lainnya.


(49)

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan pada bab IV, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari aktivitas kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap penurunan berat badan/obesitas siswa.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari aktivitas kegiatan ekstrakurikuler non-olahraga terhadap tingkat penurunan berat badab/ obesitas siswa.

3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara aktivitas fisik ekstrakurikuler olahraga dan aktivitas fisik non-olahraga terhadap penurunan berat badan/ obesitas siswa.

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi sbagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Berdasarkan temuan di lapangan bahwa masih banyak siswa yang cenderung hanya aktiv dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani. Dengan berbagai keterbatasan aktivitas siswa sangat kurang, sehingga Pendidikan Jasmani tidak memberikan dampak positif terhadap gaya hidup remaja saat ini yang cenderung kurang gerak (hypokinetic). Hal inilah yang memicu terjadinya kelebihan berat badan pada siswa dan cenderung obesitas. Dengan kondisi demikian maka kegiatan ekstra kurikuler olahraga maupun non-olahraga harus


(51)

diberi dukungan dan kesempatan yang luas untuk melaksanakan program kegiatannya, sehingga selain meningkatkan prestasi siswa juga medorong siswa agar selalu beraktivitas untuk mengurangi resiko obesitas.

2. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Guru Pendidikan Jasmani memiliki peran penting dalam membentuk gaya hidup aktiv masa remaja, melalui pembinaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah dengan program yang tepat akan menarik minat siswa untuk mengikutinya. Hal inilah yang diharapakan, sehingga siswa terhindar dari resiko kurang gerak yang berakibat pada obesitas. Bagi siswa yang mengalami obesitas, dengan keterlibatannya secara aktiv dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non-olahraga, resiko obesitas dapat dikurangi bahkan pada akhirnya cenderung akan memiliki berat badan ideal.

3. Bagi Orang Tua

Orang tua hendaknya memberikan dukungan penuh bagi putra-putrinya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler olahraga maupun non-olahraga. Kegiatan di sekolah yang melibatkan altivitas fisik pada dasarnya mampu mendorong siswa untuk melakukan gaya hidup aktiv. Hal inilah yang diharapkan sehingga bebagai penyakit akibat kemajuan teknologi dapat dihindari sejak dini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini merupakan salahsatu bagian dari penelitian ilmiah mengenai resiko terjadinya obesitas pada remaja sebagi akibat kemajuan teknologi. Maka pemahaman pentingnya aktivitas fisik untuk menangulangi


(52)

resiko akibat kurang gerak (hypokinetic) sebagai penyebab obesitas sangat diperlukan. Dengan keterbatasan waktu dan personil peneliti, masih terdapat beberapa hal yang tidak dapat diungkapkan dalam penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya dengan berdasarkan hasil penelitian ini, dengan waktu dan personil yang cukup diharapakan mampu mengungkap secara lebih jelas dan terperinci jenis kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang berpengaruh terhadap penurunan kelebihan berat badan siswa yang mengalami obesitas.


(53)

(1)

Nunik Biakti Meini, 2012

Pengaruh Aktivitas Fisik Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non-Olahraga Terhadap Penurunan Obesitas Siswa

diberi dukungan dan kesempatan yang luas untuk melaksanakan program kegiatannya, sehingga selain meningkatkan prestasi siswa juga medorong siswa agar selalu beraktivitas untuk mengurangi resiko obesitas.

2. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Guru Pendidikan Jasmani memiliki peran penting dalam membentuk gaya hidup aktiv masa remaja, melalui pembinaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah dengan program yang tepat akan menarik minat siswa untuk mengikutinya. Hal inilah yang diharapakan, sehingga siswa terhindar dari resiko kurang gerak yang berakibat pada obesitas. Bagi siswa yang mengalami obesitas, dengan keterlibatannya secara aktiv dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non-olahraga, resiko obesitas dapat dikurangi bahkan pada akhirnya cenderung akan memiliki berat badan ideal.

3. Bagi Orang Tua

Orang tua hendaknya memberikan dukungan penuh bagi putra-putrinya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler olahraga maupun non-olahraga. Kegiatan di sekolah yang melibatkan altivitas fisik pada dasarnya mampu mendorong siswa untuk melakukan gaya hidup aktiv. Hal inilah yang diharapkan sehingga bebagai penyakit akibat kemajuan teknologi dapat dihindari sejak dini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini merupakan salahsatu bagian dari penelitian ilmiah mengenai resiko terjadinya obesitas pada remaja sebagi akibat kemajuan teknologi. Maka pemahaman pentingnya aktivitas fisik untuk menangulangi


(2)

Nunik Biakti Meini, 2012

Pengaruh Aktivitas Fisik Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non-Olahraga Terhadap Penurunan Obesitas Siswa

resiko akibat kurang gerak (hypokinetic) sebagai penyebab obesitas sangat diperlukan. Dengan keterbatasan waktu dan personil peneliti, masih terdapat beberapa hal yang tidak dapat diungkapkan dalam penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya dengan berdasarkan hasil penelitian ini, dengan waktu dan personil yang cukup diharapakan mampu mengungkap secara lebih jelas dan terperinci jenis kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang berpengaruh terhadap penurunan kelebihan berat badan siswa yang mengalami obesitas.


(3)

Nunik Biakti Meini, 2012

Pengaruh Aktivitas Fisik Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non-Olahraga Terhadap Penurunan Obesitas Siswa


(4)

Nunik Biakti Meini, 2012

Pengaruh Aktivitas Fisik Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non-Olahraga Terhadap Penurunan Obesitas Siswa

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta Timur : Dian Rakyat.

Agoes, D., Poppy M. (2003). Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Balita. Jakarta : Puspa Swara.

Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Aritonang, E. & Siagian A. (2003). Hubungan Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih pada Anak TK di Kotamadya Medan Tahun 2003. Medan: Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara.

Atkinson, R.C., Shiffrin, R.M. (1971). Chafter: Human Memory: A Proposed System and Its Control Processes: In Spence,K.w.; Spence,J.T. The Psychology of Learning and Motivation (vol 4). New York: Academic Perss. pp 89-195.

Cavill N., et al.. (2006). Physical Activity and Health In Europe: evidence for action. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe.

Coakley, J. (2001). Sport in Society Issues & Controversies. Mc Graw-Hill Companies. New York

DepKes RI. (1999). Indonesia Sehat 2010: Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Jakarta.

Dina Agoes, Maria Poppy. 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan PadaBalita. Jakarta : Puspa Swara.

Fathonah, S. dkk. (1996). Prevalensi Gizi Lebih Pada Anak –Anak SMA dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya [Laporan Tesis]. Semarang: IKIP. Fraenkel, JR,. Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in

Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Giriwijoyo H.Y.S.. (2007). Ilmu Faal Olahraga, Edisi 7, FPOK UPI, Bandung. Hardman, A. E., and Stensel D.J. (2003). Physical Activity and Health-The

Evidence Explained. Routledge Taylor & Francis Group. London and Newyork.

Imam, S. (2005). Obesitas Konsekuensi Pencegahan dan Pengobatan. Makalah Penetapan Guru Besar Fakultas Kedokteran Bidang Bidang Ilmu Patologi Klinik Universitas Sumatera Utara, Medan.

Janet McWatt, RN. (2002). Island County Public Health. Physical Activity Project. Artikel. Tersedia:

www.islandcounty.nethealthphyactivityproject.htm [23 Juli 2009]

Health, University of Sydney, New South Wales-American Journal of Public Health 0090-0036/90$1.50

Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Manuaba. 2004. Obesitas Pada Anak Perlu Diwaspadai?.http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.html.

(Minggu pon7 maret 2004).

Indro Purnomo. 2004. Obesitas Jangan Dianggap Remeh. http://www.pjhnk.go.id/berita artikel/page/7/.


(5)

Nunik Biakti Meini, 2012

Pengaruh Aktivitas Fisik Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non-Olahraga Terhadap Penurunan Obesitas Siswa

Kenyon, Gerald, S. (1968). Values Held For Physical Activity by Selected Urban Secondary School Students in Canada, Australia, England and The United States. University of Wisconsin. U.S. Department of Health, Education & Welfare Office of Education.

Malina, M. et al. (2006). Effect of Physical Education and Activity Levels on Academic Achievement in Children. American College of Sports Medicine.

Journal. Tersedia: www. acsm-msse.org. [22 Agustus 2008]

MARY STORY, MARILYN S. NANNEY (2009) Schools and Obesity Prevention: Creating School Environments and Policies to Promote Healthy Eating and Physical Activity,University of Minnesota; Yale University. Norton, K. & Olds, T. (1998). Anthropometrica : A texbook of body measurement

for sport and health courses. Sydney : University of New South Wales Press.

____________. (2001). Effects of physical training on the physical capacity of frail, demented patients with a history of falling: a randomized controlled trial. American College of Sports Medicine. Journal. Tersedia: www. acsm-msse.org. [22 Agustus 2008

Priman, Dadang Aa, MSc, Sp.Gz, Sp.KO (2000). PEDOMAN PELATIHAN GIZI OLAHRAGA UNTUK PRESTASI (Penghitungan Energi pada Olahraga) DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL RI

DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT

Bagian Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR Kantor Menpora

Reilly, J. (2005). Obesitas pada Anak. Artikel. Tersedia: www.the-sun.com/info-kesehatan.htm [8 Maret 2009].

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian – untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: C.V. ALFABETA.

Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 – 139

Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Tjokroprawiro, A., Kodyat, BA. Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif: Epidemiologi dan Strategi Penanggulangannya, Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Jakarta: LIPI, hal. 787 – 808.

____. (2008). Metode Teknik Menyusun Tesis. Bandung: C.V. ALFABETA. Shawan A. J. (1997). Physical Activity and Fitness. American Journal. Food and

Drug Administration and the National Institutes of Health. Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Stan R, E. (1993). Children’s Attitude Toward Physical Activity and Self-Esteem. Master Thesis, Fort Hays State University.

Strautbhaar, J., & Robert, L. (1997). Communication in the Information Society, Wadsworth Publishing, California, USA

Subardja, D. (2004). Obesitas Primer Pada Anak. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.


(6)

Nunik Biakti Meini, 2012

Pengaruh Aktivitas Fisik Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non-Olahraga Terhadap Penurunan Obesitas Siswa

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

__________(2006). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Surakhmad. D. W., (1989). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito. Suhardjo.1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat . Bogor : IPB

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Sunita Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAP.

World Health Organization. (2009). Physical Activity : Bennefit of Physical Activity. WHO [online]. Tersedia : http://www.who.int/ [29 Oktober 2009] Wayne L. Westcott, PhD, CSCS (2000). Childhood Obesity, Paper was presented

as part of the NSCA Hot Topic Series.

All information contained herein is copyright© of the NSCA. www.nsca-lift.org Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

YAHYA AL-NAKEEB, MICHAEL J. DUNCAN, MARK LYONS,& LORAYNE WOODFIELD. (2006) Body fatness and physical activity levels of young children, Department of Physical Education and Sports Studies, Newman College of Higher Education, Bartley Green, Birmingham, B32 3NT, UK

Sumber lain:

WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical Report Series 2000; 894, Geneva

U.S. Department of Health and Human Services. (1996), WHO 1998. Tersedia: http://herkules.oulu.fi/isbn9514272331/html [9 September 2011]

www.yayasan-jantung-indonesia.org/artikel-kesehatan [6 April 2011] www.yahoo.co.id/berita.htm [20 Maret 2011]

www.detikinet.com [23 Maret 2011]

www.wikipedia-indonesia.org/berita/htm [23 Maret 201] www.kompas.com/berita.htm [23 Mei 2011]

webmaster@promosikesehatan.com [4 Oktober 2011]

www.fitnessforlife.orgHighSchoolstudent44index.cfm.png [23 Maret 2011] (http//tatianamasis.wordpress.com 2008/01/23)